Anda di halaman 1dari 6

Gerihano, Eka Intan K.P, Sahat M.H.

Simanjuntak

Strategi Pengelolaan Kawasan Hutan Taman Nasional


Kerinci Seblat (TNKS) Provinsi Jambi
Gerihano
Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Fakultas Ekonomi Manajemen IPB
Eka Intan K.P
Sahat M.H. Simanjuntak
Institut Pertanian Bogor

JAM
14, 1
Diterima, Mei 2015
Direvisi, Juli 2015 2015
Oktober 2015
Januari 2016
Disetujui, Februari 2016

Abstract: Forest is place of living for many plants and animals. Moreover, forest is the
ecosystem support for living creature which directly live at the forest and surround it. Forest
is vulenarable resources to be exploited because generally in the forest is contained so many
resources that have high economic value such as mineral. One of the areas that have a large
forest in Jambi Province is TNKS. In fact, there are still illegal logging in TNKS that have
been done by the people. If this issue happens continuously, it will make the forest in TNKS
area damage and will affected the peoples life. Beside, the populations demand and economy
factors cause the forest becomes agricultural lands. In long terms, this condition will make
the function of the forest as vegetation reduces as a result of clearing. Based on this condition, the study on the forest sustainable management of TNKS is necessary. This study aims
to know how the forest sustainable management of TNKS is using the AHP method. The result
shows that the most priority strategy that have to be concern is the law sanction based on the rules.
Keywords: TNKS, AHP, forest management

Jurnal Aplikasi
Manajemen (JAM)
Vol 14 No 1, 2016
Terindeks dalam
Google Scholar

Abstrak: Hutan merupakan habitat bagi banyak flora dan fauna serta merupakan penunjang
ekosistem bagi keseluruhan makhluk hidup tidak hanya yang hidup didalamnya tetapi juga
sekitarnya termasuk manusia. Hutan juga merupakan sumberdaya yang rentan untuk
dieksploitasi karena pada umumnya kawasan hutan banyak terdapat sumberdaya yang bernilai
ekonomi tinggi misalnya mineral. Salah kawasan satu hutan yang cukup luas terdapat di Provinsi
Jambi adalah TNKS. Kondisi yang terjadi faktanya masih terdapat penebangan liar dikawasan
TNKS yang dilakukan oleh oknum masyarakat. Masalah ini apabila dibiarkan terus menerus
akan menyebabkan hutan TNKS sebagai taman nasional menjadi rusak dak nantinya dapat
merugikan masyarakat itu sendiri. Selain itu tekanan penduduk dan ekonomi juga menyebabkan
lahan hutan saat ini menjadi lahan pertanian masyarakat yang lama kelamaan akan menyebabkan
penurunan vegetasi hutan karena pembukaan lahan. Oleh karena itu diperlukan strategi
pengelolaan hutan TNKS secara berkelanjutan yang dapat memberikan manfaat bagi pemerintah
dan masyarakat. Penelitian ini ingin mengetahui strategi pengelolaan TNKS dengan
menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Procces). Hasil penelitian menunjukkan
strategi yang lebih diprioritaskan adalah penetapan sanksi hukum sesuai undang-undang.
Kata Kunci: TNKS, AHP, pengelolaan hutan

Alamat Korespondensi:
Gerihano (0852 668 80838)
Wisma Assalam (Dramaga
Kabupaten Bogor) Gerihano@
gmail.com

120

Perkembangan konsumsi kayu


dunia semakin meningkat setiap tahunnya melebihi produksi

akan mengakibatkan hutan yang merupakan ekosistem bagi berbagai flora dan fauna termasuk
manusia keberadaannya menjadi terancam. Tanaman

