Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pembangunan Nasional yang ada di Indonesia merupakan kegiatan yang
berlangsung terus-menerus dan berkesinambungan dengan tujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, baik materiil maupun spiritual sesuai dengan Pancasila dan
UUD 1945. Keberhasilan itu sendiri ditentukan oleh pemanfaatan

Sumber

Daya

Manusia dan Sumber Daya Alam secara baik dengan dana yang cukup besar.
Pembangunan
dilaksanakan

daerah

sebagai

berdasarkan

bagian

prinsip

integral dari

otonomi

pembangunan

daerah dan pengaturan sumber daya

nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan


meningkatkan

kesejahteraan

kinerja

daerah

untuk

masyarakat menuju masyarakat madani yang bebas

korupsi, kolusi, dan nepotisme. Penyelenggaraan pemerintah


pemerintah negara dimaksudkan

nasional

untuk meningkatkan

daerah sebagai subsistem

daya guna dan hasil guna

penyelenggaraan pemerintah dan pelayanan masyarakat. Sebagai daerah otonom,


daerah mempunyai kewenangan dan tanggung jawab menyelenggarakan kepentingan
masyarakat berdasarkan

prinsip-prinsip

keterbukaan,

partisipasi masyarakat, dan

pertanggung jawaban kepada masyarakat.


Mengingat luasnya kewenangan daerah dalam pemerintahan, maka pada masa
yang akan datang, daerah dituntut untuk memiliki kemampuan yang lebih besar dari
kemampuan yang dimiliki saat ini. Kemampuan tersebut mencakup kemampuan
berbagai bidang pemerintahan, termasuk bidang kelembagaan, personil,
peralatan

dan

keuangan,

sebagainya. Oleh karena itu, yang seharusnya dilakukan Pemerintahan

Daerah adalah meningkatkan kualitas kelembagaan agar mampu melaksanakan


peranannya dengan maksimal, efektif, efisien dan akuntabel.
Sesuai dengan ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
Nomor IV/MPR1999 tentang Garis Besar Haluan Negara, bahwa kebijakan

umum

pembagian daerah diarahkan pada upaya untuk bertanggung jawab

rangka

pemberdayaan

masyarakat.

kebijakan

umum

dalam

lainnya diarahkan pada upaya

mempercepat pembangunan daerah yang efektif dan kuat dengan

memperhatikan

penataan ruang, baik fisik maupun sosial sehingga terjadi pemerataan pertumbuhan
ekonomi sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah.
Otonomi daerah telah melalui perjalanan panjang, sejak di kumandangkannya
proklamasi kemerdekaan republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, ketentuan
yang mengatur Otonomi Daerah telah termuat dalam UUD 1945 Pasal 18.
Sehubungan dengan hal tersebut, pemerintah Indonesia telah mengeluarkan peraturan
Perundang-Undangan yang mengatur penyelenggaraan Pemerintah didaerah yaitu, UU
No.1 Tahun 1957, yang disempurnakan dengan Penetapan Presiden No.6 Tahun 1959,
kemudian diganti dengan Penetapan Presiden No.2 Tahun 1960, lalu berganti menjadi
Penetapan Presiden No. 7 Tahun 1965, yang disempurnakan melalui UU No. 18
Tahun 1965, dan berganti menjadi UU No. 5 Tahun 1974, dan yang terakhir adalah
UU. No 22 Tahun 1999. Kesemuanya membahas tentang pokok-pokok Pemerintahan
Daerah. Peraturan Perundang-undangan yang mengatur Pajak Daerah yaitu UU No. 18
Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Lalu kemudian digantikan
oleh

Undang-undang

menjadi

No.

34 Tahun

2000.

Kemudian

mengalami perubahan

UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan Daerah. Undang-undang

pajak daerah terus mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan

hingga

sekarang,

Undang-undang

yang

digunakan

adalah Undang-undang Nomor 28

Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.


