TINJAUAN PENYAKIT
1
DEFINISI
Gagal ginjal kronik (GGK) adalah kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi
3 bulan berupa kelainan struktural maupun fungsional dengan atau tanpa penurunan
Laju filtrasi ginjal yang bermanifestasi dengan adanya kelainan patologis dan terdapat
tanda kelainan pada ginjal, kelainan tersebut dapat berupa komposisi darah, urin, atau
kelainan pada tes pencitraan (imaging test).
Gagal
ginjal
kronis
menunjukkan
kegagalan
fungsi
ginjal
untuk
KLASIFIKASI
National Kidney Foundations Kidney Dialysis Outcomes and Quality Initiative
ETIOLOGI
2.
Usia lanjut
Riwayat keluarga
Peradangan sistemik
Dislipidemia
Diabetes mellitus
Hipertensi
Penyakit autoimun
Toksisitas obat
3. Faktor perkembangan (Progression factors) mempercepat penurunan fungsi
ginjal setelah inisiasi kerusakan ginjal.
Hipertensi
Proteinuria
Merokok
4
PATOFISIOLOGI
1. Penurunan fungsi renal
Produk akhir metabolisme protein (yang normalnya disekresi ke dalam urin)
tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh.
Semakin banyak timbunan produk sampah, maka gejala akan semakin berat.
2. Gangguan Klirens Renal
Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari penurunan jumlah
glomeruli yang berfungsi, yang menyebabkan penurunan klirens substansi darah
yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal.
3. Penurunan Laju Filtrasi Glomerulus (GFR)
Dapat dideteksi dengan mendapatkan urin 24 jam untuk pemeriksaan klirens
kreatinin. Menurunnya filtrasi glomerulus (akibat glomeruli tidak berfungsi)
klirens kreatinin akan menurun dan kadar kreatinin serum akan meningkat.
Selain itu, kadar nitrogen urea darah (BUN) biasanya meningkat. Kreatinin
serum merupakan indikator yang paling sensitif dari fungsi renal karena
substansi ini diproduksi secara konstan oleh tubuh. BUN tidak hanya
dipengaruhi oleh penyakit renal, tetapi juga oleh masukan protein dalam diet,
katabolisme, (jaringan dan luka RBC) dan medikasi seperti steroid.
4. Retensi Cairan dan Natrium
Ginjal tidak mampu untuk mengkonsentrasikan atau mengencerkan urin secara
normal pada penyakit gagal ginjal kronis: respon ginjal yang sesuai terhadap
perubahan masukan cairan dan elektrolit sehari-hari, tidak terjadi. Pasien
menahan natrium dan cairan, meningkatkan risiko terjadinya edema, gagal
jantung kongestif dan hipertensi. Hipertensi juga dapat terjadi akibat aktivasi
aksis Renin-Angiotensin (RA) dan kerjasama keduanya meningkatkan sekresi
Aldosteron. Pasien lain mempunyai kecendrungan untuk kehilangan garam:
mencetuskan risiko hipotensi dan hipovolemia. Muntah dan diare menyebabkan
penipisan air dan natrium yang dapat memperburuk status uremik.
5. Asidosis
untuk menghasilkan
produksi eritropoetin menurun dan anemia berat terjadi, disertai keletihan, angina
dan nafas sesak.
7. Ketidakseimbangan Kalsium dan Fosfat
Abnormalitas utama yang lain pada gagal ginjal kronis adalah gangguan
metabolisme kalsium dan fosfat. Kadar serum kalsium-fosfat tubuh berbanding
terbalik. Jika salah satu meningkat maka yang lain menurun. Penurunan kadar
kalsium serum menyebabkan
MANIFESTASI KLINIK
Pada umumnya penderita CKD stadium 1-3 tidak mengalami gejala
apa-apa atau tidak mengalami gangguan keseimbangan cairan, elektrolit,
endokrin dan metabolik yang tampak secara klinis (asimtomatik). Gangguan
yang tampak secara klinis biasanya baru terlihat pada CKD stadium 4 dan 5.
