Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Distosia ialah keterlambatan atau kesulitan persalinan. Sebab sebabnya dapat dibagi
menjadi 3 golongan, yaitu: Kelainan tenaga (atau kelainan HIS), Kelainan janin, Kelainan
jalan Lahir. Distosia karena kelainan letak dan bentuk janin dapat dibagi menjadi, Kelainan
letak (presentasi atau posisi), Kelainan dalam bentuk janin.
Salah satu distosia karena kelainan letak adalah letak sungsang. Letak sungsang
merupakan keadaan di mana janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan
bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Letak sungsang ditemukan pada 2 - 4 %
kehamilan.2,3,8,9 Beberapa literatur lainnya menyebutkan angka 3 5 %. Insiden terbanyak
terdapat pada usia kehamilan 28 minggu kira kira 25 % posisi bayi dalam keadaan letak
sungsang,dan seiring dengan bertambahnya usia kehamilan, insidens semakin berkurang. 2,11
Di Indonesia angka kejadian letak sungsang dapat mencapai 4 %.2
Faktor faktor yang memegang peranan dalam terjadinya letak sungsang diantaranya
adalah prematuritas, multiparitas, kehamilan kembar, polihidramnion, hidrosefalus, panggul
sempit, dan kelainan bentuk uterus seperti uterus bikornus, uterus berseptum, kelemahan
dinding uterus akibat multiparitas, dan adanya tumor uterus. Adanya kelainan letak
implantasi plasenta ( plasenta previa ) dan panjang tali pusat yang terlalu pendek juga
menyebabkan terjadinya kehamilan sungsang.2,5,8,14
Diagnosis untuk kasus letak sungsang ini dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang berupa USG atau pun MRI.2,9,10
1

Mengingat bahaya bahayanya, sebaiknya persalinan dalam letak sungsang dihindarkan.


Bila pada pemeriksaan antenatal dijumpai letak sungsang, terutama pada primigravida,
hendaknya diusahakan melakukan versi luar. Operasi seksio sesarea bukan merupakan satu
satunya terapi dalam menangani persalinan dengan letak sungsang. Untuk melakukan operasi
seksio sesarea diperlukan indikasi yang kuat.2
Dalam persalinan, menolong bayi dengan letak sungsang diperlukan lebih banyak
ketekunan dan kesabaran dibandingkan dengan persalinan normal. Apabila tidak terjadi
kemajuan dalam persalinan maka kita dapat melakukan operasi seksio sesarea.2
Angka kematian bayi akibat persalinan sungsang lebih tinggi daripada persalinan dengan
letak kepala. Hal ini disebabkan oleh prematuritas dan penanganan persalinan yang kurang
sempurna dengan akibat hipoksia atau perdarahan dalam tengkorak.2,11

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. DEFENISI
Letak sungsang merupakan keadaan di mana janin terletak memanjang dengan kepala di
fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri, atau janin terletak pada posisi
aksis longitudinal dengan kepala di fundus uteri 2,3,4,7,9 .

Gambar II.1 Letak Sungsang


3

2.2 KLASIFIKASI
Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yaitu presentasi bokong murni ( frank breech ),
presentasi bokong kaki sempurna ( completed breech presentation ), presentasi bokong kaki
tidak sempurna ( incompleted breech presentation ), dan presentasi kaki, baik berupa ekstensi
satu kaki ( single footling presentation ) atau ekstensi kedua kaki ( double footling
presentation ).2,9,11,13

Gambar II.2 Jenis-jenis letak Sungsang

Pada presentasi bokong, akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki terangkat ke atas
sehingga ujungnya terdapat setinggi bahu atau kepala janin. Dengan demikian pada
pemeriksaan dalam hanya dapat diraba sakrum. Keadaan ini lebih sering dijumpai pada
primipara. Pada presentasi bokong kaki sempurna di samping sakrum dapat diraba kedua
kaki. Pada presentasi bokong kaki tidak sempurna hanya terdapat satu kaki di samping
bokong sedangkan kaki yang lain terangkat ke atas, sakrum tidak teraba. 2,3,4 Pada presentasi
kaki bagian paling rendah ialah satu atau dua kaki. Letak sungsang ditemukan pada 2 - 4,6 %
kehamilan.2,3,4 Beberapa literatur lainnya menyebutkan angka 3 5 %. Insiden terbanyak
terdapat pada usia kehamilan 28 minggu,dan seiring dengan bertambahnya usia kehamilan,
insidens semakin berkurang.2,11 Biasanya terjadi koreksi spontan pada usia kehamilan 34
minggu menjadi presentasi kepala.2

2.3 ETIOLOGI
Faktor faktor yang memegang peranan dalam terjadinya letak sungsang diantaranya
adalah
1. Prematuritas
2. Multiparitas
Rahim ibu yang telah melahirkan banyak anak sudah sangat elastis dan akan membuat
janin berpeluang besar untuk berputar hingga minggu ke-37 dan seterusnya.