JURNAL APLIKASI
Nama Orang
MANAJEMEN | VOLUME120
14 | NOMOR 1 | MARET 2016

Strategi Pengelolaan Kawasan Hutan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) Provinsi Jambi

yang terdapat dikawasan hutan terutaman pohon


merupakan tumbuhan yang menyerap karbon yang
menjadi sumber masalah pemanasan global dan dampaknya terhadap perubahan cuaca secara ekstrem
di banyak negara di dunia dan telah menjadi perhatian
global termasuk Indonesia. Oleh karena itu pemerintah
berupaya menurunkan emisi gas rumah kaca dengan
cara menjaga hutan dari deforestasi.
Jambi merupakan salah satu Provinsi yang memiliki kawasan hutan yang cukup luas yaitu sekitar
2.179.440 ha pada tahun 1999. Dari keseluruhan
hutan yang ada di Provinsi Jambi, terdapat hutan
lindung yang termasuk kedalam kawasan taman
nasional yaitu 338.000 ha. Salah satu taman nasional
di Provinsi Jambi adalah Taman Nasional Kerinci
Seblat (TNKS). TNKS merupakan taman nasional
yang ditetapkan pada tahun 1996 dengan luas keseluruhan 1.368.000 ha yang merupakan gabungan dari
beberapa cagar alam yang memiliki kawasan hutan
lindung serta terdapat daerah aliran sungai yang mengalir di beberapa provinsi dan menjadi sumber air
bagi masyarakat.
Pemerintah melalui Peraturan Menteri Kehutanan sebetulnya telah mengeluarkan Peraturan UU
P 56/Menhut-II/2006 tentang Pedoman Zonasi Taman
Nasional. Peraturan ini dengan tegas menyebutkan
pemanfaatan dan rehabilitasi taman nasional serta
pelarangan penebangan hutan. Namun yang terjadi
pada kenyataannya masih terdapat deforestasi yang
disebabkan karena aktifitas penebangan hutan secara
liar oleh oknum masyarakat.
Deforestasi dapat terjadi karena berbagai faktor,
namun secara umum deforestasi terjadi karena terdapat perbedaan pandangan antara pemerintah dan
masyarakat. Pemerintah berupaya untuk melestarikan hutan karena merupakan manfaat hutan yang
begitu besar bagi ekosistem termasuk manusia, sedangkan masyarakat berupaya memenuhi kebutuhan
hidupnya dan bergantung dari hutan sebagai sumber
mata pencaharian.Hal tersebut terjadi karena pengetahuan masyarakat yang masih rendah terhadap nilai
ekonomi kawasan hutan dan kebijakan pengelolaan
hutan yang kurang melibatkan masyarakat.
Terjadinya penebangan hutan disebabkan karena
kebutuhan ekonomi masyarakat. Masyarakat mengambil kayu dari hutan untuk dimanfaatkan sebagai
bahan membuat rumah serta dijual kepada orang lain.

Walaupun masih terbatas dalam pemanfaatan secara


tradisional namun jika dibiarkan terus menerus jika
penduduk bertambah banyak maka akan menyebabkan kelestarian kawasan hutan menjadi terancam. Selain karena alasan ekonomi, faktor lain yang membuat
deforestasi semakin meningkat adalah keterbatasan
lahan yang dimiliki oleh masyarakat. Ketidakmampuan masyarakat untuk membeli lahan menyebabkan
panyak terjadi pembukaan hutan untuk dijadikan lahan
pertanian oleh masyarakat.
Pentingnya kawasan hutan bagi kelangsungan
hidup masyarakat dan keinginan masyarakat sekitar
hutan untuk memperoleh taraf hidup yang lebih baik
secara ekonomi serta keinginan dari pemerintah untuk
melestarikan hutan, maka dari itu perlu dilakukan penelitian tentang strategi pengelolaan kawasan TNKS
yang secara jangka panjang dapat memberi manfaat
bagi kedua pihak yaitu pemerintah dan masyarakat
secara berkelanjutan.
Adapun yang menjadi tujuan dari dilakukannya
penelitian ini adalah merumuskan kebijakan pengelolaan TNKS di Provinsi Jambi secara berkelanjutan
yang menguntungkan bagi pemerintah dan masyarakat.
Menjadi pertimbangan pemerintah dalam upaya
untuk mengelola TNKS yang dapat memberikan keuntungan kepada masyarakat baik secara ekonomi
maupun lingkungan, namun dengan tetap menjaga
kelestarian hutan.

