Asam asetat atau acetic acid atau ethanoic acid adalah senyawa organik yang
termasuk dalam golongan carboxylic acid dengan gugus fungsinya (RCOOH) dan rumus
kimia (CH3COOH). Asam asetat dapat dibuat dari substrat yang mengandung alkohol, yang
diperoleh dari berbagai macam bahan seperti buah buahan, kulit nanas, pulp kopi, dan air
kelapa.
Hasil dari fermentasi asam asetat sering disebut sebagai vinegar yang berarti sour
wine. Dalam keadaan murni asam asetat bebas dari air (asam asetat glasial) merupakan cairan
berwarna bening yang menyerap air dari lingkungan (bersikap higroskopis) dan membeku di
bawah suhu 16,7C (62F) menjadi sebuah kristal padat tidak berwarna. Faktor-faktor yang
diperhatikan dalam pembuatan asam asetat antara lain pemilihan mikroba asam asetat, waktu
fermentasi, keasaman, suhu, serta penambahan alhokol.
Praktikum ini dimulai dengan pembuatan starter, persiapan bahan dan pembuatan
asam asetat. Bahan-bahan yang digunakan antara lain sari buah tomat, air kelapa tua dan air
kelapa muda, fermipan, sukrosa, alkohol, gula rendah kalori, HCl, NaOH dll. Sedangkan alat
yang digunakan antara lain buret, statif, klem, autoclave, erlenmeyer, gelas ukur, beaker glass
aerator, pipet tetes serta kompor listrik. Dan hasil yang diamati antara lain volume sampel,
perubahan densitas, pH serta penentuan kadar asam asetat.
Dari hasil percobaan, didapatkan volume total masing-masing variabel turun seiring
dengan waktu. Hal ini dikarenakan adanya penguapan dari alkohol yang bersifat volatile.
Densitas naik terhadap waktu, karena penurunan volume dan sesuai dengan rumus = m/V.
pH asam asetat berkisar antara 3-4. Serta semakin turunnya kadar asam, hal ini dikarenakan
aerasi yang tidak berjalan lancar. Padahal seharusnya semakin tinggi kandungan gula, maka
kadar asam asetat akan bertambah. Kadar alkohol yang masih bisa ditoleransi oleh mikroba
adalah 6-12%.
Kesimpulan dari percobaan ini adalah semakin lama waktu, semakin sedikit volume
larutan, semakin lama waktu semakin besar densitas, pH asam asetat berkisar antara 3-4,
semakin tinggi kandungan gula, kadar asam asetat yang dihasilkan semakin banyak, kadar
alkohol optimum yang bisa ditoleransi oleh mikroba adalah 6-12%. Saran yang dapat kami
berikan diantaranya adalah usahakan volume total pada awalnya sesuai setelah diatur pH nya,
pastikan aerasinya berjalan dengan benar dan pengukuran variabel harus tepat.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asam asetat atau acetic acid atau ethanoic acid adalah senyawa organic yang
termasuk dalam golongan carboxylic acid dengan gugus fungsinya (RCOOH) dan rumus
kimia (CH3COOH) (Triharto,2010). Asam asetat dapat dibuat dari substrat yang mengandung
alkohol, yang diperoleh dari berbagai macam bahan seperti buah buahan, kulit nanas, pulp
kopi, dan air kelapa. Asam asetat merupakan sumber utama dalam pembuatan garam,
derivate, dan ester asam asetat (Wirtanto,2013).
Pada saat ini produksi asam asetat di Indonesia 36.000 ton/tahun. Dimana jumlah
impor asam asetat semakin tahun semakin meningkat dan pada tahun 2006 mencapai 100.348
ton/tahun. Padahal di Indonesia memiliki banyak sumber daya yang bisa dimanfaatkan
sebagai bahan pembuatan asam diantaranya adalah buah-buahan yang mengandung glukosa.
Pada proses pembuatannya dengan fermentasi aerob hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
pemilihan mikroba, kualitas bahan dasar, fermentasi oleh yeast, keasaman, dan suhu
(Waluyo,1984). Starter yang dapat digunakan yaitu air legen yang memiliki kandungan gula
antara 10-15 % dan air kelapa (Rukmana,1998).
