PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Teknik kimia merupakan ilmu teknik yang mempelajari pemrosesan
bahan mentah menjadi barang yang lebih berguna. Seorang sarjana teknik
kimia harus dapat memahami dan merancang suatu proses pengolahan bahan
baku menjadi produk yang lebih berguna. Untuk mengolah bahan baku
menjadi produk yang berguna diperlukan reaktor. Sistem yang terbatas dan
sesuai kondisi operasi tertentu, sistem inilah yang disebut sebagai reaktor.
Perancangan reaktor harus dilakukan secara detail karena reaktor merupakan
alat utama yang berperan dalam proses pembuatan suatu produk. Peran
seorang sarjana teknik kimia adalah merancang reaktor yang efisien agar hasil
yang didapatkan maksimal.
Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja reaktor. Perlakuan paling
tepat pada faktor faktor tersebut merupakan masalah utama dalam
perancangan reaktor (Levenspiel, 1999). Pada beberapa perancangan reaktor
yang telah ada, perhitungan berbagai macam data dilakukan dengan metode
numerik secara manual. Perhitungan tersebut merupakan masalah numerik
yang kompleks. Sebagai perbaikan metode yang telah ada, akan dilakukan
perancangan dan simulasi reaktor secara numerik menggunakan perangkat
lunak yang disebut Scilab. Perangkat lunak ini hampir menyerupai Matlab,
sebagai sebuah program interaktif untuk komputasi numerik dan visualisasi
data (Sasongko, 2010). Dua kelebihan utama dari Scilab yaitu gratis
(freeware) dan tersedia untuk berbagai sistem operasi seperti Windows, Mac
OS/X, Unix dan Linux.
1.2. Rumusan Masalah
Reaktor merupakan sistem yang terbatas sesuai kondisi operasi
tertentu maka dalam merancang sebuah reaktor diperlukan banyak
pertimbangan dan perhitungan yang kompleks. Pertimbangan tersebut
diantaranya adalah jenis reaktor, volume reaktor yang dibutuhkan, kondisi
operasi reaktor, serta konversi yang dihasilkan oleh reaktor tersebut.
Pehitungan-perhitungan
mengenai
neraca
massa,
kinetika
reaksi,
secara manual tidak memungkinkan hasil yang tepat dan akurat, maka dengan
menggunakan Scilab 5.1.1 diharapkan dapat menyelesaikan perhitungan
tersebut sehingga lebih cepat dan akurat.
1.3. Tujuan
1. Menyusun program komputasi dan merancang reaktor alir pipa nonadiabatis pada reaksi pembentukan stirena.
2. Dapat mensimulasikan dan menentukan profil hubungan suhu terhadap
konversi.
3. Dapat mensimulasikan dan menentukan profil hubungan suhu terhadap
volume reaktor.
1.4. Manfaat
1. Mahasiswa mampu menyusun program Scilab dalam perancangan reaktor
alir pipa non-adiabatis pada pembentukan stirena.
2. Mahasiswa mampu mensimulasikan dan menentukan profil hubungan suhu
terhadap konversi.
3. Mahasiswa mampu mensimulasikan dan menentukan profil hubungan suhu
terhadap volume reaktor.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Dasar Teori
2.1.1. Jenis Reaktor Berdasarkan Prosesnya
Dalam perancangan sebuah sistem produksi, salah satu komponen
utama yang perlu diperhatikan adalah reaktor. Pemilihan reaktor didasarkan
pada jenis reaktan serta kondisi operasi dari reaktor tersebut. Secara umum,
reaktor ideal terbagi menjadi 3 jenis: reaktor batch, reaktor plug flow dan
reaktor mixed flow (Levenspiel, 1999).
Gambar 2.1 Tiga jenis reaktor ideal: (a) reaktor batch; (b) reaktor plug
flow; dan (c) reaktor mixed flow
a. Reaktor Batch
Pada reaktor batch, reaktan dimasukkan ke dalam tangki kemudian
dilakukan pengadukan dan dibiarkan bereaksi dalam waktu tertentu. Setelah
itu campuran dialirkan keluar tangki dan tangki diisi kembali dengan reaktan
yang baru (Levenspiel, 1999).
2NO(g) + Br2(g)
b. Bimolekuler
Pada reaksi bimolekuler, terdapat dua buah senyawa yang berperan
sebagai zat reaktan dalam sebuah reaksi.
