1 1.
Garis Besar Perkembangan Pers Indonesia, 1971. Jakarta: SPS Pusat. Hlm. 91. (Dalam makalah Satrio Arismunandar yang
dipublikasi di www.academia.edu/4979961/Sejarah_dan_Fenomena_Pers_Mahasiswa )
Barulah setelah tahun 1950, pers mahasiswa mulai tumbuh lagi. Bahkan bisa dikatakan
begitu pesat.
Tercatat di Jakarta: Akademica, Mahasiswa, Forum, Vivat, Fiducia, Pemuda
Masyarakat, PTD-Counrier, dll. Di Bandung: Bumi Siliwangi (IKIP), Gema Physica,
Gunadharma, Intelegensia (FT ITB), Mesin Suluh Pengetahuan, IDEA (PMB), Scientia
(FIPIA), dan Ganeca. Di Yogyakarta: Criterium (IAIN), Gadjah Mada (UGM), GAMA
(UGM), Media (HMI), Tunas, Pulsus (PMKRI), dll. Karena jumlah pers mahasiswa
yang tumbuh pesat ini, maka atas inisiatif Majalah GAMA dan dukungan sejumlah
majalah lainnya, diadakanlah Konferensi I bagi pers mahasiswa Indonesia di Yogyakarta
pada 8 Agustus 1955. Lalu kemudian pada tanggal 16-19 Juli 1958, diadakan
Konferensi Pers Mahasiswa Indonesia II yang berhasil membentuk IPMI (Ikatan Pers
Mahasiswa Indonesia). Namun, karena pada masa ini merupakan masa Demokrasi
terpimpin, karena berbagai hal pers mahasiswa pun mengalami kemunduran dan banyak
surat kabar mahasiswa yang berhenti terbit.
Pada periode awal Orde Baru, pers mahasiswa kembali Berjaya. Dengan pemberitaan
yang lebih berani dan lebih kritis ketimbang pers umum. Namun seiring berjalannya
waktu rezim Orde Baru mulai menunjukkan watak otoriternya dengan mengontrol
aktivitas kemahasiswaan. Pemerintah mengeluarkan konsep back to campus. Akibatnya
ruang gerak pers mahasiswa menjadi lebih sempit. Tahun 1971-1974 adalah tahun
kemunduran bagi pers mahasiswa Indonesia. Setelah peristiwa 15 Januari 1974,
sejumlah pers umum yang besar dibredel oleh pemerintah. Sementara itu di dalam
kampus lahir sejumlah pers mahasiswa sebagai subsistem dari pendidikan
tinggi.Muncullah surat kabar Kampus Salemba (UI), Gelora Mahasiswa (UGM), Derap
Mahasiswa (IKIP Yogyakarta), dll.
Pada tahun 1978, pemerintah kembali lagi melakukan pemberedelan terhadap beberapa
suratkabar umu ternama. Kekosongan sementara pers umum inilah yang kemudian diisi
oleh pers mahasiswa. Sampai puluhan ribu eksemplar yang dihasilkan, bahkan banyak
dibaca pula oleh orang diluar kampus. Tetapi kemudian pemerintah juga memberendel
penerbitan ini karena dianggap pemberitaannya tidak baik (menurut rezim Orba).
Peran pers mahasiswa semakin aktif dalam gerakan reformasi. Buletin Bergerak!
Menunjukan peran aktif yang menonjol dalam gerakan mahasiswa 1998, khususnya
gerakan mahasiswa di Jakarta, lebih khusus lagi gerakan mahasiswa di Universitas
Indonesia. Bergerak! Yang menyebut diri Media Aksi Mahasiswa UI banyak berperan
dalam penyebaran informasi tentang berbagai aksi mahasiswa dan penggalangan opini
di kalangan mahasiswa dan aktivis pergerakan menjelang berhentinya Soeharto.
Berbagai agenda aksi mahasiswa yang sudah dilakukan atau yang akan dilakukan dapat
dibaca di Bergerak!. Saat itu bisa dibilang memang tidak ada penerbitan pers mahasiswa
lain yang begitu intens dalam meliputi aksi-aksi mahasiswa, dengan jadwal penerbitan
yang ketat, dan relative mandiri dalam keuangan.
Setelah membaca beberapa referensi tulisan di Internet, saya dapat simpulkan bahwa:
Gerakan mahasiswa Indonesia tanpa\pers mahasiswa ibarat bergerak tanpa arah tujuan.
Bagaimana kita (mahasiswa) mau ikut turun ke jalan (demonstrasi) tanpa kita tahu
terlebih dahulu apa penyebab dan tujuannya. Pers mahasiswalah yang mengisi sisi
substansi terlebih dahulu sebelum gerakan mahasiswa Indonesia waktu itu satu
suara menuntut reformasi. Gerakan yang masif itu tentu bukanlah terjadi secara
kebetulan. Namun, diawali oleh gerakan-gerakan bawah tanah terutama di lingkungan
kampus yang dimotori lembaga pers mahasiswa. Melalui diskusi-diskusi kecil,
pemberitaan melalui selebaran dan famplet, propaganda serta agitasi.
Pers mahasiswa Indonesia mempunyai andil besar, baik dalam mendorong proses
kemerdekaan serta reformasi Indonesia. Pers mahasiswa tidak pernah absen merekam
perjalanan bangsa ini. Pers mahasiswa semakin hari semakin professional dengan
pemberitaan yang berbobot dan kritis. Apalagi di era kebebasan pers seperti saat ini,
saatnya mahasiswa yang berminat di bidang pers meningkatkan kapasitas intelektualitas
dan menggali sedalam-dalamnya potensi yang ada, baik di kampus atau di masyarakat
sekalipun. Salam Mahasiswa!
Referensi bacaan:
http://www.academia.edu/4979961/Sejarah_dan_Fenomena_Pers_Mahasiswa
http://id.wikipedia.org/wiki/Satrio_Arismunandar
http://kampus.okezone.com/read/2012/10/26/95/709692/menakar-kembali-determinasi-pers-mahasiswa
25 11 2015 14.50