yang
1.Strategi Pelaksanaan
Tujuan akhir pembangunan nasional Indonesia dilakukan dengan jalan melaksanakan
serangkaian pembangunan. Rangkaian upaya pembangunan tersebut dibagi dalam tahap-tahap
pembangunan jangka panjang selama 25 tahun dan tahap pembangunan jangka pendek yang
berlangsung selama 5 tahun. Srategi dasar pembangunan nasional nasional Indonesia selama
kurang lebih 30 tahun yang bertumpu pada pembangunan ekonomi yang terkait dengan
pembangunan dibidang lainnya.
2.Peranan Pembangunan Nasional
Pembangunan Nasional mempunyai peranan sebagai berikut:
1. Payung Pembangunan pendidikan Nasional
2. Sumber yang memberikan masukan pada pembangunan pendidikan nasional
4.Karakteristik
1. Pembangunan
nasional
Indonesia
merupakan
Pancasila secara serasi dan kesatuan yang utuh.
bentuk pengamalan
c.Pelaksana operasi-operasi yang terjadi di pabrik-pabrik, perusahaan-perusahaan, dan lembagalembaga sosial budaya, politik, pertahanan, dan sebagainya. Mereka berperan sebagai Tenaga
kerja teknis administratif dan Tenaga kerja teknis operasional.
2. Manusia sebagai konsumen
Manusia dapat berperan sebagai konsumen. Mereka berperan sebagai pengguna atau penikmat
hasil-hasil pembangunan dan sebagai penilai mutu hasil hasil pembangunan.
C. Peranan Pendidikan dalam Pembangunan
Gambaran tentang peranan pendidikan dalam pembangunan dinyatakan oleh William S. Platt
dalam Toward Strategis of Education dinyatakan seperti terlihat pada bagan 2-XVII peranan
pendidikan dalam pembangunan. Dengan demikian, peranan pendidikan dalam pembangunan
adalah sebagai berikut:
1. Mengenbangkan Teknologi Baru.
Hasil penldidikan adalah orang terdidik yang mempunyai kemampuan melaksanakan penelitian
dan pengembangan yang dapat menghasilkan teknologi baru. Lembaga-lembaga penelitian dan
pengembangan seperti lembaga ilmu pengetahuan Indonesia,badan-badan penelitian dan
pengembangan di setiap departemen, dan sebagainya, orang-orang terdidik hasil pendidikan
bekerja, dan menghasilkan berbagai teknologi baru.
1. Menjadi Tenaga Produktif dalam Bidang Konstruksi.
Orang-orang terdidik dari hasil pendidikan, juga masuk dan aktif di bidang konstruksi yang
menghasilkan rancang bangun berbagai macam pabrik perusahaan. Dari pabrik-pabrik dan
perusahaan-perusahaan ini akan menghasilkan berbagai barang kebutuhan hidup dan jasa.
1. Menjadi Tenaga Produktif yang Menghasilkan Barang dan Jasa.
Orang-orang yang terdidik hasil pendidikan menjadi pula masukan dalam pabrik-pabrik dan
perusahaan-perusahaan, sebagai tenaga kerja produktif yang memproses produksi barang-barang
kebutuhan hidup dan jasa. Dengan demikian, adalah penghasilan barang dan jasa yang
diperlukan masyarakat.
1. Pelaku Generasi dan Penciptaan Budaya.
Orang-orang hasil pendidikan tidak hanya merevisi kebudayaan masa lampau, tetapi juga
sekaligus individu-individu atau kelompok-kelompok individu yang melakukan perbaikanperbaikan dan penciptaan-penciptaan unsure-unsur budaya baru berdasarkan budaya lama yang
telah dimilikinya. Mereka inilah yang memelihara dan memperbaiki nilai-nilai budaya dalam
masyarakat.