3. Kehamilan kembar
Adanya lebih dari satu janin dalam rahim menyebabkan terjadinya perebutan tempat.
Setiap janin berusaha mencari tempat yang lebih nyaman, sehingga ada kemungkinan
bagian tubuh yang lebih besar (yakni bokong janin) berada di bagian bawah rahim.
4. Polihidramnion
Jumlah air ketuban yang melebihi normal menyebabkan janin lebih leluasa bergerak
walau sudah memasuki trimester ketiga.
5. Hidrosefalus
Besarnya ukuran kepala akibat kelebihan cairan (hidrosefalus) membuat janin mencari
tempat yang lebih luas, yakni di bagian atas rahim (fundus uteri).
6. Panggul sempit
Sempitnya ruang panggul mendorong janin mengubah posisinya menjadi sungsang
(kepala bayi akan sulit berputar kea rah bawah)
7. Kelainan bentuk uterus seperti uterus bikornus, uterus berseptum, kelemahan dinding
uterus akibat multiparitas, dan adanya tumor uterus.

Adanya kelainan letak implantasi plasenta ( plasenta previa ) juga menyebabkan


terjadinya letak sungsang. Ini dikarenakan adanya plasenta yang menutupi jalan lahir
sehingga mengurangi luas ruangan dalam rahim dan akibatnya, janin berusaha mencari
tempat yang lebih luas yakni di bagian atas rahim. Panjang tali pusat yang terlalu pendek
juga akan menyebabkan terjadinya kehamilan sungsang.2,14
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan di
dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif

lebih banyak sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin
dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak lintang. Pada
kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif
berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai yang terlipat lebih besar daripada kepala,
maka bokong dipaksa untuk menempati ruangan yang lebih luas di daerah fundus uteri
sedangkan kepala berada dalam ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Tetapi
dengan adanya gangguan hubungan akomodasi janin dengan akomodasi uterus akibat faktor
faktor tersebut di atas, maka terjadilah kehamilan letak sungsang.2,3,4,14 Dengan demikian
dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang
lebih tinggi, sedangkan pada pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan
dalam presentasi kepala.2

2.4 DIAGNOSIS
Diagnosis letak sungsang umumnya tidak sulit. Diagnosis ditegakkan dari anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.2 Seringkali wanita menyatakan lebih terasa
penuh di sebelah atas dan gerakan terasa lebih banyak di bagian bawah. Pada pemeriksaan
luar, di bagian bawah uterus tidak dapat diraba kepala janin, kepala teraba di fundus uteri.
Kadang kadang bokong janin teraba bulat dan dapat memberi kesan seolah-olah kepala,
tetapi bokong tidak dapat digerakkan semudah kepala.2,9 Pada palpasi abdomen dengan
menggunakan manuver Leopold I ditemukan kepala pada fundus uteri. Leopold II ditemukan
punggung pada salah satu sisi abdomen dan bagian-bagian kecil janin pada sisi yang lain.
Leopold III menunjukkan tidak terjadinya engagement.5 Denyut jantung umumnya terdapat
setinggi atau sedikit lebih tinggi daripada umbilikus.2,5

Apabila diagnosis letak sungsang dengan pemeriksaan luar tidak dapat dibuat, misalnya
karena dinding perut tebal, uterus mudah berkontraksi atau banyaknya air ketuban, maka
diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan dalam.2,5 Dari pemeriksaan dalam akan teraba
sakrum, kaki atau tuberositas iskii. Jika janin telah turun dan memasuki rongga pelvis
kemungkinan alat kelamin janin dapat diraba.2,5
Sebagai pemeriksaan penunjang, penggunaan USG dan MRI dapat dipertimbangkan.
USG dapat menentukan ukuran kepala, diameter biparietal, derajat fleksi janin, adanya
anomali janin, jumlah air ketuban, letak plasenta, adanya kehamilan ganda, abnormalitas
uterus, serta berat janin dan usia gestasi.5 Selain itu USG juga dapat untuk mencari
kemungkinan adanya lilitan tali pusat pada leher janin. Sedangkan MRI merupakan jenis
pemeriksaan radiologis yang relatif tidak membahayakan untuk janin maupun ibu.5

