Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Angka kematian bayi mencerminkan tingkat pembangunan
kesehatan dari suatu negara serta kualitas hidup dari
masyarakatnya.Angka ini digunakan untuk memonitor dan mengevaluasi
program serta kebijakan kependudukan dan kesehatan.Program
kesehatan Indonesia telah difokuskan untuk menurunkan tingkat
kematian bayi yang cukup tinggi. Penurunan kematian bayi dan ibu telah
menjadi tujuan utama untuk mencapai tujuan 4 dan 5 dari Millennium
Development Goals(MDGs). Untuk mencapai tujuan tersebut, pada tahun
2011 Pemerintah Indonesia meluncurkan program Jaminan Persalinan
(JAMPERSAL). Program ini menyediakan pelayanan gratis untuk wanita
hamil yang tidak mempunyai asuransi kesehatan untuk pemeriksaan
kehamilan, persalinan, perawatan masa nifas, serta perawatan bayi lahir
sampai umur 28 hari (Bina Kesehatan Anak, Kementerian Kesehatan,
2012)
Berdasarkan laporan MDGs tahun 2014 Indonesia berhasil
menurunkan angka kematian bayi dari 68/1000 kelahiran hidup di tahun
1991 menjadi 32/1000 kelahiran hidup. Meskipun menurun namun
Indonesia masih belum mencapai target MDGs yaitu menurunkan angka
kematian bayi hingga 23/1000 kelahiran hidup. Berdasarkan SKDI tahun
2012 menunjukkan bahwa angka kematian bayi telah turun perlahan dari
142 kematian per 1.000 kelahiran di tahun 1967 menjadi 32 kematian per
1.000 kelahiran di tahun 2012. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia

(2011) Angka Kematian Bayi di tahun 2009 berada di kisaran 30/1.000


kelahiran hidup, menduduki peringkat 10 dari 18 negara di ASEAN dan
SEARO. Di Propinsi Kalimantan Barat, Angka Kematian Bayi mencapai
46/1.000 kelahiran hidup tertinggi kedua di pulau Kalimantan setelah
Kalimantan Selatan dimana Kematian Bayi mencapai 58/1.000 kelahiran
hidup.
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) merupakan salah satu penyebab
terbanyak kematian bayi.Sebagian besar BBLR < 2.500 gram meninggal
pada masa neonatal (Kemenkes RI, 2011).BBLR merupakan masalah
kesehatan yang sering dialami pada sebagian besar masyarakat.Setiap
tahun diperkirakan kejadian BBLR mencapai 20 juta diseluruh dunia baik
yang disebabkan oleh kelahiran sebelum waktunya (prematur) maupun
perkembangan janin terhambat saat dalam kandungan (IDAI, 2012). Dari
sekitar 4 juta kematian neonatal, prematur dan BBLR menyumbang lebih
dari seperlima kasus, dan Indonesia terdaftar sebagai negara di urutan
ke-8 berdasarkan jumlah kematian neonatal pertahun menurut data
WHO. Di Indonesia, BBLR merupakan salah satu dari 3 penyebab utama
kematian bayi (Depkes, 2005). Menurut data SKRT 2001, 29% kematian
neonatal disebabkan oleh BBLR.Berdasarkan laporan Riskesdas tahun
2013, angka kejadian BBLR hanya mengalami sedikit penurunan dimana
pada tahun 2011 angka kejadian BBLR sebesar 11.1% turun menjadi
10,2% di tahun 2013. Meskipun skala nasional menunjukkan angka
penurunan kejadian BBLR namun provinsi Kalimantan Barat justru
menunjukkan kecenderungan peningkatan angka kejadian BBLR dari
tahun 2010 sekitar 13% menjadi sekitar 14% di tahun 2013. Provinsi

Kalimantan Barat juga menempati posisi ke 4 tertinggi dengan angka


kejadian BBLR setelah Sulawesi Tengah (16,9%), Papua dan NTT.
Menurut data yang diperoleh dari rekam medik Puskesmas
Sekura, kasus BBLR periode Januari - April 2016 mengalami peningkatan
yang sangat signifikan dibandingkan dua tahun sebelumnya dimana
terdapat 8 kasus BBLR dalam waktu 3 bulan. Sepanjang tahun 2014
terdapat 10 kasus Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) (35,83%) dari 120
kelahiran hidup. Sempat terjadi penurunan kasus pada tahun 2015
dimana terdapat 8 kasus BBLR dari 235 kelahiran hidup.
Peningkatan kasus BBLR periode Januari-April 2016 yang
meningkat secara signifikan ini menyebabkan peneliti merasa tertarik utuk
meneliti tentang Gambaran Kejadian Berat Badan Bayi Lahir Rendah Di
Wilayah Kerja Puskesmas Sekura Periode Januari-April 2016.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, dirumuskan
beberapa masalah penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran kejadian berat badan lahir rendah (BBLR)


