INTRODUCTION
Pada bab pendahuluan ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah,
tujuan daan kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan. Latar belakang dalam bab ini
memberikan gambaran mengenai alasan dan sebab yang mendasari adanya penelitian tentang
anteseden kinerja manajerial terhadap gaya kepemimpinan, keadilan prosedural, dan asimetri
informasi dengan partisipasi anggaran sebagai variabel intervening di SKPD Kabupaten
Majalengka.
In this introductory chapter will discuss the background, problem formulation,
purpose daan usefulness of the research, and systematic writing. The background in this
chapter provides a description of the underlying reasons and the lack of research on the
antecedents of managerial performance against the leadership style, procedural fairness, and
asymmetry of information with budget participation as an intervening variable in Majalengka
regency .
Latar belakang ini menjadi landasan rumusan masalah yang merupakan fokus utama
dalam penelitian. Rumusan masalah menjadi acuan mengenai tujuan dan kegunaan penelitian
untuk mencapai sasaran yang diharapkan. Sistematika penulisan memberikan gambaran
umum mengenai isi penelitian dari awal sampai akhir bab. Selanjutnya dibahas lebih rinci
sebagai berikut.
3.1
non profit. Anggaran dapat memaksa suatu organisasi untuk merencanakan masa depan,
mengembangkan arah organisasi secara menyeluruh, mengantisipasi masalah, dan
mengembangkan kebijakan untuk masa depan (Hansen & Mowen: 2004). Pimpinan
organisasi perlu menyusun anggaran dengan baik karena anggaran merupalan gambaran
perannya dengan gaya kepemimpinan yang berbeda beda sesuai dengan karakter yang
dimiliki dan keadaan lingkungan sekitar di dalam organisasi.
Faktor keadilan prosedural yang diterapkan oleh manajemen tingkat atas kepada
bawahannya dapat mempengaruhi tingkat partisipasi anggaran.Keadilan prosedural dapat
didefinisikan sebagai bagaimana persepsi bawahan terhadap keadilan peraturan yang
diterapkan oleh atasan dalam mengevaluasi kinerja operasional mereka (e.g., Brownell, 1982;
Lau et al., 1995; Otley & Pollanen, 2000 dalam Lau dan Tan, 2015). Menurut Greenberg
(1986) dalam Dewi (2016) berpendapat keadilan prosedural adalah keyakinan tentang
evaluasi kinerja yang adil dapat juga didasarkann pada prosedur dimana evaluasi ditentukan,
terlepas dari peringkat yang diterima. Variabel keadilan prosedural dapat dihubungkan
dengan keadilan dari prosedur yang digunakan untuk menentukan outcome secara distributif
(Wentzel, 2002). Oleh karena itu, apabila pimpinan organisasi dapat menerapkan suatu
sistem evaluasi kinerja yang adil kepada bawahannya, maka akan mempengaruhi tingkat
outcome yang dihasilkan.
Pada dasarnya, tujuan utama dari partisipasi anggaran yaitu meningkatkan kinerja
manajerial organisasi. Menurut Mardiasmo (2004) berpendapat bahwa anggaran memiliki
fungsi yang signifikan sebagai alat penilaian kinerja. Kinerja akan dinilai berdasarkan
kemampuan organisasi dalam mencapai target anggaran dan efisiensi dalam pelaksanaan
anggaran. Penelitian mengenai hubungan antara partisipasi anggaran terhadap kinerja
manajerial merupakan penelitian yang masih banyak diperdebatkan. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Brownel dan Mc. Innes (1986), Chenhall dan Brownell (1988), Early (1985),
Milani (1975) dalam Nurcahyani (2010) dalam Setiadi (2013) berpendapat bahwa adanya
hubungan yang positif dan signifikan antara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial.
