Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN TEORI
A. Konsep Keluarga
1. Pengertian keluarga
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang di satukan oleh ikatanikatan kebersamaan, ikatan emosional dan yang mengidentifikasi diri
mereka sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 1998).
BKKBN (1999) dalam sudiharto (2007) mengatakan, keluarga adalah
dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang
sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dalam materil yang
layak,bertakwa kepada tuhan, memiliki hubungan yang selaras, serasi dan
seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkunganya.
2. Ciri-Ciri Keluarga
ciri-ciri keluarga di Indonesia Menurut Ali (2012) :
a. Mempunyai ikatan keluarga yang sangat erat yang dilandasi oleh
semangat gotong royong.
b. Dijiwai oleh nilai kebudayaan ketimuran.
c. Umunya dipimpin oleh suami meskipun proses pemutusan dilakukan
secara musyawarah.
d. Berbentuk monogram.
e. Bertanggung jawab.
f. Mempunyai semangat gotong royong.
3. Tipe Keluarga
Friedman (1998) tipe keluarga dibagi menjadi dua tipe yaitu keluarga
tradisional dan nontradisional.
a. Tipe keluarga tradisional
1) Nuclear family atau keluarga inti adalah suatu rumah tangga yang
terdiri dari suami, istri dan anak kandung atau anak adopsi.

2) Extended family atau keluarga besar adalah keluarga inti ditambah


dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya
kakek, nenek, bibi dan paman.
3) Dyad family adalah keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang
tinggal dalam satu rumah tanpa anak.
4) Single parent family adalah suatu keluarga yang terdiri dari satu orang
tua dan anak (kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan
oleh perceraian atau kematian.
5) Single adult adalah satu rumah tangga yang terdiri dari satu orang
dewasa.
6) Keluarga usia lanjut adalah keluarga yang terdiri dari suami dan istri
b.

yang sudah lanjut usia.


Tipe keluarga non tradisional
1) Keluarga communy yang terdiri dari satu keluarga tanpa pertalian
darah, hidup dalam satu rumah.
2) Orang tua (ayah, ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak
hidup bersama dalam satu rumah tangga.
3) Homo seksual dan lesbian adalah dua individu sejenis yang hidup

bersama dalam satu rumah dan berpefilaku layaknya suami istri.


4. Struktur Keluarga
Friedman (1998), struktur keluarga terdiri dari :
a. Pola dan proses komunikasi dapat dikataan berfungsi apabila jujur,
terbuka, melibatkan emosi, dapat menyelesaikan konflik keluarga serta
adanya hierarki kekuatan. Pola komunikasi dalam keluarga dikatakan
akan berhasil jika pengirim pesan (sender) yakin mengemukakan
pesannya, isi pesan jelas dan berkualitas, dapat menerima dan memberi
umpan balik, tidak bersifat asumsi, berkomunikasi sesuai. Sebaliknya,
seseorang menerima pesan (receiver) dapat menerima pesan dengan baik

jika dapat menjadi pendengar yang baik, memberi umpan balik dan dapat
memvalidasi pesan yang diterima.
b. Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai posisi
sosial yang diberikan baik peran formal maupun informal.
c. Struktur kekuatan adalah kemampuan individu untuk mengontrol dan
mempengaruhi atau merubah perilaku orang lain yang terdiri dari
legitimate power (hak), referen power (ditiru), expert power (keahlian),
reward power (hadiah), coercive power (paksaan) dan affektif power.
d. Nilai keluarga dan norma adalah sistem ide-ide, sikap dan keyakinan
yang mengikat anggota keluarga dalam budaya tertentu sedangkan norma
adalah pola perilaku yang diterima pada lingkungan sosial tertentu.
5. Peran Keluarga
Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat
dan kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi
tertentu. Peranan individu didasari dalam keluarga dan kelompok
masyarakat. Berbagai peran yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai
berikut :
a. Peran ayah : sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anaknya,
berperan dari pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman
sebagai kepala keluarga, anggota dari kelompok sosial serta dari anggota
masyarakat dari lingkungannya.
b. Peran ibu : sebagai istri dan ibu dari anak-anak. Ibu mempunyai peran
mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,
pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu ibu juga
dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga.

