PENDAHULUAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
Hemofilia merupakan penyakit gangguan pembekuan darah bawaan yang
pertama dikenal dan sudah banyak diketahui sejak tahun 1911. Pada waktu itu
penyakit hemofilia sudah diketahui sebagai akibat gangguan pembekuan darah
bawaan laki-laki yang diturunkan seorang wanita sehat. (1)
2.2. EPIDEMIOLOGI
Laporan dari badan dunia menyebutkan insidensi hemofilia A berkisar
antara 1 kasus/5000 laki-laki, dan diperkirakan 1/3 diantaranya tidak didapatkan
riwayat keluarga dengan hemofilia. Hemofilia B berkisar antara 1 kasus/25.000 lakilaki, merupakan dari seluruh kasus hemofilia.(3)
Insidensi hemofilia A di Eropa dan Amerika Utara berkisar antara 1 kasus
diantara 5000 bayi laki-laki yang lahir hidup. Insidensi hemofilia B berkisar antara 1
kasus diantara 30.000 bayi laki-laki yang lahir hidup. Di Amerika Serikat prevalensi
hemofilia A berkisar antara 20,6 kasus diantara 100.000 laki-laki dan 60%
diantaranya berat. Sedangkan untuk hemofilia B berkisar antara 5,3 kasus/100.000
laki-laki, 44% diantaranya berat. (3)
Sementara itu menurut Rebecca Elstrom (2002) dari University of
Pennsylvania Medical Center Philadelphia, insidensi hemofilia A pada pria adalah 1 :
5.000, dan insidensi hemofilia B berkisar 1 : 32.000 pria. (4,5)
2.3. ETIOLOGI
Hemofilia A dan hemofilia B disebabkan oleh kerusakan pada pasangan
kromosom. Defek genetik ini berpengaruh pada produksi dan fungsi dari faktor
pembekuan. Semakin sedikit faktor pembekuan tersebut maka semakin berat derajat
hemofili yang diderita. Hemofilia A disebabkan oleh kelainan produksi dari faktor
VIII, sedangkan hemofilia B disebabkan oleh kelainan produksi dari faktor IX. (7)
Meskipun hemofilia merupakan penyakit genetik, hemofilia dapat timbul
secara spontan ketika kromosom yang normal mengalami abnormalitas (mutasi) yang
berpengaruh pada gen untuk faktor pembekuan VIII atau IX. Anak yang mewarisi
mutasi tersebut dapat lahir dengan hemofilia atau dapat juga hanya sebagai carrier. (7)
(6)
2.4. PATOFISIOLOGI
Mekanisme pembekuan normal pada dasarnya dibagi 3 jalur yaitu : (1)
1. Jalur intrinsik, jalur ini dimulai aktivasi F XII sampai terbentuk F X aktif.
2. Jalur ekstrinsik, jalur ini mulai aktivasi F VII sampai terbentuk F X aktif.
3. Jalur bersama (common pathway), jalur ini dimulai dari aktivasi F X sampai
terbentuknya fibrin yang stabil.
Faktor XII
Tromboplastin
Faktor XI
jaringan
Faktor IX
Faktor VII
Faktor trombosit 3
Faktor X
Intrinsik
Faktor V
Ekstrinsik
Faktor IV
Protrombin
Trombin
Semua faktor yang diperlukan dalam sistem pembekuan intrinsik terdapat dalam
darah dalam bentuk inaktif, sedangkan sistem ekstrinsik bergantung kepada suatu
lipoprotein, tromboplastin, atau faktor III, yang dilepaskan dari dalam sel yang rusak
Jalur intrinsik
Jalur ekstrinsik
PK
HMWK
XII
XIIa
XI
XIa
IX
Tissue factor
IXa
VIIa
VIII
Ca
PG
Ca
Xa
VII
V
Pf
Fibrinogen
3
Ca
Protrombin
Trombin
Fibrin
Faktor VIII adalah glikoprotein yang dibentuk di sel sinusoidal hati. Produksi
FVIII dikode oleh gen yang terletak pada kromosom X. di dalam sirkulasi FVIII akan
membentuk kompleks dengan faktor von Willebrand. Faktor von Willibrand adalah
protein berat molekul besar yang dibentuk di sel endotel dan megakariosit. Fungsinya
sebagai protein pembawa FVIII dan melindunginya dari degradasi proteolisis. Di
samping itu faktor von Willebrand juga berperan pada proses adhesi trombosit. Faktor
VIII berfungsi pada jalur intrinsik sistem koagulasi yaitu sebagai kofaktor untuk F
IXa dalam proses aktivasi F X (lihat skema koagulasi). Pada orang normal aktifitas
faktor VIII berkisar antara 50-150%. Pada hemofilia A, aktifitas F VIII rendah. faktor
VIII termasuk protein fase akut yaitu protein yang kadarnya meningkat jika terdapat
kerusakan jaringan, peradangan, dan infeksi. Kadar F VIII yang tinggi merupakan
faktor resiko trombosis. Faktor IX adalah faktor pembekuan yang dibentuk di hati
dan memerlukan vitamin K untuk proses pembuatannya. Jika tidak tersedia cukup
vitamin K atau ada antagonis vitamin K, maka yang terbentuk adalah protein yang
mirip F IX tetapi tidak dapat berfungsi. Gen yang mengatur sintesis F IX juga terletak
pada kromosom X. Faktor IX berfungsi pada jalur intrinsik sistem koagulasi yaitu
mengaktifkan faktor X menjadi Xa (lihat skema koagulasi). Nilai rujukan aktifitas F
IX berkisar 50-150%. Aktifitas F IX rendah dijumpai pada hemofilia A, defisiensi
vitamin K, antikoagulan oral, penyakit hati. (8)
b.
