Anda di halaman 1dari 7

Prinsip-prinsip dari perilaku kecurangan

A. Sebab pegawai melakukan tindakan kecurangan.


Menurut para ahli yang menangani perilaku kejahatan kerah putih, setidaknya ada 25
alasan mengapa para pegawai di dalam organisasi melakukan tindakan kecurangan, yaitu
:
1. Karyawan percaya bahwa jika mereka melakukan tindakan kecurangan, dapat lolos
dari pengawasan,
2. Ada keinginan dan membutuhkan uang dengan cepat, dan dapat dilakukan dengan
cara mencuri,
3. Karyawan merasa frustasi terhadap aspek-aspek yang terlibat dan menganggu di
dalam pekerjaannya,
4. Karyawan merasa frustasi terhadap aspek-aspek atau permasalahannya secara pribadi
dan tidak berhubungan dengan pekerjaan yang dilakukannya,
5. Karyawan merasa dilecehkan oleh atasannya,
6. Karyawan tidak dapat mempertimbangkan dengan baik mengenai konsekuensi
apabila tertangkap atas tindakan kecurangan yang telah dilakukan,
7. Para karyawan termotivasi untuk mencuri karena pengaruh dari teman sesama
karyawan yang melakukan hal serupa,
8. Para karyawan merasa apabila mereka mencuri sesuatu yang tidak material , maka
tidak akan memberikan dampak kerugian yang besar terhadap perusahaan,
9. Para karyawan tidak dapat mengatur keuangan pribadinya dengan baik, sehingga
pada saat bangkrut, maka mereka akan bersiap untuk mencuri aset di dalam
perusahaan,
10. Karyawan merasa bahwa mengalahkan organisasi adalah sebuah tantangan dan tidak
soal keuntungan ekonomi saja,
11. Ada karyawan yang mengalami keterbatasan ekonomi, tidak dapat bersosialisasi dan
budaya sejak masa kecil,
12. Tindakan kecurangan atau mencuri merupakan salah satu kompensasi yang dirasakan
oleh karyawan apabila mereka merasakan kehilangan rasa cinta, pertemanan, dan
kasih sayang yang disebabkan oleh pekerjaannya,
13. Karyawan tidak dapat mengontrol dirinya sendiri sehingga melakukan tindakan
pencurian dengan paksaan,
14. Karyawan mempercayai bahwa temannya di dalam perusahaan telah mengalami
tindakan subjektif dari atasannya berupa penghinaan dan perlakuan tidak adil,
15. Para karyawan merasa malas jika mereka ingin bekerja lebih keras agar mendapatkan
penghasilan tambahan yang digunakan untuk memenuhi keinginannya,
16. Pengendalian internal perusahaan sangat lemah sehingga karyawan tergoda untuk
melakukan tindakan kecurangan,

