Anda di halaman 1dari 6

Kelompok adalah himpunan orang yang terdiri dari dua orang atau lebih.

Tidak setiap
himpunan orang dapat disebut kelompok. Himpunan orang-orang harus memiliki sifat-sifat
tertentu agar dapat disebut sebagai kelompok. Sekumpulan orang akan dapat disebut kelompok
apabila terdapat ikatan serta memiliki tujuan kelompok. Deddy Mulyana (2003, h. 18)
menyatakan bahwa: Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama,
yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama
lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. Kelompok ini
misalnya adalah keluarga, tetangga, kawan-kawan terdekat, kelompok diskusi, kelompok
pemecah masalah, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan.
Sebuah kumpulan yang terdiri dari individu-individu apabila diantara individu tersebut memiliki
ikatan serta tujuan diantara mereka, kumpulan tersebut dapat disebut sebagai kelompok.
Menurut Robert Bierstedt, kelompok memiliki banyak jenis dan dibedakan berdasarkan
ada tidaknya organisasi, hubungan sosial antara kelompok, dan kesadaran jenis. Bierstedt
kemudian membagi kelompok berdasarkan ada tidaknya organisasi hubungan sosial antara
kelompok, dan kesadaran jenis menjadi empat macam antara lain:
1. Kelompok statis, yaitu kelompok yang bukan organisasi, tidak memiliki hubungan
sosial dan kesadaran jenis di antaranya. Contoh: Kelompok penduduk usia 10-15 tahun di
sebuah kecamatan.
2. Kelompok kemasyarakatan, yaitu kelompok yang memiliki persamaan tetapi tidak
mempunyai organisasi dan hubungan sosial di antara anggotanya.
3. Kelompok sosial, yaitu kelompok yang anggotanya memiliki kesadaran jenis dan
berhubungan satu dengan yang lainnya, tetapi tidak terikat dalam ikatan organisasi. Contoh:
Kelompok pertemuan, kerabat, dan lain-lain.
4. Kelompok asosiasi, yaitu kelompok yang anggotanya mempunyai kesadaran jenis
dan ada persamaan kepentingan pribadi maupun kepentingan bersama. Dalam asosiasi, para
anggotanya melakukan hubungan sosial, kontak dan komunikasi, serta memiliki ikatan
organisasi formal. Contoh: negara, sekolah, dan lain-lain.
Berdasarkan interaksi sosial agar ada pembagian tugas, struktur dan norma yang ada,
kelompok sosial dapat dibagi menjadi beberapa macam, antara lain:
1. Kelompok Primer Merupakan kelompok yang didalamnya terjadi interaksi sosial yang
anggotanya saling mengenal dekat dan berhubungan erat dalam kehidupan, sedangkan
menurut Goerge Homan, kelompok primer merupakan sejumlah orang yang terdiri dari
beberapa orang yang acapkali berkomunikasi dengan lainnya sehingga setiap orang mampu
berkomunikasi secara langsung (bertatap muka) tanpa melalui perantara. Misalnya, keluarga,
RT, kawan sepermainan, kelompok agama, dan lain-lain.
2. Kelompok Sekunder Jika interaksi sosial terjadi secara tidak langsung, berjauhan, dan
sifatnya kurang kekeluargaan. Hubungan yang terjadi biasanya bersifat lebih objektif. Misalnya,
partai politik, perhimpunan serikat kerja dan lain-lain.
3. Kelompok Formal Pada kelompok ini ditandai dengan adanya peraturan atau
Anggaran Dasar (AD), Anggaran Rumah Tangga (ART) yang ada. Anggotanya diangkat oleh
organisasi. Contoh dari kelompok ini adalah semua perkumpulan yang memiliki AD/ART. 4.
Kelompok Informal Merupakan suatu kelompok yang tumbuh dari proses interaksi, daya tarik,
dan kebutuhan-kebutuhan seseorang. Keanggotan kelompok biasanya tidak teratur dan
keanggotaan ditentukan oleh daya tarik bersama dari individu dan kelompok. Kelompok ini