1. Konsumen Barang dan Jasa.
Oaring-orang terdidik hasil pendidikan merupakan generasi baru yang mengkonsumsi barangbarang dan jasa yang dihasilkan oleh pabrik-pabrik dan perusahaan-perusahaan. Sebagai
konsumen, mereka merupakan konsumen yang lebih banyak jenis kebutuhannya serta lebih kritis
dalam menggunakan barang-barang keperluan hidup dan jasa, apabila dibandingkan dengan
orang-orang yang tidak/ kurang terdidik.
perubahan sosial akan tampak bila tatanan sosial dan kehidupan masyarakat yang lama dapat
dibandingkan dengan tatanan sosial dan kehidupan masyarakat yang baru. Perubahan yang
mungkin terjadi bias berupa kemajuan atau bahkan kemunduran. Unsur unsur kemasyarakatan
yang berubah biasanya meliputi kelompok kelompok sosial, stratifikasi sosial, pola interaksi,
status dan wewenang, serta pola kehidupan masyarakat.
Perubahan sosial itu dapat dipelajari pada suatu atau lebih tahapan dengan menggunakan
berbagai bidang studi dalam satuan analisis. Perubahan sosial dapat berupa perubahan system
nilai, karena perubahan pada pranata sosial atau perilaku yang dilakukan secara berulang ulang
seperti tradisii dan moral.
Komponen komponen yang membentuk system sosial itu meliputi tindakan tindakan nyata
yang saling bergantung dan juga arti arti simbolis yang di anut bersama. Komponen komponen
tadi meliputi benda benda materil, hasil ciptaan manusia dalam lingkungan, sifat sifat biologis
manusi, persepsi individu, harapan, sikap, dan tujuan.
C.
Inovasi pendidikan
Inovasi pada berbagai level pendidikan tercermin sebagai perubahan perilaku, struktur, prosedur,
dan tujuan dari berbagai unit pada berbagai level pendidikan (Fulan 1991). Ada empat hal
pokok yang harus dibangun ke dalam landasan suatu perubahan yang direncanakan, yakni:
Mempunyai pemahaman yang mendalam menenai suatu perubahan yang akan dilakukan.
Mempunyai pengetahuan yang luas mengenai lingkungan di mana perubahan itu dilakukan.
Mempunyai strategi perubahan
Memiliki sifat positif terhadap perubahan. (Hanson, 1991)
Ada empat fase dalam amat-an Fullan tentang evolusi kajian dan praktek pembaharuan
pendidikan yakni:
Kajian adopsi (1960-an)
Kajian kegagalan implementasi pembaharuan pendidikan (1970-1977)
Kajian keberhasilan implementasi pembaharuan pendidikan (1978-1982)
Intensifikasi dan strukturisasi pendidikan (1983-...)
Ada beberapa alasan mengapa individu atau kelompok tertentu mau menerima pembaharuan,
seperti prestise individu, minat pribadi yang birokratis, responsivitas politis, dan kepedulian
untuk memecahkan kebutuhan yang tak terpenuhi.
Proses inisiasi dalam pembaharuan pendidikan menurut Fullan, dilakukan dengan
mempertimbangkan faktor-faktor : relevansi, kesiapan, dan ketersediaan sumber-sumber.
Pertimbangan relevansi terkait dengan interaksi kebutuhan dan kejelasan inovasi, dengan
kemanfaatan inovasi, atau apa sesungguhnya yang harus ditawarkan pada guru dan siswa.
Kesiapan mencakup keterlibatan baik secara konseptual atau praktis dari sekolah untuk memulai
mengembangkan atau mengadopsi inovasi yang given. Sedangkan ketersediaan sumber-sumber
berkenaan dengan akumulasi dan ketentuan atau syarat dukungan sebagai bagian dari proses
pembaharuan.
Tiga hal yang kunci yang mempengaruhi keberhasilan implementasi program yaitu:
Karakteristik pembaharuan yang dikenalkan
Karakteristik lokal
faktor-faktor eksternal
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelangsungan implementasi program pembaruan menurut
Fullan adalah dukungan dana dari pemerintah lokal tidak ada, kekurangan dana untuk
mengembangkan staf, serta daya dukung staf untuk kelangsungan program tersebut termasuk
penyediaan guru baru. Banyak perencanaan pembaharuan pendidikan gagal karena kesalahan
mengidentifikasi kesalahan teknis yang spesifik, seperti kekurangan materi yang baik, pelatihan
yang tidak efektif, atau dukungan administrasi yang kurang.
1.
