Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

Latar belakang
Abortus dan keguguran adalah berakhir kehamilan sebelum janin dapat
hidup di dunia luar, tanpa mempersoalkan sebabnya. Menurut WHO, abortus
berarti keluarnya janin dengan berat badan janin < 500 gram atau usia kehamilan
<22 minggu. Mengingat kondisi penangan bayi baru lahir berbeda beda di
berbagai negara, usia kehamilan seperti pada definisi abortus dapat berbeda
beda pula. Di negara maju, oleh karena teknologi ilmu kedokteran yang canggih,
abortus saat ini diartikan sebagai keluarnya hasil konsepsi ketika usia kehamilan <
20 minggu atau berat badan janin < 400 gram.

Tujuan penulisan
Tujuan dari penulisan referat ini adalah: Mendeteksi dan mendiagnosis
dini abortus sehingga pengelolaan dapat dilakukan lebih awal dan terencana yang
akhirnya menurunkan angka kesakitan dan kematian.

Manfaat penulisan
Referat ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi penulis
maupun untuk para pembaca terutama para mahasiswa fakultas kedokteran agar
dapat menambah wawasan dan lebih memahami hal-hal yang berkaitan dengan
abortus.

BAB II
ANATOMI UTERUS
A. Anatomi
1. Uterus
Uterus berbentuk seperti buah avokad atau buah pir yang sedikit gepeng
ke arah depan belakang. Ukurannya sebesar telur ayamdan mempunyai rongga.
Dindingnya terdiri atas otot otot polos. Ukuran panjang uterus adalah 7 7,5 cm
dan lebar di atas 5,25 cm, tebal 2,5 cm, dan tebal dinding 1,25 cm.letak uterus
dalam keadaan fisiologi adalah anteversiofleksio ( serviks ke depan dan
membentuk sudut dengan vagina, sedangkan korpus uteri kedepan dan
membentuk sudut dengan serviks uteri)

Gambar 1.Anatomi Uterus 3


Uterus terdiri atas (1) fundus uteri; (2) korpus uteri; dan (3) serviks uteri.
Fundus uteri adalah bagian uterus proksimal; disitu kedua tuba Fallopi masuk ke
uterus. Di dalam klinik penting untuk diketahui sampai di mana fundus uteri.

Korpus uteri adalah bagian uterus terbesar. Pada kehamilan bagian ini mempunyai
fungsi utama sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat di korpus
uteri disebut kavum (rongga rahim). Serviks uteri terdiri atas (1) pars vaginalis
servisis uteri yang dinamakan porsio; (2) pars supravaginalis servisis uteri yaitu
bagian serviks yang berada di atas vagina.
Saluran yang terdapat pada serviks disebut kanalis servikal berbentuk
sebagai saluran lonjong dengan panjang 2,5 cm. saluran ini dilapisi oleh kelenjarkelenjar serviks, berbentuk sel-sel torak bersilia dan berfungsi sebagai
reseptakulum reminis. Pintu saluran serviks sebelah dalam disebut ostium uteri
internum dan pintu di vagina disebut ostium uteri eksternum. Secara histologis,
dinding uterus terdiri atas :
a)

Endometrium ( selaput lendir ) di korpus uteri

Endometrium terdiri atas epitel pubik, kelenjar-kelenjar dan jaringan


dengan banyak pembuluh darah. Endometrium terdiri atas epitel selapis silindris,
banyak kelenjar tubuler bersekresi lendir. Dua pertiga bagian atas kanal servikal
dilapisi selaput lendir dan sepertiga bawah dilapisi epitel berlapis gepeng,
menyatu dengan epitel vagina. Endometrium melapisi seluruh kavum uteri dan
mempunyai arti penting dalam siklus haid. Endometrium merupakan bagian
dalam dari korpus uteri yang membatasi cavum uteri. Pada endometrium terdapat
lubang-lubang kecil yang merupakan muara-muara dari saluran-saluran kelenjar
uterus yang dapat menghasilkan secret alkalis yang membasahi cavum uteri.
Epitel endometrium berbentuk seperti silindris.
b) Myometrium / Otot-otot polos
Lapisan otot polos di sebelah dalam berbentuk sirkuler dan di sebelah luar
berbentuk longitudinal. Di antara kedua lapisan itu terdapat lapisan otot oblik,
berbentuk anyaman, lapisan ini paling penting dalam pesalinan oleh karena
setelah plasenta lahir, otot lapisan ini kuat dan menjepit pembuluh-pembuluh
darah yang berada di sana, sehingga pendarahan berhenti. Myometrium
merupakan bagian yang paling tebal. Terdiri dari otot polos yang disusun
3

sedemikian rupa hingga dapat mendorong isinya keluar saat persalinan. Di antara
serabut-serabut otot terdapat pembuluh-pembuluh darah, pembuluh lympa dan
urat saraf. Otot uterus terdiri dari 3 bagian :
o

Lapisan luar, yaitu lapisan seperti kap melengkung melalui fundus menuju
kea rah ligamenta

Lapisan dalam, merupakan serabut-serabut otot yang berfungsi sebagai


sfingter dan terletak pada ostium internum tubae dan orificium uteri internum

Lapisan tengah, terletak antara ke dua lapisan di atas, merupakan anyaman


serabut otot yang tebal ditembus oleh pembuluh-pembuluh darah. Jadi,
dinding uterus terutama dibentuk oleh lapisan tengah ini.
c) Perimetrium
yakni lapisan serosa / terdiri atas peritoneum viserale yang meliputi

dinding uterus bagian luar. Ke anterior peritoneum menutupi fundus dan korpus,
kemudian membalik ke atas permukaan kandung kemih. Lipatan peritoneum ini
membentuk kantung vesikouterina. Keposterior, peritoneum menutupi fundus,
korpus dan serviks, kemudian melipat pada rektum dan membentuk kantung
rekto-uterina. Ke lateral, hanya fundus yang ditutupi karena peritoneum
membentuk lipatan ganda dengan tuba uterina pada batas atas yang bebas. Lipatan
ganda ini adalah ligamentum latum yang melekatkan uterus pada sisi pelvis.
Ligamenta yang memfiksasi uterus adalah :

Ligamentum kardinale sinistrum et dekstrum ( Mackenrodt ) yakni


ligamentum yang trepenting, mencegah supaya uterus tidak turun, terdiri
atas jaringan ikat tebal dan berjalan dari serviks dan puncak vagina kea rah
lateral dinding pelvis.