berdasarkan umur ibu di wilayah kerja Puskesmas Sekura periode
Januari-April 2016?
2. Bagaimana gambaran kejadian berat badan lahir rendah (BBLR)
berdasarkan paritas ibu di wilayah kerja Puskesmas Sekura periode
Januari-April 2016?

3. Bagaimana gambaran kejadian berat badan lahir rendah (BBLR)


berdasarkan pekerjaan ibu di wilayah kerja Puskesmas Sekura periode
Januari-April 2016?
4. Bagaimana gambaran kejadian berat badan lahir rendah (BBLR)
berdasarkan kunjungan ANC ibu di wilayah kerja Puskesmas Sekura
periode Januari-April 2016?
5. Bagaimana gambaran kejadian berat badan lahir rendah (BBLR)
berdasarkan konsumsi Fe ibu di wilayah kerja Puskesmas Sekura
periode Januari-April 2016?
6. Bagaimana gambaran kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
berdasarkan ukuran lingkar lengan atas ibu di wilayah kerja
Puskesmas Sekura periode Januari-April 2016?
7. Bagaimana gambaran kejadian berat badan lahir rendah (BBLR)
berdasarkan Konsumsi Fe ibu di wilayah kerja Puskesmas Sekura
periode Januari-April 2016?
8. Bagaimana gambaran kejadian berat badan lahir rendah (BBLR)
berdasarkan KEK (kurang energy kalori)

ibu di wilayah kerja

Puskesmas Sekura periode Januari-April 2016?


1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum


Untuk mengetahui gambaran kejadian Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR) di wilayah kerja Puskesmas Sekura periode
Januari-April 2016
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Diketahuinya gambaran kejadian berat badan lahir rendah
(BBLR) berdasarkan umur ibu di wilayah kerja Puskesmas
Sekura periode Januari-Maret 2016.

Diketahuinya gambaran kejadian berat badan lahir rendah


(BBLR) berdasarkan paritas ibu di wilayah kerja Puskesmas

Sekura periode Januari-April 2016.


Diketahuinya gambaran kejadian berat badan lahir rendah
(BBLR) berdasarkan pekerjaan ibu di wilayah kerja Puskesmas

Sekura periode Januari-April 2016.


Diketahuinya gambaran kejadian berat badan lahir rendah
(BBLR) berdasarkan kunjungan ANC ibu di wilayah kerja

Puskesmas Sekura periode Januari-April 2016.


Diketahuinya gambaran kejadian berat badan lahir rendah
(BBLR) berdasarkan konsumsi Fe ibu di wilayah kerja

Puskesmas Sekura periode Januari-April 2016.


Diketahuinya gambaran kejadian Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) berdasarkan ukuran lingkar lengan atas ibu di wilayah

kerja Puskesmas Sekura periode Januari-April 2016.


Diketahuinya gambaran kejadian berat badan lahir rendah
(BBLR) berdasarkan Konsumsi Fe ibu di wilayah kerja

Puskesmas Sekura periode Januari-April 2016.


Diketahuinya gambaran kejadian berat badan lahir rendah
(BBLR) berdasarkan KEK (kurang energi kalori) ibu di wilayah
kerja Puskesmas Sekura periode Januari-April 2016.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat praktis


Sebagai salah satu sumber informasi bagi pelaksanaan
program

baik

di

Departemen

Kesehatan

maupun

pihak

Puskesmas Sekura dalam menyusun rencana, pelaksanaan dan


evaluasi program upaya pencegahan BBLR.

1.4.2 Manfaat Ilmiah


Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber
informasi
pelayanan

untuk

penyelenggaraan

kesehatan

yang

akan

pengelolaan
datang

peningkatan

sehingga

dapat

meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan tentang


gambaran yang berhubungan dengan BBLR.
1.4.3 Manfaat bagi Peneliti
Merupakan pengalaman ilmiah yang sangat berharga
dalam memperkaya wawasan dan pengetahuan peneliti tentang
sesuatu yang berhubungan dengan kejadian BBLR.

Anda mungkin juga menyukai