terjadi pembagian tugas yang jelas tapi bersifat informal dan hanya berdasarkan kekeluargaan
dan simpati. Misalnya, kelompok arisan dan sebagainya.
Teknik pembentukan kelompok.
Secara definitif, kelompok adalah dua orang atau lebih yang mempunyai tujuan yang
sama, saling berinteraksi, saling adanya ketergantungan dalam mencapai tujuan bersama,
adanya rasa kebersamaan dan memiliki, mempunyai norma-norma dan nilai-nilai tertentu. Telah
dijelaskan sebelumnya bahwa sejak dari awal kehidupannya, manusia telah membentuk
kelompok yang kemudian menjadi dasar bagi kehidupan keluarga, perlindungan, pemerintahan,
kerja dan lain-lain. Secara umum ada 3 (tiga) hal yang menunjukkan efektif atau tidaknya suatu
kelompok, yaitu kemampuan kelompok tersebut dalam mencapai tujuannya seoptimal mungkin,
kemampuan kelompok dalam mempertahankan kelompoknya agar tetap serasi, selaras dan
seimbang dan yang ketiga adalah kemampuan kelompok untuk berkembang dan berubah
sehingga dapat terus meningkatkan kinerjanya. Kelompok yang berhasil akan mempunyai
kualitas dan pola interaksi antar anggota yang terintegrasi dengan ketiga kegiatan ini. Tentu
dalam hal ini, diharapkan anggota kelompok benar-benar memahami apa yang dimaksud
dengan kelompok yang efektif dan kontribusi apa yang perlu diberikan agar kelompoknya dapat
menjadi kelompok yang efektif.
Ada beberapa hal pokok yang perlu diperhatikan dalam upaya pembentukan
kelompok/tim, yaitu :
1. Adanya ketergantungan yang sifatnya positif (positive interdependency).
Yang dimaksud dengan ketergantungan positif adalah suatu keadaan
dimana setiap orang dalam kelompok saling membutuhkan dan merasa bahwa
berhasil atau tidaknya suatu pekerjaan merupakan hasil bersama dan tanggung
jawab bersama. Ketergantungan positif dapat dilihat dari persepsi positif
terhadap setiap anggota kelompok. Selain itu semua anggota selalu berusaha
agar keuntungan atau keberhasilan yang diperoleh dapat dinikmati oleh seluruh
anggota kelompok. Kelompok yang mempunyai ketergantungan positif yang
tinggi akan mempunyai keterikatan atau kohesi antar anggota yang tinggi pula.
2. Keandalan individu (individual accountability).
Keandalan individu dapat dilihat dari penampilan dan sangat penting guna
mengetahui kemampuan masing-masing anggota dan sejauh mana kontribusi yang
telah diberikan oleh seseorang pada kelompok.
3. lnteraksi langsung (face-to-face interaction).
Interaksi secara langsung merupakan salah satu factor yang berpengaruh besar
dalam upaya pengembangan kelompok. Semakin kecil jumlah anggota kelompok
maka semakin efektif pula interaksi antar anggotanya dan komunikasi antar anggota
juga akan semakin terbuka
4. Ketrampilan kerjasama (collaborative skills).
Ketrampilan kerjasama ini perlu dimiliki oleh anggota kelompok. Berbagai studi
mengenai pentingnya kerjasama dalam kelompok menunjukkan bahwa dengan
mengumpulkan orang yang tidak mempunyai ketrampilan untuk bekerja sama
walaupun mereka ini mungkin cukup ahli dalam bidangnya ternyata dalam
menyelesaikan tugas kelompoknya banyak menemui kesulitan.
5. Proses kelompok (group processing).
Proses kelompok juga merupakan hal yang penting diketahui dalam usaha
pencapaian hasil kerja kelompok yang optimal. Ada beberapa keuntungan yang
diperoleh dengan mempelajari proses-proses yang terjadi dalam kelompok,

