Anda di halaman 1dari 6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
A. Ansietas (Kecemasan)
1. Pengertian
Kecemasan adalah suatu perasaan tegang karena ketidaknyamanan atau
rasa takut yang disertai suatu respons (penyebab tidak spesifik atau tidak
diketahui oleh individu). Perasaan takut dan tidak menentu sebagai sinyal
yang menyadarkan bahwa peringatan tentang bahaya akan datang dan
memperkuat individu mengambil tindakan menghadapi ancaman. Kejadian
dalam hidup seperti menghadapi tuntutan, persaingan, serta bencana dapat
membawa dampak terhadap kesehatan fisik dan psikologis. Salah satu
contoh dampak psikologis adalah timbulnya kecemasan atau ansietas
(Yusuf, Fitryasari, & Nihayati, 2015).
2.

Rentang Respon Tingkat Kecemasan


Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan
sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan
meningkatkan lahan persepsinya. Ansietas menumbuhkan motivasi
belajar serta menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
Ansietas sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan
perhatian pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain,
sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif tetapi dapat
melakukan sesuatu yang lebih terarah.
Ansietas berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Adanya
kecenderungan untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan
spesifik dan tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku
ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan
banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain.
Tingkat panik dari ansietas berhubungan dengan ketakutan dan merasa
diteror, serta tidak mampu melakukan apapun walaupun dengan
pengarahan. Panik meningkatkan aktivitas motorik, menurunkan

kemampuan berhubungan dengan orang lain, persepsi menyimpang,


serta kehilangan pemikiran rasional (Yusuf, Fitryasari, & Nihayati,
2015).
3.

Etiologi
Faktor Predisposisi

Faktor biologis.
Otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine. Reseptor ini
membantu mengatur ansietas. Penghambat GABA juga berperan utama
dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas sebagaimana
halnya dengan endorfin. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan
fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi
stresor (Yusuf, Fitryasari, & Nihayati, 2015).
Faktor psikologis
Pandangan psikoanalitik. Ansietas adalah konflik emosional yang
terjadi antara antara dua elemen kepribadianid dan superego. Id
mewakili dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan superego
mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh normanorma budaya seseorang. Ego atau aku berfungsi menengahi tuntutan
dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah
mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
Pandangan interpersonal. Ansietas timbul dari perasaan takut
terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal.
Ansietas

berhubungan

dengan

perkembangan

trauma,

seperti

perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik.


Orang yang mengalami harga diri rendah terutama mudah mengalami
perkembangan ansietas yang berat.
Pandangan perilaku. Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala
sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku menganggap sebagai dorongan
belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan.
Individu yang terbiasa dengan kehidupan dini dihadapkan pada
ketakutan berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas dalam
kehidupan selanjutnya (Yusuf, Fitryasari, & Nihayati, 2015).

Sosial budaya
Ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga. Ada
tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas
dengan depresi. Faktor ekonomi dan latar belakang pendidikan
berpengaruh terhadap terjadinya ansietas.
Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dibedakan menjadi berikut.
Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan
fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk
melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan
identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
4. Batasan Karakteristik Klien Dengan Ansietas
Menurut NANDA (2014) ansietas yang dialami klien dapat menimbulkan
beberapa tanda yang dapa dinilai dari lima aspek antara lain:
Perilaku
Tampak pnurunan produktivitas, pasien mengekspresikan kekhawatiran
karena perubahan dalam peristiwa hidup, tampak gerakan yang
irelevan, gelisah, pasien mengalami insomnia, kontak mata yang buruk,
agitasi dan tampak waspada.
Afektif
Pasien tampak gelisah, kesedihan yang mendalam, ketakutan, berfokus
pada diri sendiri, iritabilitas, gugup dan senang berlebihan
Fisiologis / Simpatis
Tampak wajah tegang, tremor tangan, peningkatan keringat, gemetar,
tremor dan suara bergetar, anoreksia, eksitasi kardiovaskular, diare,
mulut kering, wajah merah, jantung berdebar debar, peningkatan
tekanan darah, peningkatan denyut nadi, peningkatan frekuensi
pernafasan.
Parasimpatis