METODE
Penelitian ini menggunakan metode analisis hierarki proses (AHP). Populasi dalam penelitian ini adalah pemerintah dan masyarakat yang terlibat di kawasan TNKS dipusatkan pada 2 desa di Kecamatan
Gunung Tujuh Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi,
populasi tersebut dipilih berdasarkan pertimbangan
bahwa wilayah administratif kecamatan tersebut langsung berbatasan dengan kawasan TNKS.Desa yang
menjadi lokasi penelitian yaitu Desa Pelompek Pasar
Baru dan Desa Sungai Jernih. Adapun yang menjadi
sampel dalam penelitian ini adalah pihak dinas dan
instansi terkait yaitu: Dinas Kehutanan Provinsi, Dinas
Kehutanan Kabupaten, BKSDA, Balai Besar Taman
Nasional Kerinci Seblat, Lurah di 2 Desa, Serta
Camat.

TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011

ISSN: 1693-5241

121

Gerihano, Eka Intan K.P, Sahat M.H. Simanjuntak

Deforestasi yang terjadi di kawasan TNKS dapat


disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya adalah
adanya keterbatasan serta kurangnya pengawasan
yang dilakukan oleh pihak pengelola kawasan hutan,
selain itu dapat pula disebabkan karena hingga saat
ini pihak pengelola kawasan TNKS belum melibatkan
masyarakat sekitar kawasan hutan dengan baik.
Sementara dilain pihak, masyarakat yang tinggal di
kawasan hutan jika tidak diberikan pengetahuan yang
baik tentang cara pemanfaatan dan pengelolaan hutan
serta manfaat hutan bagi masyarakat itu sendiri maka
kondisi kerusakan hutan di kawasan TNKS akan sulit
diselesaikan. Selain itu, program pemerintah yang
dilaksanakan terhadapa kawasan akan cenderung
sulit untuk berhasil mencapai tujuan jika tidak tercipta
hubungan yang baik antara masyarakat dan pihak
pengelola kawasan.
Lebih lanjut menurut Saaty (2008) penyelesaian
pengambilan keputusan menggunakan model AHP
menggunakan beberapa tahap yaitu: (1) Memecahkan
masalah dan cara penyelesaiannya. (2) Mengetahui
struktur penyelesaian masalah mulai dari atas beserta
tujuan yang ingin dicapai, serta tujuan berdasarkan
sudut pandang yang lebih luas. Melalui tingkatan menengah diharapkan dapat diketahui unsur-unsur utama
yang sangat mempengaruhi permasalahan. Pada tingkatan paling bawah biasanya terdapat serangkaian
alternatif untuk mencapai tujuan. (3) Membuat beberapa pasang matriks perbandingan antara satu kategori dengan kategori lainnya berdasarkan prioritas.
Tiap unsur pada tingkatan atas digunakan sebagai
perbandingan terhadap tingkatan di bawahnya. (4)
Menggunakan nilai prioritas yang telah diperoleh pada
tahap sebelumnya dibandingkan dengan nilai prioritas
pada tahapan dibawahnya untuk setiap unsur yang
terdapat dalam struktur tingkatan. Lalu tiap unsur pada
tingkatan bawah dijumlahkan nilainya dan dibandingkan terhadap prioritas secara keseluruhan hingga diperoleh perbandingan masing-masing unsur terhadap
prioritas secara keseluruhan.
AHP menggunakan perbandingan yang diperoleh
berdasarkan penilaian dengan menggunakan angka
yang menunjukkan tingkat prioritas tiap unsur, atau
tiap unsur tertentu dibandingkan dengan unsur yang
lain pada suatu kriteria atau karakteristik perbandingan
tertentu. Skala penomoran berdasarkan perbedaan
prioritas dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
122