Gambar II.3 Foto pemeriksaan penunjang pada letak lintang


8

2.5 MEKANISME PERSALINAN


Banyak dokter memilih untuk melakukan seksio sesarea elektif untuk kehamilan letak
sungsang. Indikasi yang tepat untuk dilakukannya seksio sesarea pada kehamilan sungsang
antara lain adalah plasenta previa, serta panggul sempit. 2,3,4 Namun demikian di negara
negara maju, seksio sesarea menjadi metode persalinan terpilih dengan tujuan untuk
menurunkan angka mortalitas dan morbiditas perinatal. Keputusan melakukan seksio sesarea
elektif terutama untuk pasien dengan kehamilan kurang dari 34 minggu atau taksiran berat
janin kurang dari 2000 g, janin dengan kepala hiperekstensi, suspek lilitan tali pusat, adanya
kelainan bentuk panggul, primigravida tua, janin dengan nilai sosial tinggi, makrosomia, dan
presentasi kaki.2,3,4
Persalinan pervaginam dapat dilakukan pada posisi bokong murni, janin dalam keadaan
fleksi dan tidak ada tangan yang menjungkit, usia kehamilan 36 42 minggu, panggul
normal, tidak ada gawat janin, serta adanya ruang operasi yang cepat tersedia dan operator
yang terampil.2,3,4
Bokong masuk ke dalam rongga panggul dengan garis pangkal paha melintang atau
miring. Setelah menyentuh dasar panggul terjadi putaran paksi dalam, sehingga di pintu
bawah panggul garis panggul paha menempati diameter anteroposterior dan trokanter depan
berada di bawah simfisis. Kemudian terjadi fleksi lateral pada badan janin, sehingga
trokanter belakang melewati perineum dan lahir seluruh bokong diikuti oleh kedua kaki.
Setelah bokong lahir terjadi putaran paksi luar dengan perut janin berada di posterior yang
memungkinkan bahu melewati pintu atas panggul dengan garis terbesar bahu melintang atau
miring. Terjadi putaran paksi dalam pada bahu sehingga bahu depan berada di bawah simfisis
dan bahu belakang melewati perineum. Pada saat tersebut kepala masuk ke dalam rongga

panggul dengan sutura sagitalis melintang atau miring. Di dalam rongga panggul terjadi
putaran paksi dalam kepala sehingga muka memutar ke posterior dan oksiput ke arah
simfisis. Dengan suboksiput sebagai hipomoklion, maka dagu, mulut, hidung, dahi dan
seluruh kepala lahir berturut-turut melewati perineum.2,3,4
Ada perbedaan nyata antara kelahiran janin dalam presentasi kepala dan kelahiran janin
dengan letak sungsang. Pada presentasi kepala, yang lahir lebih dahulu adalah bagian janin
yang terbesar, sehingga bila kepala telah lahir, kelahiran badan tidak memberi kesulitan.
Sebaliknya pada letak sungsang, berturut-turut lahir bagian bagian yang makin lama makin
besar, dimulai dari lahirnya bokong, bahu dan kemudian kepala. Dengan demikian meskipun
bokong dan bahu telah lahir, hal tersebut belum menjamin bahwa kelahiran kepala juga
berlangsung dengan lancar.2,3,4

10

Gambar II.4 Persalinan Letak Sungsang

2.6 PENALAKSANAAN
A. Dalam kehamilan: 1,2,4,5,14
Mengingat bahaya bahayanya, sebaiknya persalinan dalam letak sungsang dihindarkan.
Untuk itu bila pada pemeriksaan antenatal dijumpai letak sungsang, terutama pada
primigravida, hendaknya diusahakan melakukan versi luar menjadi presentasi kepala.

