PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Antibiotik beta laktam merupakan golongan antibiotika yang pertama kali
ditemukan. Meskipun sampai sekarang banyak golongan antibiotika dengan berbagai
variasi sifat dan efaktivitasnya terhadap bakteri, namun demikian antibiotika ini
masih sering dipergunakan sebagai obat pertama dalam mengatasi suatu infeksi.
Golongan antibiotika ini secara umum tidak tahan terhadap pemanasan, mudah rusak
pada suasana asam dan basa serta dapat diinaktifkan oleh enzim beta laktamase.
Penisilin, sefalospori, monobaktam dan karbapenem termasuk golongan
antibiotika betalaktam. Karena pada struktur kimianya terdapat cincin betalaktam.
Semua antibiotika tersebut mempunyai mekanisme kerja yang mirip yaitu dengan
menghambat sintesis mukopeptida yang diperlukan untuk pembentukan dinding sel
bakteri.
Golongan antibiotika yang memiliki kesamaan komponen struktur berupa
adanya cincin beta-laktam dan umumnya digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri.
Terdapat sekitar 56 macam antibotik beta-laktam yang memiliki antivitas
antimikrobial pada bagian cincin beta-laktamnya dan apabila cincin tersebut dipotong
oleh mikroorganisme maka akan terjadi resistensi terhadap antibiotik tersebut.
BAB II
Page 1
ISI
II.1. Sejarah Antibiotik
Sejak zaman dahulu orang kuno telah mempraktekkan fitoterapi dengan jalan
mencoba-coba. Orang Yunani dan Aztec (Mexico) menggunakan masing masing
pakis pria (filix mas) dan minyak chenopodi untuk membasmi cacing dalam usus.
Orang Hindu sudah beribu-ribu tahun lalu mengobati lepra dengan minyak
chaulmogra dan di China serta di Pulau Mentawai (Sumatera Barat) sejak dahulu
borok diobati dengan menggunakan jamurjamur tertentu sebagai pelopor
antibiotika. China dan Vietnam sejak dua ribu tahun lalu menggunakan tanaman
qinghaosu (mengandung artemisin) untuk mengobati malaria, sedangkan sukusuku
Indian di Amerika Selatan memanfaatkan kulit pohon kina. Pada abad ke-16 air raksa
(merkuti) mulai digunakan sebagai kemoterapetikum pertama terhadap sifilis (Tjay&
Rahardja, 2010). Penemuan antibiotik diinisiasi oleh Paul Ehrlich yang pertama kali
menemukan magic bullet, yang dirancang untuk menangani infeksi mikroba. Pada
tahun 1910, Ehrlich menemukan antibiotika pertama, salvarsan yang digunakan untuk
melawan syphilis. Selanjutnya diikuti oleh Alexander Fleming yang secara tidak
sengaja menemukan penisilin (Tjay& Rahardja, 2010).
A. Sejarah Penisilin
Penisilin ditemukan oleh Fleming pada tahun 1929 di London, setelah
mengamati pertumbuhan stafilikokus tertentu, terhambat bila bakteri bakteri tersebut
dikontaminasi oleh jamur (Staf pengajar FK Unsri. 2008).
Fleming, dalam
laboratoriumnya di Rumah Sakit Santa Maria (kini merupakan salah satu rumah sakit
pendidikan di London), mencatat adanya lingkaran hambatan (zona bening) pada
pertumbuhan bakteri di piringan kultur Staphylococcus. Fleming menyimpulkan
bahwa hambatan itu dikarenakan sebuah subtansi penghambat pertumbuhan dan
menghancurkan bakteri. Ia kemudian menumbuhkan sebuah kultur murni dan
menemukan Penicillium yang kemudian dikenal sebagai Penicillium chrysogenum.
Fleming memberikan istilah "penisilin" untuk menggambarkan hasil filtrasi dari
Page 2
Page 3
molekul penghambat sehingga penisilin akan lebih lama pada tubuh. Sebuah agen
probenesid akhirnya dibuktikan dapat menghambat. Probenesid akan bersaing dan
menghambat sekresi penisilin. Penislin akhirnya dapat bekerja lama di tubuh. Teknik
produksi penisilin secara masal pun akhirnya dapat diatasi (Krauss K, editor 1999).
