Rangkuman Modul 5
Rangkuman Modul 5
BLOG 2
MIND MAP
METABOLIS
ME
FAKTORFAKTOR
YANG
BERPENGAR
EXERCISE
Fisiologi
Ventilasi
Terengahengah
Perfusi
Difusi
Transporta
si
Hipobarik
&
Hiperbarik
LEARNING OBJECTIVE
Exercise
Refleks Gerakan
Tubuh
Batang Otak
Perubahan Kimiawi
(PH , PCO2 ,PO2 )
Kemoreseptor
Pusat Pernapasan
Ventilasi meningkat
Irama Pernapasan
Takipneu
TIMREVP
raexp
kasenb
mgisrhk
pagcnt
u
l
e
nf u
a k at
a i st i
e ea
apune
patnir
abntm
bw i
si
sugb
hk
a
gl
n
o a
ue
anrisKk
enrksmc
uu
u
r
r
is
r
i
u
t
pusat pernapasan batang otak pada waktu bersamaan dengan sinyal yang menuju
otot-otot tubuh untuk menimbulkan kontraksi otot.
Otak (bag. Korteks cerebri)
mentransmisi
Impuls motorik ke otot
sekaligus
Ventilasi meningkat
Refleks Gerakan Tubuh
Reseptor-reseptor di sendi dan otot yang tereksitasi selama kontraksi otot akan
secara refex merangsang pusat pernapasan dan dengan cepat meningkatkan
ventilasi. Bahkan gerakan pasif anggota badan(misalnya, orang lain secara
bergantian melakukan fexy dan ekstensi lutut seseorang) dapat meningkatkan
ventilasi beberapa kali lipat melalui pengaktifan reseptor-reseptor tersebut
walaupun sebenarnya tidak terjadi olahraga. Dengan demikian, proses mekanis
pada olahraga diyakini berperan penting dalam mengkoordinasikan aktivitas
pernapasan dengan peningkatan kebutuhan metabolism oleh otot-otot yang aktif.
Perubahan Kimiawi (
P O2,
P C02,
H+)
berkurang. Hal ini terjadi karena CO2 tambahan itu dikeluarkan dengan sama
cepatnya atau bahkan lebih cepat daripada tingkat pembentukannya akibat
peningkatan ventilasi.
Selama olahraga ringan atau sedang, konsentrasi H + tidak meningkat karena
CO penghasil H+ ditahan dalam keadaan konstan. Selama olahraga berat,
konsentrasi H+ memang agak meningkat karena pembebasan asam laktat
penghasil H+ kedalam darah akibat metabolism anaerob di otot. Walaupun
demikian, peningkatan konsentrasi H+ yang terjadi akibat pembentukan asam
laktat tidak cukup besar untuk menimbulkan peningkatan ventilasi yang
menyertai olahraga.
dan haemoglobin dalam darah arteri tetap tersaturasi penuh meskipun melakukan
latihan fisik berat.
Selama latihan fisik, penggunaan O2 oleh otot yang bekerja bertambah, sehingga
PO2 jaringan dan PO2 darah vena dari otot yang aktif turun hampir mendekati nol.
Difusi O2 dari darah ke jaringan bertambah, sehingga PO2 darah pada otot
berkurang, dan pelepasan O2 dari haemoglobin meningkat. Adanya dilatasi jalinan
kapiler pada otot yang berkontraksi serta bertambahnya kapiler yang terbuka,
menyebabkan jarak rata-rata antara darah dengan sel jaringan sangat menurun.
Hal ini memudahkan pergerakan O2 dari darah menuju sel. Pada kisaran PO2 di
bawah 60 mmHg, kurva disosiasi haemoglobin-oksigen berada pada bagian curam,
sehingga pada tiap penurunan 1 mmHg pada PO2 akan disediakan relatif banyak
O2. Sejumlah O2 akan ditambahkan pula, karena adanya penumpukan CO2 dan
peningkatan suhu di jaringan aktif, serta mungkin pula terdapat peningkatan 2,3
DPG di dalam sel darah merah. Kurva disosiasi bergeser ke kanan. Sebagai hasil
akhir didapatkan peningkatan ekstraksi O2 tiga kali dari tiap satuan darah.