antara lain dapat diketahui sudah sejauh mana kelompok ini berfungsi, alternativealternatif strategi yang dapat diambil dalam upaya perbaikan kerja kelompok.
6. Konflik dalam kelompok.
Konflik dapat terjadi bila perhatian utama anggota kelompok diarahkan
pada diri sendiri. Dalam hal ini perspektif mereka menjadi sempit dan orientasi
mereka hanya pada jangka waktu pendek saja. Oleh Sherif dan sherif (1953)
dikatakan bahwa konflik ini dapat diatasi bila anggota kelompok mati memperluas
persepsi mereka agar lebih diarahkan pada apa yang disebutnya sebagai "tujuan
super ordinat". Tujuan super ordinat adalah tujuan yang sangat penting bagi
semua orang dalam kelompok, tetapi tidak dapat dicapai hanya dengan bekerja
sendiri. Dengan perkataan lain, kebutuhan kelompok akan terpenuhi selama
semua orang yang terlibat dalam kelompok tersebut ikut bekerja. Secara umum
factor-faktor yang menyeybabkan konflik yaitu adanya perbedaan keinginan dan
tujuan serta adanya persaingan antara anggota kelompok.
7. Menggerakkan kelompok
Menggerakkan kelompok merupakan suatu yang kompleks. Banyak orang-orang
yang mempunya partisipasi yang statis dalam diri orang-orang. Dalam artian
partisipasi tiap orang bisa saja menurun setiap waktu. Dan jelas bahwa partisipasi ini
akan dipengaruhi oleh dorongan dan motivasi untuk melakukan tindakan tersebut.
Dorongan dan motivasi tersebut akan timbul jika seseorang menyadari bahwa
mereka membutuhkan tindakan tersebut,.
Hoffer (1974) mengemukakan bahwa ada beberapa tahap yang perlu
diperhatikan dalam upaya meningkatkan partisipasi masyarakat:
1. Tahap inisiasi atau tahap pendahuluan. Pada tahap ini kelompok masyarakat
turut merencanakan dan memberikan ide-ide yang mendukung suatu perubahan
kearah perbaikan.
2. Tahap legitimasi atau tahap pengesahan. Apa yang disarankan oleh kelompok
masyarakat disyahkan agar dapat dilaksanakan.
3. Tahap implementasi atau tahap pelaksanaan. Perencanaan yang telah
disyahkan mulai dilaksanakan.
Baron dan Byrne (dalam Rakhmat 2008, 141-142) menyebutkan bahwa kelompok
mempunyai 2 tanda psikologis, yaitu yang pertama anggota kelompok merasa terikat dengan
kelompok ada sense of belonging yang tidak dimiliki orang yang bukan anggota. Kedua, nasib
anggota-anggota kelompok saling bergantung sehingga hasil setiap orang terkait dalam cara
tertentu dengan hasil yang lain. Keterikatan yang terjalin di antara anggota kelompok adalah hal
yang penting karena dengan adanyasense of belonging membuat anggota kelompok untuk
selalu memikirkan kelompoknya dan berusaha untuk meraih tujuan kelompoknya. Ikatan serta
tujuan yang dimiliki oleh kelompok, belum tentu sama dengan kelompok yang lain. Sehingga
suatu kelompok akan memiliki tanda keunikan yang berbeda dengan kelompok yang lain. Agar
dapat disebut sebagai kelompok, diperlukan kesadaran pada anggota-anggotanya akan ikatan
yang sama yang mempersatukan mereka. Kelompok mempunyai tujuan dan melibatkan
interaksi di antara anggota-anggotanya.
Identitas Kelompok
Di dalam kelompok, identitas berperan sebagai pembeda dengan kelompok lain.
Identitas sosial adalah persamaan dan perbedaan, soal personal dan sosial, apa yang kita
miliki secara bersama-sama dengan beberapa orang dan apa yang membedakan kita dengan
orang lain (Barker 2008, h. 221). Identitas akan mencirikan sebuah kelompok dan menjelaskan
keunikan kelompok dengan kelompok yang lain. Identitas dapat berisi atribut fisik, keanggotaan
dalam suatu komunitas, keyakinan, tujuan, harapan, dan prinsip moral atau gaya sosial (Kellner