c.
d.
Sub hemofilia
Beberapa penulis menyamakannya dengan karier hemofilia. Kadar F VIII C
26-50%. Biasanya tidak disertai gejala perdarahan. Gejala mungkin terjadi
sesudah suatu operasi besar dan lama.
Salah satu gejala khas dari hemofilia adalah hemarthrosis yaitu perdarahan ke
dalam ruang sinovia sendi, misalnya pada sendi lutut. Persendian besar lainnya
seperti lengan dan bahu juga dapat terkena. Perdarahan ini bisa dimulai dengan luka
kecil atau spontan dalam sendi. Darah berasal dari pembuluh darah sinovia, mengalir
dengan cepat mengisi ruangan sendi. Penderita dapat merasakan permulaan
timbulnya perdarahan pada sendi ini karena ada rasa panas. Akibat perdarahan, timbul
rasa sakit yang hebat, menetap disertai engan spasme otot, dan gerakan sendi yang
terbatas. Karena perdarahan berlanjut, tekanan di dalam ruangan sendi terus
meningkat dan menyebabkan iskemia sinovia dan pembuluh-pembuluh darah
kondral. Keadaan ini merupakan permulaan kerusakan sendi yang permanen. (3)
Akibat perdarahan yang berulang pada sendi yang sama, sering terjadi
peradangan dan penebalan jaringan sinovia, kemudian terjadi atropi otot. Keadaan
10
11
memar. Pasien juga kadang mengeluhkan demam, kelemahan, dan takikardia jika
terjadi perdarahan yang masif. (6)
2.6. PEMERIKSAAN
Ada beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan pada penderita hemofilia A,
B dan C, diantaranya : (3,6)
1. Pemeriksaan laboratorium :
Derajat berat ringannya hemofilia didasarkan pada konsentrasi FVIII atau FIX
di dalam plasma.
o
Pada neonatus yang lahir prematur, kadar FIX lebih rendah 20-50% dari
kadar normal, dan akan kembali normal setelah jangka waktu 6 bulan.
sedangkan FVIII normal selama periode tersebut.
12
Untuk
penghambat
autoantibody
dan
alloantibody,
akan
terjadi
perpanjangan aPTT setelah pemberian plasma dalam jangka aktu 1-2 jam.
o
CBC
Kadar faktor XI
Prothrombin time (PT), aPTT, and thrombin time (TT) : aPTT memanjang
jika terjadi defisiensi faktor XI, dimana PT dan TT normal. Pengukuran
spesifik aktifitas faktor XI sangat diperlukan untuk konfirmasi diagnosis.
Selain itu juga diperlukan pengukuran faktor pembekuan lainnya serta
13
MRI digunakan untuk evaluasi kartilago, sinovial dan hubungan antara sendi.
demikian,
pemeriksaan
radiologis
dapat
dilakukan
untuk
14
kerusakan dari kartilago. Ada beberapa tahapan yang terlihat dari pemeriksaan
histologis untuk menunjukkan adanya artropati hemofilia yang dimulai dengan
adanya edema intraartikular dan periartikular; terjadinya erosi yang luas dari
kartilago yang menyebabkan hubungan antara sendi menghilang, terjadi fusi dari
sendi, dan pembentukan fibrosis dan kapsul sendi.
Analisis genetik pada hemofilia C digunakan untuk mengetahui adanya
mutasi dari gen faktor XI yang menyebabkan terjadinya defisiensi.