Ligamentum sakro- uterinum sinistrum et dekstrum, yakni ligamentum yang


menahan uterus supaya tidak banyak bergerak, berjalan dari serviks bagian
belakang, kiri dan kanan, kea rah os sacrum kiri dan kanan.

Ligamentum rotundum sinistrum et dekstrum, yakni ligamentum yang


menhaan uterus dalam antefleksi dan berjalan dari sudut fundus uteri kiri

dan kanan, ke daerah inguinal kiri dan kanan. Pada kehamilan kadangkadang terasa sakit di daerah inguinal pada waktu berdiri cepat karena uterus
berkontraksi kuat dan ligamentum rotundum menjadi kencang serta
mengadakan tarikan pada daerah inguinal. Pada persalinan ia pun terba
kencang dan terasa sakit bila dipegang.

Ligamentum latum sinistrum et dekstrum, yakni ligamentum yang meliputi


tuba, berjalan dari uterus kea rah sisi, tidak banyak mengandung jaringan
ikat. Sebenarnya ligamentum ini adalah bagian dari peritoneum viserale
yang meliputi uterus dan kedua tuba dan berbentuk sebagai lipatan. Di
bagian dorsal, ligamentum ini ditemukan indung telur ( ovarium sinistrum et
dekstrum ). Untuk memfiksasi uterus, ligamentum latum ini tidak banyak
artinya.

Ligamentum infundibulo-pelvikum, yakni ligamentum yang menahan tuba


Falloppii berjalan dari arah infundibulum ke dinding pelvis. Di dalamnya
ditemukan urat-urat saraf, saluran-saluran limfe, arteria dan vena ovarica.

Gambar 2. Ligamentum ligamentum uterus 3

Persarafan Uterus
Inerversi uterus terutama terdiri oleh sistem saraf simpatetik yang masuk
kerongga panggul sebagai pleksus hipogastrikus melalui bifurkasio aorta dan
promontorium terus kebawah menuju ke pleksus frakenhauser dan untuk sebagian
terdiri atas sistem parasimpatik berasal dari saraf sakral 2,3,dan 4 yang berada di
panggul sebelah kiri dan kanan os sakrum yang selanjunya memasuki pleksus
frakenhauser dan serebrospinal. Serabut serabut saraf tersebut diatas member
inervasi pada miometrium dan endometrium. Kedua sistem simpatetik dan
parasimpatetik mengandung motorik dan sensorik. Kedua sistem berkerja
antagonistik. Saraf simpatetik menimbulkan kontraksi dan vasokontriksi.
Sedangkan

tang

parasimpatetik

sebaliknya,

mencegah

kontraksi

dan

menimbulkan vasodilatasi.
Saraf yang berasal dari torakal 11 dan 12 mengandung saraf sensorik dari
uterus dan meneruskan perasaan sakit dari uterus ke pusat saraf (serebrum). Saraf
sensorik dari serviks dan bagian atas vagina melalui saraf sakral 2,3, dan 4,
sedangkan yang dari bagian bawah vagina melalui nervus pudendus dan nervus
ileoinguinalis.

Pendarahan Uterus
Uterus di beri darah oleh arteria uterina kiri dan kanan yang terdiri dari
ramus ascedens dan ramus desendens. Pembuluh darah ini berasal dari arteria
iliaca interna (disebut juga arteria hipogastrika) yang melalui dasar ligamentum
latum masuk kedalam uterus di daerah serviks kira kira 1,5 cm diatas forniks
lateralis vagina.
Pembuluh darah lain yang member pula darah ke uterus adalah arteria
ovarika kiri dan kanan. Bersama dengan arteri arteri tersebut diatas terdapat
vena vena yang kembali melalui pleksus vena ke vena hipogastrika.

Pembuluh Limfa
Getah bening yang berasal dari serviks akan mengalir kedareah
obturatorial dan inguinal, selanjutnya ke daerah vasa iliaka. Dari korpus uteri
saluran getah bening akan menuju ke dareah paraaorta atau paravertebra dalam.
Kelenjar kelenjar getah bening penting artinya dalam operasi karsinoma.

2. Tuba Fallopi (Oviduk)


Tuba Fallopi (Oviduk) adalah organ yang menghubunkan uterus (rahim)
dengan indung telur (ovarium). Tuba Fallopi (Oviduk) biasa disebut dengan
saluran telur karena berbentuk mirip saluran. Tubah fallopi (oviduk) berjumlah
dua buah dengan ukuran panjang sekitar 8-20 cm. Fungsi Tuba Fallopi
(Oviduk) adalah sebagai berikut :

Sebagai saluran spermatozoa dan ovum

Sebagai tempat pertumbuhan hasil pembuahan sebelum dapat masuk ke


bagian dalam uterus (rahim)
7

Sebagai penangkap ovum

Dapat menjadi tempat fertilisasi (pembuahan)

Tuba Fallopi (Oviduk) terdiri dari 4 bagian antara lain sebagai berikut :
o

Infundibulum, yaitu bagian yang berbentuk seperti corong yang terletak di


pangkal dan memiliki fimbriae. Fungsi fimbriae adalah untuk menangkap
ovum

Pars ampularis, ialah bagian yang sedikit lebar sebagai tempat bertemunya
ovum dengan sperma (fertilisasi/pembuahan).

Pars ismika, adalah bagian tengah tuba yang sempit

Pars interstitialis, ialah bagian tuba yang terletak di dekat uterus.

3. Ovarium (Indung Telur)


Ovarium (indung telur) adalah kelenjar reproduksi wanita yang berfungsi
untuk menghasilkan ovum (sel telur) dan penghasil hormon seks utama. Bentuk
ovarium adalah oval yang berukuran panjang sekitar 2,5-4 cm. Terdapat sepasang
Ovarium terletak di kanan dan kirim dan dihubungkan dengan rahim oleh tuba
fallopi. Pada umumnya, setiap Ovarium pada wanita telah pubertas yang memiliki
300.000-an, dan sebagian besar dari sel telur mengalami kegagalan pematangan,
rusak atau mati, sehingga benih sehat yang ada sekitar 300-400-an benih tellur dan
1 ovum yang dikeluarkan setiap 28 hari oleh ovarium kiri dan kanan secara
bergantian melalui proses menstruasi, sehingga saat benih telur habis, terjadilah
monopause. Ovarium akan menghasilkan hormon estrogen dan progesteron yang
berperan dalam proses Menstruasi.