c. Peran anak : melaksanakan peran psikososial sesuai engan tingkat


perkembangan fisik, mental, soaial dan spiritual.
6. Fungsi Keluarga
Friedman (1999) dalam Sudiharto (2007), lima fungsi dasar keluarga adalah
sebagai berikut:
a. Fungsi afektif adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial, saling mengasuh dan memberikan cinta kasih
serta, saling menerima dan mendukung
b. Fungsi sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan individu
keluarga, tempat anggota keluarga berinteraksi social dan belajar
berperan di lingkungan social
c. Fungsi reproduksi adalah fungsi keluarga meneruskan kelangsungan
keturunan dan menambah sumber daya manusia
d. Fungsi ekonomi adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga, seperti sandang, pangan, dan papan
e. Fungsi perawatan kesehatan adalah kekampuan keluarga untuk merawat
anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.
Tugas-tugas keluarga dalam pamaliharaan kesehatan menurut Friedman
adalah:
1) Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarga
2) Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat
3) Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit
4) Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan untuk
kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga
5) Mempertahankan hubunga timbal balik antara anggota keluarga dan
fasilitas kesehatan
7. Bentuk Keluarga
Sudiharto (2007), beberapa bentuk keluarga adalah sebagai berikut:
a. Keluarga Inti ( nuclear family ), adalah keluarga yang dibentuk karena
ikatan perkawinan yang direncanakan yang terdiri dari suami, istri, dan
anak- anak baik karena kelahiran (natural) maupun adopsi.

b. Keluarga asal (family of origin), merupakan suatu unit keluarga tempat


asal seseorang dilahirkan.
c. Keluarga Besar (extended family), keluarga inti ditambah keluarga yang
lain (karena hubungan darah), misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu
termasuk keluarga modern, seperti orang tua tunggal, keluarga tanpa anak,
serta keluarga pasangan sejenis (guy/lesbian families).
d. Keluarga Berantai, keluarga yang terbentuk karena perceraiandan/atau
kematian pasangan yang dicintai dari wanita dan pria yang menikah lebih
dari satu kali dan merupakan suatu keluarga inti.
e. Keluarga duda atau janda (single family), keluarga yang terjadi karena
perceraian dan/atau kematian pasangan yang dicintai.
f. Keluarga komposit (composite family), keluarga dari perkawinan poligami
dan hidup bersama.
g. Keluarga kohabitasis (Cohabitation), dua orang menjadi satu keluarga
tanpa pernikahan, bisa memiliki anak atau tidak. Di Indonesia bentuk
keluarga ini tidak lazim dan bertebtangan budaya timur. Namun, lambat
laun, keluarga kohabitasi ini mulai dapat diterima.
h. Keluarga inses (incest family), seiring dengan masuknya nilai-nilai global
dan pengaruh informasi yang sangat dahsyat, dijumpai bentuk keluarga
yang tidak lazim, misalnya anak perempuan menikah dengan ayah
kandungnya, ibu menikah dengan anak kandung laki-laki, paman menikah
dengan keponakannya, kakak menikah dengan adik dari satu ayah dan satu
ibu, dan ayah menikah dengan anak perempuan tirinya. Walaupun tidak
lazim dan melanggar nilai-nilai budaya, jumlah keluarga inses semakin
hari semakin besar. Halini dapat kita cermati melalui pemberitaan dari
berbagai media cetak dan elektronik.

i. Keluarga tradisional dan nontradisional, dibedakan berdasarkan ikatan


perkawinan. Keluarga tradisional diikat oleh perkawinan, sedangkan
keluarga nontradisional tidak diikat oleh perkawinan. Contoh keluarga
tradisional adalah ayah-ibu dan anak hasil dari perkawinan atau adopsi.
Contoh keluarga nontradisional adalah sekelompok orang tinggal di
sebuah asrama
8. Tahap perkembangan keluarga.
a. Keluarga baru (beginning family), yaitu perkawinan dari sepasang insan
yang menandakan bermulanya keluarga baru.
b. Keluarga sedang mengasuh anak (child bearing family), yaitu dimulai
dengan kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bulan.
c. Keluarga dengan usia anak pra sekolah, yaitu keluarga dengan anak
pertama yang berumur 30 bulan sampai dengan 6 tahun.
d. Keluarga dengan anak usia sekolah, yaitu dengan anak pertama berusia
13 tahun.
e. Keluarga dengan anak remaja, yaitu dengan usia anak pertama 13 tahun
sampai dengan 20 tahun.
f. Keluarga dengan anak dewasa, yaitu keluarga dengan anak pertama,
meninggalkan rumah dengan tugas perkembangan keluarga, yaitu
menata kembali sumber dan fasilitas, penataan tagung jawab antar anak,
mempertahankan

komunikasi

terbuka,

melepaskan

anak

dan

mendapatkan menantu.
g. Keluarga usia pertengahan, yaitu dimulai ketika anak terakhir
meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun.
B. Konsep Dasar Keluarga Usia Dewasa
1. Pengertian
Masa ini sering disebut adult, masa dewasa, masa dimana usia sudah
berkisar ke angka di atas 21 tahun. Masa dewasa merupakan periode yang
penuh tantangan, penghargaan dan krisis. Selain itu masa dimana

mempersiapkan masa depan, penentu karier dan masa usia memasuki dunia
pekerjaan dan masa dunia perkarieran, masa mempersiapkan punya
keturunan dan masa usia matang, masa penentuan kehidupan, dan prestasi
kerja di masyarakat, masa merasa kuat dalam hal fisik, masa energik, masa
2.

