Angka kematian bayi mencerminkan tingkat pembangunan kesehatan dari suatu negara serta kualitas hidup dari masyarakatnya.Angka ini digunakan untuk memonitor dan mengevaluasi program serta kebijakan kependudukan dan kesehatan.Program kesehatan Indonesia telah difokuskan untuk menurunkan tingkat kematian bayi yang cukup tinggi. Penurunan kematian bayi dan ibu telah menjadi tujuan utama untuk mencapai tujuan 4 dan 5 dari Millennium Development Goals(MDGs). Untuk mencapai tujuan tersebut, pada tahun 2011 Pemerintah Indonesia meluncurkan program Jaminan Persalinan (JAMPERSAL). Program ini menyediakan pelayanan gratis untuk wanita hamil yang tidak mempunyai asuransi kesehatan untuk pemeriksaan kehamilan, persalinan, perawatan masa nifas, serta perawatan bayi lahir sampai umur 28 hari (Bina Kesehatan Anak, Kementerian Kesehatan, 2012) Berdasarkan laporan MDGs tahun 2014 Indonesia berhasil menurunkan angka kematian bayi dari 68/1000 kelahiran hidup di tahun 1991 menjadi 32/1000 kelahiran hidup. Meskipun menurun namun Indonesia masih belum mencapai target MDGs yaitu menurunkan angka kematian bayi hingga 23/1000 kelahiran hidup. Berdasarkan SKDI tahun 2012 menunjukkan bahwa angka kematian bayi telah turun perlahan dari 142 kematian per 1.000 kelahiran di tahun 1967 menjadi 32 kematian per 1.000 kelahiran di tahun 2012. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia
(2011) Angka Kematian Bayi di tahun 2009 berada di kisaran 30/1.000
kelahiran hidup, menduduki peringkat 10 dari 18 negara di ASEAN dan SEARO. Di Propinsi Kalimantan Barat, Angka Kematian Bayi mencapai 46/1.000 kelahiran hidup tertinggi kedua di pulau Kalimantan setelah Kalimantan Selatan dimana Kematian Bayi mencapai 58/1.000 kelahiran hidup. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) merupakan salah satu penyebab terbanyak kematian bayi.Sebagian besar BBLR < 2.500 gram meninggal pada masa neonatal (Kemenkes RI, 2011).BBLR merupakan masalah kesehatan yang sering dialami pada sebagian besar masyarakat.Setiap tahun diperkirakan kejadian BBLR mencapai 20 juta diseluruh dunia baik yang disebabkan oleh kelahiran sebelum waktunya (prematur) maupun perkembangan janin terhambat saat dalam kandungan (IDAI, 2012). Dari sekitar 4 juta kematian neonatal, prematur dan BBLR menyumbang lebih dari seperlima kasus, dan Indonesia terdaftar sebagai negara di urutan ke-8 berdasarkan jumlah kematian neonatal pertahun menurut data WHO. Di Indonesia, BBLR merupakan salah satu dari 3 penyebab utama kematian bayi (Depkes, 2005). Menurut data SKRT 2001, 29% kematian neonatal disebabkan oleh BBLR.Berdasarkan laporan Riskesdas tahun 2013, angka kejadian BBLR hanya mengalami sedikit penurunan dimana pada tahun 2011 angka kejadian BBLR sebesar 11.1% turun menjadi 10,2% di tahun 2013. Meskipun skala nasional menunjukkan angka penurunan kejadian BBLR namun provinsi Kalimantan Barat justru menunjukkan kecenderungan peningkatan angka kejadian BBLR dari tahun 2010 sekitar 13% menjadi sekitar 14% di tahun 2013. Provinsi
Kalimantan Barat juga menempati posisi ke 4 tertinggi dengan angka
kejadian BBLR setelah Sulawesi Tengah (16,9%), Papua dan NTT. Menurut data yang diperoleh dari rekam medik Puskesmas Sekura, kasus BBLR periode Januari - April 2016 mengalami peningkatan yang sangat signifikan dibandingkan dua tahun sebelumnya dimana terdapat 8 kasus BBLR dalam waktu 3 bulan. Sepanjang tahun 2014 terdapat 10 kasus Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) (35,83%) dari 120 kelahiran hidup. Sempat terjadi penurunan kasus pada tahun 2015 dimana terdapat 8 kasus BBLR dari 235 kelahiran hidup. Peningkatan kasus BBLR periode Januari-April 2016 yang meningkat secara signifikan ini menyebabkan peneliti merasa tertarik utuk meneliti tentang Gambaran Kejadian Berat Badan Bayi Lahir Rendah Di Wilayah Kerja Puskesmas Sekura Periode Januari-April 2016.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, dirumuskan beberapa masalah penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana gambaran kejadian berat badan lahir rendah (BBLR)
berdasarkan umur ibu di wilayah kerja Puskesmas Sekura periode Januari-April 2016? 2. Bagaimana gambaran kejadian berat badan lahir rendah (BBLR) berdasarkan paritas ibu di wilayah kerja Puskesmas Sekura periode Januari-April 2016?