Proses pembuatan asam asetat yaitu dari senyawa C2H5OH (etanol) atau buah buahan
yang mengandung senyawa tersebut melalui proses oksidasi biologis yang menggunakan
mikroorganisme. Etanol dioksidasikan menjadi acetaldehid dan air. Asetaldehid dihidrasi
yang kemudian dioksidasi menjadi asam asetat dan air (Arsyad, 2001).
1.2 Perumusan Masalah
1. Pengaruh jenis starter terhadap pembentukan kadar asam.
2. Pengaruh alkohol terhadap kadar asam asetat.
3. Pengaruh kadar asam asetat terhadap densitas.
1.3 Tujuan Percobaan
1. Membuat inokulum untuk bahan dasar pembuatan asam asetat.
2. Membiakan starter asamasetat dengan menggunakan mikroba
3. Membuat asam asetat dengan fermentasi aerob.
4. Membandingkan produk asam asetat yang terbentuk dengan berbagai kondisi operasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Asam Asetat
Asam asetat merupakan salah satu produk industri yang banyak dibutuhkan di
Indonesia. Asam asetat dapat dibuat dari substrat yang mengandung alkohol, yang diperoleh
dari berbagai macam bahan seperti buah buahan, kulit nanas, pulp kopi, dan air kelapa. Hasil
dari fermentasi asam asetat sering disebut sebagai vinegar yang berarti sour wine. Dalam
keadaan murni asam asetat bebas dari air (asam asetat glasial) merupakan cairan berwarna
bening yang menyerap air dari lingkungan (bersikap higroskopis) dan membeku di bawah
suhu 16,70C (620F) menjadi sebuah kristal padat tidak berwarna (Wirtanto,2013). Asam
asetat atau acetic acid atau ethanoic acid adalah senyawa organic yang termasuk dalam
golongan carboxylic acid dengan gugus fungsinya adalah ( Triharto , 2010):
pekat. Asam asetat jika diencerkan tetap bereaksi asam. Penetapan kadar asam asetat
biasanya menggunakan basa natrium hidroksida, dimana 1 ml natrium hidroksida 1N
setara dengan 60,05 mg CH3COOH (DepKes RI, 1994)
2.3 Kegunaan Asam Asetat
Asam asetat merupakan sumber utama dalam pembuatan garam, derivate, dan ester
asam asetat. Asam asetat dapat digunakan sebagai pelarut zat organic yang baik dan untuk
membuat selulosa asetat yang dibutuhkan untuk pembuatan film, rayon, dan selofan. Asam
asetat juga sebagai pengawet,bumbu-bumbu masak, untuk membuat ester, zat warna dan
propanon. Selain itu asam asetat dapatdigunakan sebagai antiseptic, mencegah tumbuhnya
jamur pada roti, serta penambah rasa pada makanan dalam industri makanan seperti
memperbaiki flavor pada pembuatan mayonnaise, dan memperbaiki flavor dan pengawet
pada pembuatan acar (Pramuka,2013).
2.4 Faktor-Faktor yang Diperhatikan dalam Pembuatan Asam Asetat
a. Pemilihan mikroba asam asetat
Bakteri yang dapat memenuhi syarat yaitu yang produktivitasnya tinggi dan
mempunyai rasa enak. Sebagai contoh Bacterium schutzen bachil / Baterium cuvrum
biasanya dipakai untuk memproduksi asam asetat biasanya dipakai asam asetat dari
etanol dengan quick vinegar process, sedang Bacteruim orleanense pada proses Orleans
(proses lambat) (Nina,2012).
b. Waktu Fermentasi
Salah satu factor pengaruh fermentasi asam asetat yaitu waktu fermentasi. Semakin
lama waktu fermentasi, maka konsentrasi gula reduksi akan semakin rendah,
konsentrasi ethanol yang dihasilkan akan semakin besar, dan semakin besar pula
konsentrasi asam asetat yang dihasilkan (Hardoyo,2007).
c. Keasaman
Kebanyakan mikroba dapat tumbuh pada kisaran pH sebesar 3 4 unit pH atau pada
kisaran 1000 10.000 kali konsentrasi ion hidrogen. Kebanyak bakteri mempunyai pH
optimum sekitar pH 6.5 7.5 (Kusnadi,2003)
d. Suhu
Suhu selama fermentasi mempengaruhi pertumbuhan dari bakteri asam asetat. Bila
suhu:
12-150C : pertumbuhan bakteri lambat, sel selnya menjadi gemuk, pendek.