kebal, masa jaya dan masa merasakan hasil perjuangan


Karakteristik keluarga usia dewasa
a. Fase dewasa awal
Fase dewasa awal (20/21-24 tahun), seorang mulai bekarya dan mulai
melepaskan ketergantungan kepada orang lain.
b. Fase Dewasa tengah
Fase dewasa tengah (25-40 tahun) ditandai sikap mantap memilih teman
hidup dan membangun keluarga.Dewasa tengah menggunakan energy
sesuai kemampuannya untuk menyesuaikan konsep diri dan citra tubuh
terhadap realita fisiologis dan perubahan pada penampilan fisik.Harga
diri yang tinggi, citra tubuh yang bagus dan sikap posiif terhadap
perubahn fisiologis muncul jika orang dewasa mengikuti latihan fisik diet
c.

yang seimbang, tidur yang adekuat dan melakukan hygiene yang baik.
Fase dewasa akhir
Fase dewasa akhir (41-50/55tahun) ditandai karya produktif, suksessukses berprestasi dan puncak dalam karier.Sebagai patokan, pada masa
ini dapat dicapai kalau status pekerjaan dan sosial seseorang sudah

3.

mantap.
Tugas perkembangan usia dewasa
a. mereka mendapat pengawasan dari orang tua
b. mereka mulai mengembangkan persahabatan yang akrab dan
hubungan yang intim di luar.
c. mereka membentuk seperangkat nilai pribadi
d. mereka mengembangkan rasa identitas pribadi
e. mereka mempersiapkan untuk kehidupan kerja

f. Memperluas siklus keluarga dengan memasukan anggota keluarga


baru dari perkawinan ank-anaknya.
g. Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat
h. Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi
anak-anaknya.
4. Masalah yang biasa ditemukan
Permasalahan yang sering ditemukan pada usia dewasa awal yaitu:
a. Komunikasi kaum dewasa muda dengan orang tua mereka perlu
ditingkatkan.
b. Masalah dalam hal transisi peran bagi suami dan istri.
c. Masalah perawatan orang tua lanjut usia
5. Peran perawat pada tahap perkembangan usia dewasa awal menurut
Friedmen (2010).
a. Memberikan pendidikan konseling pada keluarga
b. Mereka orang tua lanjut usia dengan keluarga bermasalah lainya.
c. Mengkaji kebutuhan/permasalahan keluarga
C. Konsep Teori penyakit
1. Anatomi fisiologi
Respirasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung
Oksigen serta menghembuskan udara yang banyak mengandung
Karbondioksida keluar dari tubuh.
( Syaifuddin; 2002 ).

Gambar 1.1.
Sistem respirasi dibedakan menjadi dua saluran yaitu, saluran nafas bagian
atas dan saluran nafas bagian bawah. Saluran nafas bagian atas terdiri dari: rongga
hidung, faring dan laring. Saluran nafas bagias bawah terdiri dari trakea, bronkus,
bronkiolus, dan paru-paru.

a). Saluran Nafas Bagian Atas


1) Hidung
Hidung atau naso adalah saluran pernafasan yang pertama. Ketika proses
pernafasan berlangsung, udara yang diinspirasi melalui rongga hidung
akan menjalani tiga proses yaitu penyaringan (filtrasi), penghangatan, dan
pelembaban.
2) Faring
Merupakan pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai
persambungannya dengan oesopagus pada ketinggian tulang rawan
krikoid. Nasofaring (terdapat pharyngeal tonsil dan Tuba Eustachius).
3) Laring (tenggorok)
Saluran udara dan bertindak sebagai pembentuk suara. Pada bagian
pangkal ditutup oleh sebuanh empang tenggorok yang disebut epiglottis,
yang terdiri dari tulang-tulanng rawan yang berfungsi ketika menelan
makanan dengan menutup laring.
b). Saluran Nafas Bagian Bawah

