Anda di halaman 1dari 10

Buku Putih

Sanitasi
Musi Rawas
Utara
Tahun 20152020

BAB V
AREA BERESIKO SANITASI
5.1. Area Beresiko Sanitasi
5.1.1 Area Beresiko Tinggi dan Permasalahan Utama
Risiko sanitasi adalah terjadinya penurunan kualitas hidup, kesehatan, bangunan dan atau
lingkungan akibat rendahnya akses terhadap layanan sektor sanitasi dan perilaku hidup
bersih dan sehat. Ditetapkannya area beresiko berdasarkan tingkat resiko sanitasi, sebagai
salah satu kriteria untuk menentukan prioritas dari pelaksanaan program/kegiatan sektor
sanitasi.
Penentuan area risiko sanitasi di Kabupaten Musi Rawas Utara dilakukan dengan cara
pemberian skoring pada 17 Kelurahan/desa berdasarkan beberapa indikator yang berasal
dari data sekunder, studi EHRA dan persepsi SKPD. Indikator-indikator yang digunakan
merupakan hasil kesepakatan pokja, yaitu :
1. Persepsi SKPD merupakan penilaian secara subyektif dari masing masing institusi yang
menjadi anggota Pokja Sanitasi Kabupaten Musi Rawas Utara terhadap kondisi sanitasi
di setiap kelurahan/desa, antara lain:
a. Dinas Kesehatan menilai berdasarkan tidak tersedianya sarana CTPS, masih ada
warga yang BABS, terdapat jentik nyamuk di sekitar rumah, kandang ternak
didalam rumah, tidak tersedia tempat sampah di sekitar rumah, terdapat genangan
air di sekitar lingkungan permukiman, kesulitan akses air bersih, sarana jamban
belum leher angsa dan tempat penampungan tinja berupa cubluk.
b. Bappeda menilai berdasarkan tidak adanya petugas pengangkut sampah dari
permukiman ke TPS, sampah dibuang di saluran, belum terakses air bersih
PDAM, mata air terbuka/tidak dilindungi, sumur belum ada bibir sumurnya, ratarata penduduknya kurang mampu, air buangan rumah menggenang (comberan),
sampah menumpuk berhari-hari dan tidak ada petugas pengangkut sampah.
c. Dinas PU :
Menilai berdasarkan badan drainase masih tanah sehingga resapan air tidak
terarah, dimensi drainase tidak sesuai volume air, drainase tersumbat sampah,
limbah rumah tangga mengalir ke halaman sehingga mencemari sumur

Buku Putih Sanitasi (BPS) |V-1

Buku Putih
Sanitasi
Musi Rawas
Utara
Tahun 20152020
gali/tangan, kurangnya kesadaran masyarakat akan bahaya limbah, belum
terakses air bersih PDAM, topografi lingkungan yang datar bahkan cekung

menjadi penyebab timbulnya genangan.


Menilai berdasarkan ada tidaknya peran serta masyarakat dalam mengelola
sampah, tidak ada petugas pengangkut sampah dari rumah ke TPS,
kurangnya jumlah petugas dan armada pengangkut sampah, bak
penampungan sampah/TPS belum tersedia atau belum memadai dengan

volume sampah, cara memilah sampah belum dipahami dengan benar.


d. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa melihat minimnya
kesadaran warga untuk menjaga higienitas lingkungannya, kepemilikan jamban
pribadi rendah, saluran drainase banyak yang mampet, saluran air tidak permanen
(hanya parit-parit kecil), masih adanya kondisi dimana jarak antara sumur gali
dengan MCK kurang dari 10 meter, masyarakat belum menyadari pentingnya
pengelolaan sampah dengan benar (pola 3R).
e. Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup melihat kondisi ditemukannya air sumur
berwarna hitam/keruh dan berbau, masih ditemukan warga BAB di pekarangan
atau sungai, pembuangan sampah rumah tangga masih tercampur dan dibuang
sembarangan, ditemukan saluran drainase tidak tertutup dan ada genangan air di
f.

jalan, lingkungan kotor (kurang dijaga kebersihannya),


Dinas Pendidikan Kabupaten Musi Rawas Utara, melihat kondisi sarana prasarana
sanitasi dan pembinaan pola hidup sehat bagi siswa.

2. Studi EHRA merupakan data primer yang diambil dari 40 responden (ibu rumah tangga)
di 17 (Tujuh Belas) desa/kelurahan. Beberapa hasil studi EHRA tersebut dipilih dan
disepakati oleh Pokja Sanitasi Kabupaten Musi Rawas Utara sebagai indikator penentu
area risiko sanitasi, yaitu :
a. Sumber air minum
b. Air Limbah Domestik
c. Persampahan
d. Banjir/Genangan
e. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
3. Data sekunder merupakan data yang sudah tersedia di instansi terkait di Kabupaten
Musi Rawas Utara sebagai indikator untuk menentukan kondisi area risiko sanitasi,
antara lain :

Buku Putih Sanitasi (BPS) |V-2

Buku Putih
Sanitasi
Musi Rawas
Utara
Tahun 20152020
a. Sarana PDAM yaitu cakupan pelayanan PDAM berupa sambungan rumah
dibandingkan dengan total populasi.
b. Penerima BLSM, hal ini menunjukkan data tentang keluarga miskin.
c. Akses terhadap kepemilikan jamban pribadi, hal ini berkaitan dengan orang tidak
memiiki akses terhadap jamban pribadi memiliki peluang (resiko) lebih besar
terkena penyakit, misalnya diare.
d. Kepadatan penduduk sebagai indikasi banyaknya limbah domestik dan sampah
yang dihasilkan, sempitnya lahan, biasanya dihuni oleh masyarakat menengah ke
bawah.