11

Gambar II.5 Versi Luar


Versi luar sebaiknya dilakukan pada kehamilan antara 34 dan 38 minggu. Pada umumnya
versi luar sebelum minggu ke 34 belum perlu dilakukan karena kemungkinan besar janin
masih dapat memutar sendiri, sedangkan setelah 38 minggu versi luar sulit untuk berhasil
karena janin sudah besar dan jumlah air ketuban relatif telah berkurang.2,3,4,5

Gambar II.6 Versi luar pada letak sungsang

Sebelum melakukan versi luar, diagnosis letak janin harus pasti, sedangkan denyut
jantung janin harus dalam keadaan baik. Apabila bokong sudah turun, bokong harus
dikeluarkan lebih dulu dari rongga panggul. Kalau bokong tidak dapat dikeluarkan dari
rongga panggul, usaha versi luar tidak ada gunanya.2

12

Gambar II.7 Versi luar pada letak sungsang


Selama versi dilakukan dan setelah versi luar berhasil denyut jantung janin harus selalu
diawasi, baik dengan non stress test maupun dengan USG. Sesudah janin berada dalam
keadaan presentasi kepala, kepala didorong masuk ke dalam rongga panggul.2,11
Kontraindikasi versi luar :2,3,4,5
1. Panggul sempit
2. Perdarahan antepartum
3. Hipertensi
4. Kehamilan kembar
5. Plasenta previa

Bila terdapat kegagalan versi luar karena penderita meregangkan otot otot perutnya,
maka dapat dilakukan dengan narkose. Namun demikian karena narkose harus cukup dalam,
sehingga bahaya yang timbul adalah karena penderita tidak dapat merasa sakit ada

13

kemungkinan terjadi lepasnya plasenta akibat penggunaan tenaga berlebihan. 2 Versi luar
dihentikan bila dijumpai keadaan adanya hambatan, nyeri, dan gangguan denyut jantung
janin, baik berupa peningkatan atau penurunan yang nyata maupun berupa iregularitas.2,3,4
Versi luar dapat mengalami kegagalan akibat jumlah air ketuban sedikit, presentasi
bokong murni ( akibat pergeseran letak kaki saat diputar ), kelainan bentuk uterus, kontraksi
otot perit berlebihan, kehamilan ganda dan tali pusat pendek. Resiko yang terjadi akibat versi
luar adalah persalinan prematur, ketuban pecah dini, solusio plasentae, perdarahan, dan lilitan
tali pusat.2

B. Dalam persalinan :1,2,3,4


Selama terjadi kemajuan pada persalinan dan tidak ada tanda tanda bahaya yang
mengancam janin, maka tidak diperlukan tindakan untuk mempercepat kelahiran janin.
Terdapat 3 tahap persalinan yaitu, tahap fase lambat dimulai dari lahirnya bokong sampai
pusar, lalu tahap fase cepat, dari pusar sampai mulut ( harus tercapai dalam watu 8 menit ) ,
dan tahap ketiga di mana kembali menjadi fase lambat, yaitu tahap lahirnya mulut sampai
kepala.
Setelah bokong lahir tidak boleh dilakukan tarikan pada bokong atau dorongan Kristeller,
karena kedua tindakan tersebut dapat menyebabkan kedua lengan menjungkit ke atas dan
kepala terdorong turun di antara lengan sehingga menyulitkan kelahiran lengan dan bahu.
Pada saat kepala masuk rongga panggul, tali pusat tertekan di antara kepala janin dan
panggul ibu. Dengan demikian lahirnya bahu dan kepala tidak boleh memakan waktu terlalu
lama dan harus diusahakan supaya bayi sudah lahir seluruhnya dalam waktu 8 menit sesudah
umbilikus lahir, untuk mencegah kerusakan susunan saraf pusat akibat hipoksia janin. Setelah

14

umbilikus lahir, tali pusat ditarik sedikit sehingga kendor untuk mencegah teregangnya tali
pusat dan terjepitnya tali pusat antara kepala dan panggul.2

