TINJAUAN PUSTAKA
2.1
kosong
kelapa
sawit
(TKKS)
merupakan
limbah
utama
Komponen
Kandungan (%)
1.
Selulosa
72,79
2.
Lignin
16,49
3.
Air
10,72
2.2
Pulp
Pulp merupakan material berserat yang dihasilkan dari beberapa tahapan
proses melalui perlakuan kimia dan mekanis, tergantung jenis bahan baku. Sekarang,
sekitar 90 % produksi pulp dunia berbahan baku dari kayu. Adapun beberapa
kandungan yang terdapat dalam kayu adalah -selulosa (R-10) dan xylen.
Kandungan dari bahan baku pulp yang mempengaruhi pembuatan selulosa asetat
adalah -selulosa (R-10, dengan batas kandungan minimal selulosa (R-10) dalam
pulp 96 % (Lewin, 2006). Berikut kadar -selulosa (R-10) dalam pulp pada beberapa
proses dan bahan baku.
Tabel 2.2 Karakteristik Beberapa Jenis Pulp
2.3
Serat
Serat atau fiber adalah suatu jenis bahan berupa potongan-potongan
komponen yang membentuk jaringan memanjang yang utuh. Contoh serat yang
paling sering dijumpai adalah serat pada kain. Manusia menggunakan serat dalam
banyak hal: untuk membuat tali, kain, atau kertas. Serat dapat digolongkan menjadi
dua jenis yaitu serat alami dan serat sintetis (serat buatan manusia). Serat sintetis
dapat diproduksi secara murah dalam jumlah yang besar. Namun demikian, serat
alami memiliki berbagai kelebihan khususnya dalam hal kenyamanan.
Serat alami meliputi serat yang diproduksi oleh tumbuh-tumbuhan, hewan,
dan proses geologis. Serat jenis ini bersifat dapat mengalami pelapukan. Serat alami
dapat digolongkan ke dalam:
Serat hewan, umumnya tersusun atas protein tertentu. Contoh dari serat
hewan yang dimanfaatkan oleh manusia adalah serat laba-laba (sutra) dan
bulu domba (wol).
Serat mineral, umumnya dibuat dari asbestos. Saat ini asbestos adalah satusatunya mineral yang secara alami terdapat dalam bentuk serat panjang.
Adapun serat buatan/sintetis yang dikenal pada saat ini di kelompokkan
menjadi dua, yaitu :
1.Serat mineral : serat yang terbuat dari bahan baku berupa mineral
Contoh :
Serat logam dapat dibuat dari logam yang duktil seperti emas, atau perak.
Serat karbon
2. Serat polimer : bagian dari serat sintetis, serat jenis ini dibuat melalui proses kimia
Contoh :
polyamida nilon
fenol-formaldehid (PF)
polyethylene (PE)
poliuretan.
2.4
Selulosa Asetat
Selulosa asetat merupakan serat yang sangat mudah dihasilkan dengan biaya
yang rendah dan kualitas produk yang baik. Selulosa asetat digunakan dalam
berbagai industri seperti pembuatan tekstil, plastik, fiber, dan filter rokok. Adapun
sifat selulosa asetat yang membedakan dengan serat sintetis lainnya adalah :
Termoplastik
Selektif absorpsi dan dapat membuang beberapa bahan organik dengan kadar
rendah
Selulosa asetat larut pada kebanyakan pelarut (terutama aseton dan pelarut
organik) dan dapat dimodifikasi agar dapat dilarutkan dengan pelarut
alternatif, termasuk air
2.5
Terbuat dari sumber yang dapat diperbaharui : tandan kosong kelapa sawit
Mudah hancur dengan larutan alkali kuat dan agen oksidasi kuat
merupakan produk senyawa dari gugus hidroksil dan asam. Ada 3 proses utama yang
biasa digunakan untuk memproduksi selulosa asetat, yaitu :
di dalam tandan kosong kelapa sawit. Tangki ekstraksi dilengkapi dengan pengaduk.
