Anda di halaman 1dari 4

Apa yang belum dapat dijelaskan pleh pendekatan ini adalah mengevaluasi konsekuensi dari

kekuatan politik dan kebijakan public desentralisasi baik yang kuat maupun lemah. Selama
output dari sistem diperhatikan, beberapa studi kebijakan mempertanyakan apakah satu sistem
dari control pusat akan menghasilkan keseragaman dalam pengambilan kebijakan daerah atau
membolehkan adanya keberagaman keputusan politik daerah yang nantinya dapat dijelaskan
berdasarkan sifat sistem politik daerah. Namun, pendekatan ini tidak memperhatikan perbedaan
tingkat desentralisasi pada output yang demikian. Variasi di antara sifat internal dari masyarakat
local, seperti ukuran populasi dan sumber pendapatan telah dianalisa untuk melihat jika
keduanya berhubungan dengan variasi pada tingkat otonomi. Tetapi tingkat desentralisasi belum
dapat menjelaskan dampak yang mungkin terjadi dari adanya variasi.
Pendekatan di atas belum secara keseluruhan memperhatikan kekuatan politik dibalik perubahan
satu arah atau yang lain, dan kecenderungan terhadap sentralisasi di beberapa Negara. Untuk
melakukan hal ini diperlukan hubungan antar pemerintah yang ditempatkan pada konteks yang
lebih luas dari biasanya dan pemeriksaan faktor politik yang melintasi dimensi pusat-daerah pada
hubungan dalam Negara.
Masyarakat Politik
Pendekatan alternative hubungan antar pemerintah ditemukan dalam masyarakat ilmu poltik dan
sebagian masyarakat kota. Dalam pendekatan ini sebagian besar perhatian dialihkan ke kekuatan
politik di dalam masyarakat termasuk di dalamnya beragamnya kepentingan,golongan elite, dll;
dan untuk membandingkan pentingnya variable ekonomi, politik, dan sosial pada output
kebijakan. Output dari pemerintah masyarakat telah dijelaskan berdasarkan sifat internal atau
atribut structural dari suatu wilayah contonhya nilai yang dominan dalam masyarakat, sejauh
mana kekuasaan terkonsentrasi, tingkat integrasi masyarakat, atau struktur formal dari sistem
pemerintahan daerah. Tingkat desentralisasi diasumsikan sebagai faktor konstan, terlepas dari
apa yag dikatakan Fesler tentang wilayah tertentu, provinsi, dan pemerintahan daerah yang
diperlakukan berbeda dalam praktekknya (Fesler, 1965, p. 537)
Ketika murid2 kekuasaan masyarakat mengalihkan perhatian mereka pada interpenetrasi tingkat
pemerintahan terutama pada otonomi daerah. Desentralisasi dilihat sebagai satu dari banyak
variable yang mempengaruhi otonomi daerah (Clark,1973). Karakteristik masyarakat daerah