2.7. DIAGNOSIS
Diagnosis hemofilia dibuat berdasarkan riwayat perdarahan, gambaran klinik
dan pemeriksaan laboratorium. Pada penderita dengan gejala perdarahan atau riwayat
perdarahan, pemeriksaan laboratorium yang perlu diminta adalah pemeriksaan
penyaring hemostasis yang terdiri atas hitung trombosit, uji pembendungan, masa
perdarahan, PT (prothrombin time masa protrombin plasma), APTT (activated
partial thromboplastin time masa tromboplastin parsial teraktivasi) dan TT
(thrombin time masa trombin). Pada hemofilia A atau B akan dijumpai
pemanjangan APTT sedangkan pemeriksaan hemostasis lain yaitu hitung trombosit,
uji pembendungan, masa perdarahan, PT dan Ttdalam batas normal. Pemanjangan
APTT dengan PT yang normal menunjukkan adanya gangguan pada jalut intrinsik
sistem pembekuan darah. Faktor VIII dan IX berfungsi pada jalur intrinsik sehingga
defisiensi salah satu faktor pembekuan ini akan mengakibatkan pemanjangan APTT
yaitu tes yang menguji jalur intrinsik sistem pembekuan darah. (8)
15
16
2.9. KOMPLIKASI
Sebelum penggunaan terapi pengganti diketahui, pasien dengan hemofilia
berat A dan B, memiliki kesempatan hidup yang pendek dan kualitas hidup yang
rendah berkaitan dengan terjadinya artropati hemofilia. Beberapa komplikasi yang
sering terjadi antara lain : (1,3)
Komplikasi virus yang timbul antara lain infeksi HIV. Kematian pertama kali
dilaporkan tahun 1980 yang berkaitan dengan hemofilia dan HIV. Rata-rata
serokonversi lebih dari 75% untuk penyakit yang berat, 46% untuk yang moderat,
dan 25% untuk penyakit yang ringan. Pada kasus hemofilia berat, serkonversi
yang diobservasi rata-rata 46%. Di Amerika Serikat kematian akibat hemofilia
meningkat dari 0,4 kematian per 1 juta penduduk dari tahun 1979-1981 menjadi
1,2 kematian per 1 juta penduduk pada tahun 1987-1989. penyebab kematian
terutama disebabkan perdarahan intrakranial dan perdarahan lainnya dari AIDS
serta serosis hepatis.
Komplikasi lainnya adalah penyakit hepatitis dan sirosis hepatis. Jika ini terjadi
maka angka kematian akan meningkat menjadi 1,2 kali lebih banyak
dibandingkan kematian hemofilia murni.
17
Perdarahan intrakranial terjadi pada 2-8% penderita dan hal ini menyebabkan
kematian. Perdarahan lainnya yang dapat timbul terutama pada jaringan lunak
akibat obstruksi saluran napas atau kerusakan organ dalam.
Diperkirakan 25% anak-anak dengan hemofilia pada usia 6-18 tahun akan
terhambat pertumbuhan skil dan kemampuan kognitifnya demikian pula halnya
dalam emosi dan masalah perilaku.
Kadar faktor XI tidak berkaitan dengan tendensi perdarahan pada hemofilia C,
18
orang normal ialah 1 u/ml adalah sama dengan 100%. Tabel berikut akan menjelaskan
pengobatan hemofilia dengan kriopresipitat. (1)
Komponen utama krioprisipitat adalah faktor VIII atau anti hemophylic
globulin. Penggunaannya ialah untuk menghentikan perdarahan karena berkurangnya
AHG di dalam darah penderita hemofili A. Faktor VIII atau AHG ini tidak bersifat
genetic marker antigen seperti granulosit, trombosit atau eritrosit, tetapi pemberian
yang berulang-ulang dapat menimbulkan pembentukan antibodi yang bersifat
inhibitor terhadap faktor VIII karena itu pemberiannya tidak dianjurkan sampai
dosis maksimal, tetapi diberikan sesuai dosis optimal untuk suatu keadaan klinis.
Untuk jelasnya terlihat dalam tabel kutipan ini. (15)
Tabel 1. Hubungan faktor VIII dan simtom pada perdarahan pada hemofili
Kadar faktor VIII (%)
Simptom
<1
1-5
5-25
25-30
Tabel 2. Hubungan faktor VIII dan simtom pada perdarahan pada hemofili
19
Lesi
Kadar
Hemarthrosis
faktor
VIII
normal)
BB)
15 20%
10-15
20-40%
15-20
ringan,
hematoma
otot
di
daerah-daerah penting
Operasi besar
80-100%
40-50
Setiap kantong krioprisipitat mengandung 150 U faktor VIII, sedangkan
krioprisipitat produksi LPTD-PMI ditaksir hanya mengandung 100 U faktor
VIII/kantong. Hal ini disebabkan karena darah yang diambil dari donor lebih sedikit.