Pembaharuan dalam level sekolah dengan cara menganalisis peran partisipan-partisipan kunci
dan hubungan organisasinya. Pada implementasinya, menempatkan guru sebagai implementor
sentral pembaharuan tersebut. Keberhasilan pembaharuan pendidikan sesungguhnya bergantung
pada apa yang guru perbuat dan pikirkan. Pembelajaran dan pendidikan di sekolah menjadi
efektif jika:
(1) orang yang diminta menjadi guru adalah orang yang berkualitas, dan
(2) sekolah diorganisasi untuk menstimulasi dan menghargai setiap pelaksanaan pembaharuan.
Ada beberapa temuan menarik untuk dikaji, dan oleh Fullan sudah diringkas sebagai berikut:
1) Pendidikan guru ternyata tidak membekali para siswanya untuk menghadapi realitas kelas
yang nanti menjadi tugas pokoknya.
2) Organisasi adalah yang bersifat seluler mengakibatkan para guru selalu dihadapkan pada
berbagai
masalah dan ketakutan yang bersifat pribadi.
3) Para guru umumnya gagal mengembangkan budaya kerja sebagai guru.
4) Jika guru menghadapai persoalan dan ingin meminta bantuan penyelesaiaannya, sumbersumber yang paling efektif digunakan guru pada umumnya cenderung mengikuti apa yang
dikatakan guru itu sendiri.
5) Keefektivan pembelajaran diikur secara informal melalui pengamatan siswa yang bersifat
umum.
6) Para guru umumnya tidak yakin apakah ia telah melakukan perubahan atau belum.
Umunya guru menggunakan empat kriteria utama dalam menerima pemberitahuan:
1) Apakah secara potensial perbaharuan tersebut mampu memenuhi kebutuhan
pembelajarannya,? Apaka siswa akan tertarik,? Apakah para siswa juga akan belajar? Adakah
bukti bahwa pembaharuan tersebut memang dapat memberikan hasil bagaimana diharapkan.
2) Seberapa jelas pembaharuan tersebut bagi para guru sehingga mempermudah baginya
untukmelaksanakannya.
3) Bagaimanakah pengaruhnya terhadap halhal yang yterkait dengan pribadi guru, seperti
waktu, energi yang dihabiskan, eahlian baru yang dibutuhkan,.
4) Bagaimanakah pennghargaan yang akan diterima para guru termasuk dalam kaitannya
dengan pergaulan antar sesama guru.
Munurut Fullan, admnistrator kabupaten harus benar-benar bekerja sesuai dengan peran dan
tanggung jawabnya dalam pembaharuan pendidikan. Mereka harus mendorong proses inovasi:
1) Sesuai dengan kebutuhan dan dapat diuji.
2) Menentukan inovasi tertentu sesuai kebutuhan.
3) Mengklarifikas, dan mendukung peran kepala sekolah serta administrator lainnya dalam
implementasi program pembaharuan.
4) Menjamin dukungan implementasi pembaharuan.
5) Memungkinkan adanya redefinisi dan adaptasi inovasi tertentu.
6) Mengkomunikasikan dan memelihara dukungan orantua dan dewan pendidikan.
7) Memiliki waktu yang realistik.
Fullan juga menjelaskan akan pentingnya peran orang tua dan masyarakat dalam pembaharuan
pendidikan. Bentuk keterlibatan orangtua mencakup:
1) Keterlibatan langsung disekolah ( contoh sebagai sukarelawan atau asisten)
2) Keterlibatan orangtua dirumah (membantu anak belajar dirumah)
3) Relasi sekolah orangtua/masyarakat
4) Badan penasehat pendidikan
2.
Proses kebijakan dalam kurikulum menurut Fullan harus dimulai dari tahapan inisiasi,
implementasi, monitoring, evaluasi dan restrukturisasi. Di amerika, kurikulum sekolah
mencakup tujuan, topik, dan isi yang mau diajarkan, serta aktivitas lain yang disarankan.
Ada tiga komponen dalam pendidikan guru yang mempengaruhi sosialisasi awal dari guru: (1)
pendidikan umum, kesenian, sains, matematika, dan sebagainya yang harus diselesaikannya
diluar institusi pendidikan guru; (2) dasar-dasar pendidikan dan (3) pengalaman dasar untuk
menjadi guru.