yang relevan dengan otonomi politik daerah adalah sumber daya alam, sosial, dan ekonomi, serta
perbedayaan budaya dan struktur politik.
Pendekatan hubungan antar pemerintah yang demikian penting dan sah karena membedakan
antara hubungan pusat-daerah dan otonomi daerah. Otonomi adalah salah satu fungsi dari banyak
aspek dalam politik nasional dan daerah. Hal ini harus dipertanggungjawabkan masing-masing
oleh struktur ekonomi, sosial, dan politik yang berada di luar hubungan antara tingkat lembaga
yang berbeda dalam hirarki Negara. Perubahan pola hubungan yang sering dilakukan oleh
reformis administrasi tidak terlalu berdampak pada otonomi seperti yang dikehendaki. Di
Perancis, kekuatan tokoh masyarakat menguatkan lokalitas dalam konfliknya dengan pusat,
sementara di USA ketentuan desentralis pada konstitusi Negara hamper tidak mungkin dapat
mencegah sentralisasi.
Pertanyaan apakah variasi pada desentralisasi atau perlimpahan manajemen urusan daerah oleh
perwakilan daerah dari pusat membawa perubahan pada hasil politik tetap belum terjawab.
Batasan yang dibuat pada otonomi daerah perlu dipisahkan dari aspek stuktur ekonomi-sosial
yang relevan sebelum sebah jawaban dari pertanyaan ini dapat ditemukan.
Politik antar organisasi
Sebuah pembeda telah terbentuk antara desentralisasi dengan otonomi, dan sebelumnya telah
ditunjukkan bahwa diskusi tentang hubungan formal antar tingkat pemerintahan tidaklah lengkap
tanpa pengujian terhadap aspek lain politik yang relevan dengan alokasi kekuasaan territorial.
Pemerintah pusat tidak selalu ingin atau mampu mengunakan control yang mereka miliki, dan
beberapa wilayah pemerintahan memiliki sumber daya dapat menahan mereka dari tekanan
pemerintah pusat. Terdapat kesempatan yang besar untuk melakukan tawar-menawar, negosiasi,
dan berinisiatif. Pemerintahan daerah berbeda dalam kemauan mereka menggunakan sumber
daya politik, keuangan, hokum, dan administrasi untuk menekan control dari pusat. Interaksi
adalah istilah yang tepat dari pada control ketika mendeskripsikan hubungan pusat-daerah.
Kerjasama, kolusi, dan kompetisi mencirikan hubungan antara pemerintah sebanyak paksaan.
Kerjasama terjadi karena setiap satuan politik menawarkan suatu nilai pada pihak lain (terutama
dalam kasus transfer keuangan). Demikian juga pada semua aspek pemerintahan multi
organisasi, kita tidak seharusnya berharap untuk menemukan kebijakan tunggal pada setiap

bidang fungsional yang diperjuangkan oleh semua kesatuan. Nantinya aka nada kebijakan
berbeda yang diusahakan oleh lembaga lain dengan kemampuan, pemiih, dan selera yang
berbeda. Studi tentang hubungan antar pemerintahan perlu mengabaikan kekhususannya pada
hirarki formal otoritas mereka dan focus pada jaringan dari actor yang bermusuhan dan saling
bergantung yang terlibat dalam penawaran tetap dan pembentukan sekutu.
Interaksi dan ketergantugan yang demikian antar tingkat pemerintahan dipengaruhi oleh banyak
faktor politik dan organisasional, seperti kebijakan pusat yang tidak konsisten dan pengaruh
daerah terhadap proyek dan prioritas pusat. Teknologi juga relevan untuk melakukan control.
Jarak juga mungkin penting. Diskresi pada tingkat daerah mungkin semakin kuat, terutama di
Negara kurang berkembang, di mana jarak menghambat efektivitas dan frekuensi pengawasan
pemerintah pusat. Karenanya, keputusan untuk membedakan tingkat desentralisasi di suatu
Negara akan diimbangi dengan faktor geografis, demografis, politik, dan ekonomi.
Pengetahuan tentang hal ini telah menuntun siswa2 hubungan antar pemerintah untuk beralih ke
sosiologi organisasi dan mencari inspirasi dari studi tentang jaringan antar organisasi. Penjelasan
sepenuhnya dari sebuah pendekatan berdasarkan adaptasi yang demikian telah disediakan oleh
Rhodes. Rhodes merasa bahwa model populer dari hubungan pusat-daerah yaitu sebagai mitra
atau agensi tidak dapat dideskripsikan dengan memadai. Hubungan tersebut terlalu sering
dijelaskan secara hokum dan ditampilkan sebagai satu kesatuan dimensi daripada banyak/multi
dimensi. Pusat ditampilkan sebagai entitas politik yang terdiri dari keberagaman lembaga dalam
jumlah yang besar. Demikian juga dengan otoritas daerah.
Pendekatan alternative berdasarkan analisis antar organisasi menjelaskan hubungan antara pusat
dan daerah sebagai suatu sistem yang kompleks dari ketergantungan. Organisasi2 dinilai masih
tergantung pada pihak lain yang membangun bagian dari lingkungannya. Strategi harus
digunakan dalam mengatur ketergantungan (di mana semua organisasi pasti pernah
mengalamaniya) pada pihak lain untuk sumber daya yang diperlukan. Suatu organisasi focal
harus dipelajari baik sebagai bagian dari satu kesatuan organisasi dengan segala macam
interaksinya maupun sebagai suatu jaringan dengan dampak langsung yang luas/sempit, batas
yang sangat sulit dibatasi secara empiris. Di dalam domainnya, atau sasaran dan tujuan, suatu
organisasi harus menetapkan legitimasi di hadapan anggota lain organisasi.

