Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Prevalensi LES di Amerika Serikat adalah 15-50 per 100.000 populasi. Setiap
tahun ditemukan lebih dari 100.000 penyandang LES baru di seluruh dunia. Dapat
mengenai semua ras, adapun wanita Afrika-Amerika mempunyai insidensi tiga kali lebih
tinggi dibandingkan kulit putih serta memiliki kecenderungan perkembangan penyakit
pada usia muda dan dengan komplikasi yang lebih serius. LES juga umum mengenai
wanita hispanik, asia.(Utomo.2012)
Beberapa data yang ada di Indonesia diperoleh dari pasien rawat inap di rumah
sakit. Data antara tahun 1988-1990, insidensi rata-rata penyandang LES adalah sebesar
37,7 per 10.000 perawatan dan cenderung meningkat dalam dua dekade terakhir. (Isbagio
H,dkk.2009) Penyakit Lupus menyerang laki- laki dan perempuan berusia 15-40 tahun.
(Utomo.2012)
Sistemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah Penyakit radang multi sistem yang
sebabnya belum diketahui. Dengan perjalanan penyakit yang akut dan kronik disertai
adanya berbagai macam auto antibody dalam tubuh (Arif, 2000). Gejala klinis dan
perjalanan penyakit SLE sangat bervariasi. Penyakit dapat timbul mendadak disertai
tanda-tanda terkenanya berbagai sistem dalam tubuh. Dapat juga menahun dengan gejala
pada satu sistem yang lambat laun diikuti oleh gejala terkenanya sistem imun. Pada tipe
menahun terdapat remisi dan eksaserbasi. Remisinya mungkin berlangsung bertahuntahun (Wim de Jong. 2001). Gejala yang paling menonjol pada penderita SLE yaitu
gejala muskoloskeletal,gejala pada mukokutan, kelainan ginjal, gangguan pada
kardiovaskuler dan paru- parunya. (Amin H, Hardi K.2015)
Sistemic Lupus Erythematosus (SLE) merupakan penyakit seumur hidup, orang
yang memiliki penyakit SLE berat memiliki kemampuan fisik yang buruk, kondisi
kesehatan yang jelek, fungsi sosial yang jelek, dan nyeri berkelanjutan yang berdampak
pada pekerjaan yang dia lakukan. (Matulessy, Tirza G.2010). Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Sutcliffe N, Clarke AE, et al pada tahun 1999 di London,
Inggris menghasilkan suatu kesimpulan bahwa pasien yang memiliki aktivitas penyakit
SLE berat memiliki kemampuan fisik yang buruk, kondisi kesehatan yang jelek, fungsi
sosial yang jelek, dan nyeri berkelanjutan yang berdampak pada pekerjaan yang dia

lakukan. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk menulis laporan asuhan keperawatan
pada anak dengan Sistemic Lupus Erythematosus (SLE).
B. TUJUAN
1. Umum
Untuk mengetahui penyakit autoimun yang di alamami oleh anak- anak di bangsal
anak lantai 1
2. Khusus
a. Mengetahui karakteristik bayi dengan BBLR yang dialami oleh bayi yang dirawat
di Rumah Sakit dr. Kariadi Semarang
b. Mengetahui asuhan keperawatan pada bayi dengan BBLR yang dialami oleh bayi
yang dirawat di Rumah Sakit dr. Kariadi Semarang

BAB II
TINJAUAN TEORI

BAB III
PROSES ASUHAN KEPERAWATAN

BAB IV
PEMBAHASAN

An.R dirawat di RSDK mengalami Sistemic Lupus Erythematosus (SLE) dengan


keluhan terdapat bercak merah di wajah lalu berubah menjadi coklat dan berat badan turun
desartis dari 48 menjadi 39 kg. Dua bulan terakhir mengeluhkan ruam di wajahnya, ruam
yang di alami menyebar keseluruh tubuh kemudian berubah menjadi coklat dan bertambah
menjadi banyak ketika terkena sinar matahari dan sejak kejadian tersebut An.R juga
mengalami penurunan berat badan, perutnya perih disertai nyeri, makannya berkurang akibat
nafsu makan berkurang, mual dan sariawan. Pemeriksaan darah yang dilakukan tanggal 21-62016 dan tanggal 22-6-2016 HB rendah dengan hasil 9,78 g/dL (12-15) dan leukosit tinggi
dengan hasil 89,5/uL (0,0-20,0). Khasus An.R mengalami bebrapa masalah kesehatan,
diantaranya adalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual muntah,
kerusakan integritas kulit b.d penurunan imunologis, resiko infeksi.
Kasus pertama ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual
muntah diambil karena An.R berat badan klien menalami penurunan 9 kg, IMT klien dalam
kategori kurus yaitu 16,25, klien mengalami muntah sebanyak 3x dalam sehari,klien terlihat
tidak berselera makan, terlihat sering menyisakan makanannya,dan klien terllihat lemas
rambut rontok,pucat, bibir kering. Pada An. R dilakukan intervemsi untuk mengatasi masalah
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual muntah dengan cara
nutrition management ,menganjurkan pasien untuk makan banyak protein, monitor mual
muntah, memonitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori, menganjurkan pasien untuk
meningkatkan intake protein dan kolaborasi dengan ahli gizi. Masalah keperawatan ini
teratasi pada hari ketiga pemberian asuhan keperawatan pada An. R pada akhir sift malam
Masalah keperawatan kedua yaitu kerusakan integritas kulit b.d penurunan
imunologis, di angkatnya diagnosa keperawatan ini karena saat pengkajian didapatkan bahwa
terdapat banyak ruam di wajah berwarna coklat, ruam bagian perut berwarna coklat dan
terlihat ruam di tangan berwarna coklat. Intervensi yang dilakukan pressure management dan
infection control dengan cara memonitor kulit

akan adanya kemerahan, melakukan

pendidikan kesehatan, memonitor status nutrisi dan menganjurkan menggunakan tabir surya
untuk melindungi diri dari sinar matahari yang dapat memperbanyak ruam yang dialami.