Undang-undang

Nomor

28

Tahun

2009

tentang

Pajak

Daerah

dan

Retribusi Daerah ditetapkan secara utuh pada daerah Kabupaten dan Daerah Kota,
yang diselenggarakan

atas dasar Otonomi

yang luas, nyata dan bertanggung

jawab. Dengan demikian Daerah Kabupaten dan kota memiliki kewengangan yang utuh
kecuali

dibidang

Pertahanan,

Keamanan,

Peradilan, Politik

Luar

Negeri

dan

Moneter serta kewenangan lainya yang diatur oleh Peraturan Perundangan yang
tinggi.
Perubahan sistem pemerintahan daerah selalu mengikuti perubahan sistem
politik. Negara Republik

Indonesia

sebagai Negara Kesatuan

menganut asas

desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahannya dengan memberi kesempatan


dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah sesuai dengan
Ketetapan MPR RI No. XV/MPR/1998 :
"Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan memberikan
kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada daerah secara
proporsional yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian dan pemanfaatan
sumber daya nasional yang berkeadilan, serta pertimbangan keuangan pusat dan
daerah".
Oleh karena itu untuk mendukung penyelengaraan otonomi daerah diperlukan
pemanfaatan sumber daya nasional, serta perimbangan keuangan antara pusat dan
daerah. Sumber pembiayaan pemerintah daerah dalam rangka perimbangan keuangan
Pemerintah Pusat dan Daerah dilaksanakan atas dasar desentralisasi, dekonsentrasi dan
tugas pembantuan. Dalam rangka menyelenggarakan

pemerintahan, pelayanan

masyarakat, dan pembangunan, maka pemerintah suatu negara pada hakekatnya


mengemban tiga fungsi utama yakni fungsi alokasi yang meliputi, antara lain,
sumber-sumber ekonomi dalam bentuk barang dan jasa pelayanan masyarakat. Fungsi
3

distribusi

meliputi

antara

lain, pertahanan-keamanan,

ekonomi

dan moneter.

Namun dalam pelaksanaan perlu diperhatikan kondisi dan situasi yang berbeda-beda
dari masing-masing wilayah. Dengan demikian, pembagian ketiga fungsi dimaksudkan
sangat penting sebagai landasan dalam penentuan dasar - dasar perimbangan keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Daerah
Salah satu faktor determinan kunci dalam pelaksanaan otonomi daerah adalah
tersedianya

sumber-sumber

penerimaan

keuangan

daerah

yang memadai untuk

membiayai penyelenggaraan otonomi daerah. Kemampuan keuangan pemerintah daerah


akan menentukan kapasitas pemerintah daerah dalam
pemerintah

yaitu

melaksanakan

menjalankan

fungsi-fungsi

pelayanan publik (publik service function), dan

melaksanakan pembangunan (development function).


Pajak Daerah merupakan

salah satu sumber pendapatan

daerah,

yang

diharapkan dapat membantu pembiayaan daerah untuk melaksanakan otonominya,


yaitu mampu mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri disamping penerimaan
yang berasal dari pemerintah berupa subsidi / bantuan. Sumber pajak daerah tersebut
diharapkan

menjadi

sumber

pembiayaan

penyelenggaraan

pemerintahan,

dan

pembangunan daerah untuk meningkatkan pemerataan kesejahteraan rakyat.


Kemampuan pajak daerah yang dimilki setiap daerah merupakan salah satu
indikator kesiapan pemerintah daerah dalam berotonomi daerah. Oleh karena itu
perolehan pajak daerah diarahkan untuk meningkatakan PAD yang digunakan untuk
menyelenggarakan otonomi daerah yang secara konseptual diharapkan memiliki
kemampuan nyata dan bertanggung jawab. Tuntunan kemampuan nyata ini diharapkan
bersumber dari kemampuan menyiasati penerimaan pajak daerah melalui upaya-upaya
yang dapat dilakukan sehingga terjadi peningkatan dari waktu kewaktu.