Gamabr 2.2.
1) Trachea atau Batang tenggorok. Merupakan tabung fleksibel dengan
panjang kira-kira 10 cm dengan lebar 2,5 cm. trachea berjalan dari

cartilago cricoidea kebawah pada bagian depan leher dan dibelakang


manubrium sterni, berakhir setinggi angulus sternalis (taut manubrium
dengan corpus sterni) atau sampai kira-kira ketinggian vertebrata torakalis
kelima dan di tempat ini bercabang mcnjadi dua bronckus (bronchi).
2) Bronchus. Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada
ketinggian kira-kira vertebrata torakalis kelima, mempunyai struktur
serupa dengan trachea dan dilapisi oleh.jenis sel yang sama.
3) Paru-paru. Paru-paru dibagi menjadi dua bagian, yaitu paru-paru kanan
yang terdiri dari 3 lobus ( lobus pulmo dekstra superior, lobus pulmo
dekstra media, lobus pulmo dekstra inferior) dan paru-paru kiri yang
terdiri dari 2 lobus ( lobus sinistra superior dan lobus sinistra inferior).
2. Konsep Dasar penyakit Asma
a. Defenisi Asma
Asma sendiri berasal dari kata asthma. Kata ini diambil dari bahasa yunani
yang memiliki arti sulit bernafas. Asama adalah penyakit paru dengan
beberapa karakteristik, seperti sumbatan (obstruksi) saluran nafas yang
reverdible baik secara spontan maupun dengan pengobatan, adanya radang
(inflamasi) pasien, dan peningkatan respon saluran nafas terhadap berbagai
rangsangan. (Budi Prasetyo,2010).Asma merupakan suatu penyakit jalan
nafas yang ditandai oleh serangan intermiten spasme bronkus yang
disebabkan oleh rangsangan alergik atau iritatif. (WHO,2013).
b. Etiologi
Penyebab penyakit asma sampai saat ini belum diketahui secra pasti namun
ada beberapa faktor penyebab terjadinya asma.

1) Alergen (exstrinsik)
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis,yaitu: ( Price &
wilson,2007)
a) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernafasan seperti debu,bulu
binatang,serbuk bunga,spora jamur,bakteri dan polusi.
b) Ingestan, yang masuk melalui mulut yaitu makanan( seperti buahbuahan dan anggur yang mengandung sodium metabisulfide) seta
obat-obatan seperti aspirin, epinefrin,ACE-inhibitor,kromolin).
c) Kontaktan, yang masuk melalui kulit. Pada obeberapa orang yang
menderita asma respon terhadap ig E jelas merupakan alergen utama
yang berasal dari debu.
2). Olahraga
Penderita asma biasanya akan mendapat serangan apabila melakukan
aktivitas jasmani atau olahraga yang berata. Asma dapat diinduksi oleh
adanya kegiatan fisik atau latihan yang disebut sebagai Exercise Induced
Asthma (EIA) yang biasanya terjadi beberapa pada setelah latiahan,
seperti: jogging,aerobic,berjalan cepat, dan dikarakteristikkan oleh
adanya bronkospasme, nafas pendek,batuk dan whezing. Penderita harus
melakukan pemanasan selama 2-3 menit sebelum latihan.
3). Infeksi bakteri pada saluran napas.
4). Stres
Stres atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus seranagn asma, selain
itu juga bisa memeperberat seranagan asma yang sudah ada. Penderita
diberikan motivasi untuk mengatasi pribadinya, karena jika stresnya
belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
5). Gangguan pada sinus

Sekitar 30% pada penderita asma dapat disebabkan oleh gangguan pada
sinus, seperti rhinitis alergik dan polip pada hidung. Kedua gangguan ini
menyebabkan inflamasi membran mukus.
3. Klasifikasi
Klasifikasi Berdasarkan Berat Penyakit ( Heru, 2007)
Klasifikasi asma yaitu:
1). Asma ekstrinsik
Asma ekstrinsik adalah bentuk asma paling umum yang disebabkan
karena reaksi alergi penderita terhadap allergen dan tidak membawa
pengaruh apa-apa terhadap orang yang sehat.
2). Asma intrinsik
Asma intrinsik adalah asma yang tidak responsif terhadap pemicu yang
berasal dari allergen. Asma ini disebabkan oleh stres, infeksi dan kodisi
lingkungan yang buruk seperti klembaban, suhu, polusi udara dan
aktivitas olahraga yang berlebihan. Pedoman pelayanan medik dalam
konsensus nasional membagi asma anak menjadi tiga tingkatan
berdasarkan kriteria dalam.
4. Manifestasi Klinis
a. Gejala asma paling umum adalah batuk ( dengan atau tanpa disertai
produksi mukus), dan mengi.
b. Serangan asma paling sering terjadi pada malam hari atau pagi hari.
c. Sesak dada dan dispneu
d. Gejala tambahan seperti diafpresis, takikardi dan pelebaran tekanan nadi
mungkin dijumpai pada pasien asma.
e. Reaksi yang parah dan berlangsung terus-menerus, yakni status
asmatikus, bisa saja terjadi. Kondisi ini dapat mengancam kehidupan
( Brunner & Suddarths, 2016).
5. Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan

sukar

bernafas.