Peningkatan ini pula disertai dengan 30 kali atau lebih peningkatan aliran darah,
sehingga selama melakukan latihan fisik, dimungkinkan terjadi pertambahan laju
metabolism dalam otot mencapai 100 kali.,
c. MEKANISME BERDASARKAN TINGKAT VENTILASI
Pada latihan fisik yang berat, pemakaian oksigen dan pembentukan karbondioksida
dapat meningkat sampai 20 kali lipat. Pada seorang atlet yang sehat, ventilasi
alveolus biasanya meningkat hampir sama dengan langkah-langkah peningkatan
tingkat metabolisme oksigen. PO2, PCO2 dan pH arteri tetap hampir mendekati
normal. Dalam percobaan menganalaisis penebab peningkatan ventilasi selama
latihan fisik, kita menganggap hal ini berasal dari peningkatan karbondioksida dan
ion gidrogen, serta penurunan oksigen darah, tetapi hal ini masih dipertanyakan
karena pengukuran PO2, PCO2 dan pH arteri memperlihatkan bahwa tidak ada satu
pun dari ketiga nilai ini berubah secara bermakna pada latihan fisik.
Ada satu efek yang dominan yang menyebabkan peningkatan ventilasi
selama latihan, yaitu otak, ketika mentransmisikan impuls motorik ke otot yang
berlatih pada saat yang sama dianggap mentransmisikan impuls kolateral ke
batang otak untuk mengeksitasi pusat pernapasan.
Kemungkinan sebagian besar peningkatan pernapasan diakibatkan oleh
sinyal neurogenik yang ditransmisikan secara langsung ke dalam pusat pernapasan
batang otak pada waktu yang bersamaan dengan sinyal yang menuju otot-otot
tubuh untuk menimbulkan kontraksi otot.
Bila seseorang melakukan latihan fisik, kemungkinan sinyal saraf langsung
merangsang pusat pernapasan dalam tingkat yang hampir sesuai dengan
penyediaan kebutuhan oksigen tambahan yang dibutuhkan selama latihan fisik, dan
membuang karbondioksida ekstra. Tapi, kadang-kadang sinyal saraf pengatur
Inti dari semua proses metabolisme energi di dalam tubuh adalah untuk
menresintesis molekul ATP dimana prosesnya akan dapat berjalan secara
aerobik maupun anearobik. Proses hidrolisis ATP yang akan menghasilkan
energi ini dapat dituliskan melalui persamaan reaksi kimia sederhana
sebagai berikut:
Di dalam jaringan otot, hidrolisis 1 mol ATP akan menghasilkan energi
sebesar 31 kJ (7.3 kkal) serta akan menghasilkan produk lain berupa ADP
(adenosine diphospate) dan Pi (inorganik fosfat). Pada saat berolahraga,
terdapat 3 jalur metabolisme energi yang dapat digunakan oleh tubuh untuk
menghasilkan ATP yaitu hidrolisis phosphocreatine (PCr), glikolisis anaerobik
glukosa serta pembakaran simpanan karbohidrat,lemak dan juga protein.
Pada kegiatan olahraga dengan aktivitas aerobik yang dominan,
metabolisme energi akan berjalan melalui pembakaran simpanan
karbohidrat, lemak dan sebagian kecil (5%) dari pemecahan simpanan
protein yang terdapat di dalam tubuh untuk menghasilkan ATP (adenosine
triphospate). Proses metabolisme ketiga sumber energi ini akan berjalan
dengan kehadiran oksigen (O ) yang 2 diperoleh melalui proses pernafasan.
Sedangkan pada aktivitas yang bersifat anaerobik, energi yang akan
digunakan oleh tubuh untuk melakukan aktivitas yang membutuhkan energi
secara cepat ini akan diperoleh melalui hidrolisis phosphocreatine (PCr) serta
melalui glikolisis glukosa secara anaerobik. Proses metabolisme energi
secara anaerobik ini dapat berjalan tanpa kehadiran oksigen.