Kabupaten

Batanghari

sebagai

daerah

otonomi

dalam

melaksanakan

pembangunan, menganut azas desentralisasi yang diwujudkan dalam bentuk prakarsa,


baik dalam menentukan kebijakan, perencanaan, pelaksanaan dan segi pembiayaan
maupun perangkat pelaksanaannya. Apabila dilihat dari segi penerimaan pajak daerah
di Kabupaten Batanghari dalam rangka pemanfaatan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
untuk melaksanakan Otonomi Daerah masih mengalami kendala utama khususnya dalam
menggali Pendapatan Asli Daerah melalui Pajak restoran.
Kabupaten Batanghari sebagai objek penelitian memiliki potensi sumber daya
alam yang melimpah. Selain menghasilkan Kopi, cengkeh dan coklat, Kabupaten
Batanghari memiliki alam dengan panorama yang masih asri dan wisata budayanya
yang tersohor. Keistimewaan Kabupaten Batanghari sebagai tempat wisata, mampu
ditangkap oleh pemerintah daerah setempat. Hal ini ditandai dengan mulai banyak
berdirinya restoran yang menyediakan makanan dan minuman bagi wisatawan dan
warga lokal.
Salah satu pajak yang memiliki potensi cukup tinggi untuk ditingkatkan
penerimaannya

adalah

Pajak

Restoran.

Dari

pengalaman selama ini Dinas

Pendapatan Daerah Kabupaten Batanghari memiliki kinerja yang kurang baik dalam
tiga tahun terakhir.
Berikut adalah gambaran kontribusi penerimaan pajak restoran terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Tabel 1 Kontribusi Penerimaan Pajak restoran Terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Kabupaten Batanghari Tahun 2010-2014
Tahun
Anggaran

Realisasi Pajak
Restoran (Rp)

Pendapatan Asli
Daerah (PAD)
(Rp)

Kontribusi
Pajak
Restoran
Terhadap
PAD (%)

2010

153.294.960,00

2.025.869.477,00

7,57

2011

214.284.718,00

2.148.471.095,00

9,97

2012

124.598.238,00

1.788.539.524,00

6,97

2013

146.720.427,00

8,10

2014

196.415.979,00

1.811.302.161,00
5
4.017.630.851,00

4,89

Sumber : Data SKPD Dispenda Kab. Batanghari 2014 (Data Diolah)


Berdasarkan tabel 1 diatas terlihat bahwa Kontribusi penerimaan pajak restoran
masih sangat minim. Ini dapat dilihat dari lima tahun terakhir persentase kontribusi
restoran rata-rata hanya dibawa 10%. Pada tahun 2010, kontribusi pajak restoran
sebesar 7,57. Pada tahun 2011, kontribusi pajak restoran mengalami

peningkatan

sebesar 8,66% dan 9,97%. Pada tahun 2010-2014 kontribusi pajak restoran terus
mengalami k e n a i k a n d a n penurunan. Hingga pada tahun 2014, kontribusi pajak
restoran hanya sebesar 4,89%.Padahal jika dilihat dari jumlah restoran/rumah makan
yang berjumlah 116 buah yang terdapat di Kabupaten Batanghari pada dasarnya cukup
memberi kontribusi terhadap pendapatan dan penerimaan pajak daerah. Namun karena
belum dikelolah secara memadai baik dari perhitungan potensi yang dimiliki, prosedur
pemungutan, serta sistem pengawasan terhadap pemungutan Pajak restoran itu sendiri
maka pendapatan dan penerimaan yang diperoleh kurang sesuai dengan potensi yang
ada. Selain itu, aturan yang mengatur Pajak Daerah dan ketetapan pajak selama ini
belum disesuaikan dengan keadaan Pajak Daerah dan sistem pemungutan pajaknya,
sehingga nampak pelaksanaannya belum mampu memberi kontribusi yang diharapkan
khususnya dalam peningkatan Pendapatan Asli Daerah. Di Kabupaten

Batanghari

terdapat perda yang mengatur mengenai pajak restoran yaitu Peraturan Daerah
Kabupaten Batanghari No. 3 Tahun 2011 mengenai Pajak Daerah Batanghari. Namun
dalam pelaksanaannya perda ini belum diterapkan secara nyata di lapangan. Hal
ini juga yang membuat pemungutan pajak restoran berjalan tidak maksimal.
Sehubungan

dengan

hal tersebut

maka Pemerintah

Daerah Kabupaten

Batanghari perlu memikirkan secara serius masalah-masalah yang erat hubungannya

dengan pajak restoran, dan berusaha melakukan upaya demi meningkatkan penerimaan
pajak sehingga pajak restoran dapat memberi

kontribusi

yang

besar

dalam

meningkatkan Pajak Daerah secara khusus dan pendapatan asli daerah secara umum.
Dari uraian masalah diatas maka penulis tertarik untuk membuat

skripsi

dengan judul "Analisis Kontribusi Pajak restoran Terhadap Pendapatan Asli


Daerah (PAD) Di Kabupaten Batanghari Tahun 2010-2014
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka masalah yang akan diteliti
penulis dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Seberapa besar kontribusi pajak restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah

2.