Penyebab

yang

umum

adalah

hipersensitivitas bronkhiolus terhadap benda-benda asing diudara. Reaksi

yang timbul pada asma tipe alergik diduga terjadi dengan cara, seorang
yang alergi mempunyai kecendrungan untuk membentuk sejumlah
antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan
reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya.
Pada asma,antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada
interstisial paru yang berhubungan erat dengan bronkhiolus dan bronkus
kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut
akan meningkat. Alergen akan beraksi dengan antibody yang telah terlekat
pada selt Mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai
macam zat,diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat
dengan faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin.
Efek dari semua faktor ini akan menghasilkaan edema lokak pada dinding
bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran nafas menjadi sangat
meningkat.
6. Komplikasi
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah (Brunner & Suddart,
2002):
1) Status asmatikus adalah setiap serangan asma berat atau yang kemudian
menjadi berat dan tidak memberikan respon (refrakter) adrenalin dan
atau aminofilin suntikan dapat digolongkan pada status asmatikus.
Penderita harus dirawat dengan terapi yang intensif.
2) Atelektasis adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat
penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat
pernafasan yang sangat dangkal.
3) Hipoksemia adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat kekurangan
oksigen secara sistemik akibat inadekuatnya intake oksigen ke paru
oleh serangan asma.

4) Pneumotoraks adalah terdapatnya udara pada rongga pleura yang


menyebabkan kolapsnya paru.
5) Emfisema adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan
(obstruksi) saluran nafas karena kantung udara di paru menggelembung
secara berlebihan dan mengalami kerusakan yang luas.
7. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan Radiologi (Budi Prasetyo,2010)
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu
serangan menunjukkan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakti
radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis,serta
diafragma yang menurun.
2). Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan sputum
2. Pemeriksaan darah
Hasilnya akan terdapat eosinofilia pada darah tepi dan sekret
hidung,bila tidak eosinofilia kemungkinan bukan asma.
3). Uji faal paru
Dilakukan untuk menentukan derajat obstuksi,menilai hasil provokasi
bronkus,menilai hasil pengobatan dan mengikuti perjalanan penyakit.
4). Uji kulit alergi
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang
dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma. Pemeriksaan
menggunakan tes tempel.
8. Penatalaksanaan
1). Penatalaksanaan Medis
a. Terapi obat
Menurut AAAI (Amerika Academy Of Allergy, Asthma &
Immunology) penggolongan obat asma adalah sebagai berikut.
a) Obat-obat anti peradangan ( preventer): usaha pengendalian asma
dalam jangka panjang, golongan obat ini mencegah dan
mengurangi peradangan, pembengkakan saluran napas, dan
produksi lendir. Cara kerjanya adalah dengan mengurangi

sensitivitas saluran pernafasan. Seperti: beclometasone, becotide,


budesonide, flixotide, mometasone Asmanex.
b). Obat-obat pelega gejala berjangka panjang: obat-obat pelega
dalam jangka panjang dalam nama generik yang ada dipasaran
adalah salmeterol hidroksi nafloat, teofilin dan albuterol sulfat
atau salbutamol.
c).Obat-obat pelega gejala asma seperti Salbutamol(Ventolin),
terbutaline

(Bricanyl),

dan

salmeterol

secara

cepat

mengembalikan saluran napas yang menyempit yang terjadi


selama serangan asma ke kondisi semula. Obat pereda biasanya
tersedia dalam bentuk inhaler berwarna biru atau abu-abu.
d). Obat-obatan kortikosteroid oral merupakan obat yang ampuh
untuk

mengatasi

mencetuskan

pembengkakan

serangan

prednison(prednisone),

dan

asma.

peradangan
Contoh

yang

obatnya:

prednisolon(prednisolone),

metilprednisolon, Dexamethasone.
e). Alat-alat hirup
MDI ( metered dose inhaler) disebut juga inhaler atau puffer
adalah alat yang paling banyak digunakan untuk menghantar
obat-obatan ke saluran pernapasan atau paru-paru pemakainya
(Sundaru, 2009).
2). Penatalaksaan keperawatan
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan pada penderita asma
adalah sebagai berikut: memeberikan penkes( pendidikan kesehatan),
pemberian cairan, fisiotherapy,dn beri O2 bisa diperlukan.
D. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga
1. Pengkajian