2.7 PROGNOSIS
Angka kematian bayi akibat persalinan sungsang lebih tinggi daripada persalinan dengan
letak kepala. Sebab kematian utama adalah akibat prematuritas dan penanganan persalinan
yang kurang sempurna dengan akibat hipoksia atau perdarahan dalam tengkorak. Hipoksia
akibat terjepitnya tali pusat antar kepala dan panggul dapat menyebabkan lepasnya plasenta.
Kelahiran janin di atas 8 menit setelah umbilikus lahir dapat membahayakan janin. Di
samping itu bila janin bernapas sebelum hidung dan mulut lahir dapat menyebabkan
sumbatan jalan napas akibat terhisapnya mukus.
Laserasi jalan lahir dapat terjadi akibat dilatasi serta pendataran serviks yang tidak
sempurna, demikian juga perineum dapat mengalami robekan setelah kepala lahir. Pada janin
dapat terjadi bahaya fraktur klavikula, humerus dan femur.
Adanya anemia pada ibu juga harus diperhatikan mengingat rendahnya kadar hemoglobin
dapat mempengaruhi kontraksi uterus. Pada persalinan dan post partum harus diperhatikan
kemungkinan terjadinya inersia uteri dan perdarahan post partum.
Indeks prognosis untuk menilai apakah persalinan dapat dilahirkan pervaginam atau per
abdominam menurut Zatuchi dan Andros :1

Paritas
Umur Kehamilan
Taksiran Berat Janin
Pernah Letak

0
Primi
>39 minggu
>3630 gram
Tidak

1
Multi
38 minggu
3629-3176 gram
1 kali

2
<37 minggu
<3176 gram
>2 kali

15

Sunsang (2500 gram)


Pembukaan Serviks
Station
Arti nilai : < 3
4

<2 cm
<-3

3 cm
-2

>4 cm
-1 atau lebih rendah

: persalinan per abdominam


: evaluasi kembali secara cermat, khususnya berat badan janin. Bila nilai
tetap, dapat dilahirkan pervaginam.

>5

: dilahirkan pervaginam

16

BAB III
KESIMPULAN

Letak sungsang merupakan keadaan di mana janin terletak memanjang dengan kepala di
fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri, atau janin terletak pada posisi
aksis longitudinal dengan kepala di fundus uteri 1,2,3 .
Jenis - jenis letak sungsang, yaitu presentasi bokong murni ( frank breech ), presentasi
bokong kaki sempurna ( completed breech presentation ), presentasi bokong kaki tidak
sempurna ( incompleted breech presentation ), dan presentasi kaki, baik berupa ekstensi satu
kaki ( single footling presentation ) atau ekstensi kedua kaki ( double footling presentation ).
2,9,11,13

Faktor faktor yang memegang peranan dalam terjadinya letak sungsang diantaranya
adalah prematuritas, multiparitas, kehamilan kembar, polihidramnion, hidrosefalus, panggul
sempit, dan kelainan bentuk uterus seperti uterus bikornus, uterus berseptum, kelemahan
dinding uterus akibat multiparitas, dan adanya tumor uterus. Adanya kelainan letak
implantasi plasenta ( plasenta previa ) dan panjang tali pusat yang terlalu pendek juga
menyebabkan terjadinya kehamilan sungsang.2,5,8,14
Diagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan fisik yang dapat kita lakukan adalah dengan pemeriksaan luar. Apabila tidak
berhasil maka diagnosis letak sungsang ini dapat kita buat berdasarkan pemeriksaan dalam.
Apabila masih ada keragu raguan harus dipertimbangkan pemeriksaan penunjang berupa
USG atau MRI.2,5

17

Penanganan letak sungsang ini dapat dilakukan versi luar bila masih dalam kehamilan.
Bila dalam persalinan maka kita dapat menolong persalinan ini dengan menggunakan perasat
perasat Bracht, klasik, Mller, Loevset dan Mauriceau.1,2,3,4,5,11 Menolong persalinan dengan
letak sungsang diperlukan lebih banyak ketekunan dan kesabaran dibandingkan dengan
persalinan normal. Apabila tidak terjadi kemajuan dalam persalinan maka kita dapat
melakukan operasi seksio sesarea. Untuk melakukan operasi seksio sesarea diperlukan
indikasi yang kuat.2
Kelahiran janin di atas 8 menit setelah umbilikus lahir dapat membahayakan janin. Di
samping itu bila janin bernapas sebelum hidung dan mulut lahir dapat menyebabkan
sumbatan jalan napas akibat terhisapnya mukus.2,3,5,11
Angka kematian bayi akibat persalinan sungsang lebih tinggi daripada persalinan dengan
letak kepala. Hal ini disebabkan oleh prematuritas dan penanganan persalinan yang kurang
sempurna dengan akibat hipoksia atau perdarahan dalam tengkorak.2,3,11