Proses metabolisme energi secara anaerobik dapat menghasilkan ATP
dengan laju yang lebih cepat jika dibandingkan dengan metabolisme energi
secara aerobik. Sehingga untuk gerakan-gerakan dalam olahraga yang
membutuhkan tenaga yang besar dalam waktu yang singkat, proses
metabolisme energi secara anaerobik dapat menyediakan ATP dengan cepat
namun hanya untuk waktu yang terbatas yaitu hanya sekitar 90 detik.
Walaupun prosesnya dapat berjalan secara cepat, namun metabolisme
energi secara anaerobik ini hanya menghasilkan molekul ATP yang lebih
sedikit jika dibandingkan dengan metabolisme energi secara aerobik (2 ATP
vs 36 ATP per 1 molekul glukosa).
Proses metabolisme energi secara aerobik juga dikatakan merupakan
proses yang bersih karena selain akan menghasilkan energi, proses tersebut
hanya akan menghasilkan produk samping berupa karbondioksida (CO 2 ) dan
air (H2O). Hal ini berbeda dengan proses metabolisme secara anaerobik yang
juga akan menghasilkan produk samping berupa asam laktat yang apabila
terakumulasi dapat menghambat kontraksi otot dan menyebabkan rasa nyeri
PERUBAHAN
KOMENTAR
1. Pemakaian O2
Sangat meningkat
2. Produksi CO2
Sangat meningkat
3. Ventilasi alveolus
Sangat meningkat
4. PO2 arteri
Normal
atau
meningkat
sedikit
5. PCO2 arteri
Normal
menurun
sedikit
6. Penyaluran O2 ke otot
Sangat meningkat
Sangat meningkat
atau
Otot
yang
aktif
mengoksidasi
molekul
nutrien lebih cepat untuk
memenuhi
peningkatan
kebutuhan energinya
Otot
yang
lebih
aktif
melakukan
metabolisme
memproduksi lebih banyak
CO2
Melalui mekanisme yang
belum
sepenuhnya
dipahami, ventilasi alveolus
mengimbangi atau bahkan
sedikit
melebihi
peningkatan
kebutuhan
metabolisme
selama
olahraga
Walaupun pemakaian O2
dan produksi CO2 sangat
meningkat,
ventilasi
alveolus mengimbangi atau
bahkan
sedikit
melebihi
peningkatan
kecepatan
pemakaian O2 dan produksi
CO2
Walaupun pemakaian O2
dan produksi CO2 sangat
meningkat,
ventilasi
alveolus mengimbangi atau
bahkan
sedikit
melebihi
peningkatan
kecepatan
pemakaian O2 dan produksi
CO2
Walaupun PO2 arteri tetap
normal, penyaluran O2 ke
otot
sangat
meningkat
karena peningkatan aliran
darah
ke
otot
melalui
peningkatan curah jantung
dan vasodilatasi lokal di
otot-otot aktif
Peningkatan pemakaian O2
menurunkan PO2 di tingkat
jaringan,
yang
menyebabkan lebih banyak
O2 yang dibebaskan dari
hemoglobin,
hal
ini
ditinkatkan
oleh
peningkatan PCO2 , H+ , dan
suhu
8. Pengurangan
otot
CO2 dari
Sangat meningkat
9. Konsentrasi H+ arteri
Olahraga ringan sampai
sedang
Normal
Peningkatan sedang
Aliran
darah
yang
meningkat
ke
otot
mengurangi kelebihan CO2
yang
dihasilkan
oleh
jaringan yang melakukan
metabolisme lebih aktif
Karena CO2 penghasil asam
karbonat di dalam darah
arteri
dijaga
konstan,
konsentrasi H+ arteri tidak
berubah
Pada olahraga berat, ketika
otot
mengandalkan
metabolisme
anaerob
terjadi penambahan asam
laktat ke darah
Apa yang menentukan jumlah maksimal olahraga yang dapat di lakukan oleh
seseorang? Toleransi olahraga memiliki dimensi waktu dan intensitas.
