Oleh :
NI PUTU EKA SINTIA DEWI ASTITI
1202106023
pada pembuluh darah kecil ovarium.Pada beberapa kasus, kista dapat pula diisi oleh
jaringan abnormal tubuh seperti rambut dan gigi.Kista jenis ini disebut dengan Kista
Dermoid. Faktor yang menyebabkan gajala kista meliputi;
1. Gaya hidup tidak sehat
- Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat
- Zat tambahan pada makanan
- Kurang olah raga
- Merokok dan konsumsi alcohol
- Terpapar denga polusi dan agen infeksius
- Sering stress
2. Faktor genetik
Dalam tubuh kita terdapat gen gen yang berpotensi memicu kanker, yaitu yang disebut
protoonkogen, karena suatu sebab tertentu, misalnya karena makanan yang bersifat
karsinogen , polusi, atau terpapar zat kimia tertentu atau karena radiasi, protoonkogen
ini dapat berubah menjadi onkogen, yaitu gen pemicu kanker
D. PATOFISIOLOGI
Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormone dan kegagalan
pembentukan salah satu hormone tersebut bisa mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium
tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormone
hipofisa dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang abnormal kadang menyebabkan
penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium.Folikel
tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara
tidak sempurna di dalam ovarium karena itu terbentuk kista di dalam ovarium. Setiap
hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut Folikel de Graff.
Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan
melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture akan menjadi korpus luteum, yang pada
saat matang memiliki struktur 1,5 2 cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi
fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara
progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar
kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu jinak.
Kista dapat berupa kista folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista theca-lutein.
Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional
multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap
gonadotropin yang berlebih.Kista folikel dan luteal, kelainan yang tidak berbahaya ini berasal
dari folikel graaf yang tidak pecah atau folikel yang sudah pecah dan segera menutup
kembali. Kista demikian seringnya adalah multipel dan timbul langsung di bawah lapisan
serosa yang menutupi ovarium, biasanya kecil, dengan diameter 1- 1,5 cm dan berisi cairan
serosa yang bening, tetapi ada kalanya penimbunan cairan cukup banyak, sampai mencapai
diameter 4-5 cm, sehingga teraba massa dan menimbulkan sakit pada daerah pelvis.
Neoplasia yang ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium.Sejauh ini,
keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan sebagian besar lesi
kistik parsial.Jenis kista jinak yang serupa dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa
dan mucinous. Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini
adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ sel primordial.
Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi elemen dari 3 lapisan germinal embrional;
ektodermal, endodermal, dan mesodermal (Wiknjosastro, 2005).
E. SIFAT KISTA OVARIUM
Sifat kista ovarium adalah sebagai berikut (Wiknjosastro, 2005) :
1. Fisiologis
Kista fisiologis lazim terjadi dan dianggap normal.Sesuai siklus menstruasi, di
ovarium timbul folikel yang kemudian berkembang dan memiliki gambaran seperti
kista. Biasanya kista tersebut memiliki ukuran di bawah lima sentimeter, dapat
dideteksi dengan menggunakan pemeriksaan USG dan dalam tiga bulan akan hilang.
Kista fisiologis tidak perlu dioperasi karena tidak berbahaya dan tidak menyebabkan
keganasan tetapi pelu diamati apakah kista tersebut mengalami metastase atau tidak.
Kista ini dialami oleh wanita usia reproduksi karena masih mengalami menstruasi.
Biasanya kista fisiologis tidak menyebabkan nyeri ketika haid.
2. Patologis
Kista patologis sering disebut sebagai kanker.Kanker ovarium merupakan penyebab
kematian paling tinggi di antara kelainan-kelainan ginekologik.Angka kematian yang
tinggi karena pada awalanya penyakit ini timbul tanpa gejala dan tanpa keluhan jika
sudah bermetastasis, sehingga 60-70% penderita datang pada stadium lanjut.Penyakit
ini dikenal dengan istilah silent killer.Pada yang patologis, pembesaran bisa terjadi
dengan cepat yang kadang tidak disadari penderita karena kista tersebut sering
muncul tanpa gejala seperti penyakit umumnya.Itu sebabnya diagnosa agak sulit
untuk ditegakkan.Gejala-gejala seperti perut yang agak membuncit dan bagian bawah
perut yang terasa tidak enak biasanya baru dirasakan ketika ukuran kista sudah cukup
besar. Jika sudah demikian biasanya perlu dilakukan tindakan pengangkatan melalui
proses laparoskopi sehingga tidak perlu dilakukan pengirisan pada perut penderita.