Gambar 3. Tuba Fallopi dan Ovarium 3

B. Fisiologi kehamilan
Perubahan anatomi dan fisiologi pada perempuan hamil sebagian besar
terjadi setelah fertilisasi dan terus berlanjut selama kehamilan.
a) Sistem Reproduksi
a. Uterus
Selama kehamilan uterus beradaptasi untuk menerima dan melindungi
hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai persalinan. Pada perumpuan tidak
hamil uterus mempunyai berat 70 gram dan kapasitas 10 ml atau kurang. Selama
kehamilan, uterus akan berubah menjadi suatu organ yang mampu menampung
janin, plasenta, dan cairan amnion rata rata pada akhir kehamilan volume
totalnya mencapai 5 liter bahkan 20 liter atau lebih berat rata rata 1100 gram.
Pada awal kehamilan penebalan uterus distimulasi terutama oleh hormon
estrogen dan sedikit hormone progesteron. Pada awal kehamilan tuba fallopii,
ovarium, dan ligamentum rotundum berada sedikit di bawah apeks fundus,
sementara pada akhir kehamilan akan berada sedikit diatas pertengahan uterus.

Posisi plasenta juga mempengaruhi penebalan sel- sel otot uterus, di mana bagian
uterus yang mengelilingi tempat implantasi plasenta bertambah besar lebih cepat,
sehingga akan menyebabkan uterus di rata. Fenomena ini disebut dengan tanda
Piscaseck .
Bentuk uterus masih seperti bentuk buah avokad pada minggu minggu
awal kehamilan. Seiring dengan perkembangan kehamilan, daerah fundus dan
korpus uteri akan membulat dan akan menjadi bentuk sferis pada usia kehmilan
12 minggu. Ismus uteri pada minggu pertama mengadakan hipertrofi seperti
korpus uteri yang mengakibatkan ismus menjadi lebih panjang dan lunak yang
dikenal dengan tanda hegar.
Pada akhir kehamilan12 minggu uterus akan terlalu besar dalam rongga
pelvis dan seiring perkembangannya, uterus akan menyentuh dinding abdominal,
mendorong usus ke samping dan keatas, terus tumbuh hingga hamper menyentuh
hati. Pada saat pertumbuhan uterus akan berotasi kea rah kanan, dekstrorotasi ini
disebabkan oleh adanya rektosigmoid di daerahkiri pelvis. Pada triwulan akhir
ismus akan berkembang di bawah uterus. Pada akhir kehamilan otot otot uterus
bagian atas akan berkontraksi sehingga segmen bawah uterus akan melebar dan
menipis. Batas antara segmen atas yang tebal dan segmen bawah yang tipis
disebut juga dengan lingkaran retraksi fisiologi.
Kontraksi Braxton hick adalah kontraksi pada trimester pertama
kehamilan, uterus mengalami kontraksi yang tidak teratur dan umumnya tidak di
sertai nyeri, kontraksi ini tidak dapat di deteksi dengan pemeriksaan bimanual
pada trimester kedua dan muncul secara tiba tiba dan sporadic, intensitasnya
bervariasi antara 5 25 mmHg. Sampai bulan terakhir kehamilan biasanya
kontraksi ini sangat jarang dan meningkat pada satu atau dua minggu sebelum
persalinan.
b) Serviks
Satu bulan setelah konsepsi serviks akan menjadi lebih lunak dan
kebiruan. Perubahan ini terjadi akibat penambahan vaskularisasi dan terjadinya

10

edema pada seluruh serviks, bersamaan dengan terjadinya hipertrofi dan


hyperplasia pada kelenjar kelenjar serviks.
Pada akhir trimester pertama kehamilan, berkas kolagen menjadi kurang
kuat terbungkus. Hal ini terjadi akibat penurunan konsentrasi kolagen secara
keseluruhan. Dengan sel sel otot polos dan jaringan elastic, serabut kolagen
bersatu dengan arah paralel terhadap sesamanya sehingga serviks menjadi lunak
disbanding kondisi tidak hamil, tetapi tetap mampu mempertahankan kehamilan.
Pada saat kehamilan mendekati aterm,terjadi penurunan lebih lanjut dari
konsentrasi kolagen. Konsentrasi menurun secara nyata dari keadaan yang relatif
dilusi dalam keadaan menyebar (disperse) dan ter-remodel menjadi serat.
Penurunan konsentrasi kolagen lebih lanjut ini secara klinis terbukti dengan
melunaknya serviks. Proses remodeling ini berfungsi agar uterus dapat
mempertahankan kehamilan sampai aterm dan kemudian proses destruksi serviks
yang membuatnya berdilatasi memfasilitasi persalinan.
Proses perbaikan serviks terjadi setelah persalinan sehingga siklus
kehamilan berikutnnya akan berulang. Waktu yang tidak tepat bagi perubahan
kompleks ini akan mengakibatkan persalinan preterm, penundaan persalinan
menjadi postterm dan bahkan gangguan persalinan spontan.
c) Ovarium
Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan folikel
baru juga ditunda. Hanya satu korpus luteum yang dapat ditemukan di ovarium.
Folikel ini akan berfungsi maksimal selama 6 -7 minggu awal kehamilan dan
setelah itu akan berperan sebagai penghasil progesterone dalam jumlah yang
relative minimal.
Relaksin, suatu hormon protein yang dihasilkan korpus luteum, desidua,
plasenta dan hati. Aksi biologis utamanya adalah dalam proses remodeling
jaringan ikat pada saluran reproduksi, yang kemudian akan mengakomodasi
kehamilan dan keberhasilan proses persalinan.
d) Vagina dan Perineum