Namun beberapa peneliti juga menemukan bahwa hubungan antara partisipasi anggaran dan
kinerja manajerial memiliki hasil yang tidak signifikan (Dosett, Latham, dan Mitcell, 1979;
Mia, 1988; Latham dan Marshall, 1982; Latham dan Yuki, 1976 dalam Nurcahyani, 2010
dalam Setiadi, 2013).
3.2
Research Question
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja
manajerial pada organisasi sektor publik. Di dalam pembuatan anggaran pada sektor publik,
dibutuhkan informasi yang lebih banyak agar alokasi sumber daya tepat sasaran dan efisien.
Motivasi bawahan di dalam organisasi sektor publik sangat dipengaruhi oleh tingkah laku
dari atasannya. Apabila atasan organisasi cenderung rajin dalam melaksanakan pekerjaan,
maka bawahan akan mengikuti gaya pekerjaannya. Evaluasi dan penilaian kinerja dilakukan
agar bawahan dapat bekerja sesuai dengan aturan yang berlaku. Pada dasarnya, karena
organisasi sektor publik bekerja untuk masyarakat luas, bersifat non profit, dan anggaran
yang dikelola berasal dari masyarakat, maka kinerja organisasi harus transparan dan memiliki
performa yang tinggi agar menumbuhkan persepsi baik di dalam masyarakat.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu, yaitu dengan menempatkan
variabel partisipasi anggaran sebagai variabel intervening diantara variabel dependen
( partisipasi anggaran) dan variabel independen (Keadilan prosedural, asimetri informasi dan
gaya kepemimpinan). Objek penelitian ini yaitu SKPD di wilayah Kabupaten Majalengka.
Alasan penelitian ini dilakukan di daerah ini :
1. Merupakan daerah tempat tinggal peneliti, sehingga peneliti ingin menerapkan
ilmu yang diperoleh di dalam perkuliahan ke dalam sektor publik di Kabupaten
Majalengka,
2. Kabupaten Majalengka
dipercaya
di
dalam
pelaksanaan
proyek-proyek
3.
4.
3.3
3.4
dalam
itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai topik
pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial pada organisasi sektor
publik.
3. Bagi Pembaca
Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan kepada pembaca terkait
dengan anteseden partisipasi anggaran dalam hubungannya dengan kinerja
3.5
organisasi.
Systematics Writing
CHAPTER I
INTRODUCTION
This chapter contains an explanation which attempts to give an
overview of the contents of the research and description of the
problem to be a topic in this research. This chapter consists of
background of the research, formulation of the problem
research, research objectives, benefits or usefulness of the
CHAPTER II
CHAPTER III
research
CHAPTER II
LITERATURE REVIEW
2.1
Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu
2.1.1
Teori Stewardship
Teori Stewardship adalah teori yang berdasarka tingkah laku, perilaku manusia
(behavior), pola manusia (model of man), mekanisme psikologis (motivasi, identifikasi dan
kekuasaan) dalam sebuah organisasi yang mempraktikkan kepemimpinan sebagai aspek yang
memainkan peranan pentingbagi sebuah pencapaian tujuan. Teori ini berakar dari ilmu
psikologi dan sosiologi yang mengarah pada sikap melayani (steward).
Menurut Donaldson dan Davis (1989 dan 1991) :
Teori Stewardship adalah teori yang menggambarkan situasi dimana para manajer
tidaklah termotiasi oleh tujuan-tujuan individu tetapi lebih ditujukan pada sasaran
hasil utama mereka untuk kepentingan organisasi, sehingga teori ini mempunyai dasar
psikologi dan sosiologi yang telah dirancang dimana para eksekutif sebagai steward
termotivasi untuk bertindak sesuai keinginan principal, selain itu perilaku steward
tidak akan meninggalkan organisasinya sebab steward berusaha mencapai sasaran
organisasinya. Teori ini didesain bagi para peneliti untuk menguji situasi dimana para
eksekutif dalam perusahaan sebagai pelayan dapat termotivasi untuk bertindak dengan
cara terbaik pada principalnya.