18

DAFTAR PUSTAKA

1. Wiknjosastro H prof, dr , Saifuddin AB, Rachimhadi T. Ilmu Bedah Kebidanan, Jakarta :


Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2007 : 104 122
2. Wiknjosastro, H prof,dr, et all. Ilmu kebidanan Edisi Ketiga. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 2002 : 595 622
3. Cunningham FG et al. Dystocia due to Abnormalities in Presentation, Position or
Development of the Fetus, Chapter 20. in William Obstetrics. 20 th ed. Connecticut :
Appleton & Lange, 1993 : 493 500
4. Dutta DC, Malposition, malpresentation, cord prolapse. In Text Book of Obstetrics,
Calcutta : New Central Book Agency, 1998 : 390 431
5. http://ksuheimi.blogspot.com/2007/09/distosia-karena-kelainan-letak.html
6. http://www.intisari-online.com/majalah.asp?tahun=2004&edisi=491&file=warna0702
7. http://www.hanyawanita.com/_mother_child/pregnancy/article.php?article_id=6151
8. http://zulkiflithamrin.blogspot.com/2007/06/distosia.html
9. http://healthupyourlife.blogspot.com/2008/07/posisi-janin-sungsang.html
10. http://www.conectique.com/tips_solution/pregnancy/baby_delivery/article.php
11. http://en.wikipedia.org/wiki/Breech_birth
12. http://www.emedicine.com/med/topic3272.htm
13. http://www.womenfitness.net/preg_breech_presentation.htm
14. http://oetjipop.multiply.com/reviews/item/19

19

STATUS ORANG SAKIT


SMF ILMU KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN
RS. HAJI MEDAN

IDENTITAS PASIEN
NAMA

: Ny. A

JENIS KELAMIN

: Perempuan

UMUR

: 34 tahun

AGAMA

: Islam

SUKU

: Batak

PEKERJAAN

: PNS

PENDIDIKAN

: S1

ALAMAT

: Jl. B. Katamso Gg. Kopi No. 31

NOMOR RM

: 24.50.48

TANGGAL MASUK

: 08 Januari 2016

PUKUL

: 16.00 wib

IDENTITAS SUAMI
NAMA

: Tn. H

JENIS KELAMIN

: Laki-Laki

UMUR

: 36 tahun

AGAMA

: Islam

SUKU

: Batak

PEKERJAAN

: Wiraswasta

PENDIDIKAN

: SMA

ALAMAT

: Jl. B. Katamso Gg. Kopi No. 31

20

ANAMNESA
Ny. A, 34 Tahun, G1P0A0, Batak, Islam, S1, PNS i/d Tn. H, 36 tahun, Batak, Islam,
SMA, wiraswasta, datang ke RS Haji Medan pada tanggal 08 Januari 2016 pukul 16.00 WIB
dengan :
KU

: Nyeri daerah pinggang dan rencana operasi

Telaah: Hal ini dialami os sejak satu hari SMRS tanggal 07 Januari 2016, Nyeri diperberat jika
melakukan aktifitas, riwayat keluar lendir bercampur darah dari kemaluan (-), riwayat
keluar air-air dari kemaluan (-), Riwayat keluar darah dari kemaluan selama kehamilan
(-).
BAK

: (+) Normal

BAB

: (+) Normal

RPT

: DM

RPO

: (-)

ANC

: Sp.OG 3x

Riwayat KB

: tidak pernah

Riwayat Operasi

: tidak pernah

Perdarahan Antepartum :
Kapan mulai : (-)

Pendarahan ke : (-)

Banyaknya : (-)
Rasa Nyeri : (-)

Darah beku
Trauma

: (-)
: (-)

Tanda- tanda keracunan hamil :


Edema
Pening
Mual
Muntah`
Nyeri uluhati

: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)

Vertigo : (-)
Gangguan visus : (-)
Kejang kejang : (-)
Coma
: (-)
Icterus
: (-)

Anamnesa Ginekologik/ keluarga :


Menarche
Haid

: 13 Tahun
: 5-6 hari (3-4x ganti duk/hari)

HPHT
TTP

: 10-04-2015
: 17-01-2016
21

Dysmenorrhea
Flour albus: (-)

: (-)

Hamil kembar : (-)


Lain lain
: (-)

Perdarahan Postpartum :
Anak ke
Kala
Banyaknya
Atonia uteri

: (-)
: (-)
: (-)
: (-)

Retensio plasenta: (-)


Placenta rest
: (-)
Infus/transfusi : (-)