11

Selama kehamilan peningkatan vsskularisasi dan hyperemia terlihat jelas


pada kulit dan otot- otot di perineum dan vulva, sehingga pada vagina akan
terlihat berwarna keunguan yang dikenal dengan tanda Chadwick.
Dinding vagina mengalami banyak perubahan yang merupakan persiapan
untuk mengalami peregangan pada waktu persalinan dengan meningkatnya
ketebalan mukosa, mengendornya jaringan ikat dan hipertrofi sel otot polos.
Peningkatan volume sekresi vagina juga terjadi, dimana sekresi akan
berwarna keputihan, menebal, dan PH antara 3,5 6 yang merupakan hasil dari
peningkatan produksi asam laktat glikogen yang dihasilkan oleh epitel vagina
sebagai aksi dari Lactobacillus acidophilus.
e) Kulit
Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi kemerahan,
kusam, dan kadang juga akan mengenai daerah payudara dan paha. Perubahan ini
dikenal dengan nama striae gravidarum. Pada multipara selain striae kemerahan
itu seringkali ditemukan garis berwarna perak berkilau yang merupakan sikatrik
dari striae sebelumnya. Garis pertengahan perut (linea alba) akan berubah menjadi
hitam kecoklatan yang disebut dengan linea nigra. Kadang kadang akan muncul
dalam ukuran bervariasi pada wajah dan leher yang disebut dengan chloasma atau
melasma gravidarum. Selain itu pada areola dan daerah genital juga akan terlihat
pigmentasi yang berlebihan.
Perubahan ini dihasilkan dari cadangan melanin pada daerah epidermal
dan dermal. Adanya peningkatan serum melanocyte stimulating hormone pada
akhir bulan kedua namun masih di ragukan sebagai penyebab. Estrogen dan
progresteron diketahui mempunyai peran dalam melanogenesis dan diduga bisa
menjadi faktor pendorong.
f) Payudara
Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudaranya menjadi
lebih lunak. Setelah bulan kedua payudara akan bertambah ukurannya dan vena
vena di bawah kulit akan terlhat. Putting payudara akan lebih besar, kehitaman

12

dan tegak. Pada waktu setelah bulan pertama suatu cairan berwarna kekuningan
disebut kolustrum dapat keluar. Meskipun dapat dikeluarkan, air susu belum dapat
diproduksi karena hormone prolaktin ditekan oleh prolactin inhibiting hormone.
Setelah persalinan kadar progesterone dan estrogen menurun sehingga pengaruh
inhibisi progesterone akan hilang. Peningkatan prolaktin akan merangsang
sintensis laktose dan pada akhirnya akan meningkatkan produksi air susu.
2. Perubahan metabolik
Sebagian besar penambahan berat badan selama kehamilan berasal dari
uterus dan isinya. Kemudian payudara, volume darah, dan cairan ekstraselular.
Diperkirakan selama kehamilan berat badan akan bertambah 12,5 kg.

Katagori
Rendah
Normal

Tinggi

Obesitas

Gemeli

IMT
<19,8
19,8 26

Rekomendasi (kg)
12,5 18
11,5 16

26 29

7 11,5

>29

7
16 20,5

Tabel rekomendasi penambahan berat badan selama kehamilan


Berdasarkan indeks massa tubuh3
Pada trimester ke 2 dan ke 3 pada perempuan dengan gizi baik di anjurkan
menambah berat badan per minggu 0,4 kg, sementara pada perempuan dengan
gizi kurang atau berlebih dianjurkan menambah berat badan perminggu masing
masing sebesar 0,5 kg dan 0,3 kg. Hasil konsepsi, uterus dan darah ibu secara
relatif mempunyai kadar protein lebih tinggi dibandingkan lemak dan karbohirdat.
Who menganjurkan asupan proten per hari pada ibu hami 51 gram.
Konsentrasi lemak, lipoprotein dan apolipoprotein dalam plasma akan
meningkat selama kehamilan. Lemak akan disimpan sebagian besar di sentral
yang kemudian akan digunakan janin sebagai nutrisi sehingga cadangan lemak itu
akan berkurang. Selama kehamilan, ibu akan menyimpan 30 gram kalsium yang

13

sebagian besar akan digunakan untuk pertumbuhan janin. Zinc (Zn) sangat
penting bagi pertumbuhan dan perkembangan janin. Perempuan hamil dianjurkan
asupan protein ini 7,3 11,3 mg/ hari. Asam folat diperlukan untuk pertumbuhan
dan pembelahan sel dalam sintesis DNA atau RNA. Defisiensi asam folat selama
kehamilan akan menyebabkan terjadinya anemia megaloblastik dan defisiensi
pada masa prakonsepsi serta awal kehamilan diduga akan menyebabkan neural
tube defect pada janin. Sehingga dianjurkan mendapat asupan 0,4 mg/ hari sampai
usia kehamilan 12 minggu, jika memiliki riwat spina bifida dianjurkan
mengkonsumsi asam folat sebanyak 4mg /hari sampai usia kehamilan 12 minggu.
3. Sistem kardiovaskular
Pada minggu ke 5 cardiac output akan meningkat dan perubahan ini terjadi
untuk mengurangi resistensi vascular sistemik. Selain itu, juga terjadi peningkatan
denyut jantung. Antara minggu 10 dan 20 terjadi peningkatan volume plasma
sehingga juga terjadi peningkatan preload. Performa ventrikel selama kehamilan
dipengaruhi oleh penurunan resistensi vaskular sistemik dan perubahan pada
aliran pulsasi arterial.
Kapasitas vaskular juga akan meningkat untuk memenuhi kebutuhan.
Peningkatan estrogen dan progesteron juga akan menyebabkan terjadinya
vasodilatasi dan penurunan resistensi vaskular perifer. Sejak pertengahan
kehamilan pembesaran uterus akan menekan vena kava inferior dan aorta bawah
ketika berada dalam posisi terlentang. Penekanan vena kava inferior ini akan
mengurangi darah balik vena ke jantung. Akibatnya, terjadi penurunan preload
dan cardiac output sehingga akan menyebabkan terjadinya hipotensi arterial yang
dikenal sebagai sindrom hipotensi supine dan pada keadaan cukup berat akan
mengakibatkan ibu kehilangan kesadaran.
Penekanan pada aorta ini juga akan mengurangi aliran darah uteroplasenta
ke ginjal. Selama trimester terakhir posisi terlentang akan membuat fungsi ginjal
menurun jika disbanding posisi miring. Karena alas an inilah tidak dianjurkan ibu
hamil dalam posisi terlentang pada akhir kehamilan.

