konsumen untuk mengkonsumsi teh. Teh hijau merupakan teh yang sangat
populer dan mudah dijumpai di Indonesia. Konsumen teh hijau di Indonesia
mencapai 12.980 ton pada tahun 2013 (FAO, 2014). Teh hijau merupakan
komoditas pertanian yang harganya masih relatif tidak mahal, serta manfaatnya
yang baik untuk kesehatan yaitu mencegah kanker dan teh hijau dapat dikonsumsi
oleh semua golongan masyarakat (Syah, 2006). Teh hijau celup dipilih konsumen
sebagai minuman teman makan dan bersantai karena kemasannya yang praktis.
Teh hijau menduduki peringkat ketiga sebagai minuman yang paling banyak
dikonsumsi sebesar 15% setelah air mineral dan teh hitam. Serta 10% dari 15%
total konsumen teh hijau memilih teh hijau dalam kemasan celup (SWA, 2014).
Peningkatan
jumlah
permintaan
pada
pasar
menjadi
indikator
meningkatnya jumlah konsumen teh hijau celup. Permintaan produk teh hijau
celup berkaitan erat dengan harga teh hijau celup, pendapatan konsumen, selera
konsumen, jumlah anggota keluarga konsumen, dan harga subtitusi/pelengkap teh
hijau celup. Oleh karena itu perlu dianalisis sehingga dapat diketahui faktor-faktor
tersebut mempengaruhi permintaan konsumen teh hijau celup. Pengaruh
keputusan konsumen dalam pembelian suatu produk adalah tempat produksi yang
mudah dijangkau (Tjiptono, 2006). Kecamatan Tegal Barat terdapat industri teh
hijau celup yang telah mendapatkan beberapa penghargan, antara lain sebagai
superbrand pada tahun 2011, merek teh hijau terfavorit di Indonesia pada tahun
2010 dan penghargaan emas oleh wow merek Indonesia pada tahun 2014.
Kelurahan Kraton merupakan Kelurahan terpadat di Kecamatan Tegal Barat,
dengan total penduduk 14.236 jiwa (BPS, 2016). Oleh karena itu penelitian
dilakukan di Kelurahan Kraton, Kecamatan Tegal Barat.
Tujuan dari penelitian adalah : 1) mengetahui tingkat pendapatan
konsumen,
harga
teh
hijau
celup,
harga
barang
konsumen
teh
hijau
celup;
2)
Mengetahui
tingkat
jumlah
anggota
keluarga
dan
selera
periode
tertentu.
f
= Harga komoditas
= Pendapatan konsumen
= Harga barang pelengkap
= Selera konsumen
P
P = Harga komoditas
Q = Jumlah barang yang diminta
Q
Ilustrasi 1. Kurva permintaan
Titik kurva permintaan akan bergerak ke kiri ketika harga barang naik sedangkan
jumlah permintaan akan turun (Huntanti, 2007). Faktor yang mempengaruhi
antara lain pendapatan, selera, jumlah anggota keluarga dan harga barang
subtitusi/pelengkap (Tjiptono, 2006).
Faktor yang mempengaruhi permintaan teh hijau celup.
Faktor-faktor tersebut antara lain pendapatan konsumen, jumlah anggota
keluarga konsumen, harga barang itu sendiri, harga subtitusi/pelengkap, dan selera
konsumen (Daniel, 2009). Salah satu keputusan konsumen dalam pembelian suatu
produk adalah tempat produksi yang mudah dijangkau (Tjiptono, 2006).
Pendapatan Konsumen
Jumlah pendapatan seseorang mempengaruhi daya beli suatu barang.
Konsumen yang berpendapatan tinggi akan mempunyai daya beli yang tinggi pula
(Tjiptono, 2006). Penurunan jumlah pendapatan seseorang berbanding lurus
dengan permintaan jumlah barang (Daniel, 2009).
Harga Barang Sendiri
Harga barang sendiri akan mempengaruhi daya beli konsumen, sehingga
berpengaruh pula pada permintaan barang (Tjiptono, 2006). Harga barang dan
permintaan barang berbanding terbalik, jika harga barang naik maka permintaan
barang tersebut akan turun, begitu pula sebaliknya (Daniel, 2009).