Contoh: 2H2(g) + O2(g)
2H2O(g)
4. Reaksi Kompleks
a. Reaksi Seri
Reaksi seri atau reaksi konsekutif yaitu dari reaktan terbentuk
produk antara yang aktif kemudian lebih lanjut berubah menjadi produk
lain yang stabil. Reaksi seri yang terkenal pada skala industri adalah reaksi
antara etilen-oksid dan ammonia berurutan terbentuk mono-etanol-amin,
kemudian reaksi berlanjut terbentuk di-etanol-amin dan produk akhir
adalah tri-etanol-amin (Harsanti, 2015).
C2H4O+NH3NH3
HOCH2CH2NH2
(HOCH2CH2NH)2NH
(HOCH2CH2)3N
b. Reaksi Paralel
Reaksi paralel atau reaksi samping (competitive reaction) yaitu dari
reaktan yang sama dihasilkan produk yang berbeda melalui jalur reaksi
yang berbeda pula. Contoh reaksi paralel yang cukup terkenal pada skala
industri adalah reaksi oksidasi terhadap etilen akan dihasilkan produk yang
diinginkan adalah etilen oksid sementara selama terjadi reaksi oksidasi
sebagian etilen terbakar sempurna dan dihasilkan produk yang tidak
diinginkan adalah uap air dan karbon dioksida (Harsanti, 2015).
C2H4 + O2
C2H4O
C2H4 + 3O2
2CO2 + 2H2O
kebanyakan
berlangsung
secara
endotermis
yaitu
membutuhkan panas.
Reaksi monomolekuler merupakan reaksi berlangsung dengan
molekul reaktan yang sama. Sebagai contoh adalah reaksi polimerisasi
kondensasi, dekomposisi, dan dehidrogenasi (cracking).
Reaksi paralel merupakan reaksi dimana suatu reaktan akan
menghasilkan produk yang berbeda, sehingga ada selektivitas reaktan
untuk menghasilkan produk yang satu terhadap yang lain. Proses
pembuatan stirena dari etilbenzena berdasarkan pada reaksi dehidrogenasi
pada molekul etilbenzena dengan melepaskan dua atom hidrogen dari
cabang etil. Reaksi berlangsung dalam fasa gas, bersifat reversibel
endotermis. Panas yang dibutuhkan digunakan untuk memutus ikatan C-H.
Reaksi Utama:
C6H5C2H5(g) C6H5C2H3(g) + H2(g)
Reaksi dehidrogenasi ini juga menimbulkan reaksi samping sebagai
berikut:
C6H5C2H5(g) C6H6(g) + C2H4(g)
2.2.2. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk
A. Spesifikasi Bahan Baku
Etilbenzena
Benzena
= 0,867 g/mL
= 0,6268 cp
C.
Stirena
Hidrogen
Hof hidrogen
=0
Hof etilbenzena
Hof stirena
Horeaksi
Dengan
demikian
reaksi
yang
berlangsung
adalah
= Goproduk - Goreaktan
= (Gostirena + Gohidrogen) (Goetilbenzena)
= (21,39 + 0 13,073) x 107 J/kmol
= 8,317 x 107 J/kmol
Go
= -RT ln K
ln K
= -Go/ RT
7
8,317 x 10 J /kmol
J
8314
x 298 K
kmol . K
= -33,569
= 2,63 x 10-15
K 2 H reaksi
1
1
=
x
K1
R
T1 T 2
ln
K 298
8,314 J /(mol . K )
298 K 923 K
ln
K 923
2,63 x 1015
K 923
15
2,63 x 10
=32,1
=e32,1
29
K 923 =3,014 x 10
)
)
reaksi
Benzena
Etilen
= 298K :
Hof Etilbenzena
Hof Benzena
= 8,288 x 107J/kmol
Hof Etilen
= 5,251 x 107J/kmol
Horeaksi
= temperatur reaksi; K
PE
Ea
= temperatur mutlak
Dari persamaan Arhenius, diketahui bahwa dengan bertambahnya
suhu reaksi maka akan memperbesar harga konstanta kecepatan reaksi (k),
yang berarti mempercepat kecepatan reaksinya.