14

Volume darah akan meningkat secara progresif mulai minggu ke 6 sampai


ke 8 kehamilan dan mencapai puncaknya pada minggu ke 32 sampai 34. Volume
plasma akan meningkat kira-kira 40%- 45%. Hal ini dipengaruhi oleh aksi
progesterone dan estrogen pada ginjal yang diinisiasi oleh jalur renin-angiotensin
dan aldosteron.
Pada kehamilan lanjut kadar hemoglobin di bawah 11 gram/dl itu
merupakan suatu hal yang abnormal dan biasanya lebih berhubungan dengan
defisiensi zat besi daripada dengan hipervolemia. Kebutuhan zat besi selama
kehamilan lebih kurang 1.000 mg atau rata-rata 6-7 mg/hari.
Volume darah ini akan kembali seperti sedia kala pada 2- 6 minggu setelah
persalinan. Selama kehamilan jumlah leukosit akan meningkat yakni berkisar
antara 5.000-12.000 /l dan mencapai puncak pada saat persalinan dan masa nifas
berkisar 14.000-16.000 /l. Penyebab peningkatan ini belum diketahui.
Kehamilan juga mempengaruhi keseimbangan koagulasi intravaskular dan
fibrinolisis sehingga menginduksi suatu keadaan hiperkoagulasi.
4. Sistem Respirasi
Selama kehamilan sirfkumferensia torak akan bertambah kurang lebih
6cm, tetapi tidak mencukupi penurunan kapasitas residu fungsional dan volume
residu paru-paru karena pengaruh diafragma yang naik kurang lebih 4 cm selama
kehamilan. Frekuensi pernapasan hanya mengalami sedikit perubahan selama
kehamilan, tetapi volume tidal, volume ventilasi per menit dan pengambilan
oksigen per menit akan bertambah secara signifikan pada kehamilan lanjut.
Perubahan ini akan mencapai puncaknya pada minggu ke-37 dan akan kembali
hamper seperti sedia kala dalam 24 minggu setelah persalinan.
5. Traktus Disgestivus
Perubahan yang nyata akan terjadi pada penurunan motilitas otot polos
pada trakus digestivus dan penurunan sekresi asam hidroklorid dan peptin di
lambung sehingga akan menimbulkan gejala berupa pyrosis (heartburn) yang
disebabkan oleh refluks asam lambung ke esofagus bawah sebagai akibat

15

perubahan posisi lambung dan menurunnya tonus sfingter esofagus bagian bawah.
Mual terjadi akibat penurunan asam hidroklorid dan penurunan motilitas serta
konstipasi sebagai akibat penurunan motilitas usus besar.
Gusi akan menjadi lebih hiperemis dan lunak sehingga dengan trauma
sedang saja bisa menyebabkan pendarahan. Hemorrhoid juga merupakan suatu hal
yang sering terjadi sebagai akibat konstipasi dan peningkatan tekanan vena pada
bagian bawah karena pembesaran uterus.
6. Traktus Urinarius
Pada bulan- bulan pertama kehamilan kandung kemih akan tertekan oleh
uterus yang mulai membesar sehingga menimbulkan sering berkemih. Ginjal akan
membesar, glomerular filtration rate, dan renal plasma flow juga akan meingkat.
Pada eskresi akan dijumpai kadar asam amino dan vitamin yang larut air dalam
jumlah yang lebih banyak. Glukosuria juga merupakan suatu hal yang umum,
tetapi kemungkinan adanya diabetes mellitus juga tetap harus diperhitungkan.
Setelah itu, proteinuria dan hematuria merupakan suatu hal yang abnormal. Pada
fungsi renal akan dijumpai peningkatan creatinine clearance lebih tinggi 30%.
7. Sistem Endokrin
Selama kehamilan normal kelenjar hipofisis akan membesar kurang lebih
135%. Akan tetapi kelenjar ini tidak begitu mempunyai arti penting dalam
kehamilan. Hormon prolaktin akan meningkat 10x lipat pada saat kehamilan
aterm. Sebaliknya, setelah persalinan konsentrasinya pada plasma akan menurun.
Hal ini juga ditemukan pada ibu- ibu yang menyusui.
Kelenjar tiroid akan mengalami pembesaran hingga 15,0 ml pada saat
persalinan akibat hyperplasia kelenjar dan peningkatan vaskularisasi. Konsentrasi
plasma hormon paratiroid akan menurun pada trimester pertama dan kemudian
akan meningkat secara progresif. Aksi yang penting dari hormone paratiroid ini
adalah untuk memasok janin dengan kalsium yang adekuat. Selain itu, memiliki
peranan dalam produksi peptida pada janin, plasenta dan ibu. Pada saat hamil dan
menyusui dianjurkan mendapat asupan vitamin D 10 g atau 400 IU10 .

16

Kelenjar adrenal pada kehamilan normal akan mengecil, sedangkan


hormone androstenedion, testosterone, dioksikortikosteron, aldostreon, dan
kortisol akan meningkat. Sementara itu, dihidroepiandrosteron sulfat akan
menurun.
8. Sistem Muskuloskeletal
Lordosis yang progresif akan menjadi bentuk yang umum pada kehamilan.
Akibat kompensasi dari pembesaran uterus ke posisi anterior, lordosis menggeser
pusat daya berat ke belakang ke arah 2 tungkai. Sendi sakroilliaca, sakrokoksigis
dan pubis akan meningkat mobilitasnya, yang diperkirakan karena pengaruh
hormonal. Mobilitas tersebut dapat mengakibatkan perubahan sikap ibu dan pada
akhirnya menyebabkan perasaan tidak enak pada bagian bawah punggung
terutama pada akhir kehamilan.

17

BAB III

ABORTUS
Defenisi
Definisi Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada
usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. .
Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan,
sedangkan abortus yang terjadi dengan sengaja dilakukan dengan tindakan disebut
provokatus. Abortus provokatus dibagi menjadi 2 kelompok yaitu abortus
provokatus medisinalis dan abortus provokatus kriminalis. Abortus habitualis
adalah abortus yang terjadi berulang 3 kali secara berturut

Etiologi
Penyebab abortus (early prenagnacy loss) bervariasi dan sering
diperdebatkan. Umumnta lebih dari satu penyebab. Penyebab terbanyak
diantaranya adalah sebagai berikut:

Faktor genetik. Translokasi parental keseimbangan genetik


o Mendelian
o Multifactor
o Robertsonian
o Respirokal

Kelainan Kongenital uterus


o Anomali duktus mulleri
o Septum uterus
o Uterus bikornis
o Inkompetensi serviks uterus
o Mioma uteri
o Sindrom asherman

18

Autoimun
o Aloimun
o Mediasi imunitas humoral
o Mediasi imunitas selular

Defek fase luteal


o Faktor endokrin ekternal
o Antibody antitiroid hormone
o Sintesis LH tinggi

Infeksi

Hematologik

Lingkungan

Epidermiologi
Angka Kematian lbu (AKI) di Indonesia masih tinggi. Menurut Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, AKI di Indonesia adalah 228
per