17. Tidak adanya tuntutan yang diberikan dari organisasi kepada karyawan yang telah
melakukan tindakan pencurian,
18. Kebanyakan karyawan tertangkap diakibatkan oleh kesalahannya sendiri dan bukan
berasal dari mekanisme audit yang dilakukan perusahaan. Oleh karena itu, para
karyawan merasa tidak akan takut tertangkap telah melakukan tindakan kecurangan
oleh mekanisme audit,
19. Para karyawan tidak didorong oleh manajemen untuk membahas mengenai
permasalahan keuangan pribadi yang telah dialaminya,
20. Karyawan melakukan tindakan pencurian atas fenomena situasional. Sebagian
melihat peluang pencurian atas kondisi yang sedang terjadi di dalam perusahaan,
sebagian lainnya melakukan tindakan pencurian atas motif pribadi,
21. Karyawan mencuri untuk berbagai alasan yang telah dibayangkan di dalam
pikirannya,
22. Karyawan tidak mendapatkan hukuman yang keras dan jera dari manajemennya,
23. Manusia merupakan makhluk yang lemah dan rentan terhadap dosa,
24. Saat ini kebanyakan karyawan mengalami kebangkrutan secara moral, etika, dan
spiritual, dan
25. Karyawan cenderung meniru perbuatan yang dilakukan oleh atasan mereka, Jika
atasan mereka melakukan tindakan pencurian, maka karyawan akan termotivasi
untuk melakukan tindakan yang sama.
Di dalam melakukan pencegahan tindakan pencurian dan kecurangan di dalam
perusahaan, peraturan yang dibuat harus rasional, adil dalam penerapannya, dapat
dilaksanakan dengan cepat dan efisien. Segala peraturan yang dibuat oleh manajemen di
dalam perusahaan harus memiliki efek jera kepada setiap pelaku, dan mudah dipahami oleh
semua individu di dalam perusahaan tersebut. Manajemen internal perlu membuat suatu
sistem pengendalian yang cukup ketat terhadap penjagaan aset perusahaan, dan membuat
sistem pengawasan dengan melakukan audit internal yang dilaksanakan secara rutin dan
berkelanjutan. Manajemen internal seharusnya bersikap terbuka terhadap karyawannya, dan
menerima kritikan dan saran yang diajukan oleh karyawan perihal sistem operasional yang
diterapkan. Di dalam pemerintahan, pemberantasan penjahat kerah putih dapat dilakukan
dengan memberikan hukuman yang setimpal, yaitu dengan hukuman pencabutan hak
politiknya, penyitaan segala aset yang dimiliki, dan sanksi sosial.
Namun, permasalahan saat ini di dalam pemberantasan kecurangan dan kecurangan di
dalam perusahaan, yaitu belum tegasnya manajemen dalam membuat aturan dan sanksi yang
diberikan kepada pelaku kecurangan. Sanksi maksimal yang diberikan oleh perusahaan yaitu
hanya berupa pemecatan, tanpa adanya upaya hukum lainnya seperti melaporkan kepada
pihak berwajib dan mengambil kembali aset yang telah diambil. Hal ini menjadi alasan

manajemen karena mereka cenderung tidak mau dipersulit lagi permasalahannya apabila
mereka melaporkan kepada pihak berwenang, dan ingin menjaga reputasi manajemen dan
perusahaan.
B. Tingkatan atas dan tingkatan bawah pencuri
Di dalam organisasi, orang yang telah menduduki posisi tertinggi akan menemui
kemudahan apabila akan melakukan tindakan pencurian dan kecurangan, karena seluruh
kontrol di dalam organisasi telah diketahui dan dapat disalahgunakan. Menurut survey pada
tahun 2008 yang dilakukan oleh lembaga ACFE RTTN, tingkat kerugian kecurangan apabila
dilakukan oleh jajaran eksekutif mencapai tingkatan rata-rata sebesar $834.000, manajer
divisi rata-rata sebesar $150.000 dan karyawan sebesar $70.000 dalam sekali melakukan
tindakan kecurangan. Dari hasil survey tersebut, membuktikan bahwa semakin tinggi posisi
yang diperoleh seseorang di dalam suatu organisasi, maka tingkat kesempatan untuk
melakukan kecurangan semakin terbuka dan keuntungan yang diperoleh akan semakin besar.
Menurut Hall dan Singleton, secara umum mengklasifikasikan ciri-ciri profil seorang penipu
di perusahaan :
a. Seseorang yang menduduki jabatan strategis/ jabatan kunci di dalam organisasi,
b. Biasanya dilakukan oleh gender laki-laki,
c. Umurnya rata-rata diatas 50 tahun,
d. Telah menikah, dan
e. Memiliki tingkat edukasi yang tinggi.
Menurut ACFE RTTN, klasifikasi profil seorang penipu di dalam perusahaan lebih dirinci
secara mendetail dibandingkan pendapat dari Hall dan Singleton :
a. Seseorang telah mengabdi dan bekerja di dalam perusahaan sudah lama,
b. Memiliki pendapatan yang tinggi,
c. Memiliki gender laki-laki,
d. Memiliki usia lebih dari 60 tahun,
e. Memiliki tingkat edukasi yang tinggi (Menurut ACFT RTTN, semakin tinggi tingkat
edukasi yang dimiliki, maka potensi tingkat kerugian yang akan diterima perusahaan
akibat dari perilaku kecurangan akan semakin besar)
f. Beroperasi pada satu bidang yang hanya dikendalikan oleh dirinya sendiri, dan
g. Tidak pernah dituntut hukum dari perbuatan kriminal
Dari pernyataan di atas, kami dapat menyimpulkan bahwa pelaku kriminal kerah putih di
dalam perusahaan merupakan orang yang baik, memiliki pengetahuan yang tinggi, dan telah
mapan di dalam pekerjaannya. Oleh karena itu, secara fisik, para pelaku kejahatan kerah
putih tida terlihat seperti pelaku kriminal lainnya.
C. Pihak mana yang sering menjadi korban tindakan kecurangan ?
Saat ini, setiap perusahaan yang berorientasi kepada publik telah mendesain sistem
kontrol yang memadai sehingga dapat menghasilan output yang lebih baik kepada vendors,
pemasok, investor, dan konsumen. Dengan terciptanya sistem pengendalian internal dan
pengawasan yang baik, dapat mengurangi kesempatan bagi pihak-pihak yang ingin

