Anda di halaman 1dari 2

SEKOLAH TINGGI FILSAFAT THEOLOGI JAKARTA

Mahasiswa

: Aida Gabriela; Anita Budiarta; Duma Indah Sinaga; Edward Daniel.

Mata Kuliah

: Liturgika

Dosen Pengampu

: Pdt. Rasid Rachman, M.Th.

Ibadah Harian di Paroki Katedral Jakarta


(Gereja Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga)
Pengantar
Saat ini, umat Katolik masih menjalankan tradisi ibadah harian yang pada umumnya
telah memudar dalam gereja-gereja Protestan. Untuk mengetahui lebih jauh tentang
pelaksanaan ibadah harian di gereja Katolik, kami mengunjungi dan mengikuti ibadah harian
di Paroki Katedral Jakarta dan melakukan serangkaian pengamatan sederhana. Laporan ini
ditulis berdasarkan pengamatan yang kami lakukan sebanyak dua kali, yakni pada tanggal 7
dan 13 September 2016. Dalam kedua kunjungan tersebut, kami melakukan pengamatan pada
ibadah sore. Ibadah ini berlangsung pada pukul 18.00 WIB dan berakhir sekitar pukul 18.30
WIB.
Deskripsi
Saat memasuki ruangan ibadah, masing-masing orang menandai diri dengan air suci
dengan mencelupkan jari pada sebuah bak kecil yang berisi air dan mengusapkannya pada
dahi, dada dan kedua bahu (membuat tanda salib) diiringi pengucapan rumusan Trinitarian
(Dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus). Saat akan duduk, jemaat berlutut terlebih
dahulu dengan menghadap ke altar, dan kembali membuat tanda salib.
Ibadah dimulai dengan masuknya imam dan para pelayan menuju ruang altar,
menggabungkan diri dengan umat yang sudah berhimpun dan memperseiapkan diri. Di depan
mereka, seorang pelayan (akolit/misdinar) bertugas membawa lilin yang ditaruh di dalam
sebuah tongkat. Setelah mereka masuk dan menempati posisi masing-masing dan memberi
hormat dengan membungkuk dan membuat tanda salib, imam bergerak maju dan
memberikan salam. Dalam salam ini, umat mengucapkan salam Maria sebanyak tiga kali.
Setelah salam dan salam Maria, petugas lain mengambil alih posisi petugas yang
memberi salam. Petugas tersebut berdoa memohon kesembuhan dan kedamaian jiwa bagi
umat. Setelah doa tersebut, ibadah dilanjutkan dengan menyanyikan mazmur. Selepas

menyanyikan mazmur, pemimpin ibadah memasuki ruangan dan berdiri di bagian tengan
mimbar. Pemimpin tersebut berdoa untuk pelayanan firman.
Setelah doa firman, salah seorang petugas bergerak maju ke posisi petugas yang
memberikan salam dan membacakan salah satu surat dari Alkitab. Pembacaan surat kemudian
ditanggapi dengan mazmur tanggapan oleh umat. Tanggapan yang diberikan oleh umat selalu
sama setiap kali petugas berhenti membaca mazmur. Tanggapan tersebut telah dituliskan di
papan putih yang dapat dilihat oleh seluruh umat. Setelah itu, pemimpin ibadah membacakan
salah satu bagian Injil. Pemimpin ibadah juga menyampaikan himbauan atau refleksi singkat
terkait dengan teks yang dibaca.
Ibadah dilanjutkan dengan pelaksanaan komuni. Umat menyanyikan nyanyian untuk
komuni. Setelah itu, pemimpin ibadah mendoakan hosti dan anggur. Dalam pelaksanaan
komuni ini, umat juga ikut berdoa. Umat berdoa sambil berlutut pada bantalan yang telah
disediakan. Selama ibadah, umat beberapa kali berdoa sambil berlutut. Setelah berdoa sambil
berlutut, umat berdiri dan menyanyikan Doa Bapa Kami. Lalu, hosti tanpa anggur dibagikan
kepada umat. Setelah itu, pemimpin menaikkan doa penutup dan memberi berkat. Ibadah
kemudian ditutup dengan lagu oleh seorang petugas. Umat berdoa pribadi dan mengambil
saat teduh.
Penutup
Selama pengamatan, kami melihat bahwa umat Katolik bersikap sangat hikmat saat
beribadah. Ketika memasuki gereja, umat tidak lagi saling berbicara satu sama lain. Ibadah
begitu hening dan sunyi. Ibadah harian mereka juga sama sekali tidak diiringi oleh musik.
Selain itu, mereka juga melakukan komuni dalam kedua ibadah sore yang kami ikuti. Hal ini
mungkin berarti umat Katolik tidak hanya melakukan komuni dalam acara-acara khusus,
namun dalam semua ibadah.

Anda mungkin juga menyukai