Masalah keperawatan ini teratasi pada hari ketiga pemberian asuhan keperawatan pada An. R
pada akhir sift malam.
Masalah kesehatan ketiga yaitu resiko infeksi dengan hasil pengkajian leukosit tinggi
pada An.R yaitu 89,5/uL ,diagnosa medis Sistemic Lupus Erythematosus (SLE), terlihat
bercak berwarna coklat di wajah, tangan dan perut, klien juga mengatakan bahwa bercak
awalnya melintang di hidung dan pipi lalu menyebar. Intervensi yang dialakukan infection
control seperti memonitor tanda dan gejala infeksi, dorong nutrisi yang cukup, pasien mau
meminum obat, mengajarkan cara menghindarkan infeksi dengan cuci tangan dan penkes
tentang Sistemic Lupus Erythematosus (SLE). Masalah keperawatan ini teratasi pada hari
ketiga pemberian asuhan keperawatan pada An. R pada akhir sift malam.
Intervensi yang dilakukan selama 3x 24 jam ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Yuni Azizah yang berjudul Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan
Masyarakat Perkotaan Pada Pasien Sistemik Lupus Eritematosus Di Ruangan Rawat Anak
Lantai Tiga Selatan Rsup Fatmawati Jakarta bahwa pada pasien SLE dengan kerusakan
integritas kulit tindakan yang dilakukan yaitu tidak memposisikan klien dekat dengan jendela
yang memungkinkan klien terpapar dengan sinar matahari karena hal tersebut dapat
merangsang timbulnya rash pada klien dan pemberrian sunblock ceram untuk melembabkan
kulit meminimalisir timbulnya kemerahanakibat terekspose dengan sinar matahari.
Sedangkan untuk penanganan resiko infeksi penatalaksaan yang dilakukan berupa personal
higine, edukasi keluarga menengenai pentingknya cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien, lalu implementasi kolaborasi yang dilakukan yaitu memastikan klien
mendapatkan asupan kalori dan protein yang sesuai dengan kebutuhan klien.

BAB V
PENUTUP

A. Diagnosa keperawatan pada An. R dengan thalasemia adalah:


1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual muntah dengan
fokus tindakan memberikan informasi tentang kebutuhan nutrisi dan perlunya
meningktkan intake protein
2. kerusakan integritas kulit b.d penurunan imunologis, fokus tindakan yang diberikan
berupa anjuran kepada klien untuk menggunakan preparat tabir surya
3. Resiko infeksi dengan fokus tindakan dengan mencuci tangan dengan hand rub
B. Saran
1. Bagi klien diharapakan untuk mampu memahami kondisinya sebagai seorang odapus
yang dapat menimbulkan adanya gangguan secara fisik dan psikis bagi penderitanya.
Adanya pemahaman terhadap hal tersebut akan memudahkan odapus untuk
melakukan penyesuaian diri dan mampu melihat kelebihan yang membuat mereka
mampu melakukan kegiatan-kegiatan sebagai odapus.
2. Bagi pihak keluarga, diharapkan untuk mendukung segala kegiatan yang mampu
odapus lakukan. Seperti pihak keluarga dapat memberikan kebebasan bagi odapus
untuk melakukan kegiatan yang mereka yakini mampu lakukan dan kegiatan tersebut
bersifat positif. Hal ini bertujuan agar odapus mampu berpikir positif bahwa mereka
mampu untuk melakukan kegiatan-kegiatan lain sebagai odapus.

DAFTAR PUSTAKA
1. Wicaksono N, Utomo. 2012. Hubungan Antara Aktivitas Penyakit Dengan Status
Kesehatan Pada Pasien Les ( Lupus Eritematosus Sistemik ) Di Rsup Dr. Kariadi,
Semarang. Semarang: Program Pendidikan Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro
2. Isbagio H, Albar Z, Kasjmir YI, et al. 2009. Lupus Eritematosus Sistemik. Dalam:
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, et al, editor. Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi
kelima. Jakarta: Interna Publishing
3. Nurarif AH, Kusuma H. 2015. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa
medis dan nanda nic noc jilid 2. Yogyakarta: Media Action
4. Matulessy, Tirza G. 2010. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup
pasien Lupus Eritematosus Sistemik ( LES) ( Tesis ). Jakarta ( Indonesia ) : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
5. Yuni Azizah. 2013. Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat
Perkotaan Pada Pasien Sistemik Lupus Eritematosus Di Ruangan Rawat Anak Lantai
Tiga Selatan Rsup Fatmawati Jakarta. Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Program
Studi Profesi Nurse Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai