Anda di halaman 1dari 7

TUGAS ANTROPOLOGI

KELOMPOK 3

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
2015/2016

NAMA KELOMPOK :
1. ADE IRMA SURYANI
2. BUDI IRAWAN
3. EVIN SEPRINSON PURBA
4. FAIZAH LUDDIANA SARI
5. LISTA GUSPANI
6. MIRTA RODENA VALENT
7. RANI FITRIA
8. REDO NOPEBRI
9. RISKA SYAHPUTRY
10. ULBA UTAMI
11. WILLY HERDYANA
12. YOSI NURJANA
13. YULFITRIA NINGSIH
14. YUYUN AFRIKA SARI

Etika Dalam Keperawatan Ketika Menghadapi


Masalah Euthanasia

TINJAUAN KASUS
Contoh kasus etika dalam keperawatan ketika menghadapi masalah euthanasia :
Di suatu rumah sakit terdapat seorang pasien dengan keadaan koma, karena ada
permasalahan dalam batang otaknya. Pasien tersebut hanya dapat hidup dengan
menggunakan alat bantu mekanik. Dokter berkeyakinan bahwa penyakit itu tidak bisa
disembuhkan, maka setelah bermusyawarah dengan keluarga klien, dokter menyarankan
untuk melepas alat-alat bantu mekanik tersebut dan meminta perawat untuk melakukan
tindakan itu. Dengan tanpa pertimbangan yang panjang si perawat langsung melakukan
tindakan tersebut sehingga tak berselang lama pasien pun meninggal dunia. Terlepas dari
kejadian itu sebenarnya perawata mengalami pilihan yang sulit antara menjalankan
tindakan dan tidak menjalankan tindakan karena sebagai manusia biasa perawat pun
masih meyakini bahwa tindakan tersebut memerlukan pertanggungjawaban kepada tuhan
yang maha esa ataupun kepada pengadilan atsa perbuatan yang dilakukan itu, namun
disisi lain perawat juga harus menjalankan tindakan yang dirasa terbaik dari sisi medis
dan pertimbangna keluarga.

PEMBAHASAN
Dalam kasus ini seharusnya perawat tidak begitu saja melakukan tindakan
tersebut, tapi dengan posisi sebagai perawat, seharusnya perawat tersebut menimbang
kembali alasan-alasan dan akibat-akibatnya jika tindakan tersebut harus terpaksa
dilakukan. Peran perawat seharusnya dijalankan dalam menghadapi kasus seperti ini
diantaranya :
1. Sebagai Conselor, yaitu perawat memberikan pertimbangan-pertimbangan
kepada pihak keluarga bahwa eutanasia bukanlah jalan satu-satunya untuk
menyelesaikan masalah. Perawat bisa memberikan saran-saran lain kepada
keluarga. Dan jika euthanasia tetap dilakukan, maka perawat tersebut melanggar
perannya.

2. Sebagai Advocat, yaitu perawat memberikan pembelaan terhadap hak-hak pasien


untuk hidup dan meneruskan kehidupannya itu. Dalam hal ini kita dapat
memberikan pendapat kepada dokter yang memutuskan tindakan itu agar dokter
mempertimbangkan lagi keputusan itu bukan sebagai keputusan terakhir yang
harus dilakukan.
Sesuai dengan tinjauan teori di atas, bahwa banyak aspek yang menjadi
pertimbangan perawat dalam menyikapi euthanasia diantaranya adalah aspek
hukum, dalam hal ini kita tahu bahwa KUHP banyak membahas ketentuan
tentang penghilangan nyawa seseorang.
Dipandang dari segi hak asasi, tentunya pasien bagaimanapun kondisinya
masih mempunyai hak untuk hidup. Kematian yang disebabkan oleh euthanasia
sudah tentu melanggar hak asasi pasien untuk hidup.
Dari segi ilmu pengetahuan, kehidupan itu memang harus dipertahankan
bagaimanapun caranya. Karena pengetahuan medis dapat memperkirakan
kemungkinan keberhasilan upaya tindakan medis untuk mencapai kesembuhan
ataupun pengurangan penderitaan pasien.
Sedangkan dari segi agama, kelahiran dan kematian adalah hak mutlak
dari Tuhan, sehingga tidak ada seorangpun di dunia ini yang mempunyai hak
untuk

memperpanjang

atau

memperpendek

umurnya

sendiri,

karena

sesungguhnya hanya Tuhanlah yang berhak menentukan kelahiran dan kematian


seseorang. Sedangkan menurut ahli agama, melarang tindakan euthanasia
apapun alasannya. Tenaga kesehatan termasuk perawat yang melakukan perintah
dokter melakukan dosa besar dabn melawan kehendak Tuhan, yaitu
memperpendek umur.
Jadi dari beberapa alasan diatas dapat dikatakan bahwa euthanasia tidak
boleh begitu saja dilakukan oleh perawat atau tenaga kesehatan lainnya dengan
alasan apapun, karena hal itu melawan kodrat alam dan kodrat Tuhan yang telah
ada.