100.000 kelahiran

hidup.

ibu yaitu perdarahan, keracunan

Ada

penyebab

kehamilan dan infeksi.

klasik

kematian

Menurut

Organisasi

Kesehatan Dunia (WHO) 15-50% kematian ibu disebabkan oleh abortus. Abortus
berdampak perdarahan atau infeksi yang dapat menyebabkan kematian. Oleh
karena itu, kematian ibu yang disebabkan abortus sering tidak dilaporkan dalam
penyebab kematian ibu, tapi dilaporkan sebagai perdarahan atau sepsis. Abortus
dapat terjadi secara tidak sengaja maupun disengaja.
Angka kejadian abortus sukar ditentukan karena abortus provokatus
banyak tidak dilaporkan. Abortus spontan dan tidak jelas umur kehamilannya,
hanya sedikit member gejala sehingga ibu biasanya tidak melapor atau berobat.
Selain itu kejadian yang diketahui, 15-20% merupakan abortus spontan atau
kehamilan ektopik. Sekitar 5% dari pasangan yang mencoba hamil akan
mengalami 2 keguguran berturut dan sekitar 1% dari pasangan mengalami 3 kali

19

atau lebih keguguran yang berurutan. Rata- rata terjadi 114 kasus abortus per jam.
Pada abortus habitualis kejadiannya 3-5%.

Patogenesis
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti nekrosis
jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda
asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda
asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 6 minggu, villi kotaris belum menembus
desidua secara dalam, jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada
kehamilan kurang dari 10 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga
plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada
kehamilan lebih dari 10 minggu, korion tumbuh cepat dan hubungan dengan vili
korialis dengan desidua makin erat, sehingga abortus yang mulai di saat ini sering
menyisakan korion / plasenta. Biasanya janin dikeluarkan lebih dahulu daripada
plasenta. Hasil konsepsi keluar dalam berbagai bentuk, seperti kantong kosong
amnion atau benda kecil yang tak jelas bentuknya (lighted ovum) janin lahir mati,
janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.

Gambaran klinis
Berdasarkan gejala klinis, abortus dikategorikan menjadi 5, yaitu:
A. Abortus iminens
Terjadi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu, pendarahan biasanya
tidak banyak, baru mulai mengancam, dan masih ada harapan untuk
mempertahankan kehamilan. Ostium Uteri tertutup dan ukuran uterus sesuai
dengan usia kehamilan;
B. Abortus Insipien
Abortus yang sedang berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi. Ostium
uteri terbuka, ketuban terasa dan berlangsung hanya beberapa jam;

20

C. Abortus Inkomplentus
Sebagian hasil konsepsi telah dilahirkan tetapi sebagian, biasanya jaringan
plasenta masih tertinggal di rahim. Osteum uteri terbuka dan jaringan teraba;
D. Abortus Komplentus
Seluruh hasil konsepsi telah dilahirkan lengkap. Osteum uteri tertutup dan
ukuran uterus lebih kecil dari usia kehamilan atau osteum uteri terbuka dan
kavum uteri kosong;
E. Abortus Tertunda
Janin telah mati sebelum minggu ke 20 tetapi tertahan dalam rahim selama
beberapa minggu setelah janin mati. Batasan ini berbeda dengan batasan
ultrasonografi, yakni ditemukannya kehamilan yang nonviable tanpa gejala
pendarahan;
F. Abortus Habitualis
Abortus yang terjadi 3x berturutan yang terjadi pada seorang wanita.

Klasifikasi
1. Abortus Iminens
Abortus imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, di mana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan
tanpa adanya dilatasi serviks. Ciri : perdarahan pervaginam, dengan atau tanpa
disertai kontraksi, serviks masih tertutup Jika janin masih hidup, umumnya dapat
bertahan bahkan sampai kehamilan aterm dan lahir normal. Jika terjadi kematian
janin, dalam waktu singkat dapat terjadi abortus spontan. Penentuan kehidupan
janin dilakukan ideal dengan ultrasonografi, dilihat gerakan denyut jantung janin

21

dan gerakan janin. Jika sarana terbatas, pada usia di atas 12-16 minggu denyut
jantung janin dicoba didengarkan dengan alat Doppler atau Laennec. Keadaan
janin

sebaiknya

segera

ditentukan,

karena

mempengaruhi

rencana

penatalaksanaan / tindakan.
Penatalaksanaan

Istirahat baring sampai pendarahan berkurang.

Bisa diberikan spasmolitik agar uterus tidak berkontraksi dan diberikan


hormone progesterone untuk mencegah abortus

hindari mengangkat beban yang berat, dan stress yang berkepanjangan

Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.

Tidak boleh berhubungan dengan suami sampai 2 minggu

segera kerumah sakit ketika pendarahan terjadi kembali

2. Abortus Insipiens
Abortus insipiens adalah abortus dengan ditandai serviks uteri telah
mendatar dan ostium uteri telah membuka, tetapi hasil konsepsi masih berada di
dalam uterus dan dalam proses pengeluaran. Ciri : perdarahan pervaginam,
dengan kontraksi makin lama makin kuat makin sering, serviks terbuka.
Penatalaksanaan :

Harus memperhatikan keadaan umum dan perubahan hemodinamik yang


terjadi dan segera lakukan tindakan evakuasi atau pengeluaran hasil konsepsi
di susul dengan kuretase bila perdarahan banyak.

Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai perdarahan,


tangani dengan pengosongan uterus memakai kuret vakum.

22

Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infus oksitosin 10 IU dalam


deksrtose5% 500 ml dimulai 8 tetes per menit dan naikkan sesuai kontraksi
uterus sampai terjadi abortus komplit.

Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran
plasenta secara manual atau kuretase.

3. Abortus Inkomplit
Abortus inkompletus adalah peristiwa pengeluaran sebagian hasil konsepsi
pada kehamilan sebelum 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram,
dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Ciri : perdarahan yang banyak atau
sedikit tergantung sisa jaringan, disertai kontraksi, serviks terbuka, sebagian
jaringan keluar.
Penatalaksanaan :

Pengelolahan pasien harus diawali dengan perhatian terhadap keadaan umum


dan mengatasi gangguan hemodinamik yang terjadi untuk kemudian di
siapkan tindakan kuretase.

Jika kontraksi uterus baik dan perdarahan bisa berhenti selanjutnya di


lakukan tindakan kuretase.

Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus cairan NaCl fisiologis
atau ringer laktat dan segera mungkin ditransfusi darah

Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran
plasenta secara manual.

Pemeriksaan USG dapat dilakukan untuk melihat sisa plasenta.

Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi


4. Abortus Komplit

23

Abortus kompletus adalah terjadinya pengeluaran lengkap seluruh jaringan


konsepsi sebelum usia kehamilan 20 minggu. Ciri : perdarahan pervaginam,
kontraksi uterus, ostium serviks sudah menutup, ada keluar jaringan, tidak ada
sisa dalam uterus. Diagnosis komplet ditegakkan bila jaringan yang keluar juga
diperiksa kelengkapannya.
Penatalaksanaan :

Pengelolahan penderita tidak memerlukan tindakan khusus ataupun


pengobatan. Biasanya hanya diberi roboransia atau hematenik bila kondisi
pasien memerlukan.

Uterotonika tidak perlu diberikan

Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi

5.

Missed Abortion
Kematian janin dan nekrosis jaringan konseps sebelum kehamilan 20

minggu dan tanpa ada pengeluaran.


Penatalaksaan :

Pada kehamilan kurang dari 12 minggu tindakan evakuasi dapat dilakukan


secara langsung dengan melakukan dilatasi dan kuretase bila serviks uterus
memungkinkan.

Bila kehamilan diatas 12 minggu atau kurang dari 20 minggu dengan keadaan
serviks uterus yang masih kaku dianjurkan untuk melakukan induksi terlebih
dahulu untuk mengeluarkan janin atau mematangkan kanalis servikalis.

Bila kadar finrinogen rendah, berikan fibrinogen kering atau segar sesaat
sebelum atau ketika mengeluarkan konsepsi

6. Abortus Septik dan Abortus Infeksiosus

24

Abortus septik adalah abortus yang disertai dengan penyebaran infeksi


pada peredaran darah tubuh atau peritoneum. Abortus septik harus dirujuk
kerumah sakit. Abortus infeksiosus adalah abortus yang disertai infeksi pada alat
genitalia.

Penanggulangan infeksi :
a.

Obat pilihn pertama : penisilin prokain 800.000 IU intramuskular


tiap 12 jam ditambah kloramfenikol 1 gr peroral selanjutnya 500 mg
peroral tiap 6 jam

b.

Obat pilihan kedua : ampisilin 1 g peroral selanjutnya 500 g tiap 4


jam ditambahmetronidazol 5000 mg tiap 6 jam

c.

Obat pilihan lainnya : ampisilin dan kloramfenikol, penisilin, dan


metronidazol, ampisilin dan gentamisin, penisilin dan gentamisin.

Tingkatkan asupan cairan

Bila perdarahan banyak , lakukan transfusi darah

Dalam 24 jam sampai 48 jam setelah perlindungan antibiotik atau lebih cepat
lagi bila terjadi perdarahan, sisa konsepsi harus dikeluarkan dari uterus.

7. Abortus terapeutik
Dilakukan

pada

usia

kehamilan

kurang dari

12

minggu,

atas

pertimbangan / indikasi kesehatan wanita di mana bila kehamilan itu dilanjutkan


akan membahayakan dirinya, misalnya pada wanita dengan penyakit jantung,
hipertensi, penyakit ginjal, korban perkosaan (masalah psikis). Dapat juga atas
pertimbangan / indikasi kelainan janin yang berat.
Pada pasien yang menolak dirujuk beri pengobatan samadengan yang
diberikan pada pasien yang hendak dirujuk, selama 10 hari.

25

Di rumah sakit :

Rawat pasien di ruangan khusus untuk kasus infeksi

Berikan antibiotik intravena, penisilin 10-20 juta IU dan streptomisin 2 gram

Infus cairan NaCl fisiologis atau ringer laktat disesuaikan kebutuhan cairan

Pantau ketat keadaan umum, tekanan darah , denyut nadi dan suhu badan

Oksigenasi bila diperlukan, kecepatan 6 8 liter per menit

Pasang kateter Folley untuk memantau produksi urin

Pemeriksaan laboratorium : darah lengkap, hematokrit, golongan darah serta


reaksi silang, analisi gas darah, kultur darah, dan tes resistensi.

Apabila kondisi pasien sudah membaik dan stabil, segera lakukan


pengangkatan sumber infeksi

Abortus septik dapat mengalami komplikasi menjadi syok septik yang tandatandanya ialah panas tinggi atau hipotermi, bradikardi, ikterus, kesadaran
menurun, tekanan darah menurun dan sesak nafas

8. Abortus habitualis
Abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut- berturut.
Penyebabnya selain faktor anatomis banyak yang mengaitkan dengan reaksi
imunologik yaitu kegagalan reaksi terhadap antigen lymphocyte trophoblastncross
reactive (TLX). Salah satu penyebab yang sering dijumpai adalah inkompetensia
serviks yaitu keadaan di mana serviks uterus tidak dapat menerima beban untuk
tetap bertahan menutup setelah kehamilan melewati trimester pertama, di mana
ostium akan terbuka tanpa rasa mulas atau kontraksi dan akhirnya terjadi
pengeluaran janin.
Pengelolaan :
26

Dianjurkan untuk periksa hamil seawal mungkin bila dicurigai adanya


inkompetensia.

Operasi dilakukan pada usia kehamilan 12-14 minggu dengan cara shirodkar
dengan melingkari kanalis sevikalis dengan benang sutra/ mersilene yang
tebal dan simpul baru dibuka setelah umur kehamilan aterm dan bayi siap
dilahirkan.

Gejala Klinis

Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu.

Pada pemeriksaan fisik : Keadaan umum tampak lemah atau kesadaran


menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat
dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.

Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi

Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis, sering disertai nyeri
pinggang akibat kontraksi uterus

Pemeriksaan ginekologi :
a. Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam ada / tidak jaringan hasil
konsepsi, tercium/tidak bau busuk dari vulva
b. Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau
sudah tertutup, ada/tidak jaringan keluar dari ostium, ada/tidak cairan atau
jaringan berbau busuk dario ostium.
c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau
tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari
usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio dogoyang, tidak nyeri pada
perabaan adneksa, kavum Douglasi, tidak menonjol dan tidak nyeri.