Contohnya, seorang pria muda bugar dapat menghasilkan daya listrik pada
sebuah sepeda sekitar 700 watt untuk 1 menit, 300 watt untuk 5 menit, dan
200 watt untuk 40 menit. Selama ini di katakan bahwa faktor-faktor yang
membatasi kinerja dalam berolahraga adalah kecepatan penyaluran O 2 ke
jaringan atau kecepatan masuknya O 2 ke dalam tubuh melalui paru. Faktorfaktor ini berperan, tetapi faktor lain juga berperan dan olahraga akan
berhenti jika perasaa lelah (fatique) berkembang menjadi perasaan payah
(exhaustion). Kelelahan terjadi sebagian akibat terbombardirnya otak oleh
impuls saraf dari otot, dan penurunan pH darah akibat asidosis laktat juga
menyebabkna orang merasa lelah. Demikian juga peningkatan suhu tubuh,
dispnea dan mungkin sensasi tak nyaman yang ditimbulkan oleh aktivasi
reseptor J paru.
E.
Metabolisme energi
1. GLukosa yang berasal dari intestinum dan Glukosa yang berasal dari Hepar,
berdasar reaksi pemecahan Glikogen menjadi glukosa oleh hormon insulin
masuk ke darah kemudian masuk ke muskulus.Didalam muskulus, apabila
dalam masa istirahat, maka glukosa akan kembali menjadi Glikogen oleh
hormon glukagon, sementara apabila dalam masa kerja, Glukosa akan masuk
ke dalam proses glikolisis dan respirasi an aerob membentuk asam piruvat
yang akan menghasilkan Asetil CoA lalu masuk ke proses Fosforilasi oksidatif
& Silklus asam sitrat. Dalam proses ini, dibutuhkan Oksigen yang berasal dari
Pulmo dalam proses inspirasi, lalu masuk ke darah dan masuk ke muskulus
lalu masuk ke reaksi ini, yang menghasilkan karbon dioksida yang akan
keluar melalui darah,lalu ke pulmo yang akan keluar melalui proses ekspirasi.
2.
Dari pembentukan asam piruvat oleh proses glikolisis, dibentuk pula Asam
laktat pada proses respirasi anaerob yang kemudian asam laktat masuk ke
darah, lalu kembali ke Hepar untuk di ubah menjadi asam piruvat lalu diubah
lagi menjadi glukosa yang akan masuk ke darah seperti siklus no.1.
3.
Sementara itu, di dalam jaringan adiposa, terdapat lipid yang akan dipecah
menjadi gliserol dan asam lemak, dimana gliserol tersebut akan masuk ke
Hepar, lalu akan kembali membentuk glukosa yang akan masuk ke darah dan
selanjutnya seperti siklus no.1, sedangkan asam lemak akan masuk ke darah,
lalu masuk ke dalam muskulus yang akan bereaksi dengan
Trigliseroldehida menghasilkan Asetil CoA dan masuk ke reaksi fosforilasi
oksidatif dan siklus asam sitrat, lalu terjadi proses seperti akhir siklus no.1.
4.
Dari reaksi glikolisis hingga fosforilasi oksidatif dan siklus asam sitrat,
dihasilkan ATP, yang apabila tidak digunakan akan diubah menjadi ADP,
sedangkan ADP tersebut, apabila bereaksi dengan Fosfor inorganik akan
menghasilkan ATP kembali.
5.
ATP tersebut, akan menghasilkan Myosin ATPase yang akan digunakan untuk
berkontraksi dan Ca-ATPase yang akan digunakan untuk berelaksasi.
6.
ATP kemidian akan bereaksi dengan kreatin yang kemudian pada saat
istirahat, akan terbentuk reaksi antara kreatin dan fosfor organik
menghasilkan (Pcr) lalu bereaksi dengan ADP, bila Berkontraksi, akan terjadi
pemecahan Menjadi kreatin yang akan kembali seperti awal siklus ini.