Perbandingan antara tandan kosong dengan KOH 15% adalah 1:10 (b/v). Proses
ekstraksi berlangsung selama 2 jam dengan temperatur 85oC dan konsistensi air
sebanyak 10% di dalam pulp. Media yang digunakan untuk memanaskan reaktor
menjadi 85oC adalah steam yang dialirkan melalui jaket reaktor. Pada unit ini,
sebanyak 61,53% lignin tereduksi (PPKS, 2010).
Pulp hasil ekstraksi dialirkan ke dalam Rotary Washer I (RW-101) dengan
menggunakan pompa sentrifugal. Media yang digunakan untuk mencuci pada unit
RW-101 adalah air proses dengan suhu 30oC. Perbandingan air proses dengan bahan
yang dicuci adalah 2,5 : 1 (Kirk & Othmer, 1978). Efesiensi pencucian pada alat ini
adalah 98% (European Commission, 2001). Selanjutnya, pulp akan dibawa ke unit
bleaching.
Keluaran dari RW-101 dialirkan dengan pompa ke dalam tangki bleaching
(BL-101). Tangki bleaching digunakan untuk menghilangkan lignin yang tersisa dari
proses ekstraksi. Di dalam tangki bleaching dimasukkan pulp serta larutan NaOCl
1% dengan perbandingan 1:20 (b/v). Tangki dilengkapi dengan pengaduk untuk
mengaduk campuran. Proses bleaching berlangsung selama 24 jam pada suhu 60 oC
dan konsistensi air di dalam pulp 10%. Pada unit ini, sebanyak 87,638% lignin
tereduksi (PPKS, 2010).
Setelah melewati tahap bleaching, bleached pulp dimasukkan ke dalam unit
pencucian Rotary Washer II (RW-102) yang bertujuan agar pulp yang dihasilkan
bersih dari sisa bahan kimia pemutih (NaOCl). Media pencucian yang digunakan
adalah air proses yang masuk ke unit RW-102 pada 30oC. Perbandingan air proses
dengan bahan yang dicuci adalah 2,5 : 1 (Kirk & Othmer, 1978). Efesiensi pencucian
pada alat ini adalah 98% (European Commission, 2001).
Kemudian pulp dipompakan menuju menuju unit pengeringan pulp. Pulp
dikeringkan dengan menggunakan rotary dryer (RD-201). Media pemanas yang
digunakan pada unit ini adalah steam. Kandungan air yang diharapkan pada keluaran
Rotary dryer adalah sebesar 10% yang merupakan sarat kandungan air pada pulp
untuk memasuki unit asetilasi. Pulp didinginkan pada blow box (B-201) dengan
menggunakan media udara pendingin untuk menurunkan panas dari pulp hingga
suhu produk adalah 30oC.
selulosa
asetat anhidrid
selulosa triasetat
asam asetat
dimana Cell adalah cincin anhidroglukosa tanpa grup -OH dan Ac merupakan gugus
asetil, COCH3. Reaksi diatas menunjukkan bahwa 3 mol asetat anhidrid bereaksi
dengan 1 mol selulosa untuk menghasilkan 1 mol selulosa triasetat dan 3 mol asam
asetat. Pada proses ini, seluruh selulosa dapat diubah menjadi selulosa triasetat
(Lewin, 2001).