Riwayat persalinan:
1. Hamil ini
Penyakit yang Pernah diderita :
Anemia
Hipertensi
Penyakit Ginjal
Diabetes

: (-)
: (-)
: (-)
: (+)

Tuberculosis
Penyakit jantung
Penyakit lain

: (-)
: (-)
: (-)

PEMERIKSAAN FISIK
Status present
Sens

: CM

Anemis

: (-/-)

TD

: 120/70 mmHg

Ikterik

: (-/-)

HR

: 80 x/i

Dyspnoe

: (-)

RR

: 20 x/i

Sianosis

: (-)

: 36,7 0C

Oedem

: (-)

TB
: 160 cm
BB
: 68 kg
Keadaan gizi: Baik
Tenang/gelisah: Tenang
Cor : Bunyi Jantung normal, reguler, bunyi tambahan (-)
Pulmo: Suara pernapasan vesikuler, suara tambahan (-)
Status Lokalis
Abdomen

: Membesar, asimetris

Fundus uteri

: 4 jari dibawah bpx

Kepala

: Teraba keras di fundus uteri

Bokong

: Teraba lunak dibagian bawah


22

Bagian terbawah

: Bokong

S.B.R

: Telah terbentuk

Ring v.bandl

: (-)

Lig.rotundum

: Normal

Meteorismus

: (-)

D.D.A

: 140x/m

Osborn

: Tidak dapat dinilai

Gerak janin

: (+)

HIS

: (-)

4.4 PEMERIKSAAN DALAM


Tanggal

: 08 Januari 2016

Jam

: 16.00 WIB

Dokter/Bidan

: PPDS

Indikasi

: Menilai adekuasi panggul dan pembukaan

Pembukaan

: Tidak ada

Cervix

: Tertutup

Efficement

: 20 %

Selaput Ketuban : jernih


Bagian Terbawah: Bokong
Turunnya

: Hodge II

Posisinya

: Dorso Inferior

Caput

: (-)

Promontorium : Tidak Teraba


Lin.Inominata

: Teraba2/3 anterior

Sacrum

: cekung

S.Ischiadica

: Tidak menonjol

Arcus Pubis

: Tumpul

Cocccigeus

: mobile

Vagina

: DBN

Vulva

: DBN
23

Sarungtangan

:Lendir darah (-), air ketuban (-)

Mekonium

: (-)

Kesan

: Letak Sungsang + AH

PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG TAS
-

JT, Letak Sungsang, AH


FM (+), FHR (+)
BPD : 96 mm
FL : 74 mm
AC : 356 mm
Air ketuban : cukup

Kesan : IUP (37-38 minggu) + Letak Sungsang + JT + B.Inpartu + AH


Hasil laboratorium tanggal 08 Januari 2016:
Hematologi
Darah rutin
Hemoglobin
Hitung eritrosit
Hitung leukosit
Hematokrit
Hitung trombosit

Nilai
14,0
5,0
10.200
43,0
292.000

Nilai Rujukan satuan


12 16
g/dl
3,9 - 5,6
10*5/l
4,000- 11,000
/l
36-47
%
150,000-450,000
/l

Index eritrosit
MCV
MCH
MCHC

85,5
27,7
32,5

80 96
27 31
30 34

Hitung jenis leukosit


Eosinofil
Basofil
N.Stab
N. Seg
Limfosit
Monosit
LED

1
0
0
66
28
5
16

13
01
2 6
5375
2045
48
0-20

fL
pg
%
%
%
%
%
%
%
mm/jam

4.6 DIAGNOSA
24

Kesan : IUP (37-38 minggu) + Letak Sungsang + JT + B.Inpartu + AH


Lapor Supervisor dr.H. Muslich P, Sp.OG
R/ Sectio Caesarea tgl 09/01/2016
Pukul 08.00 WIB
4.7 LAPORAN PERSALINAN
Operator
: dr. H. Muslich P, Sp,OG
Tanggal
: 09/01/2016
Jam
: 13.00 WIB
-

Ibu dibaringkan di meja operasi dengan infuse dan kateter terpasang dengan baik.

Dibawah anestesi spinal, dilakukan tindakan septic dengan cairan antiseptic betadin dan
alkohol 70% pada dinding abdomen lalu ditutup dengan duck steril kecuali lapangan
operasi.

Dilakukan insisi pfanennSteil abdomen sepanjang 10 cm mulai dari kutis, subkutis,

fascia. Fascia digunting kiri dan kanan,


otot diinsisi secara tumpul, Peritoneum digunting, uterus dijahit sampai menembus

subendometrium.
Lahir bayi laki-laki 4300 gr , PB ?, anus (+)
Dilakukan penjahitan lapis demi lapis mulai dari uterus, peritoneum, otot fascia, sub kutis

kutis.
Luka operasi ditutup dengan kasa steril + supratul.
Liang vagina dibersihkan dari sisa sisa darah dengan kapas sublimat hingga bersih..
Keadaan umum ibu post operasi : stabil
Instruksi : Awasi vital sign, kontraksi dan tanda tandaperdarahan
R/ IVFD RL 20 gtt/i
Inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam
Inj. Ketorolac 30 mg/ 8 jam
Inj. Ranitidine 50 mg/ 12 jam

FOLLOW UP
Follow Up Sabtu, tanggal 09 Januari 2016 pukul 06.00 WIB
S :O : Sensorium : Compos Mentis
TD
: 120/90 mmHg
HR
: 70x/menit
RR
: 21x/menit
T
: 36,0C

Anemis
Ikterik
Dyspnoe
Sianosis
Oedem

: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
25

SL

: Abdomen
:Soepel
TFU
: 4 jari bpx
P/V
: (-)
BAK
: (+)via kateter
BAB
: (-)
Flatus
: (+)
Diagnosa : PG + KDR (37-38) mgg + letak sungsang + B.Inpartu + AH
Terapi
: - IV line abocath 18 + three way
- SIO
- Puasa 6-8 jam
- Personal Hygiene

Follow Up Minggu, tanggal 10 Januari 2016


S :O : Sensorium : Compos Mentis
Anemis
: (-)
TD
: 110/80 mmHg
Ikterik
: (-)
HR
: 76x/menit
Dyspnoe
: (-)
RR
: 23x/menit
Sianosis
: (-)
T
: 36,5C
Oedem
: (-)
SL : Abdomen
:Soepel, Peristaltik (+) N
TFU
: 2 jari bawah umbilikus
L/O
: Tertutup verban, kesan kering
P/V
: (-)
BAK
: (+) Via Kateter
BAB
: (-)
Diagnosa : Post SC a/i Letak Sungsang + NH1
Terapi : IVFD RL 20gtt/I
Inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam
Inj. Gentamycin 80 mg/8jam
Inj. Ketorolac 30 mg/ 8 jam
Inj. Ranitidine 50 mg/ 12 jam
Inj. Ditranex/ 8 jam
Follow Up Senin, tanggal 11 Januari 2016
S :O : Sensorium : Compos Mentis
TD
: 130/80 mmHg
HR
: 76x/menit
RR
: 20x/menit

Anemis
Ikterik
Dyspnoe
Sianosis

: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
26

: 36,5C
Oedem
: (-)
SL : Abdomen
:Soepel, Peristaltik (+) N
TFU
: 3 jari bawah umbilicus, kontraksi baik
L/O
: Tertutup verban, kesan : kering
P/V
: (-)
BAK
: (+) Via kateter
BAB
: (-)
Flatus
: (+)
Diagnosa : Post SC a/i Letak Sungsang + NH2
Terapi
: IVFD RL 20 gtt/I
Inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam
Inj. Gentamycin 80 mg/8jam
Asam mefenamat 3 x 500 mg
Grahabion 2 x 1
Syntacol 3 x 1

Follow Up Selasa, tanggal 12 Januari 2016 pukul 06.00 WIB


S :O : Sensorium : Compos Mentis
Anemis
: (-)
TD
: 120/70 mmHg
Ikterik
: (-)
HR
: 76x/menit
Dyspnoe
: (-)
RR
: 20x/menit
Sianosis
: (-)
T
: 36,4C
Oedem
: (-)
SL : Abdomen
:Soepel, Peristaltik (+) N
TFU
: 3 jari bawah umbilikus
L/O
: Tertutup verban, kesan kering
P/V
: (-)
BAK
: (+) Via Kateter
BAB
: (-)
Diagnosa : Post SC a/i Letak Sungsang + NH3
Terapi : IVFD RL 20gtt/I
Cefadroxil 2 x 500 mg
Asam mefenamat 3 x 500 mg
Grahabion 2 x 1
PBJ tanggal 13 JANUARI 2016

27

28

Anda mungkin juga menyukai