Karakteristik pembangunan profesi guru, yakni :
1) Kolegalitas dan kolaborasi
2) Suka bereksperimen dan berani mengambil resiko
3) Berbasis kerjasama berdasarkan ilmu pengetahuan
4) Waktu dihabiskan untuk pengembangan staf dan mengasimilasi cara belajar baru.
5) Keterlibatan partisipan yang memadai dalam penentuan tujuan, implementasi, evaluasi dan
pembuatan keputusan
6) Dukungan kepemimpinan dan administratif yang berkelanjutan
7) Penyediaan insentif dan penghargaan yang memadai
8) Dirancang berdasarkan prinsip belajar orang dewasa dn proses perubahan.
9) Mengintegrasikan tujuan individu dengan tujuan sekolah dan pemerintah daerah.
10) Dibangun atas dasar filsafat dan struktur organisasi yang benar baik untuk ukuran sekolah
maupun daerah.
Fullan mengidentifikasi aanya 6 tema sentral dari paradigma baru yang dibutuhkan dalam
pembaharuan pendidikan. Keenam tema tersebut adalah:
1. Dari cara berfikir negatif dalam melihat pembaharuan ke positif
2. Dari solusi yang bersifat monolitik ke alternatif
3. Dari inovasi individu ke inovasi institusional
4. Dari kerja individu ke kersa sama
5. Dari pengabaian proses pembaharuan ke apresiasi yang serius terhadap proses pembaharuan
6. Harus berfikir hanya jika ke jika saya atau jika kami
Emile Durkheim memandan pendidikan dari segi sosial, bahwa pendidikan merupakan fakta
sosial yang berada pada individu, diri individu dan lingkungan masyarakat ( moral dan sosial
masyarakat) yang saling mempengaruhi dalam sistem sosial. Kemudian, menurut Rogers, ada
empat unsur penting dalam penerimaan inovasi yaitu:
1) Inovasi itu sendiri
2) Komunikasi inovasi
3) Sistem sosial dan aspek waktu.
Menurut Rogers, ada lima ciri inovasi yang disebutnya sebagai atribut inovasi.ciri-ciri inovasi
tersebut yaitu:
1) Keuntungan relative (relative adventages)
2) Kecocokan ( compatibility)
3)
4)
5)
Kerumitan ( complexity )
Ketercobaan ( triability)
Keteramatan ( observability )
Kompetisi merupakan kekuatan dahsyat yang mendorong inovasi bila individu atau kelompok
mempunyai keinginan bersama untuk mendapatkan bagian maksimal dari ganjaran bersama
mereka. Kompetisi inipun menjadi ciri menonjol di negara maju khususnya negara kapitalis.
Perubahan sosial juga dapat terjadi karena adanya konflik. Konflik tersebut ada yang negatif dan
positif. Konflik yang positif terjadi pada dinamika dalam kelompok ( in group)dalam
hubungannya dengan dengan luar kelompok.kekuatan solidaritas internal dan intregasi di dalam
kelompok bertambaha tinggi. Menurut Lauer (1989) knflik selalu berhubungan erat dengan
kompetisi karena kompetisi dapat menciptakan konflik. Atau sebaliknya, konflik dapat
menciptakan kompetisi.
Anak tidak lagi dipaksakan untuk menuruti keinginan orang tua, sebaliknya orang tua hanya
sebagai fasilitator untuk menolong anak menemukan bakat atau minatnya. Guru bukan hanya
memberikan pengajaran yang dibutuhkan melainkan juga memberikan teladan hidup dan
mengembangkan kreativitas peserta didik.