melakukan tindakan kecurangan. Untuk menciptakan kebijakan kontrol, perencanaan, dan


prosedur kontrol yang baik, manajemen puncak sebaiknya melibatkan karyawan atau
manajemen tingkat bawah, agar kebijakan yang dibentuk adil dan merata di dalam organisasi.
Di dalam organisasi, manajemen harus menciptakan budaya jujur dan loyal agar tindakan
kecurangan tidak terjadi.
Kecurangan terjadi di dalam organisasi dapat disebabkan oleh tidak adanya kontrol
internal yang ketat, tidak adanya kepercayaan, tidak adanya standar etika yang harus dipatuhi,
karyawan merasa tidak mendapatkan keuntungan dalam bekerja, dan tidak adanya
perencanaan jangka panjang organisasi. Menurut hasil survey, organisasi yang sering terjadi
tindakan kecurangan yaitu perusahaan yang memiliki orientasi usaha mikro, kecil dan
menengah (small business). Usaha tersebut memiliki tingkat resiko terjadinya kecurangan
yang tinggi karena rata-rata manajemen puncak di dalam usaha tersebut hanya memiliki satu
akuntan, tidak adanya pembagian tugas yang baik, dan tidak adanya kompensasi yang
diberikan kepada individu yang diberikan tugas untuk melakukan kontrol di dala perusahaan.
Menurut hasil survey, tingkat kecurangan yang dialami oleh perusahaan yang memiliki
karyawan dibawah 100 orang sebesar 38,2 persen dengan tingkat kerugian mencapai
$200.000. Tertinggi kedua yaitu perusahaan yang memiliki karyawan sebanyak 100-999
orang dengan persentase sebesar 23 persen dan mengalami kerugian rata-rata sebesar
$176.000. Oleh karena itu, entitas kecil mempunyai tingkat resiko yang lebih tinggi dan
memiliki tingkat kerugian yang lebih besar serta menjadi korban terjadinya kecurangan yang
paling sering jika dibandingkan dengan entitas lainnya yang lebih besar.
D. Kecurangan pidana dan perdata (Criminal and Civil Fraud)
Tindakan kecurangan adalah sebuah kejahatan dan banyak orang menyamakannya
dengan tindakan pencurian, namun pada dasarnya ada perbedaan diantara keduanya. Sama
halnya dengan tindakan kecurangan secara pidana (criminal) dan kecurangan secara perdata
(civil). Perbedaan mendasar dari perilaku penipuan dan kecurangan yaitu tindakan pencurian
dilakukan secara diam-diam, terkadang dilakukan dengan cara kekesaran, namun tingkat
kerugian yang dihasilkan dari tindakan pencurian tidak besar. Sedangkan tindakan penipuan
dilakukan dengan cara baik, tanpa menggunakan kekerasan, dan kerugian yang timbul atas
tindakan penipuan sangat besar. Perbedaan mendasar atas tindakan kecurangan pidana dan
perdata yaitu apabila seseorang telah melakukan tindakan penipuan pidana, maka akan
dituntut oleh jaksa dan akan memperoleh hukuman berupa denda atau penjara, sedangkan
tindak penipuan perdata hanya mengganti kerugian kepada korbannya atau pihak yang
merasa dirugian.
E. Penipuan terhadap perusahaan