F.
CADANGAN ENERGI
Pada
saat
kita
melakukan
olahraga
maka
kita
pastinya
akan
kali
lipat
melalui
pengaktifan
reseptor-reseptor
tersebut,
3. Pengeluaran Epinefrin
Hormon ini dihasilkan oleh medulla ginjal yang mana kadarnya 80% di
dalam tubuh. Hormon ini mampu berikatan dengan reseptor adrenergik
dan 2 (terdapat otot). Epinefrin ini hanya berfungsi atas perintah sistem
saraf simpatis. Epinefrin ini memiliki pengaruh baik secara umum maupun
spesifik (pernapasan).
Untuk yang spesifik, peningkatan suhu lokal (otot) yang berasal dari
aktivitas otot dan akan membentuk panas. Panas ini akan mempercepat
reaksi kimia dalam jaringan otot. Termasuk reaksi-reaksi yang bergantung
pada O2. Hormon epinefrin ini akan meningkatkan konsumsi O 2 selama
olahraga. Pengambilan O2 ini akan kembali normal setelah hormon
epinefrin kembali normal.
Untuk secara umum,
akan
meningkatkan
kecepatan/kekuatan
hati
Glikogen di
Asam
glukosa
otot dari Korteks Serebrum
laktat
4. Impuls
Pada permulaan olahraga, daerah-daerah motorik korteks serebrum
diperkirakan secara simultan merangsang neuron pernapasan medulla
dan mengaktifkan neuron-neuron motorik otot. Hal ini juga berlaku pada
penyesuaian kardiovaskuler yang dimulai pada korteks motorik. Dengan
cara ini, daerah motorik otak, menigkatkan aktivitas ventilasi dan sirkulasi
untuk menunjang aktivitas fisik yang segera dimulai.
5. Faktor Humoral
Pada kebanyakan gerak badan, faktor saraf merangsang pusat
pernapasan dalam tingkat yang hampir tepat untuk menyuplai kebutuhan
oksigen tambahan untuk gerak badan tersebut dan untuk mengeluarkan
CO2 ekstra. Tetapi kadang impuls saraf terlalu kuat atau terlalu lemah
sehingga faktor humoral yang memegang peranan penting dalam
melakukan penyesuaian pada akhir pernapasan dengan tujuan untuk
fungsinya maksimal
Serabut otot lebih banyak
BUKAN ATLET
-
banyak
Penampungan kurang
jumlah
mitokondria
dan
enzim
yang
berperan
dalam
max
penyaluran oksigen ke otot yang aktif lebih besar dan pembentukan asam
laktat lebih sedikit.
Otot yang dilatih makin mampu menggunakan oksigen yang disalurkan
agar lebih efisien. Volume
otot
pada
seorang
atlet
sebenarnya
ditentukan
oleh
ukurannya, hal ini berdasar kepada daya kontraktilitas otot maksimum yaitu
3 atau 4 kg/cm2 dari daerah potongan melintang otot. Seorang atlet
cenderung mengalami pengembangan otot yaitu peningkatan jumlah serat
dan diameter serat otot.
Perbedaan Pernapasan Pada Orang yang Terlatih Berolahraga dengan
yang Tidak
Perbedaan
a. Difusi
Terbiasa / Atlet
Untuk :
a. Perenang:
Tidak Terbiasa
Istirahat :23ml/menit
71 Latihan Maksimum: 48
ml/menit
b. Skater: 64 ml/menit
c. Pendayung:80
ml/menit
ml/menit
b.
c.
d.
e.
Perfusi
Sel Darah Merah
Curah Jantung
Ventilasi
f. Kapasitas Vital
25 mmHg
Banyak
30L/menit
ERV>1100
40mmHg
Sedikit
23L/ menit
ERv=1100
IRV>3000
Max
:
92
IRV=3000
Pria
ml
O2
/kg/menit
: 25-45ml
O2/kg/menit
a.ADAPTASI
Mekanisme Hiperbarik
Bila seseorang turun ke dalam laut, tekanan di sekitarnya sangat meningkat.