Setalah diangkat pemeriksaan rutin tetap perlu dilakukan untuk mengetahui apakah
kista itu akan muncul kembali atau tidak.
F. MANIFESTASI KLINIS
Sebagian besar wanita tidak menyadari bila dirinya menderita kista.Seandainya
menimbulkan gejala maka keluhan yang paling sering dirasakan adalah rasa nyeri pada
perut bagian bawah dan pinggul.Rasa nyeri ini timbul akibat dari pecahnya dinding kista,
pembesaran kista yang terlampau cepat sehingga organ disekitarnya menjadi teregang,
perdarahan yang terjadi di dalam kista dan tangkai kista yang terpeluntir.
a. Sering tanpa gejala.
b. Nyeri saat menstruasi.
c. Nyeri di perut bagian bawah.
d. Nyeri pada saat berhubungan badan.
e. Nyeri pada punggung terkadang menjalar sampai ke kaki.
f. Terkadang disertai nyeri saat buang air kecil dan/atau buang air besar.
g. Siklus menstruasi tidak teratur; bisa juga jumlah darah yang keluar banyak.
h. Perubahan menstruasi.
i. Rasa sakit atau sensasi nyeri saat bersenggama (dyspareunia).
j. Gangguan pencernaan yang menetap, seperti: kembung, mual.
k. Perubahan kebiasaan buang air besar, contoh: sukar buang air besar (= sembelit,
l.
m.
n.
o.
p.
konstipasi, obstipasi)
Perubahan berkemih, misalnya: sering kencing.
Perut membesar, salah satu cirinya adalah celana terasa sesak.
Kehilangan selera makan atau rasa cepat kenyang (perut terasa penuh).
Rasa mudah capek atau rasa selalu kurang tenaga.
Rasa nyeri pada (tulang) punggung bawah (Low back pain)
G. KLASIFIKASI
Pembagian kista ovarium berdasarkan non neoplastik dan neoplastic menurut Wiknjosastro
(2005)yaitu :
a. Non Neoplastik
1. Kista folikel
Kista ini berasal dari folikel de graaf yang tidak sampai berovulasi, namun
tumbuh terus menjadi kista folikel, atau dari beberapa folikel yang setelah
bertumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak mengalami proses atresia yang
lazim, melainkan membesar menjadi kista. Biasanya dapat di dapati beberapa
kista dengan diameter kist 1- 1,5 cm. kista yang berdiri sendiri sebesar jeruk nipis.
Cairan di dalam kista jernih dan mengandung estrogen, oleh sebab itu jenis kista
ini sering mengganggu siklus menstruasi .kista folikel ini lambat laun mengecil
dan menghilang spontan.
2. Kista korpus luteum
Dalam keadaan normal korpus luteum lambat laun mengecil dan menjadi
albikans, kadang kadang korpus luteum mempertahankan diri (korpus luteum
persisten), perdarahan yang sering terjadi di dalamnnya menyebabkan terjadinya
kista, berisi cairan yang berwarna merah coklat karena darah tua.Frekuensi kista
luteum lebih jarang dari pada kista folikel, dan yang pertama bisa lebih besar dari
yang kedua.
3. Kista teka lutein
Biasanya terjadi pada mola hidrosa, koriokarsinoma, dan kadang kadang tanpa
adanya kelainan tertentu, ovarium dapat membesar menjadi kistik. Kista biasanya
bilateral dan bisa menjadi sebesar tinju. Pada pemeriksaan mikroskopik terlihat
luteinisasi sel sel teka. Sel sel granulosa dapat pula menunjukkan luteinisasi,
akan tetapi sering kali sel sel menghilang karena atresia. Tumbuhnya kista ini
adalah pengaruh hormone koriogonadotropin yang berlebihan, dan dengan
hilangnya mola atau koriokarsinoma, ovarium mengecil spontan.
4. Kista inklusi germinal
Biasanya terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian bagian kecil dari epitel
germinativum pada permukaan ovarium, besarnya jarang melebihi diameter 1 cm.
Kista ini biasanya kebetulan ditemukan pada pemeriksaan histology ovarium yang
diangkat sewaktu operasi.
5. Kista endometrium
Kista endometriosis yang berlokasi di ovarium
6. Kista stein- levental
Biasanya kedua ovarium membesar dan bersifat polykistik, permukaan licin,
kapsul ovarium menebal dan tampak tunika yang tebal dan fibrotic pada
pemeriksaan mikroskopis.
b. Neoplastik
1. Kistoma ovarii simpleks
Kista ini memiliki permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai, seringkali
bilateral, dan dapat menadi besar, dinding kista tipis, dan cairan dalam kista
jernih, terus berwarna kuning.