TINJAUAN TEORI
Beberapa aspek euthanasia :
a) Aspek Hukum :
Tindakan penghilangan nyawa merupakan tindakan pidana dan tidak
dibenarkan dalam undang-undang yang tertulis dalam KUHP pidana. KUHP pidana
hanya melihat paar praktisi kesehatan termasuk perawat sebagai pelaku utama dalam
euthanasia. Euthanasia dianggap sebagai suatu pembunuhan berencana, atau dengan
sengaja menghilangkan nyawa seseorang. Sehingga dalam aspek hukum, praktisi
kesehatan selalu dalam pihak yang dipersalahkan dalam tindakan euthanasia, tanpa
melihat latar belakang dilakukannya tindakan tersebut atas permintaan pasien itu
sendiri atau keluarganya, untuk mengurangi penderitaan pasien dalam keadaan
sekarat atau rasa sakit yang hebat sebelum diketahui pengobatannya.
b) Aspek Hak Asasi :
Hak asasi manusia selalu dikaitkan dengan hak hidup, damai dan sebagainya.
Tapi tidak tercantum dengan jelas adanya hak seseorang untuk mati. Mati sepertinya
justru dihubungkan dengan pelanggaran hak asasi manusia. Sebetulnya dengan
dianutnya hak untuk hidup layak dan sebagainya, secara tidak langsung seharusnya
terbesit adanya hak untuk mati.
c) Aspek Ilmu Pengetahuan :
Ditinjau dari segi ilmu pengetahuan, praktisi kesehatan dapat memperkirakan
kemungkinan keberhasilan upaya tindakan medis untuk mancapai kesembuhan
ataupun pengurangan penderitaan pasien. Apabila secara ilmu kedokteran hampir
tidak mungkin untuk mendapat kesembuhan ataupun pengurangan penderitaan,
seseorang tidak boleh mengajukan haknya untuk tidak diperpanjang lagi hidupnya.

d) Aspek Agama :

Kelahiran dan kematian merupakan hak dari Tuhan, sehingga tidak ada
seorangpun di dunia ini yang mempunyai hak untuk memperpanjang atau
memperpendek hidupnya sendiri. Pernyatan ini menurut ahli agama secara tegas
melarang tindakan euthanasia apapun alasannya. Tenaga kesehatan termasuk perawat
yang melakukan pesanan dokter bisa dikategorikan melakukan dosa besar melawan
kehendak Tuhan yaitu memperpendek umur. Orang yang menghendaki euthanasia,
walaupun dengan penuh penderitaan bahkan kadang-kadang dalam keadaan sekarat
dapat dikategorikan putus asa, sedangkan putus asa tidak diperkenankan di hadapan
Tuhan.

ABORSI
Aborsi adalah berhentinya kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu yang
mengakibatkan kematian janin. Apabila janin lahir selamat sebelum 38 minggu namun setelah 20
minggu, maka istilahnya adalah kehamilan prematur. Dalam ilmu kedokteran, istilah-istilah ini
digunakan untuk membedakan aborsi :
1.
2.
3.
4.

Spontaneous abortion : gugur kandungan yang disebabkan oleh trauma kecelakaan


Induced abortion
: pengguguran kandungan yang disengaja
Eugenic abortion
: pengguguran yang di lakukan terhadap janin yang cacat
Elective abortion
: pengguguran yang di lakukan untuk alasan-alasan lain

Etiologi Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab :


1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan
pada usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah :
a) Kelainan promosom
b) Lingkungan sekitar tempat
c) Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan, tembakau dan alkohol
2. Kelainan pada plasenta
3. Faktor maternal
4. Kelainan traktus genetalia
Penyebab abortus
-

Umur
Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
Paritas ibu
Riwayat kehamilan yang lalu

Anda mungkin juga menyukai