(PAD) pada tahun anggaran 2010-2014?


Bagaimana sistem dan prosedur pemungutan pajak restoran yang ada untuk
meningkatkan pajak restoran di Kab. Batanghari tahun anggaran 2010-2014?

C. Tujuan Penelitian
Adapaun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi pajak restoran terhadap pendapatan
Asli Daerah (PAD) pada tahun anggaran 2010-2014.
2. Untuk mengetahui bagaimana sistim dan prosuder pemungutan pajak restoran
untuk meningkatkan pajak restoran di Kab. Batanghari tahun anggaran 2010-2014.
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan bagi perkembangan
Ilmu Administrasi Negara, terutama berkaitan dengan Keuangan Negara khususnya
mengenai kontribusi pajak restoran terhadap Penadapatan Asli Daerah (PAD).

b. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah memberi kontribusi atau sumbangan
pemikiran bagi pihak Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kab. Batanghari
khususnya pegawai yang berkepentingan dalam upaya meningkatkan kinerja, agar
kontribusi pajak restoran terhadap Pendapatan Asli Daearah (PAD) di Kab. Batanghari
jauh lebih besar di bandingkan dengan pajak daerah lainya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Kontribusi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian kontribusi adalah
sumbangan; sedangkan menurut Kamus Ekonomi (Guritno, 1992:76) kontribusi adalah
sesuatu yang diberikan bersama-sama dengan pihak lain untuk tujuan biaya, atau
kerugian tertentu atau bersama.
Kontribusi berasal dari bahasa inggris yaitu contribute, contribution, maknanya
adalah keikutsertaan, keterlibatan, melibatkan diri maupun sumbangan. Berarti dalam
hal ini kontribusi dapat berupa materi atau tindakan. Hal yang bersifat materi misalnya
individu yang memberikan pinjaman terhadap pihak lain demi kebaikan bersama. Hal
yang bersifat tindakan yaitu perilaku individu yang kemudian memberikan dampak
positif maupun negatif terhadap pihak lain.
2. Pajak
Definisi Pajak
Berdasarkan UU KUP NOMOR 28 TAHUN 2007 Pasal 1 ayat 1 disebutkan
bahwa pengertian Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Secara umum pajak diartikan sebagai pungutan dari Negara kepada rakyatnya, yang
sifatnya memaksa. Pajak digunakan untuk membiayai pembiayaan pemerintah termasuk
pembiayaan bagi pembangunan yang berguna bagi kepentingn bersama. Pajak adalah
kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang

bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan


secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat (Direktorat Jendral Pajak, 2008:9). Adapun definisi-definisi pajak
sebagai berikut:
a. Menurut Prof. Dr. M.J.H Smeets
Dalam bukunya de Economische Betekenis der Belastingen, 1951 Pajak adalah
prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma norma umum dan yang dapat
dipaksakan tanpa adanya kontra prestasi yang dapat ditunjukkan dalam kasus yang
bersifat individual yang maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah.
b. Menurut Prof. Dr. P.J.A Adriani
(pernah menjabat guru besar hukum pajak pada Universitas Amsterdam dan
pemimpin International Bureau of Fiscal Documentation di Amsterdam ) Pajak adalah
iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh mereka yang wajib
membayarnya menurut peraturan, tanpa mendapat prestasi kembaliyang langsung dapat
ditunjuk dan yang kegunaanya untuk membayai pengeluaran umum terkait dengan tugas
negara dalam menyelenggaraan pemerintahan.
Menurut Rachmat Soemitro (Mardiasmo, 2011:1) pajak ialah iuran rakyat
kepada negara (peralihan kekayaan dari sector swasta ke sector publik) berdasarkan
undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat iimbalan yang secara
langsung dapat ditunjukan, yang digunakan sebagai alat pendorong, penghambat atau
pencegah untuk mencapai tujuan yang ada dalam bidang keuangan negara.
Dari pengertian Rachmat Soemitro (Mardiasmo, 2011:1) maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa unsur-unsur pajak adalah :
1. Iuran dari rakyat kepada Negara, yang berhak memungut pajak adalah Negara.
Iuran tersebut berupa uan (bukan barang).