Penipuan perusahaan dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori, yaitu kecurangan


yang ditujukan atau merugikan perusahaan dan tindakan kecurangan yang dapat memberikan
keuntungan bagi perusahaan. Motif yang digunakan perusahaan di dalam melakukan tindakan
kecurangan yaitu untuk mencari keuntungan yang maksimal, namun tidak didukung dengan
proses operasional yang baik. Contoh perilaku kecurangan yang dapat menguntungkan
perusahaan secara keseluruhan Misalnya, penetapan harga, penggelapan pajak perusahaan,
pelanggaran lingkungan hukum, iklan palsu, dan pada umumnya perilaku kecurangan
tersebut ditujukan untuk membantu kinerja keuangan organisasi. Memanipulasi catatan
akuntansi untuk melebih-lebihkan laba adalah ilustrasi lain dari penipuan dimaksudkan untuk
menguntungkan perusahaan tetapi yang mungkin bermanfaat bagi manajemen melalui bonus
berdasarkan profitabilitas atau harga saham di pasar. Dalam penipuan untuk organisasi,
manajemen mungkin terlibat dalam konspirasi untuk menipu. Hanya satu orang mungkin
terlibat dalam penipuan terhadap organisasi, seperti hutang perusahaan yang dikelola oleh
salah satu orang, mungkin saja di dalam catatan akuntansi perusahaan nominal hutang
tersebut telah dibayarkan, namun faktanya uang tersebut belum dibayarkan, dan digunakan
secara pribadi. Penipuan yang dilakukan oleh perusahaan dapat merugikan banyak pihak,
yaitu pemasok, investor, pemerintah, konsumen, dan lain-lain. Contoh perilaku kejahatan
penipuan yang dilakukan oleh perusahaan yaitu pada kasus Enron,WorldCom, dan lain-lain.
Pada kasus diatas, perusahaan melakukan kerjasama dengan salah satu kantor akuntan publik
yang melakukan proses audit di dalam perusahaannya, sehingga perusahaan tersebut dapat
memperoleh tambahan dana dari pihak eksternal, walaupun fakta di lapangan kinerja
perusahaan tersebut sedang tidak baik.
Penipuan yang melawan perusahaan biasanya dilakukan oleh pihak-pihak eksternal yang
ingin mengambil keuntungan yang lebih dari hasil kerjasama dengan perusahaan yang
bersangkutan. Salah satu contohnya, yaitu calon pemasok bahan baku di perusahaan menyuap
karyawan internal perusahaan, yang bertujuan untuk membujuk manajemen perusahaan agar
bekerjasama dengan pemasok yang bersangkutan. Penipuan dalam skala kecil yang dilakukan
oleh karyawan yaitu apabila memreka melakukan penggelapan aset perusahaan. Di dalam
praktek suap yang dilakukan oleh pihak eksternal, pihak manajemen di dalam perusahaan
akan kesulitan di dalam pencegahannya karena secara umum, tidak ada tanda-tanda yang
janggal dari laporan keuangan atau laporan hasil audit, karena peruhaan melakukan evaluasi
kinerja secara keseluruhan, dan perusahaan tidak memiliki wewenang untuk mengaudit
secara personal kepada setiap karyawan. Apabila seorang karyawan telah disuap oleh pihak