42-450C : sel bakteri akan memanjang membentuk semacam mycelium yang tidak
bersekat
masuk dari dasar fermentor sehingga mikrobia dapat menggunakan secara effisien.
Untuk mendapatkan hasil (kadar asam asetat) yang kenaikannya relative konstan, maka
pada penelitian ini digunakan system kontinyu (kultur sinambung).
Penelitian yang dilakukan oleh Iia Nurika dan Nur Hidayat ini bertujuan untuk
mengetahui kondisi optimum produksi asam asetat dari air kelapa secara fermentasi
kontinyu dengan menggunakan kolom biooksidasi.
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Rancangan Praktikum
3.1.1 Skema Rancangan Percobaan
3.1.2 Variabel Operasi
1. Variabel Tetap
2. Variabel Berubah : Jenis starter (air kelapa tua, air kelapa muda), volume
alkohol
3. Respon yang diamati : Volume larutan, densitas larutan, dan kadar asam asetat
3.2 Bahan dan Alat yang Digunakan
1. Bahan Utama:
a. Sari buah tomat(pasar)
1600 ml
b. Fermipan
0,5% w
350 ml
350 ml
2. Bahan Pendukung
a. Gula rendah kalori
10 gr
b. Sukrosa
5 gr
c. Alkohol
10 ml
d. Indikator PP
e. HCl
f. NaOH
g. Glukosa anhidris
3. Alat:
a. Erlenmeyer
b. Gelas ukur
c. Beaker glass
d. Buret, statif, klem
e. Aerator
0,05 N
f. Pipet tetes
g. Kompor listrik
h. Autoclave
i. Pengaduk
3.3 Gambar Alat
Erlenmeyer
Gelas Ukur
Beaker Glass
Aerator
Pipet Tetes
Kompor Listrik
Autoclave
Pengaduk
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Percobaan dan Pembahasan 1
4.1.1 Tabel 4.1.1. Hasil Percobaan waktu terhadap volume
Volume Larutan (ml)
Variabel
t0
170,5
176
183
186
173
174
182
185
t1
165
169
171
181
168
169
162
182
t4
161
124
123
144
127
110
150
174
t5
154
102,2
91
121
126
90
148
170
Variabel 1
120
Variable 2
Variabel 3
Variabel 4
Variabel 5
60
Variabel 6
40
Variabel 7
20
0
0
Variabel 8
1
waktu (hari)
absolut, atau alkohol saja, adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar,
tak berwarna, dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Senyawa ini merupakan obat psikoaktif dan dapat ditemukan pada minuman
beralkohol dan termometer modern.
Alkohol suhu penguapannya cukup dekat dengan suhu ruangan dan alkohol titik
didihnya lebih rendah dari air, oleh karena itu alkohol lebih mudah menguap daripada air.
(Kamila, 2010).
Dan yang kedua adalah karena tidak semua sampel terkonversi sempurna menjadi
asam laktat tetapi juga ada yang menjadi gas CO. Jadi volumenya semakin lama
semakin turun.
4.2 Hasil Percobaan dan Pembahasan 2
4.2.1 Tabel 4.2.1. Hasil Percobaan waktu terhadap densitas
Densitas (gr/ml)
Variabel
t0
0,952
0,970
0,952
0,949
0,98
1,003
0,996
0,958
t1
0,961
0,989
0,99
0,992
0,993
0,995
0,996
0,998
t4
0,867
0,841
0,867
0,868
0,862
0,850
0,832
0,837
t5
1,0012
0,9807
1,04209 1,0175
1,021
1,013
0,995
0,964
1.2
1
Variabel 1
0.8
densitas (gram/ml)
Variabel 2
Variabel 3
0.6
Variabel 4
0.4
Variabel 5
Variabel 6
0.2
0
0
Variabel 7
Variabel 8
1
waktu (hari)
m
V .