Struktur kimiawi penisilin diketahui oleh Dorothy Crowfoot Hodgkin pada
awal 1940an. Penemuan ini menjadikan penisilin dapat dibuat secara sintetik. Sebuah
tim dari Oxford menemukan metode produksi massal penisilin. Tim yang dipimpin
Howard Walter Florey itu mendapatkan Hadiah Nobel dalam bidang Kedokteran atau
Fisiologi pada 1945. Saat itu, Penisilin menjadi antibiotika yang banayak digunakan
dan masih digunakan untuk beberapa infeksi bakteri Gram positif (Tan Hoon,
Tjay..2002). Satu dekade kemudian Florey dan Chain berhasil mengisolasi substansia
aktif dari jamur Fleming yang disebut penisilin. Pertama-tama digunakan Penicillium
notatum untuk pemakian sistemik kemudian digunakan P.Chrysogenum semasa
perang dunia kedua karena kebutuhan meningkat. Penisilin terbagi 2 yaitu penisilin
alam dan penisilin semisintetis diperoleh dengan jalan mengubah struktur kimia
penisilin alam atau dengan cara sintetis inti penisilin yaitu asam amino penisilin.
Setelah penisilin, mulai banyaknya antibiotik yang ditemukan seperti
kloramfenikol dan kelompok sefalosforin, tetrasiklin, aminoglikosida, makrolida,
polipeptida, linkomisin dan rifampisin. (Tjay & Rahardja, 2010).
B. Sejarah Sefalosporin
Cephalosporium acremonium merupakan sumber awal senyawa sefalosporin,
diisolasi pada tahun 1948 oleh B rotzu dari laut didekat saluran pembuangan air
dipesisir Sardinia. Filtrate kasar jamur ini diketahui dapat menghambat pertumbuhan
S. aureus secara in vitro dan menyembuhkan infeksi stafilokokus dan demam tifoid
pada manusia. Cairan kultur tempat jamur sardinia ini ditumbuhkan mengandug tiga
antibiotik berbeda yang dinamakan sefalosporin P,N, dan C. Dengan diisolasinya inti
akti sefalosporin C, yaitu asam 7-aminosefalosporanat, dan dengan penambahan
rantai samping. Memungkinkan dibuatnya senyawa semisintetik dengan aktivitas
antibakteri yang jauh lebih besar dibandingkan senyawa induknya. Salah satu
keunggulan dari generasi terbaru sefalosporin adalah efektivitas mereka dengan dosis
Page 4
antibiotikum betalaktam sintetis (1985) dari kelompok karbapenem disebut juga zatzat thienamisin. Selanjutnya golongan karbapenem yang kedua adalah meropenem
derivate (1994) (Tjay & Rahardja, 2010: 75).
E. Sejarah Beta-Laktamse Inhibitor
Golongan beta lactamase yang pertma kali dikembangkan adalah Asam klavulanat
merupakan senyawa betalaktam diperoleh dari stretomyces clavuligerus (1976).
Selanjutnya ada sulbaktam senyawa baktam (1987). Tazobaktam adalah derivate dari
Beta lactamase inhibitor pada tahun 1993 (Tjay & Rahardja, 2010: 70).
II.2. Pengembangan obat dari awal sampai akhir
II.2.1. Penisilin
Lingkup aktivitas penisilin yang sempit menjadikan para peniliti mencari turunan
penisilin yang dapat mengobati infeksi yang lebih banyak. Perkembangan besar yang
pertama adalah ampisilin, yang memiliki lingkup aktivitas yang lebih luas dari pada
penisilin asli. Perkembangan berikutnya menghasilkan penisilin yang dapat menahan
enzim beta-laktamase termasuk flukloksasilin, dikloksasilin, dan metisilin. Penemuan
Page 5
ini sangat penting untuk melawan spesies bakteria yang memiliki beta-laktamase,
namun tidak dapat melawan strain Staphylococcus aureus yang tahan metisilin.
Berdasarkan spektrum aktivitas antimikrobialnya, penisilin terbagi menjadi 4
kelompok, yaitu penisilin dini (terdahulu), penisilin spektrum luas, penisilin antistafilokokal, dan penisilin anti-pseudomonal (spektrum diperluas, bacampicillin).
Penisilin anti-stafilokokal dikembangkan pada tahun 1950-an untuk mengatasi S.
aureus yang memproduksi beta-laktamase dan memiliki keunggulan tahan terhadap
aktivitas beta-laktamase. Contoh dari golongan ini adalah methicillin dan cloxacillin.
Penisilin anti-pseudomonal dibuat untuk mengatasi infeksi bakteri gram negatif basil,
termasuk Pseudomonas aeruginosa, Sepalosporin.