Untuk menjaga paru-paru agar tidak kolaps, udara juga harus disuplai dengan
tekanan tinggi. Di atas batas tertentu, tekanan tinggi ini dapat menyebabkan
perubahan besar dalam fisiologi tubuh, keadaan ini dinamakan Hiperbarik.
Satu kolom air laut dengan kedalaman 33 kaki akan menghasilkan tekanan di
bagian dasar yang sama besar dengan tekanan atmosfer di atas laut. Seperti yang
terlihat pada gambar,seseorang yang berada pada kedalaman 33 kaki di bawah
permukaan laut, akan mendapatkan tekanan sebesar 2 atmosfer, tekanan 1
atmosfer disebabkan oleh berat udara di atas permukaan laut dan tekanan 1
atmosfer lagi berasal dari berat air itu sendiri.
Mekanisme Hipobarik
Manusia telah naik makin tinggi dalam penerbangan, dalam mendaki gunung,
dan dalam pesawat ruang angkasa, sehingga kita perlu memahami efek-efek
hipobarik meliputi hipoksia, dan efek faktor fisik dari tempat tinggi.
Pada ketinggian permukaan laut, tekanan barometik adalah 760 mmHg, pada
ketinggian 10.000 kakihanya 523 mmHg dan pada 50.000 kaki adalah 87 mmHg.
Penurunan tekanan baroimetik ini merupakan penyebab dasar semua persoalan
hipoksia pada fisiologi tempat tinggi, karena seiring terjadinya penurunan tekanan
barometik akan terjadi juga penurunan tekanan oksigen parsial secara proporsional,
sehingga tekanan oksigen selalu tetap dari waktu ke waktu, yaitu sedikitnya 21 %
dari tekanan barometik total-pada ketinggian permukaan laut, PO 2 bernilai sekitar
159 mmHg, tetapi pada ketinggian 50.000 kaki hanya 18 mmHg.
Di tempat tinggi, CO2 tetap dikeluarkan dari pembuluh darah ke alveolus, uap air
juga mengalir dari saluran nafas ke alveolus sehingga mengencerkan O 2 & N2 dalam
alveolus sehingga menurunkan konsentrasi oksigen.
CO2 dan uap air di alveolus penting pada tempat tinggi karena tekanan
barometer total turun ke tingkat rendah sedang tekanan C0 2 & uap air tidak turun
sepadan. Bila kedua tekanan gas ini makin dominan, berakibat ruang yang tersedia
bagi O2 semakin sedikit. Hal ini sangat menyulitkan saat bernafas pd tekanan < 100
mmHg dlm waktu lama, kecuali bila menghirup O2 murni.
Penyesuaian Diri Terhadap PO2 yang Rendah ( aklimatisasi ) :
1. Meningkatnya ventilasi paru-paru.
- akut max 65%, kronik : 5-7x normal hilangnya inhibisi terhadap pusat
pernafasan setelah 3-5 hari hipoksia
2.
( 3000 ml)
Volume Cadangan Ekspirasi : volume udara ekstra maksimum yang
dapat diekspirasi melalui ekspirasi kuat pada akhir ekspirasi tidal normal
( 1100 ml)
Volume Residu : volume udara yang masih tetap berada dalam paru
setelah ekspirasi paling kuat ( 1200 ml)
2. Kapasitas
Kapasitas Inspirasi sama dengan volume tidal ditambah volume
cadangan inspirasi.Ini adalah jumlah udara 3500 ml dan dapat dihirup
oleh seseorang dimulai pada tingkat ekspirasi normal dan pengembangan
dalam paru pada akhir ekspirasi normal 2300 ml. (VR + VCE)
Kapasitas Vital sama dengan volume cadangan nspirasi ditambah
volume tidal dan volume cadangan ekspirasi. Ini adalah jumlah udara
maksimum yang dapat dikeluarkan seseorang dari paru setelah terlebih
dahulu mengisi paru secara maksimal dan kemudian mengeluarkan
maksimum
yang
dapat