Harga Barang Subtitusi/ Pelengkap
Harga barang subtitusi atau pelengkap akan mempengaruhi permintaan
barang tersebut (Daniel, 2009). Jika harga barang pelengkap naik maka
permintaan barang itu sendiri akan turun, namun jika barang subtitusi naik maka
permintaan akan barang itu sendiri akan naik (Tjiptono, 2006).
dijangkau (Tjiptono, 2006). Kecamatan Tegal Barat terdapat industri teh hijau
celup yang telah mendapatkan beberapa penghargan, salah satunya penghargaan
superbrand pada tahun 2011. Kelurahan Kraton dipilih sebagai objek sampel
karena kelurahan ini memiliki jumlah penduduk terpadat di Kecamatan Tegal
Barat.
Hipotesis
1. Diduga secara serempak terdapat pengaruh tingkat pendapatan
konsumen teh hijau celup, harga teh hijau celup, harga barang
subtitusi/pelengkap, jumlah anggota keluarga konsumen, dan selera
konsumen terhadap permintaan konsumen teh hijau celup.
2. Diduga secara parsial terdapat pengaruh tingkat pendapatan konsumen
teh
hijau
celup,
harga
teh
hijau
celup,
harga
barang
mewakili jumlah penduduk terpadat, sedang dan sedikit. Pada 3 RW yang terpilih
masing-masing diambil 2 RT, sehingga jumlah RT sebanyak 6 RT. Selanjutnya
pada setiap RT diambil 10 sampel/RT sebagai responden. Sehingga jumlah sampel
yang diambil sebanyak 60 responden (6 RT x 10 responden).
Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data
primer terdiri dari pendapatan konsumen, selera konsumen, jumlah anggota
keluarga konsumen dan jumlah konsumsi teh hijau setiap bulan yang diperoleh
dari wawancara secara langsung dengan responden melalui kuesioner. Data
sekunder meliputi harga teh hijau celup, harga barang subtitusi/pelengkap teh
hijau celup yang sudah ada di instansi terkait.
Analisis Data
Data yang terkumpul dianalisis secara diskriptif dan kuantitatif yang
kemudian dianalisis dengan analisis regresi. Tingkat pendapatan konsumen teh
hijau celup, harga teh hijau celup, harga barang subtitusi/pelengkap, jumlah
anggota keluarga dan selera konsumen diketahui melalui jawaban kuesioner
responden. Tingkat permintaan konsumen teh hijau diketahui melalui jawaban
kuesioner responden dari total konsumsi teh hijau. Analisis regresi linier berganda
digunakan untuk mengetahui pengaruh beberapa variabel independen yang
meliputi
pendapatan
konsumen,
harga
teh
hijau
celup,
harga
barang
b1
X1
b2
X2
b3
X3 +
b4
b5 . X 5 + e..(2)
Keterangan:
Y = Jumlah permintaan konsumen teh hijau celup (pak/bulan)
a = Konstanta
b = Koefisien regresi
e = Eror
X4 +
dependen.
H1
sig 5 %, = 0,05.
dependen.
H1
dependen.
sig 5 %, = 0,05.
10
DAFTAR PUSTAKA
Asosiasi Teh Indonesia (ATI). 2015. Reformasi Sistem Pemasaran Teh untuk
Kelestasrian Industri Teh Indonesia. ATI, Jakarta.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2016. Kecamatan Tegal Barat dalam Angka 2015.
BPS, Kota Tegal.
Daniel, L. 2009. Mikro Ekonomi Edisi Keenam. PT Indeks, Jakarta (Diterjemakan
oleh N. K. Dewi).
Food and Agriculture Organization of The United Nations (FAO). 2014. World
Tea Production and Trade Current and Future Development 2014. FAO,
United Nations.
Ghozali, I. 2011. Ekonometrika. Badan Penerbit Universitas Diponegoro,
Semarang.
Handewi, R. 2006. Metode Analisis Harga Pangan. Pusat Analisis Sosial Ekonomi
Pertanian, Bogor.
Huntanti, S. 2007. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan
Konsumen Daging Kambing Olahan (Sate). Program S-1 Fakultas
Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang. (Skripsi S-1
Peternakan).
Nawawi, H. 2012. Metode Penelitian Bidang Sosial. Universitas Gajah Mada
Press, Yogyakarta.
11