Selanjutnya pada tahun 1956 dikembangkan antibiotik fenoksimetilpenislin
(penisilin V, fenocin, acepin-V, ospen) yang merupakan derivate semisintetis ini tahan
asam. Obat ini digunakan pada infeksi streptokok ringan sampai yang agak parah, a,l,
radang hulu kerongkongan (pharyngitis). Kemudian dikembangkan derivat fenoksietil
pada tahun tahun 1960 yaitu fenetisilin dengan sifat lebih kurang sama, resorpsinya
dari usus sedikit lebih kuat (k.l 700%). Aktivitasnya lebih ringan dari pada pen-V.
Selain itu ada juga kloksasilan (meixam, Orbenin) yang merupakan derivate pertama
yang tahan lactamase adalah metisilin (1960) yang diuraikan asam lambung dan
hanya diberikan sebagai injeksi. Kuman stafilokok resisten yang ditakuti MRSA
(Methicillin Resistant Staphylococus Aureus). Kloksasilin selain tahan laktamase juga
tahan asam (1962) dan segera mendesak metisilin. Khusus digunakan pada infeksi
dengan kuman yang memproduksi lactamase.
Kemudian dikembangakan antibiotic ampisilin (penerbritin, ultrapen, binotal).
Penisilin broad-spectrum (1961) tahan asam dan lebih luas spectrum kerjanya.
Ampisilin digunakan untuk mengatasi infeksi a.l. dari saluran napas, saluran cerna
dan saluran kemih, telinga, gonore, kul dan jaringan bagian lunak. Ampisilin efektif
terhadap E.coli, H. influenza, salmonella dan beberapa suku Proteus turunan dari
penislin.
Selain ampisilin adapula amoksisilin yang merupakan derivate hidroksi (1972)
dengan aktivitas sama seperti ampisilin. Tetapi resorpsinya lebih lengkap (k.l. 80%)
Page 6
1
dan pesat dengan kadar darah dua kali lipat. PP dan plasma t 2 -nya lebih kurang
sama tetapi difusinya kejaringan dan cairan tubuh lebih baik. Begitu pula kadar
bentuk aktifnya dalam kemih jauh lebih tinggi dari pada ampisilin, maka lebih banyak
digunakan untuk infeksi saluran kemih.
Dilanjutkan dengan asam klavulanat senyawa beta-laktamse diperoleh dari
Streptomyces clavuligerus (1976) dengan kerja antimikroba ringan. Tetap berkhasiat
memblokir dan menginaktifkan kebanyakan laktamse yang berasal dari stafilokok dan
bakteri gram negative. Digunakan pada infeksi (a.l. saluran kemih) yang penyebabnya
diperkirakan adalah kuman yang resisten berkat lactamase. Selain itu dikembangakan
piperasilin adalah turunan (1980) yang bekerja lebih kuat terhadap Pseudomonas dan
klebsiella. Aktivitasnya terhadap streptokok dan enterokoj baik, tidak aktif terhadap
MRSA. Digunakan bersama gentamisin pada infeksi Pseudomonas yang resisten
terhadap banyak antibiotika dan dapat mengakibatkan infeksi-infeksi oportunistik
termasuk pneumonia dan septicaemia. (Tjay & Rahardja, 2010: 69-71).
II.2.2. Sefalosporin
Sepalosporin terbagi menjadi 3 generasi, yang pertama adalah cephalothin dan
cephaloridine yang sudah tidak banyak digunakan. Generasi pertama sefaliksin
(keforal, ospexin, tepaxin) derivate tahan asam pertama (1970) tidak begitu peka bagi
penisilinase, maka aktivitanya meliputi suku stafilokok yang resisten terhadap
penisilin. Sefaleksin terutama digunakan pada infeksi saluran kemih dan saluran
napas. Selain sefaliksin adapula sefradin bukan derivate tetapi struktur, khasiat dan
penggunaanya sangat mirip sefaleksin (1972). Lebih tahan terhadap lactamase dan
dapat digunakan sebagai injeksi. Selanjutnya masih generasi pertama ada sefadroksil
merupakan derivate p-hidroksi (1977) dengan sifat dan penggunaan sama dengan
sefaleksin. Dianjurkan untuk pengobatan radang hulu kerongkongan dan infeksi
saluran kemih.