2.2.6. Kasus yang Akan Dirancang
2.2.6.1. Neraca Massa
Tabel 2.1 Neraca Massa pada Reaktor
Komponen
C8H10
C8H8
H2
C6H6
C2H4
C7H8
CH4
Total
Masuk (kg/jam)
8816,984
0
0
12,029
0
71,884
0
8900,897
Keluar (kg/jam)
881,698
7557,868
143,367
68,713
20,358
205,609
23,283
8900,897
Masuk (kJ/jam)
Keluar (kJ/jam)
11995089,2019
1199508,9202
9612991,0433
1305801,3519
85554,7181
31641,6910
259205,1758
47862,6217
8519931,0255
0
21062496,5476
0
0
14977,7705
0
85491,3076
0
0
8966938,2676
21062496,5476
2.2.6.3. Data Cp
Tabel 2.3 Data Panas Jenis
Kompone
Tmin, K
n
C8H10
C8H8
H2
C6H6
C2H4
C7H8
CH4
200
100
250
200
60
200
50
Tmax, K
Cp at Tmin x
Cp at Tmax x
1500
1500
1500
1500
1500
1500
1500
1E-05
0,8912
0,8931
0,2843
0,5358
0,3338
0,7016
0,3330
1E-05
3,6147
3,2416
0,3225
2,4157
1,0987
3,0029
0,8890
BAB III
METODE PENYELESAIAN
3.1. Pemodelan Kasus
Reaksi pembuatan stirena dari etilbenzena:
C6H5C2H5(g) C6H5C2H3(g) + H2(g)
A
Reaksi samping:
C6H5C2H5(g) C6H6(g) + C2H4(g)
A
FAe
T0
Te
= Suhu reaksi
= Volume
= Penambahan Volume
3.2. Algoritma
3.2.1.Neraca Massa
A = A0 A
dV
1
=
d F A r A
F
dV
= A0
d X A r A
Laju Reaksi
Reaksi pembentukan stirena pada hidrogenasi etilbenzena merupakan
1 = 1 2BC
2 = 3
= 1 + 2BC 3
Pada kondisi setimbang, laju pembentukan produk sama dengan
laju pembentukan kembali reaktan (-rA1 = 0).
1 = 1 2BC
1 = 2BC
k1 C B C C
=
=K 1
k2
CA
dan k3 =
1
CA
K2
Stoikiometri
Konsentrasi CA dalam suatu reaksi dapat dinyatakan sebagai:
Asumsi umpan terdiri dari etilbenzena murni dengan laju alir 8816,984
kg/jam = 1,386 kmol/menit.
Nilai epsilon () penghitungan CA reaksi 1
= (-1+1+1) x (FA0/Ftotal) = 1(FA0/Ftotal) = 1(1/1) = 1
Nilai epsilon () penghitungan CA reaksi 2
= (-1+1+1) x (FA0/Ftotal) = 1(FA0/Ftotal) = 1(1/1) = 1
NIlai P=P0
Nilai konsentrasi senyawa tiap waktu:
A
A
A
1X
1X
1X
A
A
A
CA = C6H5C2H5(g) = 1+ X + 1+ X = 1+ X
C A0
C A0
2C A 0
A
1X
A
CB = C6H5C2H3(g) = 1+X
C A0
A
1X
A
CC = H2(g) = 1+ X
C A0
A
1X
A
CD = C6H6(g) = 1+X
C A0
A
1X
A
CE = C2H4(g) = 1+ X
C A0
Kombinasi
= 1 2BC + 3
A
A
A
A
1X
1X
1X
1X
A
A
A
A
1+ X
= k1( 1+ X ) k2( 1+ X )(
+ k3( 1+ X )
T0
( )
T
2C A 0
C A0
2C
A0
CA 0
dV F A 0
=
dX A r A
A
1X
A
1+ X
A
1X
A
1+ X
A
1X
A
1+ X
A
1X
A
1+ X
2 CA 0
T0
( )+k 3
T
C A0
T
( 0 )
T
C A0
T0
( ) k 2
T
2 CA 0
k1
dV F A 0
=
dX A
3.2.3. Hubungan T vs XA
dT
dT dV
=
x
d X A dV d X A
A
1X
A
1+ X
A
1X
A
1+ X
A
1X
A
1+ X
A
1X
H RX (T )
A
= Ua ( TaT )+ (rA ) x
1+ X
2 CA 0
T0
( )+k 3
T
C A0
T
( 0 )
T
C A0
T0
( ) k 2
T
2 CA 0
k1
F A0
A
1+ X
A
1X
A
1+ X
Menghitung nilai V dari persamaan:
A
1X
F
dV
= A0
d X A r A
A
1+ X
A
1X
Input data D
T0
( )+k 3
T
C A0
T0
Tampilkan Profil ( T )
C A0
T0
( ) k 2
T
2 CA 0
k1
F A0
END
3.4. Bahasa Pemrograman