Pada proses fermentasi, bakteri genus Acetobacter menghasilkan asam asetat dan
air secara aerob. Sesuai reakasi :
Reaksi :
CH3CH2OH + O2
CH3CHO + H2O
CH3CH(OH)2 + O2
oksida
hidrasi
CH3CHO + H2O
CH3CH(OH)2
oksida
CH3COOH + H2O
Dari reaksi aerob diatas, dihasilkan kenaikan berat molekul dalam larutan. Sehingga densitas
menjadi naik.
t0
t1
t4
t5
Variabel 8
Variabel 7
2.5
pH
Variabel 6
Variabel 5
1.5
Variabel 4
Variabel 3
0.5
Variabel 2
0
0
Variabel 1
1
waktu (hari)
substrat tidak seluruhnya terdegradasi sedang waktu fermentasi yang terlalu lama, asam
asetat akan teroksidasi menjadi karbon dioksida dan air. Semakin lama waktu fermentasi
maka Acetobacter aceti akan lebih aktif untuk mengubah alkohol menjadi asam asetat
sehingga keasaman nira aren akan semakin tinggi, dalam pembuatan cuka melibatkan
proses fermentasi alkohol dan fermentasi asam asetat secara berkesinambungan.
Fermentasi asam cuka atau asam asetat pada dasarnya merupakan fermentasi lanjut
produk fermentasi alkohol. Sebelum pembuatan cuka bahan baku tampak sedikit lebih
kental namun setelah mengalami proses fermentasi menjadi cuka, bentuknya menjadi
encer dan baunya sangat asam.(Hesty Leasa, 2011).
Menurut Rahayu (2007) pada umumnya, semakin meningkatnya kandungan asam
suatu bahan maka nilai pH akan semakin turun. Penurunan pH diduga disebabkan oleh
peningkatan konsentrasi zat-zat asam selama proses fermentasi. Sreeramulu et. al.,
(2000) dalam Afifah (2010) menyatakan bahwa penurunan pH terjadi karena selama
proses fermentasi mensintesis gula menjadi etanol dan oleh bakteri asetat dirombak
menjadi asam-asam organik, seperti asam asetat dan asam glukonat dan beberapa
konsentrasi asam-asam organik tersebut mengakibatkan penurunan pH medium
fermentasi.
4.4 Hasil Percobaan dan Pembahasan 4
4.4.1 Tabel 4.1.1. Hasil Percobaan jenis media starter terhadap kadar asam
Kadar asam asetat (%w)
Variabel
t0
0,01
0,012
0,011
0,0063
0,0061
t1
t4
0,00346
0,01
t5
0,0015
0,00765
0,0023
0,00354 0,0044
0,015
0,0086
Variabel 1
0.01
Variabel 2
Variabel 3
Variabel 4
0
0
0 1 2 3 4 5 6
waktu (hari)
Gambar 4.4.2.1 Pengaruh waktu terhadap kadar asam asetat dengan media starter air
kelapa tua
0.02
0.01
0.01
0.01
Variabel 5
Variabel 6
0.01
Variabel 7
0.01
Variabel 8
0
0
0
0
Gambar 4.4.2.2 Pengaruh waktu terhadap kadar asam asetat dengan media starter air
kelapa muda
4.4.3 Pengaruh jenis media starter terhadap kadar asam asetat
Fermentasi rosella menjadi cuka terjadi dengan adanya senyawa gula dengan
penambahan ragi akan merombak senyawa gula menjadi monosakarida, dan dari
monosakarida dengan bantuan ragi membentuk senyawa alkohol dan keluarnya gas CO.
Selanjutnya melalui bantuan bakteri acetobacter dan oksigen menghasilkan asam asetat
dengan reaksi sebagai berikut:
1(10ml)
2(15ml)
t0
0,01
0,012
0,011
t1
t4
0,003746 0,00606
7
0,00346 0,01
t5
0,0015
0,0023
0,00765
0,0063
0,0061
0,015
0,0086
Variabel 1
Variabel 5
0
0
0 1 2 3 4 5 6
waktu (hari)
Gambar 4.5.2.1 Pengaruh waktu terhadap kadar asam asetat dengan penambahan alkohol
10 ml
0.01
0.01
0.01
0.01
kadar asam asetat (%)
0.01
Variabel 2
Variabel 6
0
0
0
0 1 2 3 4 5 6
waktu (hari)
Gambar 4.5.2.2 Pengaruh waktu terhadap kadar asam asetat dengan penambahan alkohol
15 ml
0.02
0.01
0.01
0.01
kadar asam asetat (%) 0.01