Skala Penomoran AHP


Intensitas
Kepentingan

Penjela san

Kedua unsur yang dibandingkan


berkontribusi sama terhadap tujuan
Unsur yang satu sedikit lebih
penting daripada yang lainnya,
3
pengalaman dan penilaian lebih
mendukung satu unsur dibandingkan
unsur yang lain.
Unsur yang 1 lebih penting dari
unsur yang lain, pengalaman dan
5
penilaian sangat kuat mendukung
satu unsur dibandingkan yang
lainnya.
Satu unsur jelas lebih penting
dibandingkan u nsur yang lain, yang
7
terlihat do minan dalam
pelaksanaannya.
Satu unsur mutlak lebih penting dari
unsur lainnya yang didukung o leh
9
bukt i bukti dan alasan yang
menguatkan.
Nilai diantara dua pertimbangan
yang berdekatan, nilai ini diberikan
2,4,6,8
apabila ada 2 pertimbangan diantara
dua pilihan.
Jika i mendapat 1 angka
dibandingkan aktifitas j, maka j
Kebalikan
mempunyai nilai kebalikannya
dibanding dengan i
Sumber: Thomas L. Saaty 1993
1

HASIL
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui hasil
analisis kebijakan pengelolaan TNKS disusun menggunakan metode Analisis Hierarki Proses (AHP). Struktur hierarki perumusan kebijakan ditetapkan berdasarkan beberapa faktor yaitu aktor, kriteria, alternatif,
dan strategi pengelolaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Perhitungan perumusan kebijakan menggunakan metode AHP ini dilaksanakan melalui wawancara
menggunakan bantuan kuesioner dengan pihak-pihak
yang terkait dengan pengelolaan kawasan TNKS.
Goal yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah
Kebijakan Pengelolaan Kawasan TNKS Provinsi
Jambi.
Penegakan dibidang hukum ini hendaknya dilakukan dengan saling berkoordinasi antara pihak penanggung jawab pengelolaan kawasan dan pihak pemerintah daerah. Mengingat luasnya kawasan akan lebih
efektif bila masyarakat di tiap desa yang berbatasan
dengan kawasan ikut dilibatkan. Pelaku yang

JURNAL APLIKASI
Nama Orang
MANAJEMEN | VOLUME 14 | NOMOR 1 | MARET 2016

Strategi Pengelolaan Kawasan Hutan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) Provinsi Jambi

melakukan pelanggaran hendaknya ditindak tegas


seusai undang-undang. Jika perambahan hutan telah
dalam kondisi yang sangat memprihatinkan maka
sanksi adat dapat juga diterapkan.
Setelah strategi penetapan hukum dapat diketahui
bahwa strategi sosialisasi nilai hutan bagi masyarakat
menjadi prioritas kedua menurut stakeholder. Upaya
penetapan sosialisasi nilai hutan ini dapat dilakukan
dengan cara misalnya pertemuan berkala antara pihak
pengelola kawasan dengan masyarakat. Pendekatan
sosialisasi dapat dilakukan dengan pendekatan melalui
kelompok tani yang ada di tiap desa. Selain petani
sosialisasi juga penting dilakukan bagi siswa sekolah
yang terdapat di sekitar kawasan, agar rasa menghargai lingkungan dapat tumbuh dalam masyarakat
sejak dini. Dalam pelaksanaannya pihak pengelola
dapat bekerjasama dengan pihak sekolah dengan
memberikan waktu disekolah kepada pihak terkait
pengelolaan hutan secara rutin.
Strategi yang menjadi prioritas selanjutnya menurut stakeholder adalah pertanian tumpang sari di
kawasan hutan. Strategi ini dapat dilaksanakan namun
dengan dilakukan pengawasan yang ketat dari pihak
terkait. Pertanian hanya dapat dilakukan di zona pemanfaatan dan pembukaan lahan baru tidak boleh
diizinkan. Masyarakat juga hendaknya tidak hanya
melakukan kegiatan perladangan tetapi juga membantu pengelolaan dan pengawasan hutan. Pertanian
agroforestry juga dapat menjadi pilihan untuk menetapkan strategi pertanian di kawasan hutan. Pola agroforestry yang dilakukan misalnya pola silvikultur yaitu
penanaman yang mengkombinasikan tanaman berkayu dan tanaman non kayu.
Strategi terakhir adalah penetapan sistem carbon
trade. Strategi ini mendapat prioritas paling rendah
karena pihak stakeholder berpendapat sistem carbon trade ini belum memiliki ketentuan yang jelas.
Namun apabila strategi ini ingin dilaksanakan dapat
dilakukan dengan cara memperkenalkan TNKS dan
kekayaan alamnya secara nasional dan internasional
kepada pemerintah maupun perusahaan. Identifikasi
tentang TNKS flora fauna dan kekayaan alam yang
ada dikawasan TNKS lebih ditingkatkan lagi. Pihak
pengelola juga dapat mencari informasi kepada pihak
lain yang pernah bekerjasama dengan pihak luar.