Buku Putih Sanitasi (BPS) |V-3

Buku Putih Sanitasi


Musi Rawas Utara
Tahun 2015-2020
Peta 5.1
Peta Area Berisiko Sanitasi Komponen Air Limbah Domestik

Sumber: Hasil Analisis Pokja, 2015

Keterangan :
Dari Peta 5.1. di atas menjelaskan untuk kelurahan resiko sanitasi Sektor Air Limbah dengan Resiko Sangat tinggi ada kelurahan yang di tandai dengan warna
merah, untuk daerah resiko sanitasi tinggi ada Kelurahan dan desa yang di tandai dengan warna kuning dan desa dan kelurahan untuk resiko sanitasi sedang
dan rendah.
Buku Putih Sanitasi (BPS) |V-4

Buku Putih
Sanitasi
Musi Rawas
Utara
Tahun 20152020
Tabel 5.1 : Area beresiko sanitasi Air Limbah Domestik

Sumber : Analisis Pokja Sanitasi Kab. Musi Rawas Utara 2015

Keterangan :
Penentuan area beresiko sanitasi sektor air limbah didapat dari pemberian skor pada data Sekunder , Primer (hasil Studi
Ehra) dan Persepsi SKPD Terkait Sanitasi yang hasilnya bahwa untuk Resiko sangat tinggi terdapat di Dua Kelurahan dan
Tiga Desa, Resiko Tinggi ada Satu Kelurahan dan empat desa yang dapat dilihat pada tabel 5.1 di atas.

Buku Putih Sanitasi (BPS) |V-5

Buku Putih Sanitasi


Musi Rawas Utara
Tahun 2015-2020
Peta 5.2
Peta Area Berisiko Sanitasi Komponen Persampahan

Sumber: Hasil Analisis Pokja, 2015

Keterangan :

Buku Putih Sanitasi (BPS) |V-6

Buku Putih Sanitasi


Musi Rawas Utara
Tahun 2015-2020
Dari Peta 5.2. di atas menjelaskan untuk kelurahan resiko sanitasi Sektor Persampahan dengan Resiko Sangat tinggi ada 2 kelurahan dan 3 desa yang di
tandai dengan warna merah, untuk daerah resiko sanitasi tinggi ada 2 Kelurahan dan 13 desa yang di tandai dengan warna kuning dan 49 desa dan 2
kelurahan untuk resiko sanitasi sedang dan rendah

Buku Putih Sanitasi (BPS) |V-7

Buku Putih
Sanitasi
Musi Rawas
Utara
Tahun 20152020
Tabel 5.2 : Area Beresiko Sanitasi Persampahan

Sumber : Analisis Pokja Sanitasi Kab. Musi Rawas Utara 2015

Keterangan :
Penentuan area beresiko sanitasi sektor air Persampahan didapat dari pemberian skor pada data Sekunder , Primer (hasil
Studi Ehra) dan Persepsi SKPD Terkait Sanitasi yang hasilnya bahwa untuk Resiko sangat tinggi terdapat dua Kelurahan
dan 5 desa, Resiko Tinggi ada di satu Kelurahan yang dapat dilihat pada tabel 5.2 di atas

Buku Putih Sanitasi (BPS) |V-8

Buku Putih Sanitasi


Musi Rawas Utara
Tahun 2015-2020
Peta 5.3
Peta Area Berisiko Sanitasi Komponen Drainase

Sumber: Hasil Analisis Pokja, 2015

Keterangan :
Dari Peta 5.2. di atas menjelaskan untuk kelurahan resiko sanitasi Drainase dan banjir dengan Resiko Sangat tinggi ada 2 kelurahan yang di tandai dengan
warna merah, untuk daerah resiko sanitasi tinggi ada 2 Kelurahan dan 7 desa yang di tandai dengan warna kuning dan 58 desa dan 2 kelurahan untuk resiko
sanitasi sedang dan rendah.
Buku Putih Sanitasi (BPS) |V-9

Buku Putih
Sanitasi
Musi Rawas
Utara
Tahun 20152020
Tabel 5.3 : Area beresiko sanitasi Drainase

Sumber : Analisis Pokja Sanitasi Kab. Musi Rawas Utara 2015

Keterangan :
Penentuan area beresiko sanitasi sektor Drainase dan banjir didapat dari data Sekunder , Primer (hasil Studi
Ehra) dan Persepsi SKPD Terkait Sanitasi yang hasilnya bahwa untuk Resiko sangat tinggi terdapat dua
Kelurahan dan tiga desa, Resiko Tinggi ada di tiga desa yang dapat dilihat pada tabel 5.3 di atas.

Buku Putih Sanitasi (BPS) |V-10

Anda mungkin juga menyukai