0.01
Variabel 3
Variabel 7
0
0
0
0 1 2 3 4 5 6
waktu (hari)
Gambar 4.5.2.3 Pengaruh waktu terhadap kadar asam asetat dengan penambahan alkohol
20 ml
0.01
0.01
0.01
0.01
0.01
kadar asam asetat (%) 0.01
0
Variabel 4
Variabel 8
0
0
0
0 1 2 3 4 5 6
waktu (hari)
Gambar 4.5.2.4 Pengaruh waktu terhadap kadar asam asetat dengan penambahan alkohol
25 ml
4.5.3 Pengaruh jumlah alkohol terhadap kadar asam asetat
Proses produksi asam asetat dapat dilakukan secara kimiawi dan biologis. Proses
kimiawi produksi asam asetat yang banyak dilakukan adalah oksidasi butana. Untuk
kebutuhan pangan, produksi asam asetat harus dilakukan melalui proses biologis, salah
satunya adalah fermentasi dari bahan baku alkohol. Fermentasi dilakukan dengan
menggunakan bakteri dari genus Acetobacter dalam kondisi aerobik. Salah satu spesies
yang banyak digunakan untuk fermentasi asam asetat adalah Acetobacter aceti. Reaksi
dasar fermentasi asamasetat adalah seperti pada persamaan
Menurut Presscot dan Dunn dalam Tyasning, apabila kadar alkohol 14% atau
lebih akan terbentuk suatu lapisan yang akan menghambat proses fermentasi, sehingga
tidak semua alkohol dapat diubah menjadi asam asetat. Bila kadar alkohol kurang dari 1
atau 2% asam asetat yang terbentuk akan teroksidasi menjadi air dan karbondioksida.
Alkohol dalam konsentrasi tinggi akan memperlemah aktivitas, bahkan bisa menjadi
racun bagi bakteri Acetobacter aceti pada proses fermentasi asam asetat. Oleh karena itu
dilakukan pengujian pengaruh berbagai konsentrasi alkohol di dalam media terhadap
produksi asam asetat. Adapun konsentrasi alkohol yang digunakan adalah antara 6%
sampai 12%.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Semakin lama waktu, semakin sedikit volume larutan
2. Semakin lama waktu, semakin besar densitas
3. pH asam asetat berkisar antara 3-4
4. Semakin tinggi kandungan gula, kadar asam asetat yang dihasilkan semakin banyak
5. Kadar alkohol optimum yang bisa ditoleransi oleh mikroba adalah 6-12%
5.2. Saran
1. Usahakan volume total pada awalnya sesuai setelah diatur pH nya
2. Pastikan aerasinya berjalan dengan benar
3. Pengukuran variabel harus tepat.
Massa NaOH
N=
0,05 =
m NaOH
1000
Mr NaOH x 500
m NaOH
x2
40
M NaOH = 1 gr
LEMBAR PERHITUNGAN
1.Kalibrasi picnometer
M picnometer kosong = 23,4 gr
M picnometer + aquadest = 47,8 gr
M aquadest = 24,4 gr
T aquadest = 27C
aquadest pada 27C = 0,997 gr/ml
V aquadest = m/ = 24,4/0,997 = 24,47 ml
2.Densitas
a.Variabel 1
M variabel 1 = 24,5 gr
V = 24,47 ml
= 1,0012 gr/ml
3. Kadar asam asetat
Kadar =
V x N (NaOH)
V total larutan
x Mr CH 3 COOH x
x fp
equivalen
V yang dititrasi
4 x 0,05
170,5
x 60 x
x 10
= 2046 mg = 2,046 gr
1
10
2,046
=0,01
162,316
M asam asetat =
3,8 x 0,05
176
x 60 x
x 10
= 2006,4 mg = 2,0064 gr
1
10
2,0064
=0,012
170,72
3,5 x 0,05
183
x 60 x
x 10
= 1921,5 mg = 1,9215 gr
1
10
1,9215
=0,011
174,216
2 x 0,05
186
x 60 x
x 10
= 1116 mg = 1,116 gr
1
10
1,116
=6,3 x 10
176,514
2 x 0,05
173
x 60 x
x 10
= 1038 mg = 1,038 gr
1
10
1,038
=6,1 x 10
169,54
Hari ke-0
M asam asetat =
3 x 0,05
174
x 60 x
x 10
= 1566 mg = 1,566 gr
1
10
1,566
=8,98 x 10
174,552
2,2 x 0,05
182
x 60 x
x 10
1
10
= 1201,2 mg = 1,2012 gr
1,2012
=6,63 x 10
181,272
1,6 x 0,05
185
x 60 x
x 10
= 888 mg = 0,888 gr
1
10
0,888
=5,01 x 10
177,23