Generasi kedua sefamandol adalah senyawa mandelat gen-2 (1977) dengan
gugusan tetrazolyl-S. zat ini baru menjadi aktif setelah dalam tubuh dihidrolisa
Page 7
1
2
pada sefalosporin lain. Obat ini dapat digunakan untuk gonore. Masih pada tahun
1983 ada seftazidin yang berkhasiat kuat terhadap pseudomonas. Digunakan pada
infeksi berat dengan kuman tersebut dari saluran kemih, sering pula dikombinasi
dengan aminoglikosida. Seftazidim digunakan juga secara profilaktis pada badan
prostat. Dapat mencapai SSP sehingga juga digunakan pada meningitis akibat infeksi
bakterigram negative. Selanjutnya dikembangkan antibiotic generasi ke empat pada
tahun 1993 yang merupakan derivate thiazolyl yang juga sangat aktif terhadap
pseudomonas. Lagi pula lebih tahan lactamase dari pada seftazidim dan sefsulodin.
Obat ini terutama digunakan pada infeksi berat dengan bakteri gram negative (Tjay &
Rahardja, 2010: 73-74).
II.2.3. Monobaktam
Page 8
Monobaktam ini terdiri hanya atas satu cincin beta lactam (monosiklis) tanpa
gugusan cincin lainnya, berlainan dengan zat-zat penisilin/sefalosporin, oleh karena
itu dinamakan monobaktam. Salah satu antibiotic golongan monobaktam adalah
aztreonam dihasilkan oleh antara lain Chromobacterium violaceum, tetapi sebagai
obat dibuat secara sintesis (1986) khusus bekerja pada bakteri gram negative, tidak
aktif terhadap bakteri gram positif (Tjay & Rahardja, 2010: 74).
II.2.4. Karbapenem
Imipenem adalah antibiotikum betalaktam sintetis (1985) dari kelompok
karbapenem disebut juga zat-zat thienamisin. Khasiat bakterisidnya berdasarkan
perintangan sintesa dinding sel kuman, sama dengan zat-zat penisilin dan
sefalosporin. Tahan terhadap kebanyakan betalaktamase bakteri, tetapi berdaya
menginduksi produksi enzim. Oleh enzim ginjal dehidropeptidase-1 dirombak
menjadi metabolit nefrotoksi, maka hanya digunakan terkombinasi dengan
penghambat enzim (cilastatin). Selanjutnya meropenem derivate (1994) dengan
khasiat dan penggunaan yang sama, maka dapat digunakan tunggal tanpa tambahan
cilastatin. Penetrasinya kedalam semua jaringan baik, juga kedalam CCS, maka juga
efektif pada meningitis bacterial (Tjay & Rahardja, 2010: 75).
II.2.5. Beta lactamase inhibitor
Asam klavulanat merupakan senyawa betalaktam diperoleh dari stretomyces
clavuligerus (1976) dengan kerja antimikroba ringan. Tetapi berkhasiat memblokir
dan menginaktifkan kebanyak lactamase yang berasal dari stafilokok dan bakteri
gram negative. Digunakan pada infeksi saluran kemih yang penyebabnya
diperkirakan bakteri yang resisten bekta lactamase.
Selanjutnya ada sulbaktam senyawa baktam (1987) dengan khasiat memblokir
lactamase, seperti asam klavulanat. Tazobaktam adalah derivate dari Beta lactamase
inhibitor pada tahun 1993 yang hanya digunakan intravena. Khusus untuk infeksi
dengan pseudomonas (Tjay & Rahardja, 2010: 70).
II.3. Aplikasi Klinis
Page 9
a.
II.3.1. Penisilin
Mekanisme Kerja
Penisilin mempunyai mekanisme kerja dengan cara mempengaruhi langkah
akhir sintesis dinding sel bakteri (transpepetidase atau ikatan silang), sehingga
membrane kurang stabil secara osmotik. Lisis sel dapat terjadi, sehingga penisilin
disebut bakterisida. Keberhasilan penisilin menyebabkan kematian sel berkaitan
dengan ukurannya, hanya defektif terhadap organisme yang tumbuh secara cepat dan
mensintesis peptidoglikan dinding sel (Mycek et al., 2001).