Pasien mengalamai nyeri abdomen, penurunan tekanan darah,


penurunan denyut nadi, vertigo, pasien tampak letih, pasien mengatakan
mual dan mengalami gangguan tidur
Kognitif
Pasien mengalami konfusi, pasien kesulitan berkonsentrasi, pasien
mengalami penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah,
ketakutan terhadap konsekuensi yang tidak spesifik, pasien tamapk
khawatir dan melamun serta cenderung menyalahkan orang lain
B. Cognitive Behavioral Therapy (CBT)
1. Pengertian
Cognitive Behaviour Therapy merupakan salah satu teknik dari pendekatan
behavioral. Pendekatan Cognitive Behavioral Therapy muncul sekitar
tahun 1960, dan dilatar belakangi oleh psikiater Amerika Beck. Beck
menyatakan bahwa dalam diri seseorang terdapat proses pemikiran yang
paralel dan inilah yang mempengaruhi perilaku seseorang (Wilding &
Milne, 2008).
Cognitive Behavioral Therapy (CBT) digunakan untuk membantu
mengatasi masalah depresi. Cognitive Behavioral Therapy (CBT)
merupakan salah satu bentuk konseling yang bertujuan membantu klien.
agar dapat menjadi lebih sehat, memperoleh pengalaman yang
memuaskan, dan dapat memenuhi gaya hidup tertentu, dengan cara
memodifikasi pola pikir dan perilaku tertentu. Cognitive Behavioral
Therapy (CBT) merupakan teknik menggabungkan terapi kognitif dan
bentuk modifikasi perilaku (Wilding & Milne, 2008).
Cognitive Behavioral Therapy (CBT) dapat diartikan sebagai suatu teknik
yang secara simultan berusaha memperkuat timbulnya perilaku adaptif dan
memperlamah timbulnya perilaku yang tidak adaptif melalui pemahaman
proses internal yaitu aspek kognisi tentang pikiran yang kurang rasional
dan upaya pelatihan keterampilan coping yang sesuai.
2. Manfaat Cognitive Behavioral Therapy (CBT)

Cognitive Behavioral Therapy (CBT) dapat dipakai untuk penyembuhan


beberapa gangguan yang terjadi pada diri seseorang, terutama gangguan
yang terjadi karena pemikiran yang salah terhadap suatu kejadian.
Cognitive Behavioral Therapy (CBT) merupakan sebuah pendekatan
dalam konseling yang dapat membantu individu yang mengalami masalah
depresi dan kecemasan, selain itu juga membantu menyembuhkan
gangguan kepribadian, depresi, schizophren, gangguan kecemasan,
ganguan panic, pobia, gangguan somatoform, ketergantungan substansi,
gangguan makan, gannguan obsesi komulsi, gangguan stress pascatrauma,
hipokondria, dan masalah emosi bahkan masalah perkawinan (Wilding &
Milne, 2008).
Selain itu dijelaskan oleh Froggatt (2006) bahwa Cognitive Behavioral
Therapy (CBT) dapat membantu mengatasi masalah kecemasan baik
kecemasan biasa maupun kecemasan khusus seperti kecemasan social dan
kecemasan pasca trauma. Dari beberapa pendapat diatas dapat dikatakan
bahwa pendekatan Cognitive Behavioral Therapy (CBT) dapat di pakai
untuk membantu seseorang dalam menangani masalah yang dihadapi
terutama yang berkaitan dengan kecemasan.
3.

Teknik dalam Cognitive Beavioral Therapy (CBT)


Setiap pendekatan yang dipakai untuk membantu seseorang dalam
memecahkan masalah yang dihadapi pasti mempunyai teknik yang
berbeda Cognitive Behavioral Therapy (CBT) memiliki teknik yang
berfariasi untuk berbagai masalah, Froggatt (2006) menyatakan bahwa ada
beberapa teknik dalam pendekatan Cognitive Behavioral Therapy (CBT)
yaitu:
Pemajanan
Pemajanan (exposure) merupakan teknik yang sering dipraktikkan.
Tujuannya adalah menguji keyakinan meningkatkan toleransi terhadap
ketidak

nyamanan

dan

mengembangkan

keyakinan

terhadap

kemampuan sendiri dalam mengatasi masalah. Biasanya pemajanan


dilakukan secara bertahap, langkah ini dimulai dari situasi yang sedikit
menakutkan, dilanjutkan dengan hal yang lebih mencemaskan dan

berakhir dengan hal yang sangat menakutkan. Biasanya proses ini


dilakukan dengan membuat hirarki kecemasan.
Pencegahan Reaksi
Pemejanan sering dikaitkan dengan pencegahan reaksi, ini meliputi
penghambatan setiap strategi disfungsional yang bisa digunakan dalam
menangani situasi yang menakutkan. Contohnya bila takut berada
ditempat umum dan terdorong untuk lari dari situasi tersebut, cobalah
untuk tinggal sampai rasa panic itu berkurang.
Relaksasi
Usaha untuk mengajari seseorang relaks, dengan menjadikan orang itu
sadar tentang perasaan-perasaan relaks kelompok-kelompok otot utama
seperti tangan, muka, dan leher, dada, bahu, punggung, perut, dan kaki.

Anda mungkin juga menyukai