PEMBAHASAN
Elemen Aktor terhadap Goal
Berdasarkan hasil wawancara diketahui pihak
yang bertanggung jawab atas pengelolaan TNKS saat
ini adalah Balai Besar TNKS, hasil penelitian menunjukkan aktor yang lebih diprioritaskan oleh keseluruhan responden yang diwawancara dapat dilihat pada
gambar diatas menunjukkan hasil yang sama. Balai
Besar dianggap sebagai pihak yang tepat untuk mengelola TNKS dengan bobot (0.636) karena merupakan lembaga langsung di bawah Kementerian Kehutanan sehingga tidak terpengaruh dengan pihak lain
yang memiliki kepentingan misalnya pemerintahan
Kabupaten maupun Provinsi. Namun dari gambar di
atas dapat diketahui bahwa setelah TNKS pihak yang
sebaiknya mengelola TNKS adalah Pemerintah
dengan bobot (0.196), hal ini berarti dalam upaya
untuk pengelolaan kawasan TNKS, pihak Balai Besar
TNKS sebaiknya bekerjasama dengan pihak pemerintah (Dinas Kehutanan) karena merupakan aktor
yang bekerja dalam bidang yang sama, selain itu kenyataan di lapangan menjukkan bahwa wilayah kerja
antara Dinas Kehutanan dan Balai Besar TNKS
saling berbatasan untuk itu diperlukan koordinasi yang
baik antara kedua pihak terkait.

Elemen Kriteria terhadap Aktor


Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa alternatif pengelolaan kawasan TNKS jika dilihat
secara keseluruhan bahwa kriteria yang paling di prioritaskan adalah hukum dengan bobot (0.428). Hasil
tersebut menunjukkan bahwa masih kurangnya tegasnya penegakan hukum dalam pengelolaan kawasan
TNKS. Hal ini juga terbukti dari wawancara kepada
responden masyarakat diketahui bahwa masih ada
sebagian anggota masyarakat yang mengambil kayu
di kawasan hutan walaupun bukan menjadi mata pencaharian utama masyarakat.Setelah kriteria hukum
yang perlu diprioritaskan adalah kriteria ekonomi, hal
tersebut sesuai dengan hasil pengamatan di lapangan
yang menunjukkan bahwa masyarakat memanfaatkan
kawasan TNKS sebagai lahan pertanian untuk menunjang kebutuhan ekonomi.

TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011

ISSN: 1693-5241

123

Gerihano, Eka Intan K.P, Sahat M.H. Simanjuntak

Elemen Alternatif terhadap Kriteria


Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui dari
beberapa alternatif secara keseluruhan responden
menganggap alternatif Peningkatan Pendapatan perlu
lebih diprioritaskan dengan bobot (0.049) karena
stakeholder yang diwawancarai menganggap apabila
masyarakat sudah memiliki kesejahteraan yang baik
maka kecenderungan masyarakat untuk merusak
hutan akan berkurang. Setelah alternatif peningkatan
pendapatan alternatif berikutnya adalah Snaksi
Undang-Undang dengan bobot (0.035) hal ini disebabkan karena pada kenyataan di lapangan masih ada
oknum masyarakat yang menebang hutan baik untuk
memanfaatkan kayu atau membuka lahan perkebunan, namun berdasarkan tabel yang telah dijelaskan
sebelumnya dapat diketahui bahwa prioritas peningkatan pendapatan masyarakat merupakan prioritas
utama jika dibandingkan dengan sanksi undangundang yang dapat disimpulkan bahwa pihak pengelola kawasan TNKS sebaiknya memperhatikan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan.