10

2. Berdasarkan undang-undang, bajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan


undang-undang serta aturan pelaksanaannya.
3. Tanpa jasa timbal balik atau kontraperestasi dari Negara secara langsung dapat
ditunjuk. Dalam pembayaran pajak dapat ditunjuk adanya kontraprestasi individual
oleh pemerintah.
4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara, yakni peneluaran-pengeluaran
yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
3. Pajak Daerah
Pen ge rt ian Paj a k Dae rah
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Jen is- Jen is Paj a k Dae rah
Sesuai dengan pembagian administrasi daerah daerah, menurut UndangUndang Nomor 28 Tahun 2009, Pajak Daerah dapat digolongkan menjadi dua macam
yaitu:
1) Pajak Daerah Tingkat I atau Pajak Provinsi, terdiri dari:
a. Pajak Kendaraan Bermotor, yaitu pajak atas kepemilikan dan/atau
penguasaan kendaraan bermotor
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, yaitu pajak atas penyerahan hak
milik kendaraan bermotor sebagai akibat dari perjanjian dua pihak atau
perbuatan sepihak atau keadaan yang terjadi karena jual beli,

tukar

menukar, hibah, warisan, atau pemasukan ke dalam badan usaha.


c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, yaitu pajak atas
penggunaan bahan bakar kendaraan bermotor.

11

d. Pajak

Air

Permukaan,

yaitu

pajak

atas

pengambilan

dan/atau

pemanfaatan air permukaan


e. Pajak Rokok, yaitu pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh
Pemerintah.
2) Pajak Daerah Tingkat II atau Pajak Kabupaten/Kota
a. Pajak Hotel, yaitu pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel.
b. Pajak Restoran, yaitu pajak atas pelayanan yang disediakan oleh
restoran.
c. Pajak Hiburan, yaitu pajak atas penyelenggaraan hiburan.
d. Pajak Reklame, yaitu pajak atas penyelenggaraan reklame.
e. Pajak Penerangan Jalan, yaitu pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik
yang dihasilkan sendiri maupun dari sumber lain.
f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, yaitu pajak atas kegiatan
pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam di
dalam dan/atau permukaan bumi untuk dimanfaatkan.
g. Pajak Parkir, yaitu pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar
badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha
maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan
tempat penitipan kendaraan bermotor.
h. Pajak Air Tanah, yaitu pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air
tanah.
i. Pajak Sarang Burung Walet, yaitu pajak atas kegiatan pengambilan
dan/atau pengusahaan sarang burung walet.
j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, yaitu pajak atas
bumi

dan/atau

bangunan

yang

dimiliki,

dikuasai,

dan/atau

dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang


digunakan

untuk

kegiatan

usaha

perkebunan,

perhutanan,

dan

pertambangan.
k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, yaitu pajak

atas

perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan.


4. Pajak restoran
a. Definisi pajak restoran

12

Pajak Restoran adalah sumbangan atas pelayanan yang disediakan oleh


restoran kepada para tamu atau konsumen yang menggunakan pelayanan
yang telah disediakan dan juga dilaksanakan oleh restoran.(UU No. 28 tahun
2009 pasal 1 angka 22 dan 23).
b. Dasar hukum pemungutan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah.
c. Objek pajak
Objek pajak restoran adalah berbagai macam pelayanan yang disediakan
oleh restoran yang untuk mengetahuinya digunakan sistem transaksi
pembayaran oleh konsumen.
d. Subjek dan wajib pajak
Subjek pajak pada pajak restoran