Faktor Resiko
27

Usia ibu yang lanjut

Riwayat obstetri / ginekologi yang kurang baik

Riwayat infertilitas

Adanya kelainan / penyakit yang menyertai kehamilan (misalnya diabetes,


penyakit ghImunologi sistemik dsb).

berbagai macam infeksi (variola, CMV, toxoplasma, dsb)

paparan dengan berbagai macam zat kimia (rokok, obat2an, alkohol,


radiasi, dsb)

trauma abdomen / pelvis pada trimester pertama

kelainan kromosom (trisomi / monosomi)


Dari aspek biologi molekular, kelainan kromosom ternyata paling sering

dan paling jelas berhubungan dengan terjadinya abortus.

Diagnosa
Berdasarkan : (1). Anamnesis; (2). Gejala dan pemeriksaan klinis; (3).
Laboratorium; (4). Pemeriksaan ginekologi; (5). Pemeriksaan penunjang;
1. Anamnesis : perdarahan, haid terakhir, pola siklus haid, ada tidak gejala /
keluhan lain, cari faktor risiko / predisposisi. Riwayat penyakit umum dan
riwayat obstetri / ginekologi.
2. Prinsip : wanita usia reproduktif dengan perdarahan per vaginam abnormal
HARUS selalu dipertimbangkan kemungkinan adanya kehamilan.
3. Pemeriksaan fisis umum : keadaan umum, tanda vital, sistematik. JIKA
keadaan umum buruk lakukan resusitasi dan stabilisasi segera !

28

4. Pemeriksaan ginekologi : ada tidaknya tanda akut abdomen. Jika


memungkinkan, cari sumber perdarahan : apakah dari dinding vagina, atau
dari jaringan serviks, atau darah mengalir keluar dari ostium
5. jika diperlukan, ambil darah / cairan / jaringan untuk pemeriksaan penunjang
6. Pemeriksaan vaginal touche : hati-hati. Bimanual tentukan besar dan letak
uterus. Tentukan juga apakah satu jari pemeriksa dapat dimasukkan ke dalam
ostium dengan MUDAH / lunak, atau tidak (melihat ada tidaknya dilatasi
serviks). Jangan dipaksa. Adneksa dan parametrium diperiksa, ada
tidaknya massa atau tanda akut lainnya.
7. Pemeriksaan Penunjang

Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2 3 minggu setelah
abortus

Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup

Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan diberikan sesuai dengan etiologi yang mendasari
timbulnya suatu abortus. Penatalaksanaan Umum: - Istirahat baring, tidur
berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan, karena cara ini
menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang
mekanik.
Pada kehamilan lebih dari 12 minggu diberikan infus oksitosin dimulai 8
tetes permenit dan naikkan sesuai kontraksi uterus. Bila pasien syok karena
pendarahan berikan infus ringer taktat dan selekas mungkin tranfusi darah. 7
Medikamentosa: 1. Simptomatik : Analgesic (a5, metenamat) 500 gram (3x1) 2.
Antibiotik : Amoksilin 500 mg (3x1) 3. Education : Kontrol 3-4 hari setelah
keluar setelah keluar dari rumah sakit.

29

Pemeriksaan lanjut untuk mencari penyebab abortus. Perhatikan juga


involusi

uterus

dan

kadar

B-hCG

1-2

bulan

kemudian.

Pasien dianjurkan jangan hamil dulu selama 3 bulan kemudian (jika perlu,
anjurkan pemakaian kontrasepsi kondom atau pil).

Komplikasi
Komplikasi yang sering ditimbulkan antara lain adalah: - Pendarahan Perforasi - Syok, infeksi - Pada Missed abortion dengan refensi lama hasil
konsepsi dapat terjadi kelainan pembekuan darah.

Prognosis
Mayoritas pada penderita yang mengalami abortus mempunyai prognosa
yang tergantung pada cepat atau tidaknya kita mendiagnosa dan mencari
etiologinya.

BAB IV
RESUME
Abortus merupakan pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram atau buah kehamilan
belum mampu untuk hidup diluar kandungan.
Etiologi

dari

abortus sebagian

besar diakibatkan

oleh

kelainan

pertumbuhan hasil konsepsi biasa menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum


usia 8 minggu, kelainan pada plasenta misalnya endarteritis vili korialis. Karena
hipertensi menahun, factor maternal seperti pneumonia, tifus, anemia berat,
keracunan, toksoplasmosis, kelainan traktus genetalia seperti mioma uteri,
kelainan bawaan uterus.
Diagnosa biasanya tidak dapat ditentukan dalam satu kali pemeriksaan,
melainkan memerlukan waktu pengamatan untuk menilai tanda-tanda tidak
tumbuhnya malah mengecilnya uterus. Hal tersebut diatas akan membawa kita

30

pada suatu planning terapi serta pemilihan obat yang tepat dan efektif akan
mempunyai pengaruh pada suatu prognosa yang akan terjadi dikemudian hari.
Komplikasi yang sering ditimbulkan antara lain adalah: - Pendarahan Perforasi - Syok, infeksi - Pada Missed abortion dengan refensi lama hasil
konsepsi dapat terjadi kelainan pembekuan darah.
Penatalaksanaan diberikan sesuai dengan etiologi yang mendasari
timbulnya suatu abortus. Penatalaksanaan Umum: - Istirahat baring, tidur
berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan, karena cara ini
menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang
mekanik.
Pada kehamilan lebih dari 12 minggu diberikan infus oksitosin dimulai 8
tetes permenit dan naikkan sesuai kontraksi uterus. Bila pasien syok karena
pendarahan berikan infus ringer taktat dan selekas mungkin tranfusi darah. 7
Medikamentosa: 1. Simptomatik : Analgesic (a5, metenamat) 500 gram (3x1) 2.
Antibiotik : Amoksilin 500 mg (3x1) 3. Education : Kontrol 3-4 hari setelah
keluar setelah keluar dari rumah sakit.

DAFTAR PUSTAKA
1. Arif Manjoer, Kuspuji Triyanti, Rakhmi Savitri, Wahyu Ika
Wardhani, Wiwiek Setiowulan, Kapita Selekta Kedokteran,
Fakultas Kedokteran UI, Media Aesculapius, Jakarta : 2002
2. Djamhoer Marthaadisoebrata, Firman F. Wiratkusumah, Jusuf S.
Effendi, Obsetetri Patologi, 2015, EGC
3. Sarwono, Pengantar Ilmu Kandungan, 1991, Yayasan Pustaka.
4. Sarwono. Pengantar Ilmu Acuan Nasional, 2002 Yayasan
Pustaka

31

Anda mungkin juga menyukai