2. Kistadenoma ovarii musinosum
Kemungkinan berasal dari suatu teratoma dimana di dalam pertumbuhannya satu
elemen mengalahkan elemen lain. Tumor ini mempunyai bentuk bulat, ovoid tidak
teratur, dengan permukaan rata berwarna putih kebiru biruan
3. Kistadenoma ovarii serosum
Berasal dari epitel permukaan ovarium, dinding luarnya dapat menyerupai kista
mosinosum.Dinding dalam kista sangat licin, sehingga pada kista yang kecil sukar
dibedakan dengan kista folikel biasa.
4. Kista endometrioid
Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin, pada dinding dalam terdapat
satu lapisan sel yang menyerupai lapisan epitel endometrium.
5. Kista dermoid
Satu teratoma kistik yang jinak dimana struktur ektodermal dengan diferensiasi
sempurna, seperti epitel kulit, rambut, gigi, dan produk glandula sebacea berwarna
putih kekuningan menyerupai lemak.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pap smear : untuk mengetahui displosia seluler menunjukan kemungkinan adaya
kanker / kista.
b. Ultrasound / scan CT : membantu mengindentifikasi ukuran / lokasi massa.
c. Laparoskopi : dilakukan untuk melihat tumor, perdarahan, perubahan endometrial.
d. Hitung darah lengkap : penurunan Hb dapat menununjukan anemia kronis sementara
penurunan
Ht
menduga
kehilangan
darah
aktif,
peningkatan
SDP dapat
tindakan
bedah,
misal
laparatomi,
kistektomi
atau
salpingooforektomi.
2. Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas
laparatomi
ovarium dan
menghilangkan kista.
3. Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk mengangkat kista ovarium adalah
serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen dengan satu pengecualian
penurunan tekanan intra abdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kista yang
besar biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat. Hal ini dapat dicegah
dengan memberikan gurita abdomen sebagai penyangga.
Kista berdiameter lebih besar dari 5 cm, dan telah diobsevasi 6-8 mingu tanpa ada
pengecilan tumor
Ada bagian padat dari dinding tumor
Dinding tumor bagian dalam berjonjot
Kista lebih besar dari 10 cm , ascites
Dugan terpelintir atau pecah
H. KOMPLIKASI
1. Perdarahan dalam kista
Perlahan menimbulan rasa sakit dan kemudian mendadak menjadi akut abdomen.
2. Torsi tangkai kista
Dapat terjadi pada tumor dengan panjang tangkai sekitar 5 cm atau lebih dan
ukurannya masih kecil dan gerakan yang terbatas .Sering terjadi pada saat hamil dan
asca partum dan saat terjadi akut abdomen.
3. Infeksi pada tumor
Terjadi jika didekat kista ada kuman patogen, seperti appendicitis atau salpingitis.
4. Robekan dinding kista
Disebabkan oleh trauma langsung pada kista ovari terjadi saat torsikista dan dapat
menimbulkan perdarahan akut abdomen Infeksi kista. Menimbulkan gejala dolor ,
kolor dan fungsi olesa.perut tegang dan panas hasil pemeriksaan laboratorium
menujukkan gejala infeksi
5. Degenerasi ganas
Keganasan ovarium silent killer diketahui setelah stadium lanjut sedangkan perubahan
tidak jelas Gejala keganasan kista ovarii:tumor cepat membesar ,berbenjol benjol,
terdapat asites , tubuh bagian atas kering sedangkan bagian bawah terjadi oedema
(Ferer, 2001)
Pengkajian Keperawatan
a. Pengkajian Fokus Pre Operatif
Breathing:
Biasanya klien dapat bernafas spontan tidak tampak adanya penggunaan otot
berkemih
Bowel:
Klien mengatakan biasanya juga mengalami nyeri saat buang air besar dan
mengalami konstipasi. Klien juga biasanya mengeluh mual dan peurunan nafsu
makan. Pada tingkat lanjut biasanya klien mengalami pembesaran pada perut
(ascites).
Bone:
Biasanya klien tidak terjadi kekakuan sendi dan intergritas kulit utuh. Biasnaya
klien juga mengalami nyeri pada punggung belakang (low back pain)
100-120/70-90 mmHg
Brain:
Kesadaran klien biasanya compos mentis dengan GCS: 15
Bladder:
Klien tampak terpasang dower kateter.