Cara pemberian krioprisipitat aialah dengan menyuntikkan intravena langsung tidak
melalui tetesan infus. Komponen tidak tahan pada suhu kamar, jadi pemberiannya
sesegera mungkin setelah komponen mencair. (11)
Tabel 3. Pengobatan hemofilia dengan kriopresipitat. (1)
Jenis perdarahan
Ringan
VIII Dosis
diinginkan (%)
(u/kg/bb)
30%
20
IX
mula
30
(u/kg/bb)
u/kgBB seterusnya
diberikan
15 10 u/kgBB tiap 12
50%
Dosis
mula
hari
30 Dosis
mula
60
seterusnya
100%
mula
60
DDAVP
Suatu hormon sintesis anti diuretik yaitu 1-deamino-8-D-arginine vasopressine
(DDAVP) dapat menaikkan kadar F VIII C. Pada hemofilia ringan sampai sedang
obat ini menaikkan kadar F VIII C 3-6 kali lipat. Diberikan pada hemofilia dan
penyakit vol Willebrand dengan dosis 0,2-0,5 ug/kgBB. Obat ini dilarutkan dalam
30 cc garam fisiologis dan diinfus selama 15-20 menit. Dapat diulang dalam
21
beberapa jam. Infus yang diberikan dengan cepat dapat menimbulkan takikardia
dan muka menjadi merah. Hasil pengobatan sangat bervariasi.
2.
3.
Kortikosteroid
Pada sinovitis akut yang terjadi sesudah serangan akut hemarthrosis pemberian
kortikosteroid sangat berguna. Kortikosteroid juga diberikan bila timbul anti
koagulan atau reaksi anafilaksis sesudah pemberian kriopresipitat.
4.
Analgetik
Bila terjadi suatu rasa sakit yang hebat pada sendi, atau rasa sakit sebab lainnya,
obt analgetik dapat diberikan. Sebaiknya aspirin harus dihindarkan, begitu pula
obat analgetik lainnya yang mengganggu agregasi trombosit.
Pengobatan utama pada penderita hemofilia C terutama dengan pemberian
produk plasma (FFP). Keuntungan pemberian FFP ini adalah mudah dilakukan,
22
sedangkan kerugiannya dalam bentuk dapat terjadi over volume darah, potensial
untuk transmisi agen infektif, dan kemungkinan terjadi reaksi alergi. Fresh frozen
plasma ini juga dapat digunakan jika tidak didapatkan konsentrat faktor XI. Dosis
pemberian untuk loading dose adalah 15-20 mL/kg IV, yang selanjutnya diberikan 36 mL/kg 4 kali 12 jam setelah hemostasis terjadi. Selama pemberian harus selalu
dimonitor overload cairan terutama pada anak-anak kecil; adanya reaksi alergi;
premedikasi yang diberikan adalah acetaminophen dan anti histamin (seperti
diphenhydramine) untuk mengurangi reaksi alergi. (6)
Para ahli saat ini telah mengembangkan pengetahuan dalam kerangka terapi
hemofilia dengan spesifikasi khusus dari beberapa jenis trauma perdarahan antara lain
: (13)
1. Trauma kepala
Trauma yang signifikan (seperti jatuh dari tangga, jatuh saat bermain dan lainlain), walau tanpa ada gejala yang berat. Maka koreksi harus tetap diberikan
100% dan dilakukan pemeriksaan CT scan. Pemberian koreksi diberikan 3050% per 12 jam setelahnya dapat dilakukan 1 atau 2 kali lagi.
23
Anak dengan hemofilia berat dan ada riwayat perdarahan intrakranial maka
harus diberikan tindakan profilaksis.
2.
3.
4.
Compartment Syndrome
Kalau terjadi keadaan ini maka koreksi harus segera dilakukan (70-100%),
diulangnya lagi 12 jam kemudian sebanyak 30-50%.
5.
Hemarthrosis
Jika terjadi hemarthrosis maka direkomendasikan untuk dilakukan terapi intensif.
Setiap ada hemarthrosis harus dilakukan infus dari faktor pembekuan, kemudian
dilakukan follow up untuk menilai hasil terapi.
24
6.
7.
Hematuria
Hematuria yang dikaitkan dengan trauma abdomen atau tulang belakang. Maka
harus dilakukan pemeriksaan ultrasonografi atau radiologis lainnya, dan
dilakukan pemberian terapi pengganti.