3. Paradigma Pembelajaran Sepanjang Hayat Berpusat pada Peserta Didik
Paradigma pembelajaran sepanjang hayat berarti pembelajaran merupakan proses yang
berlangsung seumur hidup, yaitu pembelajaran sejak lahir hingga akhir hayat yang
diselenggarakan secara terbuka dan multimakna. Pembelajaran sepanjang hayat berlangsung
secara terbuka melalui jalur formal, nonformal, dan informal yang dapat diakses oleh peserta
didik setiap saat tidak dibatasi oleh usia, tempat, dan waktu
4. Paradigma Pendidikan untuk Semua yang Inklusif
Paradigma ini merupakan salah satu paradigma dan prinsip penjaminan mutu pendidikan
nasional. Konsekuensi dari paradigma ini adalah bahwa setiap individu berhak dan wajib
mengikuti dan menyelesaikan pendidikan minimal pada tingkat pendidikan dasar dan pemerintah
harus membiayainya, karena pendidikan tingkat ini merupakan kunci awal dari pembelajaran
sepanjang hayat
5. Paradigma Pendidikan untuk Perkembangan, Pengembangan, dan/atau Pembangunan
Berkelanjutan (PuP3B)
Paradigma pendidikan baru yang diprakarsai oleh PBB melalui UNESCO dengan tujuan
agar pendidikan menghasilkan manusia berakhlak mulia yang menjadi rahmat bagi semesta
alam. Manusia seperti itu memenuhi kebutuhannya dengan memperhatikan kebutuhan generasi
saat ini dan generasi generasi yang akan datang (keberlanjutan intergenerasional).
PuP3B hanya akan terwujud apabila paradigma pembelajaran sepanjang hayat yang
berpusat pada peserta didik, yang mengidamkan subyek pembelajar yang mandiri, bertanggung
jawab, kreatif, inovatif, dan berkewirausahaan, betul-betul dilaksanakan.
Pilar-Pilar Strategis
1. Pendidikan Agama serta Akhlak Mulia
2. Pengembangan dan Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi
3. Proses Pembelajaran yang Mendidik dan Dialogis
4. Evaluasi, Akreditasi, dan Sertifikasi Pendidikan yang Memberdayakan
5. Peningkatan Profesionalitas Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Pendidikan 2005--2009. Hal tersebut merupakan potensi yang dapat mendorong dan
meningkatkan motivasi untuk melanjutkan pembangunan pendidikan.
Permasalahan
Pembangunan pendidikan telah berhasil meningkatkan angka partisipasi pendidikan,
khususnya pada jenjang pendidikan dasar. Namun, jika dilihat dari kemerataan akses masih
terdapat disparitas antarprovinsi, antarkabupaten, dan antarkota yang ditunjukkan dengan adanya
APK atau APM yang cukup lebar pada semua jenjang pendidikan. Rasio guru terhadap siswa
juga menunjukkan disparitas antarprovinsi.
Permasalahan pendidikan yang juga perlu mendapat perhatian adalah mutu tenaga pendidik.
Lemahnya sistem remunerasi bagi pendidik ditengarai berakibat terhadap mutu pendidikan
karena mutu pendidikan sangat bergantung pada mutu pendidik. Selain itu banyak ditemukan
kasus guru yang mengajar di luar bidang keahliannya (mismatch) karena keterbatasan jumlah
guru khususnya di daerah perdesaan, terpencil dan tertinggal.
dan
negara yang meliputi pemerataan dan perluasan akses prodi vokasi, profesi, dan
akademik; penyediaan dosen; penyediaan dan perluasan akses PT; penyediaan
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang bermutu, berdaya saing
internasional, serta berkesetaraan gender dan relevan dengan kebutuhan bangsa
dan negara; dan
b. ketersediaan data dan informasi berbasis riset, dan standar mutu pendidikan
tinggi, serta keterlaksanaan akreditasi pendidikan tinggi.
Strategi V
Perluasan dan pemerataan akses pendidikan orang dewasa berkelanjutan yang
berkesetaraan gender dan relevan dengan kebutuhan masyarakat dilaksanakan
melalui:
a. perluasan dan pemerataan akses pendidikan orang dewasa bermutu,
berkesetaraan gender, dan relevan dengan kebutuhan masyarakat di provinsi
yang meliputi peningkatan tingkat literasi yang berkesetaraan gender di
kabupaten dan kota; dan perluasan dan pemerataan akses kursus dan
pendidikan life skill bermutu, berkesetaraan gender, dan relevan dengan
kebutuhan masyarakat di semua kabupaten dan kota;
1. Mendorong kreativitas kepala sekolah untuk mengelola sekolahnya menjadi lebih baik.
2. Dapat lebih mengaktifkan atau meningkatkan kepedulian masyarakat untuk ikut
bertanggung jawab terhadap kinerja dan keberhasilan sekolah atau madrasah.