Menurut Suprajitno (2004) pada kegiatan pengkajian ada beberapa tahap


yang perlu dilakukan, yaitu:
a. Membina hubungan yang baik
Beberapa hal yang harus dilakukan:
1) Diawali dengan perawat memperkenalkan diri dengan sopan dan
ramah
2) Menjelaskan tujuan kunjungan
3) Meyakinkan keluarga bahwa kehadiran perawat adalah untuk
membantu keluarga menyelesaikan masalah kesehatan yang ada
dikeluarga
4) Menjelaskan luas kesanggupan bantuan perawat yang dapat
dilakukan
5) Menjelaskan kepada keluarga siapa tim kesehatan lain yang menjadi
jaringan perawat.
a. Pengkajian awal
Pengkajian ini terfokus sesuai data yang diperoleh dari unit pelayanan
kesehatan.
b. Pengkajian Lanjutan (tahap kedua)
Pengkajian lanjutan adalah tahap pengkajian untuk memperoleh data
yang lebih lengkap sesuai masalah kesehatan keluarga yang berorientasi
pada pengkajian awal. Disini perawat perlu mengungkap keadaan
keluarga hingga penyebab dari masalah kesehatan yang paling mendasar.
Pengumpulan data (informasi) dari keluarga dapat menggunakan metode
wawancara, observasi fasilitas dalam rumah, pemeriksaan fisik pada
setiap anggota keluarga, dengan menggunakan data sekunder.
Menurut Setyowati dan Murwani (2008) hal-hal yang perlu digali dalam
pengkajian antara lain :
a. Pengumpulan data
1) Data umum
a) Nama Kepala Keluarga, Alamat dan telpon
b) Komposisi keluarga (dilengkapi genogram 3 generasi)

c) Tipe keluarga: Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga


beserta kendala atau masalah yang terjadi dengan tipe keluarga
tersebut.
d) Suku bangsa: Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut
serta mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait
dengan kesehatan.
e) Agama: Mengkaji agama yang dianut oleh kepercayaan yang
dapat mempengaruhi kesehatan.
f) Status sosial ekonomi keluarga : Status sosial ekonomi
ditentukan oleh pendapatan baik kepala keluarga maupun
anggota keluarga lainnya. Selain itu status ekonomi keluarga
ditentukan oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan serta
barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.
g) Aktivitas rekreasi keluarga : Rekreasi keluarga tidak hanya
dilihat

kapan

saja

keluarga

pergi

bersama-sama

untuk

mengunjungi tempat rekreasi tertentu namun dengan menonton


TV dan mendengar radio juga merupakan aktivitas rekreasi.
2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
a) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditenrukan dengan anak tertua dari
keluarga inti.
b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum
terpenuhi oleh keluarga serta kendala.
c) Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti,
yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan
masing-masing

anggota

pelayanan kesehatan.

keluarga,

pencegahan

penyakit,

d) Riwayat keluarga sebelumnya


Meliputi data-data tentang riwayat orang tua dari pihak suami
maupun isteri.
e) Karateristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasikan dengan melihat luas
rumah,

tipe

rumah,

jumlah

ruangan,

jumlah

jendela,

pemanfaatan ruangan, peletakan perabotan rumah tangga, jenis


septic tank, jarak septic tank dengan sumber air, sumber air
minum yang digunakan serta denah rumah.
f) Karateristik tetangga dan komunitas RT
Menjelaskan mengenai karakteristik dari

tetangga

dan

komunitas setempat.
g) Mobilitas geografis keluarga
Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan
keluarga berpindah tempat.
h) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk
berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh
mana keluarga berinteraksi dengan masyarakat.
i) Sistem pendukung keluarga
Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalah jumlah
anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki
keluarga untuk menunjang kesehatan. Fasilitas mencakup
fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau dukungan dari anggota
keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat
setempat.
3) Struktur keluarga
a) Pola komunikasi
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota
keluarga.
b) Struktur kekuatan keluarga

Kemampuan

anggota

keluarga

mengendalikan

dan

mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku.


c) Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik
secara formal maupun informal.
d) Nilai dan norma keluarga
Meliputi data tentang nilai-nilai, norma yang dianut keluarga,
misalnya keluarga menerapkan aturan agar setiap anggota
keluarga sudah berada dirumah sebelum magrib.
4) Fungsi keluarga
a) Fungsi afektif
Gambaran anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki
dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga
lainnya
b) Fungsi sosialis
Hal yang perlu dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam
keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma,
budaya dan perilaku.
c) Fungsi keperawatan kesehatan
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan,
pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang
sakit. Sejauhmana pengetahuan keluarga mengenai konsep
sehat-sakit. Kesanggupan keluarga di dalam melaksanakan
perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga
melaksanakan lima tugas kesehatan keluarga, yaitu keluarga
mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan
untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan terhadap
anggota yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat

meningkatkan kesehatan dan keluarga mampu memanfaatkan


fasilitas kesehatan yang terdapat dilingkungan setempat.
d) Fungsi reproduksi
Fungsi reproduksi keluarga berapa jumlah anak, bagaimana
keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga, metode apa
yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah
anggota keluarga.
e) Fungsi ekonomi
Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan
dan papan, sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang
ada di masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan
keluarga.
5) Stres dan koping keluarga
a) Stresor jangka pendek dan jangka panjang
1) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu 6 bulan.
2) Stressor jangka panjang yaitu stressor yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.
b) Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah
Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga berespon
terhadap situasi/stressor.
c) Strategi koping
Strategi apa yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan.
d) Strategi adaptasi disfungsional
Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang
digunakan keluarga apabila menghadapi permasalahan.
6) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga.
Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda
dengan pemeriksaan fisik di klinik.
7) Harapan keluarga

Pada akhir pengkajian perawat menanyakan harapan keluarga


terhadap petugas kesehatan yang ada.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Suprajitno (2004) dalam bukunya Asuhan Keperawatan Keluarga
menyatakan bahwa tipologi diagnosis keperawatan keluarga dibedakan
menjadi tiga kelompok, yaitu :
a. Diagnosis aktual adalah masalah keperawatan yang sedang dialami oleh
keluarga dan memperlukan bantuan dari perawat dengan cepat.
b. Diagnosis risiko atau risiko tinggi adalah masalah keperawatan yang
belum terjadi, tetapi tanda untuk menjadi masalah keperawatan aktual
dapat terjadi dengan cepat apabila tidak segera mendapat bantuan
perawat.
c. Diagnosa potensial adalah suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika
keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya dan
mempunyai sumber penunjang kesehatan.
Perumusan diagnosis keperawatan keluarga menurut Suprajitno (2004)
menggunakaan aturan yang telah disepakati, terdiri dari :
a. Masalah (P) adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar
manusia yang dialami oleh keluarga atau anggota keluarga.
b. Penyebab adalah (E) suatu pernyataaan yang dapat menyebabkan
masalah dengan mengacu pada lima tugas keluarga, yaitu mengenal
masalah, mengambil keputusan yang tepat, merawat anggota keluarga,
memelihara lingkungan, atau memanfaatkan fasilitas pelayanaan
kesehatan.
c. Tanda atau gejalan (S) adalah sekumpulan data subjektif dan objektif
yang diperoleh perawat dari keluarga secara langsung atau tidak yang
mendukung masalah dan penyebab.

Menurut Bailon dan Maglaya (1978), etiologi pada diagnosis keperawatan


keluarga menggunakan lima sekala ketidak kemampuan keluarga dalam
melaksanakan tugas kesehatan dan keperawatan, yaitu :
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga
disebabkan karena:
1) Kurang pengetahuan atau ketidaktahuan fakta
2) Rasa takut akibat maslah yang diketahui
3) Sikap dan falsafah hidup
b. Ketidakmampuan dalam mengambil keputusan yang tepat untuk
melaksanakan tindakan, disebabkan karena :
1) Tidak memahami mengenai sifat, berat, dan luasnya masalah
2) Masalah kesehatan tidak begitu menonjol
3) Keluarga tidak sanggup memecahkan masalah karena kurang
pengetahuan, dan kurangnya sumberdaya keluarga
4) Tidak sanggup memilih tindakan diantara beberapa pilihan
5) Ketidakcocokan pendapat dari keluarga
6) Tidak mengetahui fasilitas kesehatan yang ada
7) Takut dari tindakan yang dilakukan
8) Sikap negatif terhadap tindakan petugas atau lembaga kesehatan
9) Kesalahan informasi terhadap tindakan yang dilakukan
c. Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit,
disebabkan karena :
1) Tidak mengetahui keadaan penyakit
2) Tidak mengetahui tentang perkembangan perawat yang dibutuhkan
3) Kurang atau tidak ada fasilitas yang diperlukan untuk perawatan
4) Tidak seimbangnya sumber-sumber yang ada dalam keluarga
5) Sikap negatif terhadap penyakit
6) Konflik individu dalam keluarga
7) Sikap dan pandangan hidup
8) Perilaku yang mementingkan diri sendiri
d. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara lingkungan rumah yang
kondusif yang dapat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan pribadi
anggota keluarga, disebabkan karena :
1) Sumber-sumber keluarga tidak cukup, diantaranya keuangan,
tanggung jawab atau wewenang, keadaan fisik rumah yang tidak
memenuhi syarat