eksternal, maka akan berjuang semaksimal mungkin untuk memperjuangkan keinginan


vendor eksternal agar diterima oleh perusahaan.
F. Kecurangan pada bagian internal atau eksternal
Di dalam manajemen, kecurangan dapat dikategorikan sebagai kecurangan internal dan
kecurangan eksternal. Kecurangan internal yang dialami oleh manajemen yaitu perbuatan
yang menyimpang yang dilakukan oleh individu-individu yang ingin menguntungkan secara
pribadi, ataupun perbuatan curang yang dilakukan oleh manajemen secara keseluruhan untuk
mendapatkan keuntungan perusahaan secara keseluruhan, serta kecurangan eksternal yang
dilakukan oleh stakeholder melawan kebijakan manajemen internal. Manajemen juga harus
memperhatikan kecurangan yang dilakukan oleh konsumennya, dengan modus yang
dilakukan yaitu konsumen merusak barang yang dijual oleh perusahaan, kemudian
melakukan komplain atas kerusakan itu, agar konsumen mendapatkan keuntungan
pengembalian berupa garansi, bertambahnya saldo kartu kredit, atau dari klaim asuransi.
Perilaku kecurangan dapat dilakukan oleh manajemen tingkat atas, tingkat menengah,
dan tingkat bawah. Karyawan juga dapat melakukan tindakan kecurangan yang dapat
merugikan organisasi. Meskipun kontrol telah dibuat dengan baik dan telah memiliki standar
yang baku, namun celah untuk melakukan tindakan kecurangan dapat dilakukan oleh
manajemen tingkat atas. Maka, di dalam setiap perusahaan perlu adanya mekanisme kontrol
internal, yang diisi oleh orang-orang yang memiliki integritas yang tinggi di dalam
melakukan pencegahan tindakan kecurangan. Mekanisme kontrol sebaiknya dibuat sederhana
namun dapat memberikan tingkat pengendalian yang maksimal.
G. Kategori penipuan secara spesifik
Secara alfabet, ada beberapa kategori kecurangan yang dapat terjadi di dalam perusahaan
atau diluar perusahaan, yaitu :
Accounts payable fabrication
Accounts receivable lapping
Arson for prot
Bank fraud
Bankruptcy fraud
Benet claims fraud
Bid rigging
Breach of duciary duty
Breach of trust
Business opportunity fraud
Bust out
Cash lapping
Check forgery
Check kiting
Check raising
Collateral forgery
Commercial bribery

False ownership
False pretenses
False report
False representation
False suggestion
False valuation
False weights and measures
Fictitious customer
Fictitious employees
Fictitious person
Fictitious vendors
Financial fraud
Financial misrepresentation
Forged documents
Forged signatures
Forgery
Franchising fraud

Material misstatement
Material omission
Misapplication
Misappropriation
Misfeasance
Misrepresentation
Oil and gas scams
Output scams
Overbilling
Overstatement of revenue
Padding expenses
Padding government contracts
Payables fraud
Payroll fraud
Performance fraud
Price xing
Pricing and extension fraud

Computer fraud
Concealment
Consumer fraud
Conversion
Corporate fraud
Corruption
Counterfeiting
Credit card fraud
Defalcation
Distortion of fact
Double dealing
Duplicity
Electronic funds transfer fraud
Embezzlement
Expense account fraud
False advertising
False and misleading statement
False claim
False collateral
False count
False data
False identity
False information

Fraud in execution
Fraud in inducement
Fraudulent concealment
Fraudulent nancial statement
Fraudulent representation
Industrial espionage
Infringement of copyrights
Infringement of patents
Infringement of trademarks
Input scam
Insider trading
Insurance fraud
Inventory overstatement
Inventory reclassication fraud
Investor fraud
Kickback
Land fraud
Lapping
Larceny by trick
Loan fraud
Lying
Mail fraud
Management fraud

Procurement fraud
Quality substitution
Restraint of trade
Sales overstatements
Securities fraud
Software piracy
Stock fraud
Tax fraud
Tax shelter scam
Technology theft
Theft of computer time
Theft of proprietary information
Throughput scam
Trade secret theft
Understatement of costs
Understatement of liabilities
Undue inuence
Unjust enrichment
Vendor short shipment
Watered stock
Wire fraud
Wire transfer fraud
Tax fraud

Anda mungkin juga menyukai