Setelah proses asetilasi, produk hasil reaktor asetilasi (R-201) selanjutnya
dihidrolisis dalam tangki hidrolizer (TH-201) pada suhu 120 oC dengan media
pemanas yaitu steam selama 2 jam dengan penambahan air sebanyak 71% dari berat
selulosa lalu diaduk-aduk secara perlahan sehingga akan terbentuk serpihan padatan
(flake) selulosa asetat (Yamashita et al, 1986). Unit hidrolisasi bertujuan untuk
mematangkan (ripening step) selulosa triasetat menjadi selulosa asetat serta
menghentikan reaksi asetilasi dan menghidrolisis seluruh sisa asetat anhidrid
membentuk asam asetat. Reaksi utama yang terjadi dalam tangki hidroliser adalah
sebagai berikut :
Selulosa triasetat
air
selulosa asetat
asam asetat
H2SO4 (l)
asam sulfat
MgSO4 (l) +
magnesium sulfat
2HOAc (l)
asam asetat
2.6.3 Proses Pemurnian Produk Selulosa Asetat dan Recovery Asam Asetat
Sisa
Tahap ini bertujuan untuk :
-
2.7
2.7.1
Wujud
: padat
Sg
: 1,6 g/cm3
Rumus molekul
: (C6H7O2(OH)3)x
Kapasitas panas
: 0,32 Cal/g.oC
Sifat Kimia :
Rcell
+ 4 CH3COOH
(OCOCH3)2
b. Asetat Anhidrid
Sifat Fisis :
Wujud
: cair
Kenampakan
Rumus molekul
: (CH3CO)2O
BM
: 102,09 g/mol
Titik didih
Sg
: 1,082 g/cm3
Kapasitas panas
: 0,456 cal/g.oC
Viscositas
: 0,91 Cp
(Perry, 1997)
Sifat Kimia :
Asetat anhidrid bisa berasetilasi dengan berbagai macam campuran, mulai
dari kelompok selulosa sampai ammonia dengan menggunakan katalis asam atau
basa. Pada beberapa garam inorganik dipakai juga aksi katalis, tetapi sukar untuk
menggeneralisasi aksi dari garam metalik dan ion.
Pada umumnya reaksi katalisasi asam dari asetat anhidrid lebih cepat
dibandingkan dengan reaksi katalis dengan basa. Hidrolisa dari asetat anhidrid
berjalan pada suhu yang rendah dengan adanya katalis akan mencapai tingkat
(laju) yang lebih baik.
Wujud
: cair
Kenampakan
Rumus molekul
: CH3COOH
BM
: 60,05 g/mol
Titik didih
Kapasitas panas
: 0,522 cal/g.oC
Sg
: 1,049 g/cm3
Temperatur kritis
: 594,45 oK
Viscositas
: 1,22 Cp
Panas penguapan
Panas pembakaran
: 46,6 cal/g
(Perry, 1997)
Sifat Kimia:
Dalam sintesa cellulose dan rayon, asam asetat anhidrid terbentuk dari asam
asetat dengan kondisi 700 0C dan 150 mmHg
Reaksi:
HOAc
H2O + CH2 = CO
Dengan katalis trietil pospat, diikuti reaksi pendinginan dalam fase cair
HOAc + CH2 = CO
Ac2O
b. Asam Sulfat
Sifat Fisis :
Wujud
: cair
Kenampakan
BM
: 98 g/mol
Titik didih
Sg
: 1,8361 g/cm3
(Perry, 1997)
Sifat Kimia :
Asam sulfat larut dalam semua proporsi air dan menghasilkan sejumlah panas.
Setiap 1 lb asam sulfat 100% ditambah air sampai konsentrasi asam 90% akan
melepaskan panas 80 BTU dan bila ditambah air hingga konsentrasi 20% maka akan
melepas panas sebesar 300 BTU. Asam sulfat dapat melarutkan sejumlah besar SO3
dan memproduksi bermacam-macam tingkatan oleum.
c. Magnesium Asetat
Sifat fisis :
Wujud
: cair
Kenampakan
BM
: 142,39 g/mol
Titik didih
Sg
: 1,035 g/cm3
(Perry, 1997)
Sifat Kimia :
Pada kasus asetilasi dengan katalis yang tinggi (pekat), asam sulfat
dinetralisir dengan menambahkan sodium asetat atau magnesium asetat untuk
mengurangi kandungan asam sulfat bebas dan mencegah depolimerisasi yang
berlebihan (Kirk & Othmer, 1977).
Wujud
: padat
Kenampakan
: flake (butiran)
Rumus molekul
: (C6H7O2(OCOCH3)3)x
Titik lebur
: 260 oC
Kapasitas panas
: 0,42 cal/g.oC
Sg
: 1,32 g/cm3
Derajat subtitusi
Sifat kimia :
: 2,4