3. Bagaimana gambaran kejadian berat badan lahir rendah (BBLR)
berdasarkan pekerjaan ibu di wilayah kerja Puskesmas Sekura periode Januari-April 2016? 4. Bagaimana gambaran kejadian berat badan lahir rendah (BBLR) berdasarkan kunjungan ANC ibu di wilayah kerja Puskesmas Sekura periode Januari-April 2016? 5. Bagaimana gambaran kejadian berat badan lahir rendah (BBLR) berdasarkan konsumsi Fe ibu di wilayah kerja Puskesmas Sekura periode Januari-April 2016? 6. Bagaimana gambaran kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) berdasarkan ukuran lingkar lengan atas ibu di wilayah kerja Puskesmas Sekura periode Januari-April 2016? 7. Bagaimana gambaran kejadian berat badan lahir rendah (BBLR) berdasarkan Konsumsi Fe ibu di wilayah kerja Puskesmas Sekura periode Januari-April 2016? 8. Bagaimana gambaran kejadian berat badan lahir rendah (BBLR) berdasarkan KEK (kurang energy kalori)
ibu di wilayah kerja
Puskesmas Sekura periode Januari-April 2016?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di wilayah kerja Puskesmas Sekura periode Januari-April 2016 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Diketahuinya gambaran kejadian berat badan lahir rendah (BBLR) berdasarkan umur ibu di wilayah kerja Puskesmas Sekura periode Januari-Maret 2016.
Diketahuinya gambaran kejadian berat badan lahir rendah
(BBLR) berdasarkan paritas ibu di wilayah kerja Puskesmas
Sekura periode Januari-April 2016.
Diketahuinya gambaran kejadian berat badan lahir rendah (BBLR) berdasarkan pekerjaan ibu di wilayah kerja Puskesmas
Sekura periode Januari-April 2016.
Diketahuinya gambaran kejadian berat badan lahir rendah (BBLR) berdasarkan kunjungan ANC ibu di wilayah kerja
Puskesmas Sekura periode Januari-April 2016.
Diketahuinya gambaran kejadian berat badan lahir rendah (BBLR) berdasarkan konsumsi Fe ibu di wilayah kerja
Puskesmas Sekura periode Januari-April 2016.
Diketahuinya gambaran kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) berdasarkan ukuran lingkar lengan atas ibu di wilayah
kerja Puskesmas Sekura periode Januari-April 2016.
Diketahuinya gambaran kejadian berat badan lahir rendah (BBLR) berdasarkan Konsumsi Fe ibu di wilayah kerja
Puskesmas Sekura periode Januari-April 2016.
Diketahuinya gambaran kejadian berat badan lahir rendah (BBLR) berdasarkan KEK (kurang energi kalori) ibu di wilayah kerja Puskesmas Sekura periode Januari-April 2016.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat praktis
Sebagai salah satu sumber informasi bagi pelaksanaan program
baik
di
Departemen
Kesehatan
maupun
pihak
Puskesmas Sekura dalam menyusun rencana, pelaksanaan dan
evaluasi program upaya pencegahan BBLR.
1.4.2 Manfaat Ilmiah
Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi pelayanan
untuk
penyelenggaraan
kesehatan
yang
akan
pengelolaan datang
peningkatan
sehingga
dapat
meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan tentang
gambaran yang berhubungan dengan BBLR. 1.4.3 Manfaat bagi Peneliti Merupakan pengalaman ilmiah yang sangat berharga dalam memperkaya wawasan dan pengetahuan peneliti tentang sesuatu yang berhubungan dengan kejadian BBLR.