8.
Fraktur
Pada sebagian besar fraktur diperlukan faktor pengganti untuk jangka waktu 5-7
hari. Terapi awal diberikan korekti 70% selanjutnya kemudian diberikan kadar
30%, tergantung dari berat ringannya fraktur.
2.11. PROGNOSIS
Pemberian profilaktik anti hemofili faktor lebih awal secara dramatis dapat
mengurangi morbiditas dan mortalitas penderita hemofilia A dan B. Angka bertahan
hidup penderita dapat mencapai 11 tahun atau kurang tergantung dari beratnya
penyakit dan pengobatan yang diberikan. Prognosis ini akan diperburuk oleh
25
komplikasi virus yang terjadi selama pemberian terapi pengganti. Demikian juga
halnya jika terjadi perdarahan intrakranial maupun organ vital lainnya.(3)
Prognosis penderita hemofilia C dengan defisiensi parsial cukup baik apalagi
jika tidak didapatkan manifestasi perdarahan. Sedangkan pada pasien dengan tendensi
perdarahan, perdarahan organ harus diobati dengan optimal untuk mencegah
terjadinya pemburukan diagnosis. Jika terjadi perdarahan masif maka diagnosisnya
menjadi jelek. (6)
2.12. PENCEGAHAN
Hemofilia tidak dapat dicegah. Namun ada beberapa hal sebagai tindakan
preventif yaitu pencegahan terjadinya perdarahan akibat trauma disamping
pencegahan terhadap terjadinya trauma sendiri. (9)
Kalau seseorang mengidap hemofilia maka beberapa hal yang harus
diperhatikan :
-
Vaksinasi tetap dilakukan pada semua orang termasuk pada bayi, terutama untuk
vaksin hepatitis B.
selama masa kehamilan harus diperiksa kemungkinan adanya defek genetik pada ibu
hamil untuk mengetahui adanya carrier pada ibu. Beberapa tindakan yang dapat
26
dilakukan antara lain amniocentesis dan chorionic villus sampling (CVS), dengan
pemeriksaan ini dapat diketahui adanya defek genetik pada fetus yang menyebabkan
terjadinya hemofilia. Jika diketahui fetus memiliki hemofilia, maka tindakan terpilih
yang dapat dilakukan adalah melakukan terminasi kehamilan, walau ini masih
kontroversial pada beberapa negara terutama untuk kehamilan trimester II dan III.
Jika ibu tetap menginginkan untuk melanjutkan kehamilannya maka harus diberikan
penjelasan mengenai keadaan bayinya nanti dan tindakan persalinan yang akan
dilakukan. (9)
BAB 3
KESIMPULAN
27
hemofili yang diderita. Hemofilia A disebabkan oleh kelainan produksi dari faktor
VIII, sedangkan hemofilia B disebabkan oleh kelainan produksi dari faktor IX.
Salah satu gejala khas dari hemofilia adalah hemarthrosis yaitu perdarahan ke
dalam ruang sinovia sendi, misalnya pada sendi lutut. Persendian besar lainnya
seperti lengan dan bahu juga dapat terkena. Perdarahan ini bisa dimulai dengan luka
kecil atau spontan dalam sendi. Darah berasal dari pembuluh darah sinovia, mengalir
dengan cepat mengisi ruangan sendi.
Diagnosis hemofilia dibuat berdasarkan riwayat perdarahan, gambaran klinik
dan pemeriksaan laboratorium. Pada penderita dengan gejala perdarahan atau riwayat
perdarahan, pemeriksaan laboratorium yang perlu diminta adalah pemeriksaan
penyaring hemostasis yang terdiri atas hitung trombosit, uji pembendungan, masa
perdarahan, PT (prothrombin time masa protrombin plasma), APTT (activated
partial thromboplastin time masa tromboplastin parsial teraktivasi) dan TT
(thrombin time masa trombin).
28
DAFTAR PUSTAKA
29
Jacksonville.
Copyright
2012,
eMedicine.com,
Inc.
Http://www.
eMedicine.com.html
4. Elstrom R. Hemophilia A. University of Pennsylvaina Medical Center,
Phiiladelphia, PA. Review provided by VeriMed Healthcare Network.
Http://www.ADAM.Com.Inc.
5. Mathew P. Hemophilia C. Montoya Hemophilia Center. Department of
Pediatrics, University of New Mexico. Copyright 2002, eMedicine.com, Inc.
Http://www. eMedicine.com.html
6. Healthwise,Incorporated.Hemophilia.Http://www.Healthwise.Inc.Html.
30