3. Dapat mengembangkan tugas pengelolaan sekolah atau madrasah tersebut menjadi
tanggung jawab sekolah dan masyarakat.
Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah yakni:
1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah atau
madrasah dalam mengelola dan membedayakan sumber daya yang tersedia;
2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah atau madrasah dan masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama;
3. Meningkatkan tanggung jawab sekolah atau madrasah kepada orang tua, pemerintah
tentang mutu sekolah atau madrasah;
4. Meningkatkan kompetensi yang sehat antar madrasah dan sekolah lain untuk
pencapaian mutu pendidikan yang diharapkan. [3
B. PRINSIP-PRINSIP MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
Prinsip utama pelaksanaan MBS ada 5 (lima) hal yaitu:
1. Fokus pada mutu
2. Bottom-up planning and decision making
3. Manajemen yang transparan
4. Pemberdayaan masyarakat
5. Peningkatan mutu secara berkelanjutan
Dalam mengimplementasikan MBS terdapat 4 (empat) prinsip yang harus difahami
yaitu:
1. kekuasaan;
2. pengetahuan;
3. sistem informasi; dan
4. sistem penghargaan.
Kekuasaan Kepala sekolah memiliki kekuasaan yang lebih besar untuk mengambil
keputusan berkaitan dengan kebijakan pengelolaan sekolah dibandingkan dengan
sistem pendidikan sebelumnya. Kekuasaan ini dimaksudkan untuk memungkinkan
sekolah berjalan dengan efektif dan efisien. Kekuasaan yang dimiliki kepala sekolah
akan efektif apabila mendapat dukungan partisipasi dari berbagai pihak, terutama guru
dan orangtua siswa. Seberapa besar kekuasaan sekolah tergantung seberapa jauh MBS
dapat diimplementasikan. Pemberian kekuasaan secara utuh sebagaimana dalam teori
MBS tidak mungkin dilaksanakan dalam seketika, melainkan ada proses transisi dari
manajemen yang dikontrol pusat ke MBS.
Kekuasaan yang lebih besar yang dimiliki oleh kepala sekolah dalam
pengambilan keputusan perlu dilaksanakan dengan demokratis antara lain dengan:
1. Melibatkan semua fihak, khususnya guru dan orangtua siswa.
2. Membentuk tim-tim kecil di level sekolah yang diberi kewenangan untuk mengambil
keputusan yang relevan dengan tugasnya
3. Menjalin kerjasama dengan organisasi di luar sekolah.
Pengetahuan Kepala sekolah dan
seseorang yang berusaha secara terus
keterampilan dalam rangka meningkatkan
memiliki sistem pengembangan sumber
pelatihan atau workshop guna membekali
berkaitan dengan proses belajar mengajar.
MBS aan berhasi jika ditopang oleh kemampuan professional kepala sekolah atau
madrasah dalam memimpin dan mengelola sekolah atau madrasah secara efektif dan
efisien, serta mampu menciptakan iklim organisasi yang kondusif untuk proses belajar
mengajar.
2. Kondisi social, ekonomi dan apresiasi masyarakat terhadap pendidikan
Faktor eksternala yang akan turut menentukan keberhasilan MBS adalah kondisi
tingkat pendidikan orangtua siswa dan masyarakat, kemampuan dalam membiayai
pendidikan, serta tingkat apresiasi dalam mendorong anak untuk terus belajar.
3. Dukungan pemerintah
Faktor ini sangat membantu efektifitas implementasi MBS terutama bagi sekolah atau
madrasah yang kemampuan orangtua/ masyarakatnya relative belum siap memberikan
kontribusi terhadap penyelenggaraan pendidikan. alokasi dana pemerintah dan
pemberian kewenangan dalam pengelolaan sekolah atau madrasah menjadi penentu
keberhasilan.
4. profesionalisme
Faktor ini sangat strategis dalam upaya menentukan mutu dan kinerja sekolah atau
madrasah. Tanpa profesionalisme kepala sekolah atau madrasah, guru, dan pengawas,
akan sulit dicapai program MBS yang bermutu tinggi serta prestasi siswa