adalah penyewa/pemakai hotel yang

melakukan transaksi kepada yang mengusahakan restoran atau dapat disebut


pula pemilik restoran. Untuk wajib pajak restoran ialah yang telah
mengusahakan restoran dan atau pemilik restoran.
e. Dasar pengenaan, tarif, dan cara perhitungan
Dasar pengenaan pajak restoran adalah besaran transaksi pembayaran yang
dibayar oleh pemakai jasa rfestoran kepada restoran (Siahaan, 2010:331).
Sedangkan tarif pajak restoran ditetapkan paling tinggi sebesar 10 (sepuluh)
persen dan ditetapkan dengan peraturan daerah kabupaten/kota yang
bersangkutan.
5. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pen ge rt ian Pen d ap at an As li Da e ra h ( PAD)
PAD merupakan salah satu sumber penerimaan daerah yang bertujuan
memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk mendanai pelaksanaan
13

pembangunan dan otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai wujud
desentralisasi. Sebagaimana yang dimaksud dalam UU No. 33 tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, PAD adalah pendapatan
yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Menurut Halim (2004), Pendapatan Asli

Daerah

(PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi
asli daerah.
S u mb er P en d ap at an As li Dae rah
Berdasarkan UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, PAD bersumber dari :
a.
b.
c.
d.

Pajak Daerah
Retribusi Daerah
Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan
PAD lain-lain yang sah

B. Kerangka Pemikiran

Dinas Pengelolaan Keuangan dan


Aset Daerah Kab. Batanghari

Kontribusi

Pendapatan Asli Daerah

Pajak Restoran

14

Realisasi Pajak

Potensi Pajak Restoran

15

C. Penelitian Terdahulu
Tabel 2 Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu
No
Penulis
1 I Ketut(Th)
Ari dan
Sedana, Made
Artana,
Kadek Rai
Suwena (2013)
Efektivitas dan
Kontribusi Pajak
Hotel dan Pajak
Restoran Terhadap
Pendapatan Asli
Daerah di
Kabupaten
Gianyar Tahun
2008-2012
Agus Endro
Suwarno dan
Suhartiningsih
(2008)
Efektivitas
Evaluasi Potensi
Pajak Daerah
Sebagai Sumber
Pendapatan Asli
Daerah

Variabel
Realisasi
Penerimaan
Pajak Hotel
dan Pajak
Restoran,
Potensi
Pendapatan
Pajak Hotel
dan
Restoran,
Realisasi
Pendapatan
Asli Daerah

Alat
Analisis
Analisis
Efektivitas
dan
Kontribusi
terhadap
Pendapatan
Asli Daerah

Hasil Penelitian
Pertumbuhan penerimaan Pajak Hotel dan
Pajak Restoran mengalami fluktuasi.
Efektivitas penerimaan Pajak Hotel dan Pajak
Restoran berada dalam kategori sangat efektif
dengan rata-rata efektivitas Pajak Hotel sebesar
125,51% dan Pajak Restoran sebesar
127,05%. 3. Tingkat kontribusi Pajak Hotel
terhadap PAD berada dalam kriteria cukup,
sedangkan tingkat kontribusi Pajak Restoran
terhadap PAD termasuk dalam kriteria kecil.

Realisasi
Pendapatan
Asli Daerah,
Realisasi
Pajak
Daerah,
Potensi
Pendapatan
Pajak
Daerah

Analisis
Potensi,
Kontribusi,
dan
Efektivitas
terhadap
Pendapatan
Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten


Sukoharjo dari tahun ke tahun terus
mengalami peningkatan.
Pemungutan Pajak Daerah di Kabupaten
Sukoharjo sudah terbilang efektif karena
sebagian besar Pajak Daerah tingkat
efektivitasnya lebih dari seratus persen.

