I.
Nama Kegiatan
Nama Pekerjaan
PENDAHULUAN
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) bidang penanaman modal merupakan kebijakan
yang diperintahkan oleh Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
Berdasarkan Undang-Undang tersebut, PTSP dimaksudkan untuk membantu penanam modal
dalam memperoleh kemudahan pelayanan, fasilitas fiskal, dan informasi mengenai
penanaman modal. Dalam Undang-Undang tersebut, PTSP diartikan sebagai kegiatan
penyelenggaraan suatu perizinan dan nonperizinan yang mendapat pendelegasian wewenang
dari instansi yang memiliki kewenangan yang proses pengelolaannya dimulai dari tahap
permohonan sampai dengan tahap terbitnya dokumen yang dilakukan dalam satu tempat.
Pengertian ini berbeda dengan pengertian pelayanan terpadu satu atap.
Dalam Keputusan Menteri PAN Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003, pengertian pelayanan
terpadu satu atap adalah pola pelayanan yang diselenggarakan dalam satu tempat untuk
berbagai jenis pelayanan yang tidak mempunyai keterkaitan proses dan dilayani melalui
beberapa pintu, sedangkan pelayanan satu pintu adalah pola pelayanan yang
diselenggarakan dalam satu tempat yang meliputi berbagai jenis pelayanan yang memiliki
keterkaitan proses dan dilayani melalui satu pintu. PTSP di tingkat pusat dilakukan oleh
lembaga yang berwenang di bidang penanaman modal yang mendapat pendelegasian dari
lembaga yang memiliki kewenangan perizinan dan nonperizinan di tingkat pusat, propinsi
atau kabupaten/kota. Lembaga yang dimaksud disini adalah Badan Koordinasi Penanaman
Modal (BKPM) atau Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD). Pemerintah
mengoordinasi kebijakan penanaman modal, baik koordinasi antar instansi Pemerintah, antar
instansi Pemerintah dengan Bank Indonesia, antar instansi Pemerintah dengan Pemerintah
Daerah, maupun antar Pemerintah Daerah.
Koordinasi pelaksanaan kebijakan penanaman modal tersebut dilakukan oleh BKPM.
Dalam melaksanakan PTSP, BKPM harus melibatkan perwakilan secara langsung dari setiap
sektor dan daerah terkait dengan pejabat yang mempunyai kompetensi dan kewenangan.
Dilihat dari ketentuan-ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 di atas, pada
tingkat nasional telah terdapat payung bagi pelaksanaan pelayanan terpadu satu pintu. Hal
yang berkaitan dengan apa itu pelayanan terpadu satu pintu, tujuan pembentukannya,
kelembagaannya, hubungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah telah diatur lebih tegas.
Ketegasan ini dapat menciptakan kepastian bagi aparat pemerintah pusat dan daerah dalam
melaksanakan tugasnya, kepastian bagi penanam modal, dan kepastian bagi masyarakat
umum. Meskipun demikian, pengaturan payung tersebut tidak akan dapat dilaksanakan
tanpa adanya pengaturan mengenai mekanisme dan tata cara pelayanan terpadu satu pintu.
II.
DASAR HUKUM
Undang-Undang hanya mengatur pelayanan terpadu satu pintu secara umum dan
memerintahkan penyusunan Peraturan Presiden untuk mengatur tata cara dan pelaksanaannya.
Sampai saat ini Peraturan Presiden dimaksud belum diterbitkan. Penyusunan Peraturaran Presiden
tersebut penting karena selain akan berlaku secara nasional, juga digunakan oleh daerah dalam
membuat peraturan daerah bidang penanaman modal. Sementara itu praktek pelayanan terpadu
satu pintu saat ini menggunakan dasar hukum:
1. Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman Modal.
2. Keputusan Presiden Nomor 29 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Penanaman Modal
Dalam Rangka Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri melalui Sistem
Pelayanan Satu Atap.
3. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk
Penanaman Modal di Bidang.
5. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/26/M.PAN/2/2004 tentang
Petunjuk Teknis Transparansi dan Akuntabilitas dalam Penyelenggaraan Pelayanan Publik.
6. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang
Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi
Pemerintah.
7. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63/Kep/M.Pan/7/2003 tentang
Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik. Dalam praktek, penyusunan peraturan
pelaksanaan dari peraturan payung tidak selalu lebih mudah daripada membuat
payungnya.
Sistem Informasi Pelayanan Terpadu Satu Pintu adalah sistem yang dimaksudkan
untuk memberikan informasi dan pelayanan perizinan bagi masyarakat yang meliputi jenis-jenis
layanan pendaftaran dan perizinan, persyaratan untuk memperoleh izin, prosedur perijinan,
biaya dan waktu proses perijinan yang diperlukan. Sistem ini dilengkapi dengan formulir dari set
dokumentasi yang dipakai untuk mengurus pendaftaran dan perijinan yang disimpan dalam
suatu basis data sedemikian sehingga dapat dijamin keseragaman dan tertib administrasinya.
Sistem Informasi terpadu ini juga mempunyai fungsi utama sebagai sistem permohonan
perijinan terpadu
III.
IV.
NAMA PEKERJAAN
Nama
Sumber Dana
: APBD 2015
Tahun Anggaran
: 2015
TUJUAN
Tujuan pelaksanaan kegiatan Sistem Pelayanan Terpadu Satu Pintu adalah :
1)
Terbangunnya
database
Pelayanan
dan
Perizinan
secara
akurat
termasuk
pengelolaannya.
2)
Tersedianya data dan informasi mengenai persyaratan, waktu & biaya dalam pelayanan
proses perizinan
3)
4)
5)
Memberikan kemudahan pelayanan dibidang perizinan melalui layanan satu pintu yang
efektif dan efisien
V.
LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup pekerjaan ini meliputi :
1.
SPESIFIKASI SOFTWARE PENGENDALIAN APLIKASI PERIZINAN
ONLINE.
1. Modul Perizinan Bidang Fisik, Meliputi :
Izin Lokasi
Izin Klinik
3. Bidang Perindustrian
4. SPESIFIKASI PELATIHAN
Pelatihan Operator Sistem Informasi Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Buku Panduan Penggunaan Sistem Informasi Pelayanan Terpadu Satu Pintu
VI.
TAHAP KEGIATAN
Tahapan-tahapan membangun sistem sebagai berikut :
a. Pengumpulan Data dan Informasi Pendukung.
Pada tahap awal ini dilakukan pengumpulan semua data yang terkait dengan sistem
yang akan dikembangkan, sperti dokumen, laporan, sistem dan prosedur/sisdur,
catatan dan data lain yang akan digunakan dalam melakukan analisis sistem.
b. Analisis Sistem.
Mengidentifikasi hambatan dan permasalahan yang ada, studi kelayakan dan studi
terhadap kebutuhan pemakai, baik yang terkait dengan model interface, alur dan
desain sistem dan prosedur, pelaporan, tingkat keandalan sistem maupun teknologi
yang akan digunakan
c. Desain Sistem.
d. Programming.
Pada tahap ini dilakukan pemograman atas prototype yang telah disepakati
oleh calon
tersebut dihasilkan sebuah yang bisa dioperasikan, sekaligus pengujian awal terhadap
operasional sistem yang bersangkutan.
e. Implementasi Sistem.
Selanjutnya sistem tersebut diinstalkan server, termasuk dilakukan setting pada
servernya. Kemudian dilakukan uji coba terhadap sistem tersebut, baik
menggunakan
data
sekunder
maupun
data
primer
sesuai
kondisi
Pelatihan/Tutorial.
Bila sistem tersebut telah berhasil diimplentasikan, maka tahap akhir adalah
pelatihan bagi operator maupun administrator/pemelihara sistem.
VII.
ahli
berpendidikan
melaksanakan pekerjaan
minimal
pembangunan
S1
dan
Komputer
berpengalaman
Pengembangan
aplikasi
VIII.
IX.
PENUTUP
Hal-hal lain yang belum dijelaskan/disebutkan dalam kerangka acuan kerja (KAK) ini
bilamana perlu akan dijelaskan pada saat konsultasi.