Beberapa gangguan yang sering muncul pada pasien CKD anak adalah:
gangguan pertumbuhan, kekurangan gizi dan protein, gangguan elektrolit,
asidosis, osteodistrofi ginjal, anemia dan hipertensi
Urin : volume <40 ml/24 jam (oliguria). Warna keruh, berat jenis kurang dari
pasien dengan gangguan ginjal untuk menghindari terjadinya gagal ginjal akut.
MRI : Sangat bermanfaat pada pasien yang membutuhkan pemeriksaan CT
tetapi tidak dapat menggunakan kontras. MRI dapat dipercaya untuk
mendeteksi adanya trombosis vena renalis. Magnetic resonance angiography
Pemeriksaan
ini
lebih
sensitif
dibandingkan
intravenous
I.7 PENATALAKSANAAN
A. Terapi Non Farmakologi
1. Diet rendah protein ( 0,6-0,75 g/kg/hari ) dapat menunda perkembangan CKD
pada pasien dengan atau tanpa diabetes. Asupan rendah protein mengurangi
beban eksresi ginjal sehingga menurunkan hiperfiltrasi glomerulus, tekanan
intraglomerulus, dan cedera sekunder pada nefron.
2. Diet rendah kalium (40-80 mEq/hari), kerena keadaan dengan tingginya
kalium dalam darah memiliki resiko terjadinya kelainan jantung yaitu aritmia
yang dapat memicu terjadinya cardiac arrest yang merupakan penyebab
kematian mendadak.
3. Kebutuhan jumlah kalori (sumber energi) untuk CKD harus adekuat yaitu
untuk mempertahankan keseimbangan postitif nitrogen, memelihara status
nutrisi dan gizi. Rekomendasi asupan energi untuk penderita CKD dengan
terhadap
anemia
menyebabkan
hipertrofi
ventrikel
dan
10
11
12
7. Asidosis Metabolik
Asidosis metabolik harus segera dikoreksi karena dapat menigkatkan
serum K+ (hiperkalemia).
13
8. Malnutrisi
Malnutrisi Protein - energi umum terjadi pada pasien dengan stadium 4
atau 5 CKD.
Asupan makanan sering tidak memadai karena anoreksia, sensasi rasa
peritoneal.
Asupan energi harian harus 35 kkal/kg untuk pasien yang menjalani
dialisis . intake harus diturunkan untuk 30 sampai 35 kkal/kg untuk pasien
1. Hemodialisis
Tindakan hemodialisis bertujuan untuk membersihkan sisa hasil metabolisme,
membuang kelebihan cairan, mengoreksi elektrolit dan memperbaiki gangguan
keseimbangan basa pada penderita CKD akibat dari fungsi ginjal yang rusak,
seperti air, natrium, kalium, hidrogen, urea, kreatinin, asam urat, dan zat lain.
14
Indikasi tindakan terapi dialisis meliputi indikasi absolut dan indikasi elektif,
yang termasuk indikasi absolut yaitu perikarditis, uremik enselopati/neuropati,
bendungan paru, dan kelebihan cairan yang tidak responsif dengan diuretik,
hipertensi refrakter, muntah persisten, dan Blood Uremic Nitrogen (BUN)
>120 mg/dl dan kreatinin >10 mg/dl. Sedangkan yang termasuk indikasi
elektif yaitu GFR antara 5-8 mL/menit/1,73m2, mual, anoreksia, muntah, dan
astenia berat.
2.
Transplantasi ginjal
Transplantasi ginjal merupakan cara pengobatan yang paling disukai untuk
pasien gagal ginjal stadium akhir. Namun kebutuhan transplantasi ginjal jauh
melebihi jumlah ketersediaan ginjal yang ada dan cocok dengan pasien
sehingga ini membatasi transplantasi ginjal pada pasien karena transplantasi
ginjal juga dapat menimbulkan komplikasi akibat pembedahan dan penolakan
tubuh.
15