Stewardship merupakan suatu pandangan baru tentang mengelola dan menjalankan
organisasi, suatu pergeseran pendekatan pada konsep kepemimpinan dan manajemen dari
konsep mengendalikan dan mengarahkan, kearah konsep peraturan, kemitraan, dan
kepemilikan secara bersamma oleh anggota / tim dalam organisasi, yang merasa organisasi
menjadi suatu miliknya ataupun satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari diri sendiri
(Ikhsan Suprasto, 2008).
Implikasi teori Stewardship dalam penelitian ini adalah didasarkan pada hubungan
kepercayaan antara kepala bagian / subbagian organisasi pemerintahan terhadap bawahannya.
Sikap pemimpin di dalam organisasi pemerintahan yaitu melayani bawahannya agar
organisasi dapat bekerja dengan optimal. Di dalam organisasi pemerintahan tidak ada konflik
kepentingan internal karena di dalam perumusan rencana kerja organisasi didasarkan pada
output yang dihasilkan yaitu memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat.
2.1.2
Teori Penentuan Tujuan
Dalam sebuah organisasi, tujuan didefinisikan sebagai kerangka kerja yang terdiri dari
perilaku yang khusus dan tindakan yang sesuai dengan harapan manajer organisasi (Katz &
Kahn, 1978). Yu (2011) juga menyatakan bahwa rencana dan tujuan yang spisifik membuat
kebutuhan intrinsik individu sesuai dengan tujuan dan menjadikan kebutuhan intrinsik ini
mendapat kekuatan motif untuk mencapai keinginan atau cita-cita.
Teori penentuan tujuan menyatakan bahwa tingkat kesukaran tujuan tinggi
menghasilkan kinerja yang tinggi atau tingkat kesukaran tujuan rendah menghasilkan kinerja
yang rendah terhadap invidu yang memiliki kinerja tinggi. Meskipun demikian tingkat
kesulitan tujuan yang tinggi menghasilkan frustasi terhadap individu yang memiliki kinerja
rendah (Locke, Shaw, Snarl, & Latham, 1981). Teori penentuan tujuan merupakan teori yang
menyatakan bahwa tujuan-tujuan yang spesifik dan sulit, dengan umpan balik, menghasilkan
kinerja yang tinggi. Pada dasarnya penentuan tujuan yang spesifik dan menantang bagi para
karyawan merupakan hal terbaik yang bisa dilakukan oleh manajer untuk meningkatkan
kinerja (Setiadi, 2013).
Dalam beberapa
kasus,
tujuan-tujuan
yang
ditentukan
secara
partisipatif
mendatangkan kinerja yang unggul. Sementara dalam kasus-kasus yang lain, individuindividu bekerja dengan sangat baik ketika diberi tujuan-tujuan oleh atasan mereka. Namun,
keuntungan utama dari partisipasi mungkin ada pada peningkatan penerimaan tujuan itu
sendiri sebagai tujuan yang dinginkan dimana kita bekerja (Setiadi, 2013).
2.1.3
Teori Keadilan
2.1.4
Definisi Anggaran
Anggaran merupakan komponen penting dalam organisasi karena merupakan elemen
sistem pengendalian manajemen yang berfungsi sebagai alat perencanaan dan pengendalian
agar manajer dapat melaksanakan kegiatan organisasi secara lebih efektif dan efisien ( Schiff
dan Lewin,1970; Welsch, Hilton dan Gordon, 1996 dalam Yusfaningrum,2005). Anggaran
merupakan suatu rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif, yang diukur dalam satuan
moneter standar dan satuan ukuran yang lain mencakup periode waktu satu tahun (Mulyadi,
2001 dalam Setiadi, 2013). Oleh karena itu, anggaran merupakan komponen organisasi dalam
menilai kinerja operasional secara keseluruhan.