Politik di dalam dan di antara organisasi berpusat pada strategi kerja oleh koalisi dominan
organisasi untuk mengamankan sumber daya yang dibutuhkan. Kekuasaan dalam konteks antarorganisasi bersifat timbale balik karena semua organisasi pernah mengalami keadaan
ketergantungan sebelum berkuasa. Kekuasaan dan ketergantungan membuka akses untuk 5 tipe
sumber daya: keuangan, akses politik dan dukungan, keahlian professional, yurisdiksi, dan
hubungan administrasi. Informasi dan keahlian sebagian telah banyak diketahui sebagai sumber
daya politik yang dapat menguatkan kekuasaan pemerintah di tingkat yang lebih rendah.
Sebaliknya, kekurangan dalam keahliah teknis dan informasi dapat merusak kekuasaan yang
didelegasikan kepada pemerintah daerah. Variasi dalam ketergantungan antar organisasi
menentukan struktur gabungan organisasi( ukuran, kekompakan, keberagaman interaksi). Variasi
juga menentukan cirri-ciri perilaku, di antaranya frekuensi, daya tahan, intensitas, dan bentuk
interaksi antar organsasi. Koalisi yang dominan dapat menggunakan strategi kerjasama maupun
konflik, keterlibatan gangguan, manipulasi, dan otoritas.
Ketika kntrol harus digunakan sebagai intervensi yang benar oleh pemerintahan dengan level
yang lebih tinggi, efektivitas mereka mungkin akan sangat bergantung pada persetujuan
kepentingan dan lembaga untuk dikontrol. Banyak strategi berneda yang ada untuk mengurangi
konflik dan perjannjian aman, termasuk persuasi, pemecahan masalah, tawar-menawar, paksaan,
pengurangan kmpleksitas masalah serta pembatasan ruang lingkup dan isi kebijkan public.
Kemungkinan ketidaksetujuan d antara tingkat pemerinthan dipengaruhi oleh jumlah partisipan,
pengalaman kerjasama sebelumnya, konteks plitik, dan karakteristikdari kasus itu sendiri.
Kerangka pemikiran untuk analisis ini semestinya sangat berguna bagi penelitian di masa depan
karena mempunyai manfaat yang luar biasa, yaitu secara eksplisit menolak pemikiran bahwa
hubungan antar tingkat pemerintahan di Negara yang kontemporer beroperasi di setiap dimensi
tunggal, dengan kedua tingkat bersatu dalam perlawanan terhadap sentralisasi yang berlebihan
atau kecendrungan desentralisasi. Hal ini menarik perhatian pada sifat fragmentasi pemerintah
pusat dan daerah serta menunjukkan pemerintah daerah terbagi menjadi seluruh sistem atau suatu
otoritas daerah individu. Kerangka pemikiran ini juga menyajikan metode yang sistematis untuk
menganalisis sumber daya yang tersedia pada tingkat pusat dan daerah dalm konfliknya satu
sama lain. Hal ini juga mengakui bahwa ada kemungkinan kerjasama antar organisasi maupun
antar tingkatan pemerintahan.

Anda mungkin juga menyukai