2) Kurang dapat mellihat untung dan manfaat pemeliharaan lingkungan


3)
4)
5)
6)
7)

rumah
Ketidaktahuan pentingnya sanitasi lingkungan
Konflik personal dalam keluarga
Ketidaktahuan tentang usaha pencegahan penyakit
Sikap dan pandangan hidup
Ketidakkompakan keluarga, karena sifat mementingkan diri sendiri,
tidak ada kesepakatan, acuh terhadap anggota keluarga yang

mempunyai masalah
e. Ketidakmampuan keluarga dalam menggunakan sumber di masyarakat
guna memelihara kesehatan, disebabkan karena :
1) Tidak tahu bahwa fasilitas kesehatan itu ada
2) Tidak memahami keuntungan yang diperoleh
3) Kurang percaya terhadap petugas kesehatan atau lembaga kesehatan
4) Pengalaman yang kurang baik dari petugas
5) Rasa takut pada akibat tindakan
6) Tidak terjangkau fasilitas yang diperlukan
7) Rasa asing dan tidak ada dukungan dari masyaraka
Penilaian (skoring) diagnosis keperawatan menurut Padila (2012).
Tabel 2.2 Skoring
No
1

Kriteria

Skor

Bobot

Potensial

Resiko

Aktual
Kemungkinan untuk diubah

Mudah

Sebagian

Tidak dapat
Potensial dicegah

Tinggi

Cukup

Rendah
Menonjolnya masalah

Segera ditangani

Sifat Masalah

Ada masalah tetapi tidak perlu segera

ditangani
Masalah tidak dirasakan

Proses skoring dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan :


1.

Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat.

2.

Skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan bobot.


skor yang diperoleh
x Bobot
angka terting

3. Jumlahkan skor untuk semua criteria skor tertinggi adalah 5.


3. Perencanaan Keperawatan
Menurtut Suprajitno (2004), Perencanaan keperawatan mencakup
tujuan umum dan khusus yang didasarkan pada masalah yang dilengakapi
dengan kriteria dan standar yang mengacu pada penyebab. Selanjutnya
merumuskan tindakan keperawatan yang berorientasi pada kriteria dan
standar. Rencana tindakan keperawatan terhadap keluarga, meliputi kegiatan
yang bertujuan:
1) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah
dan kebutuhan kesehatan dengan cara :
a) Memberikan informasi yang tepat.
b) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan keluarga tentang
kesehatan
c) Mendorong sikat emosi yang mendukung.
2) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat
dengan cara:
a) Menidentifikasi konsekuensinya bila tidak melakukan tindakan
b) Mengidentifikai sumber sumber yang dimiliki dan yang ada
disekitar keluarga.
c) Mendiskusikan tentang konsekuensi tipe tindakan.
3) Membina kepercayaan diri selama merawat anggota keluarga yang
sakit, dengan cara :

a) Mendemonstrasikan cara perawatan.


b) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah.
c) Mengawasi keluarga melakukan perawatan.
4) Mambantu kelurga untuk memelihara (memodifikasi) lingkungan
yang dapat meningkatkan kesehatan keluarga, dengan cara :
a) Menemukan sumber sumber yang dapat digunakan keluarga
b) Melakukan perubahan lingkungan dengan keluarga.
5) Memotifasi keuarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
di sekitarnya, dengan cara :
a) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di sekitar lingkungan
keluarga.
6) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
Hal hal yang penting dalam penyususunan rencana asuhan
keperawatan:
a) Tujuan hendaknya logis, sesuai dengan masalah, dan mempunyai
jangka waktu sesuai dengan kondisi klien.
b) Kriteria hasil hendaknya dapat diukur alat ukur dan diobservasi
dengan panca indra perawat yang objektif.
c) Rencana tindakan disesuaikan dengan sumber daya dan dana yang
dimiliki oleh keluarga mangarah ke kemandirian klien sehingga
tingkat ketergantungan dapat diminimalisasi.

Anda mungkin juga menyukai