Pendahuluan
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) merupakan salah satu jenis pajak yang merupakan
sumber penerimaan Negara yang utama, disamping penerimaan Negara yang lain. Sesuai pasal 6
dan pasal 9 undang-undang No.12 tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana
telah diubah dengan Undang-undang No.12 tahun 1994 pasal 2 dan 3 diartikan sebagai pajak
Negara yang sebagian besar penerimaannya merupakan pendapatan daerah yang dipergunakan
untuk penyediaan fasilitas yang juga dinikmati oleh pemerintah pusat dan pemeritah daerah.
Dalam pengenaan beban pajaknya terlebih dahulu harus memperhatikan objek pajaknya dari
pada subjek pajaknya.
Setiap wajib pajak yang memiliki objek pajak bumi dan bangunan, baik besar maupun
kecil akan dikenakan pajak sesuai kemampuan dan keadaannya. Dalam hal ini digunakan sistem
Self Assessment adalah suatu sistem pemungutan pajak yang wajib pajak menentukan sendiri
jumlah pajak yang terhutang sesuai dengan undang-undang perpajakan (Marsyahrul, 2005, 9)
yaitu bagi setiap wajib pajak diberikan kesempatan untuk mendaftarkan sendiri objek pajak yang
dimiliki/dimanfaatkannya di bidang pelaporan ke Direktorat Jenderal Pajak atau tempattempat
lain yang ditunjuk.
Pembahasan
Pendaftaran objek PBB dilakukan oleh subjek pajak dengan cara mengambil dan
mengisi formulir SPOP secara jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani dan
dikembalikan ke Kantor Pelayanan Pajak yang bersangkutan atau tempat yang ditunjuk untuk
pengambilan dan pengembalian SPOP dengan dilampiri bukti-bukti pendukung seperti :
2.
menyampaikan SPOP tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap dan/atau
melampirkan keterangan yang tidak benar;
3.
4.
5.
6. Kepala Subbagian Umum menerima dan mempelajari permintaan formulir SPOP dan
sarana pendukung (yang merupakan bagian dari kegiatan pembentukan data awal objek
dan subjek PBB ) dan menyerahkan formulir SPOP dan sarana pendukung kepada Kepala
Seksi Ekstensifikasi Perpajakan.
7. Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan menerima formulir SPOP dan sarana pendukung,
menugaskan dan memberi disposisi kepada Pelaksana Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
untuk menyusun konsep surat tugas pendataan objek dan subjek PBB.
8. Pelaksana Seksi Ekstensifikasi Perpajakan menyusun konsep surat tugas pendataan objek
dan subjek PBB dan menyampaikannya kepada Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan.
9. Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan meneliti dan memaraf konsep surat tugas
pendataan objek dan subjek PBB dan menyampaikannya kepada Kepala Kantor
Pelayanan Pajak.
10. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani konsep surat tugas
pendataan objek dan subjek PBB.
11. Pendata/Pejabat Fungsional Penilai melakukan pendataan objek dan subjek PBB dengan
menyampaikan formulir SPOP dan LSPOP kepada Wajib Pajak.
12. Wajib Pajak mengisi SPOP dan LSOP secara jelas, benar, lengkap serta menandatangani
kemudian menyampaikannya kepada Pendata/Pejabat Fungsional Penilai.
13. Pendata/Pejabat Fungsional Penilai meneliti, mencantumkan ZNT, menandatangani,
menjilid, dan melakukan pemutakhiran peta garis (konsep peta kelurahan/desa dan peta
blok), serta menyampaikan hasil Pendataan Objek dan Subjek PBB kepada Kepala Seksi
Ekstensifikasi Perpajakan.
14. Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan menerima, mempelajari dan menugaskan
Pelaksana Seksi Ekstensifikasi Perpajakan untuk menatausahakan hasil pendataan Objek
dan Subjek PBB.