2010, h. 317). Identitas membangun bentuk dari sebuah kelompok. Dengan segala atribut yang
dimiliki oleh sebuah kelompok, ia akan dikenal oleh kelompok lain dan juga masyarakat luas.
Identitas kelompok tidak dapat terbentuk sendiri, namun terdapat faktor-faktor yang
mempengaruhi terbentuknya identitas. Faktor-faktor pembentuk identitas kelompok adalah
(Juliastuti, 2000):
1) Kreativitas Semua orang diwajibkan untuk kreatif agar tampak berbeda dan
dianggap berbeda pula.
2) Ideologi kelompok Ideologi kelompok merupakan faktor pendorong terbentuknya
identitas berdasarkan tekanan kelompok atau dapat digunakan untuk
mengelompokkan individu dengan identitas tertentu. Kehidupan berkelompok
menawarkan kenyamanan dalam individu berinteraksi dengan individu lainnya.
Kenyamanan berinteraksi antar individu dalam sebuah kelompok mendorong
terbentuknya identitas karena dengan berinteraksi dalam suatu kelompok juga
terdapat interaksi yang saling mempengaruhi.
3) Status sosial Analisis mengenai identitas dan gaya hidup selalu dikaitkan dengan
status sosial.
4) Media massa Media massa dalam pembentukkan identitas membantu membentuk
kerangka pemikiran individu dalam menentukan selera. Media massa menawarkan
berbagai bentuk keelokan dan keindahan yang mempengaruhi kondisi psiko-sosial
individu untuk mengikuti hal yang ditampilkan media massa.
5) Kesenangan (pleasure and fun)
Unsur kesenangan ini dipakai untuk menjelaskan dan memahami kelompok
yang mengadopsi, mengkonsumsi atau mencampurkan berbagai macam gaya
dengan tanpa referensi jelas terhadap makna asalnya. Faktor-faktor di atas
dilaksanakan dan dialami oleh anggota kelompok untuk membentuk identitas
kelompoknya. Pembentukan identitas akan selalu berkaitan dengan peran anggota
kelompok. Dalam pembentukan identitas kelompok juga terdapat proses
pembentukan yang didasari oleh identitas sosial milik anggotanya.
Proses pembentukan identitas sosial melalui tiga tahapan, yaitu kategorisasi,
identifikasi, perbandingan sosial (Tajfel & Turner dalam Haslam, 2001, h. 60).
1. Kategorisasi (categorization). Individu mengenali dan mengelompokkan
identitas-identitas berdasarkan kategori sosial seperti etnis, ras, religi,
pekerjaan, status sosial, dan lain sebagainya. Kategori-kategori ini selanjutnya
akan memberikan suatu pengertian tentang siapa dan bagaimana individu
pemilik identitas.
2. Identifikasi (identification). Pada tahap ini individu mengidentifikasikan dirinya
terhadap kelompok-kelompok tertentu dimana ia terafiliasi. Dalam identifikasi
terkandung dua makna dalam diri individu, pertama, bahwa sebagian dari diri
individu dibangun berdasarkan keanggotaan dalam suatu kelompok. Dalam hal
ini terdapat pemikiran kamu vs mereka. Kedua, bahwa pada saat tertentu
individu berpikir bahwa dirinya sebagai aku, dan memandang orang lain sebagai
dia. Jadi pada saat tertentu individu memandang dirinya sebagai anggota suatu
kelompok, yang disebut sebagai social identity, dan pada saat yang lain
memandang dirinya sebagai individu yang unik, yang disebut sebagai personality
identity
3. Perbandingan sosial. Tindakan individu yang membuat perbandingan antara
dirinya dengan orang lain dalam rangka mengevaluasi dirinya. Anggota
kelompok akan melalui 3 tahapan tersebut dalam menciptakan atribut serta nilai-

nilai sebagai identitas kelompoknya yang didasari oleh identitas sosialnya


sendiri. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa identitas sosial
kelompok merupakan ciri khas dari sebuah kelompok yang dibentuk melalui
beberapa tahap. Identitas sosial sebuah kelompok terbentuk melalui sebuah
perilaku yang membedakan kelompok tersebut dengan kelompok lain.

Contoh kelompok: Grup Band merupakan salah satu bentuk dari kelompok. Para
anggota dalam band terikat pada suatu kepentingan, yaitu kepentingan band. Menjadi
kelompok diperlukan kesadaran pada anggota-anggotanya akan ikatan yang sama, yang
mempersatukan mereka (Rakhmat, 2008, h.141). Adanya ikatan diantara anggota band
membuat band menjadi salah bentuk kelompok. Sehingga akan muncul komunikasi kelompok
diantara anggota band. Sebuah kelompok membutuhkan sebuah identitas agar ia dikenal oleh
orang lain. Begitu juga dengan kelompok band, terdapatnya identitas dapat memunculkan
sense of belonging dalam diri anggota band. Identitas kelompok dilihat sebagai pengetahuan
individu, dimana ia merasa sebagai bagian kelompok yang memiliki kesamaan emosi dan nilai
(Tajfel dalam Idhamsyah, 2008). Adanya rasa memiliki kepada band, serta kedekatan emosional
antar anggota akan menentukan solid tidaknya sebuah band. Sehingga melalui komunikasi,
kedekatan akan terbentuk dan identitas kelompok akan muncul. Pentingnya identitas dalam
band adalah sebagai tanda pengenal band tersebut. Suatu band akan dikenal berbeda dengan
band lain apabila ia memiliki identitas. Identitas kelompok berfungsi sebagai pengacu
keberadaan posisi kelompok dalam lingkup yang lebih luas (Sabren dan Allen dalam
Idhamsyah, 2008). Dengan adanya identitas, sebuah band dapat dikenal oleh pendengar dan
masyarakat luas.

Haslam, S. A. (2001). Psychology in organization: the social identity approach.


California: Sage.
Stangor, C. (2004). Social group in action and interaction. New York: Psychology Press.
Goldberg, A.A., Carl E. Larson, Kelompok Komunikasi: Proses-proses diskusi dan
penerapannya (penterjemah : Koesddarini S, Gary R. Yusuf), Edisi I, Cetakan I, Penerbit
Universitas Indonesia (UI Press), Jakarta, 1985.
Johnson & Johnson, Joining Together: Group Theory and Group Skills, Third

edition, Prentice Hall. 1987.


Luft, J., Group Processes: An Introduction to Grouup Dynamics, Third edition,
Mayfield Publishing.

Anda mungkin juga menyukai