Betty Rahayu
dan Evi Yulia
Purwanti (2011)
Analisis
Potensi Pajak
Hotel terhadap
Realisasi
Penerimaan
Pajak Hotel di
Kabupaten
Gunung Kidul

Jenis Hotel,
Potensi Pajak
Hotel,
Penerimaan
Pajak Hotel,
Tarif Kamar
Rata-Rata,
Jumlah
Kamar, Tarif
Pajak

Analisis Potensi
dan Analisis
Efektivitas

Roni Ekha
Putera (2009)
Optimalisasi
Pajak Hotel dan
Restoran Dalam
Rangka
Meningkatkan
Pendapatan Asli
Daerah (PAD)
di Kota
Bukittinggi

Realisasi
Penerimaan
Pajak Hotel
dan Pajak
Restoran,
Potensi
Pajak Hotel
dan Pajak
Restoran,
Realisasi
Pendapatan
Asli Daerah

Analisis
deskriptif
kuantitatif dan
kualitatif

Efektiviras Pajak Hotel


nilainya selalu menurun dari
tahun ke tahun selama tahun
2005 - 2009 dan nilai yang
ada tidak lebih dari 5% setiap
tahunnya.
Potensi Pajak Hotel yang ada
belum tergali secara optimal
dan terdapat beberapa hal
yang perlu menjadi koreksi
terkait Pajak Hotel yang ada
di Kabupaten Gunungkidul
Penerimaan
Hotel dan
adalah sistemPajak
pengelolaan
Pajak Restoran memberikan
kontribusi besar terhadap
PAD Kota Bukittinggi.
Dispenda Kota Bukittinggi
memiliki kinerja yang cukup
baik dalam menggali potensi
penerimaan dari sektor Pajak
Hotel dan Pajak Restoran.

BAB III

METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Metode merupakan cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu
maksud dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya. Penelitian ini menggunkan jenis
penelitian kualitatif yaitu penelitian yang menggambarkan bagaimana Kontribusi Pajak
Restoran Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) (Studi Pada Kantor Dinas Pendapatan
Daerah Kabupaten Batanghari 2014) dengan tujuan supaya penerimaan paja restoran di
Kabupaten Batanghari terus meningkat setiap tahunnya sehinga perlu untuk diteliti.
B. Defenisi Konsep
Definisi konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan
secara abstrak, kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian
ilmu sosial. Kata lainnya, abstraksi dari sejumlah karakteristik kejadian, keadaan,
kelompok atau individu tertentu (Singarimbun dan Effendi, 1995:33)
a. Analisis adalah penyelidikan thd suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk
mengetahui keadaan yg sebenarnya
b. Kontribusi adalah sesuatu yang diberikan bersama-sama dengan pihak lain untuk
tujuan biaya, atau kerugian tertentu atau bersama.
c. Pajak Restoran adalah sumbangan atas pelayanan yang disediakan oleh restoran
kepada para tamu atau konsumen yang menggunakan pelayanan yang telah
disediakan dan juga dilaksanakan oleh restoran
d. Pajak dalam konteks ini adalah penerimaan daerah Kabupaten Batanghari di
wilayah Kabupaten Batanghari
e. Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan
untuk membiayai rumah tangga daerah.

f. Objek pajak restoran adalah berbagai macam pelayanan yang disediakan oleh
restoran yang untuk mengetahuinya digunakan sistem transaksi pembayaran oleh
konsumen.
C. Fokus Penelitian
Focus penelitian pada penulisan skripsi ini adalah berfokus pada kontribusi pajak
restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Batanghari.
D. Data Dan Sumber Data
Data
Penelitian ini akan menggunakan data primer dan data sekunder. Menurut Wijaya
(2012): Data primer adalah data yang diperoleh dar sumber data dan bersifat mentah
atau belum diolah, perlu diolah lebih lanjut untuk mampu memberikan informasi dalam
pengambilan keputusan. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari mengutip
berbagai sumber tertulis yang erat kaitannya dengan penelitian ini seperti buku,
literature, dan referensi lainnya.
Sumber Data
Sumber data primer dan sekunder dalam penelitian ini
1. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian dengan
cara wawancara secara langsung dengan pihak-pihak yang relevan dalam
memberikan informasi yang terkait dengan masalah yang diteliti.
2. Data sekunder adalah data primer yang telah diolah dan disajikan baik oleh pihak
pengumpul data primer atau oleh pihak lainnya misalnya dalam bentuk tabel-tabel,
data, dokumen, peraturan daerah, buku-buku.
E. Informan Penelitian
Orang yang akan dijadikan sebagai sumber informasi dalam penelitian ini adalah:
1. Kasubag Umum Dinas Pendapatan Daerah