15. Pelaksana Seksi Ekstensifikasi Perpajakan mencatat dan membuat konsep Rekapitulasi
Hasil Pendataan, kemudian menyampaikannya kepada Kepala Seksi Ekstensifikasi
Perpajakan, beserta berkas hasil pendataan Objek dan Subjek PBB .
16. Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan meneliti dan memaraf konsep Rekapitulasi Hasil
Pendataan Objek dan Subjek PBB, kemudian menyampaikan kepada Kepala Kantor
Pelayanan Pajak.
17. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani Rekapitulasi Hasil
Pendataan Objek dan Subjek PBB.
18. Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi menerima berkas hasil pendataan Objek
dan Subjek PBB, menugaskan dan memberi disposisi kepada Pelaksana Seksi
Pengolahan Data dan Informasi untuk memberikan nomor bundel pada SPOP dan LSPOP
serta melakukan proses pemutakhiran basis data dan penatausahaan berkas selanjutnya.
19. Pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi memberikan nomor bundel pada SPOP
dan LSPOP, melakukan perekaman SPOP/LSPOP, mencetak Daftar Hasil Rekaman
(DHR), melakukan pencocokan antara SPOP/LSPOP dan DHR, updating peta digital dan
men-generate produk keluaran (spooling SPPT, DHKP dan STTS) serta meneruskan
berkas pendataan kepada Kepala Seksi Pelayanan sebagai bahan cetak massal SPPT dan
cetak peta kelurahan serta peta BLOK.
20. Proses dilanjutkan ke SOP nomor .............. tentang Tata Cara Cetak Massal SPPT.
21. Proses selesai.
E. Penentuan dan Pendataan Objek Pajak Potensial
Direktorat Jendral Pajak (DJP) dalam melakukan pendataan objek pajak potensial
PBB tidak terlepas dari kepentingan utuk meningkatkan tingkat kepatuhan pajak (tax
compliance) dan penerimaan dari pajak khususnya PBB. Beberapa prosedur dalam
menentukan objek pajak potensial:
1. Membuat peta blok atau meminta dari Pemda. Peta blok adalah peta yang
menggambarkan zona geografis atas sekelompok objek pajak yang dibatasi dengan
batas-batas tertentu untuk kepentingan pendataan PBB. Untuk PBB P2, luasan satu
zona atau blok adalah 15ha dan menampung 200 objek pajak.
2. Memberikan nomor urut pada objek pajak yang selanjutnya disebut Nomor Objek
Pajak (NOP).
3. Menentukan SDM dan skala prioritas pada blok tertentu agar lebih fokus.
4. Melakukan pencocokan data perpajakan yang dimiliki KPP dan Nomor Urut Pajak
(NOP). Hal ini bertujuan agar diketahui siapa saja wajib pajak yang belum
membayar pajaknya.
5. Memberi tanda pada NOP yang belum terdaftar dalam data perpajakan KPP dengan
memberi warna tertentu pada peta blok.
6. Melakukan cross check dengan cara survey langsung oleh Account Representative
(AR) atau petugas berwenang untuk selanjutnya dilakukan tindakan ekstensifikasi
atau intensifikasi.
F. Klasifikasi Kelas Tanah Menurut Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) Bumi untuk
Objek Pajak Sektor Pedesaan dan Perkotaan (PBB P2)
Klas
(Rp/m2)
001
68.545.000,00
002
66.255.000,00
003
64.000.000,00
004
61.795.000,00
005
59.625.000,00
006
57.495.000,00
007
55.405.000,00
008
53.355.000,00
009
51.345.000,00
010
49.375.000,00
011
47.445.000,00
012
45.555.000,00
013
43.705.000,00
014
41.895.000,00
015
40.125.000,00
016
38.395.000,00
017
36.705.000,00
018
35.055.000,00
019
33.445.000,00
020
31.875.000,00
021
30.345.000,00
022
28.855.000,00
023
27.405.000,00
024
25.995.000,00
025
24.625.000,00
026
23.295.000,00
027
22.005.000,00
028
20.755.000,00
029
19.545.000,00
030
18.375.000,00
031
17.245.000,00
032
16.155.000,00
033
15.105.000,00
034
14.095.000,00
035
13.125.000,00
036
12.195.000,00
037
11.305.000,00
038
10.455.000,00
039
9.645.000,00
040
8.875.000,00
041
8.145.000,00
042
7.455.000,00
043
6.805.000,00
044
6.195.000,00
045
5.625.000,00
046
5.095.000,00
047
4.605.000,00
048
4.155.000,00
049
3.745.000,00
050
3.375.000,00
051
3.100.000,00
052
2.925.000,00
053
2.779.000,00
054
2.640.000,00
055
2.508.000,00
056
2.352.000,00
057
2.176.000,00
058
2.013.000,00
059
1.862.000,00
060
1.722.000,00
061
1.573.000,00
062
1.416.000,00
063
1.274.000,00
064
1.147.000,00
065
1.032.000,00
066
916.000,00
067
802.000,00
068
702.000,00
069
614.000,00
070
537.000,00
071
464.000,00
072
394.000,00
073
335.000,00
074
285.000,00
075
243.000,00
076
200.000,00
077
160.000,00
078
128.000,00
079
103.000,00
080
82.000,00
081
64.000,00
082
48.000,00
083
36.000,00
084
27.000,00
085
20.000,00
086
14.000,00
087
10.000,00
088
7.150,00
089
5.000,00
090
3.500,00
091
2.450,00
092
1.700,00
093
1.200,00
094
910,00
095
660,00
096
480,00
097
350,00
098
270,00
099
200,00
100
<170,00
140,00
G. Klasifikasi Kelas Bangunan Menurut Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) Bangunan
untuk Objek Pajak Sektor Pedesaan dan Perkotaan (PBB P2)
Klas
001
15.250.000,00
002
14.150.000,00
003
13.075.000,00
004
12.050.000,00
005
11.075.000,00
006
10.150.000,00
007
9.275.000,00
008
8.450.000,00
009
7.675.000,00
010
6.950.000,00
011
6.225.000,00
012
5.500.000,00
013
4.825.000,00
014
4.200.000,00
015
3.625.000,00
016
3.100.000,00
017
2.625.000,00
018
2.200.000,00
019
1.833.000,00
020
1.516.000,00
021
1.200.000,00
022
968.000,00
023
823.000,00
024
700.000,00
025
595.000,00
026
505.000,00
027
429.000,00
028
365.000,00
029
310.000,00
030
264.000,00
031
225.000,00
032
191.000,00
033
162.000,00
034
132.000,00
035
116.000,00
036
98.000,00
037
83.000,00
038
71.000,00
039
60.000,00
040
< 52.000,00
50.000,00
Sumber:
bangunan
http://www.pajak.go.id/content/seri-pbb-pendaftaran-dan-pendataan-objek-pajak-bumi-dan-
KESIMPULAN
1. Subjek pajak mendaftar dengan mengisi formulir SPOP dan melampirkan beberapa bukti
pendukung seperti denah, fotokopi KTP, NPWP, dll.
2. Pendataan subjek dan objek pajak dilakukan oleh KPP berdasarkan formulir dan bukti
tambahan yang telah diajukan subjek pajak.
3. Ada sanksi bagi subjek pajak yang dengan kelalaian ataup kesengajaannya tidak
mengembalikan formulir pendataan SPOP kepada KPP, yaitu:
DAFTAR PUSTAKA
http://resturizka.blogspot.co.id/2012/06/118-pendataan-objek-pbb.html
https://pemeriksaanpajak.com/2016/04/26/561-538-titik-objek-pajak-jadi-incaran-ditjen-pajak/
http://www.pajak.go.id/content/seri-pbb-pendaftaran-dan-pendataan-objek-pajak-bumi-danbangunan
http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/167-artikel-pajak/20525-menggunakanmapping-peta-blok-untuk-menggali-potensi-pajak