Secara spesifik, anggaran dapat diartikan sebagai suatu rencana yang rinci, yang
dinyatakan secara formal dalam ukuran kuantitatif, biasanya dalam satuan uang yang
menunjukkan sumber dan penggunaan daya suatu organisasi dalam jangka waktu tertentu
(Anthony
dan
Reece,1989;
Mulyadi,1993
dalam
Yusfaningrum,
2005).
Menurut
Yusfaningrum (2005), anggaran merupakan suatu rencana manajerial yang dinyatakan dalam
bentuk keuangan atau angka-angka sebagai ekspresi tindakan manajer, mencakup periode
terterntu, dengan maksud untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Halim (2002) dalam Setiadi (2013), Anggaran pemerintah daerah di
Indonesia dikenal dengan nama Anggaran Pendapatan da Belanja Daerah (APBD), pada
hakikatnya merupakan rencana operasional pemerintah daerah yang dituangkan dalam bentuk
uang (rupiah), yang menunjukkan estimasi belanja (pengeluaran) guna membiayai kegiatan
pemerintah daerah dan estimasi pendapatan guna memenuhi belanja di dalam satu periode
tertentu.
Anggaran sektor publik merupakan instrumen akuntabilitas atas pengelolaan dana
publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai dengan uang publik (Setiadi, 2013).
Penganggaran sektor publik terkait dengan proses penentuan jumlah alokasi dana untuk tiaptiap program (Mardiasmo, 2002 dalam Setiadi, 2013).
2.1.5
Definisi Partisipasi Kinerja
2.1.6
Definisi Asimetri Informasi
Konsep asimetri informasi dala penganggaran terjadi ketika atasan mempunyai
pengetahuan dan wawasan yang lebih daripada bawahan ataupun sebaliknya (Suartana,
2010). Falikhatun (2007) mendefinisikan asimetri informasi sebagai suatu kondisi dimana
atasan atau principal tidak memiliki informasi yang cukup mengenai kinerja agent atau
bawahan.Bila pimpinan memiliki informasi yang lebih baik daripada bawahan, maka akan
muncul tuntutan atau motivasi yang lebih besar untuk mencapai target anggaran. Namun,
apabila bawahan memiliki informasi yang lebih baik daripada atasannya, maka akan
menyatakan target anggaran yang lebih rendah daripada yang dimungkinkan untuk dicapai.
2.1.7
Definisi Gaya Kepemimpinan
2.1.8
2.2
2.3
2.4
2.1.9
Definisi Kinerja Manajerial
Penelitian Terdahulu
Kerangka Pemikiran
Pengembangan Hipotesis
CHAPTER III
RESEARCH METHODOLOGY
3.1
3.2
3.3
3.4
Variabel Penelitian
Definisi Operasional
Populasi dan Sampel
Metode Pengumpulan Data
BIBLIOGRAPHY
Arfan, Ikhsan & Herkulanus Bambang Suprasto. 2008. Teori Akuntansi dan multi Paradigma.
Graha Ilmu Edisi Satu. Jakarta.
Donaldson dan Davis.1991. Stewardship Theory or Agency Theory: CEO Governance and
Shareholder Returns. Australian Journal of Management. The University of New South
Wales.
Katz, D., & Kahn, R. L. (1978). The Social Psychology of Organizations. New York: Wiley
Locke, E. A., Shaw, K. N., Snarl, L. M., & Latham, G. P. (1981). Goal setting and task
performance: 1969-1980. Psychological Bulletin, 90, 125-152.
Scott. 2000. Financial Accounting Theory. Second edition. Canada: Prentice Hall.
Yu, B. (2011). Test of mediating effect of self-regulation between transformational leadership
and organizational commitment. Business and Management Review 1(6), 68-81.
Yusfaningrum, K. 2005. Analisis Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Kinerja Manajerial
melalui Komitmen Tujuan Anggaran dan Job Relevant Information (JRI) sebagai
variabel intervening. Tesis. Universitas Diponegoro Semarang.