2. Kabid Program dan Pengendalian Dinas Pendapatan Daerah


3. Kabid Akuntansi dan pelaporan
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian ini agar data yang diperoleh lebih bermanfaat maka
penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
a. Wawancara
Dalam teknik ini penulis akan melakukan wawancara secara langsung kepada pihak
yang berwenang dalam menyusun strategi untuk meningkatkan pendapatan daerah
Kabupaten Batanghari yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung. Dengan cara
mengajukan

pertanyaan-pertanyaan

kepada

yang

mempunyai

wewenang

dalam

memberikan data dan informasi dalam penelitian ini.


b. Observasi
Dalam hal ini penelitian dilakukan melalui pengamatan langsung dengan mencatat
secara sistematik data yang diperlukan untuk mendukung penelitian pada setiap bagian
yang dilaksanakan.
c. Dokumontasi
Mengumpulkan data dengan cara mengalir atau mengambil data-data dari catatan,
dokumentasi, administrasi sesuai masalah yang diteliti. Dokumen bisa berbentuk tulisan,
gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. Pada penelitian ini penulis akan
mengumpulkan data melalui dokumen, buku-buku, peraturan-peraturan dan lain-lainnya.
G. Teknik Analisis Data
Analisis Kontribusi
Menurut Budiyuwono (1995:160) analisis kontribusi adalah suatu alat yang
digunakan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi yang dapat disumbangkan dari
penerimaan pajak restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung, maka
dibandingkan antara realisasi penerimaan pajak restoran terhadap jumlah penerimaan

Pendapatan Asli Daerah. Rumus yang digunakan untuk menghitung kontribusi sebagai
berikut:
=QXn/QYn x 100%
Keterangan:
Pn = Kontribusi penerimaan pajak restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah (Rupiah)
QX

= Jumlah penerimaan pajak restoran (Rupiah)

QY

= Jumlah penerimaan Pendapatan Asli Daerah (Rupiah)

= Tahun (periode) tertentu

Adapun kriteria yang digunakan untuk menilai kontribusi Pajak Restoran terhadap PAD
adalah sebagai berikut :
Interpretasi nilai kontribusi Pajak Restoran terhadap PAD
Persentase
Rasio 0,00

10,00%

Kriteria
Sangat Kurang

Rasio 10,10 20,00%

Kurang

Rasio 20,10 30,00%

Sedang

Rasio 30,10 40,00%

Cukup

Rasio 40,10 50,00%

Baik

Rasio di atas

Sangat Baik

50%

Sumber: Tim Litbang Depdagri-Fisipol UGM, 1991 (dalam Yuni Mariana, 2005)
Dengan analisis ini kita akan mendapatkan seberapa besar kontribusi pajak restoran
terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Batanghari. Dengan membandingkan hasil
analisis tersebut dari tahun ke tahun selama lima tahun kita akan mendapatkan hasil
analisis yang berfluktuasi dari kontribusi tersebut dan akan diketahui kontribusi yang
terbesar dan yang terkecil dari tahun ke tahun. Sehingga dapat diketahui seberapa besar
peran pajak restoran dalam menyumbang kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah
Kabupaten Batanghari.
H. Jadwal Penelitian

Lama penelitian di Dinas Pendapatan Kabupaten Batanghari selama tiga bulan


yaitu dari tangggal 06 Maret 2011 s.d 06 Juni 2011.
I. Sistematiaka Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, rumusan permasalahan penelitian, tujuan dan manfaat yang ingin
dicapai.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada tinjauan kepustakaan ini memuat ilmu pengetahuan dasar dan ilmu pengetahuan
pelengkap yang relevan dengan pokok permasalahn dari tema penelitian. Dalam tinjauan
pustaka ini akan membahas tentang teori strategi, model teori strategi yang berkaitan
dengan strategi dalam meneingkatkan penerimaan pajak.
BAB III METODOLOGI
Metodologi memuat pendekatan dan tahapan yang digunakan untuk menjawab
persoalan penelitian dan mencapai tujuan penelitian. Bagian ini terdiri dari desain
penelitian/jenis penelitian, defenisi konsep, fokus penelitian, jenis data, informan
penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, jadawal penelitian dan
sistematika penulisan.

Anda mungkin juga menyukai