Bowel:
Bone:
Terdapat luka insisi postoperatif pada area abdomen 20 cm
2. Diagnosa Keperawatan
Pre Operatif
Ansietas b.d proses pembedahan ditandai dengan pasien mengatakan takut dengan
operasi, pasien tampak tegang saat pasien dibawa masuk ke ruang penerimaan
Intra Operatif
Risiko perdarahan b.d tindakan/prosedur pembedahan
Risiko infeksi b.d tindakan/prosedur pembedahan
Post Operatif
Risiko infeksi b.d tindakan/prosedur pembedahan
Data
DS :
- Klien mengatakan
gugup dengan operasi
yang akan dijalani
DO:
- Klien tampak tegang
dan membolak
balikkan badannya
beberapa kali
- Klien tampak
melamun
Diagnosa
Keperawatan
Ansietas b/d
perubahan dalam
status kesehatan
(proses
pembedahan)
ditandai dengan
pasien mengatakan
gugup dengan
operasi, klien
tampak tegang saat
pasien dibawa
masuk ke ruang
penerimaan, klien
tampak melamun
Tujuan
Setelah diberikan
asuhan
keperawatan
selama 1 x 5 menit
diharapkan ansietas
klien berkurang
dengan criteria
hasil :
NOC Label>>
Axiety control
- klien
mengatakan
percaya kepada
tim medis
melalui operasi
yang akan
dilakukan
- klien kooperatif
dan
Intervensi
Anxiety Reduction
1. Bina hubungan
saling percaya
dengan klien.
Calming Technique
2. Bicarakan dengan
klien mengenai
kecemasan yang
dialami, adanya
pengalaman masa
lalu mengenai
operasi, dan upaya
yang dapat
dilakukan klien
untuk mengatasi
kecemasan.
3. Anjurkan pasien
untuk berdoa sesuai
menunjukkan
penerimaan
untuk dilakukan
tindakan
pembedahan
- klien tampak
lebih tenang.
DS : DO : Dilakukan insisi
pada area adomen
Terjadi perdarahan lebih
dari 500cc
Risiko perdarahan
b/d
tindakan/prosedur
pembedahan
Setelah diberikan
asuhan
keperawatan
selama 1x 5 jam
diharapkan
kebutuhan cairan
klien terpenuhi
dengan kriteria
hasil :
NOC Label >>
Fluid balance
- Tekanan darah
dalam rentang
normal (sistolik:
110-140 mmHg;
diastolik: 60-90
mmHg)
- Intake dan
output selama
24 jam
seimbang
keyakinan sebelum
tindakan dilakukan.
Teaching: Preoperative
4. Berikan informasi
pada klien
mengenai tindakan
operasi yang akan
dijalani, tujuan
operasi, obat-obatan
yang digunakan
sebelum dan selama
operasi serta
pengaruhnya, dan
komplikasi yang
dapat dialami
5. Perkenalkan staf
kesehatan yang
akan melaksanakan
operasi kepada
klien.
DS : DO : Dilakukan tindakan
pembedahan insisi pada
area abdomen
Risiko infeksi
berhubungan
dengan
tindakan/prosedur
pembedahan
Setelah dilakukan
Infection Protection:
asuhan
1. Monitor tanda dan
keperawatan
gejala infeksi
selama 1 x 8 jam
sistemik dan lokal.
diharapkan infeksi
tidak terjadi dengan 2. Ukur tanda-tanda
vital, terutama suhu
kriteria hasil:
tubuh.
NOC Label>>
3. Kolaborasi
Infection Severity
pemberian
antibiotic
- Suhu tubuh
normal (36,5Infection Control
37,5C)
Intraoperative
- Tidak terjadi
perubahan
4. Jaga kebersihan,
warna kulit
kelembaban, dan
- Tidak terdapat
cahaya ruangan
kemerahan
operasi.
- Tidak terdapat 5. Kurangi kegiatan
pembengkakan
keluar masuk ruang
operasi yang kurang
penting.
Infection Control
6. Pertahankan
Intraoperative
kesterilan alat
operasi dengan
- Jaga kebersihan,
teknik aseptik.
kelembaban,
7. Gunakan universal
dan cahaya
precaution yang
ruangan operasi.
benar.
- Kurangi
8. Kolaborasi
kegiatan keluar
pemberian
masuk ruang
antibiotik
operasi yang
sesuai indikasi.
kurang penting.
- Pertahankan
kesterilan alat
operasi dengan
teknik aseptik.
- Gunakan
universal
precaution.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, I.M. dkk., 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta : EGC
Dochterman, J. M. et al. (2004). Nursing Interventions Classification (NIC).Missouri :Mosby
Erik, T. (2005).Kanker, Antioksidan dan Terapi Komplementer.Jakarta : Gramedia
Farrer, H. (2001). Maternity Care, Edisi II. Jakarta: EGC.
Helm,
C.
W.
(2016).
Ovarian
Cysts.
Diakses
melalui