Elemen Strategi terhadap Alternatif


Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk strategi pengelolaan kawasan TNKS jika dari sisi alternatif maka dapat dilihat secara keseluruhan yang lebih
diprioritaskan adalah strategi Penetapan Sanksi Hukum dengan bobot (0.25) sedangkan yang terendah
adalah strategi penetapan sistem carbon trade karena dianggap masih sulit untuk dilaksanakan bagi pihak
terkait. Jika diamati lebih lanjut terdapat strategi pengelolaan lain yang memiliki bobot hampir sama yaitu
Pertanian Tumpang Sari dan Sosialisasi Nilai Hutan.
Hal ini berarti secara keseluruhan responden menganggap kesejahteraan masyarakat termasuk kedalam
faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pengelolaan
kawasan TNKS, selain itu untuk mencapai pengelolaan kawasan TNKS yang berkelanjutan perlu diperhatikan tentang informasi nilai hutan yang terdapat di
kawasan TNKS serta perlunya informasi tersebut bagi masyarakat. Penetapan sistem carbon trade menjadi strategi yang terakhir dipilih, berdasarkan wawancara kepada responden di lapangan hal ini disebabkan
karena beberapa responden belum mengetahui mekanisme penetapan carbon trade dan bagaimana
peraturan-peraturan yang terkait dengan hal tersebut.
124

Selain itu, beberapa responden beranggapan sistem


carbon trade terlalu rumit dan mempunyai peluang
untuk menguntungkan beberapa pihak tertentu. Strategi penetapan sistem carbon trade ini dapat ditetapkan jika telah terdapat peraturan tertulis yang jelas
dan disosialisasikan secara penuh kepada seluruh
aktor-aktor terkait pengelolaan kawasan TNKS dan
pihak-pihak terkait paham hak dan tanggung jawab
mereka sesuai dengan peraturan tersebut.Gambar diagram hasil analisis AHP dapat dilihat pada lampiran.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Kebijakan pengelolaan kawasan TNKS yang
berkelanjutan lebih diprioritaskan pada bidang hukum
dengan strategi penetapan sanksi hukum sesuai
dengan undang-undang. Hal tersebut sesuai dengan
permasalahan yang saat ini dihadapi oleh pengelola
kawasan yaitu banyak terjadi penebangan ilegal di
dikawasan hutan.

Saran
Kerusakan hutan masih banyak terjadi di kawasan TNKS, namun kerusakan tersebut masih sangat
kecil jika dibandingkan luas keseluruhan kawasan.
Pihak pengelola kawasan TNKS perlu memperhatikan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan
hutan. Masyarakat sebaiknya dilibatkan dalam pengawasan hutan dengan cara yang dapat memberikan
manfaat ekonomi bagi masyarakat.
Perlunya mengatur dengan jelas pengelolaan
wilayah yang meliputi hak dan kewajiban masyarakat
dalam pengelolaan sesuai dengan pemanfaatan
berkelanjutan.
Penetapan sistem tumpang sari bagi masyarakat
yang telah memiliki lahan di kawasan hutan perlu
diawasi dengan baik, selain itu sebaiknya akses masyarakat tersebut hanya dibatasi pada zona pemanfaatan saja.

DAFTAR RUJUKAN
FAO. 2012. Forests Products. FAO Forestry Services
No.45.FAO Statistics Series No. 201.Food and Agriculture Organization of the United Nations. Rome.

JURNAL APLIKASI
Nama Orang
MANAJEMEN | VOLUME 14 | NOMOR 1 | MARET 2016

Strategi Pengelolaan Kawasan Hutan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) Provinsi Jambi

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia


No. 15. 2012. Tentang Panduan Valuasi Ekosistem
Hutan.

Saaty Thomas, L. 2008. Decision Making with the Analytic Hierarchy Process.University of Pittsburgh.
USA.

TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011

ISSN: 1693-5241

125

Anda mungkin juga menyukai