Golongan penisilin diklasifikasikan berdasarkan
spectrum
aktivitas
antibiotiknya, antara lain penislin G dan penislin V, penislin yang resisten terhadap
beta-laktamase, aminopenislin, karboksipenisilin, ureidopenislin.
b. Klasifikasi, Aktivitas dan Aplikasi Klinis Penisilin
GOLONGAN
1. Penisilin G dan penislin V
Contoh :
(Penisilin G dan penislin V)
APLIKASI KLINIS
Penisilin G (Benzil Penisilin)
Diindikasikan pada pasien dengan penyakit
pneumonia, infeksi tenggorokan, otitis media,
AKTIVITAS :
penyakit Lyme, endokarditis streptokokus, infeksi
Sangat aktif terhadap kokus
meningokokus, enterokolitis nekrotika, fasciitis
Gram positif, tetapi cepat
nekrotika, leptospirosis, antraks, aktinomikosis,
dihidrolisis oleh penislinase
atau beta laktamase, sehingga abses otak, gas gangren, selulitis, osteomielitis.
tidak efektif terhadap S.aureus
Page 10
2. Penisilin yang
resisten terhadap beta-
lactamase /penisilinase
Contoh :
(Metisilin,nafsilin,
oksasilin,kloksasilin, dan
dikloksasilin)
terapi
S.aureus
memproduksi penisilinase.
(Departemen Farakologi dan Teraputik FK UI.
Aktivitas antibiotik
kurang
2011).
poten terhadap mikroorganisme
yang kurang sensitive terhadap
penisilin G
3.
Aminopenisilin
1.
Contoh:
(ampisilin, amoksisilin)
mastoiditis,
infeksi
ginekologik,
kuman
sensitif.
dikontraindikasikan
pada
Antibiotik
pasien
ini
16
dengan
Haemophilus influenzae,
digunakan
pada
neonatus
2550
yang
2.
Page 11
banyak ditemukan pada bakteri infeksi saluran kemih, infeksi saluran napas
Gramnegatif ini.
infeksi
ginekologik,
gonore,
terbagi
setiap
12
jam
(Departemen
dibanding
piperasilin
peiteus
indol
positif
dan
Page 12
AKTVITAS
Aktivitas antibiotik terhadap
APLIKASI KLINIS
Digunakan per oral pada infeksi saluran kemih
Contoh :
(Sefaleksin, Sefalotin,
Sefazolin, Sefradin,
Sefadroksil)
AKTIVITAS
Antibiotik yang efektif
terhadap Gram positif dan
memiliki aktivitas sedang
terhadap Gram negative
Page 13
II
Contoh :
(Sefaklor, Sefamandol
Sefuroksim, Sefoksitin,
Sefotetan, Sefmetazol,
Sefprozil)
AKTIVITAS
membentuk laktamase.
daripada generasi I
III
Contoh :
(Sefotaksim, Seftriakson
Seftazidim, Sefiksim
Sefoperazon, Sefrizoksim
Sefpodoksim, Moksalaktam)
AKTIVITAS
Enterobacteriaceae, termasuk
Page 14
kurang
aktif
IV
FK UI. 2011).
Digunakan bila dibutuhkan efektivitas lebih besar
Contoh :
(Sefepim, Sefpirom)
kuman Gram-positif.
AKTIVITAS
Aktivitas lebih luaS
dibandingkan generasi II dan
tahan terhadap beta-laktamase.
II.3.3. Monobaktam
Page 15
a. Mekanisme kerja
Obat golongan monobaktam Bekerja dengan menghambat sintesis dinding sel
kuman, seperti antibiotika betalaktam lain. Antibiotik ini dengan mudah menembus
dinding dan membran sel kuman gram negatif aerobik, kemudian mengikat
penicillin-binding-protein 3 (-PBP 3). Pengaruh interaksi tersebut pada kuman ialah
terjadi perubahan bentuk filamen, pembelahan sel terhambat dan mati. KBM
aztreonam terhadap kuman yang peka tidak banyak berbeda dengan KHM-nya.
Aztreonam tidak terikat pada PBP esensial kuman gram-positif dan kuman anaerob.
b. Klasifikasi, Aktivitas dan Aplikasi Klinis Monobaktam
GOLONGAN
APLIKASI KLINIS
Aztreonam
Aztreonam tunggal maupun dalam kombinasi
AKTIVITAS
dengan antimikroba lain, efektif untuk
Aztreonam hanya aktif terhadap
mengatasi infeksi berat oleh kuman gram
kuman
gram-negatif
aerobik
negative aerobic. Indikasinya antara lain untuk
termasuk Haemophilus influenzas
infeksi saluran kemih dengan komplikasi,
dan meningokok serta gonokok
saluran napasbawah, kulit dan struktur kulit,
yang menghasilkan betalaktamase.
alat kelamin, inta abdominal, tulang dan
bakterimia pada dewasa dan anak.
II.3.4. Karbapenem
a. Mekanisme Kerja
Hanya terdapat satu agen antibiotik dari golongan carbapenem yang digunakan
untuk perawatan klinis, yaitu imipenem yang memiliki kemampuan antibakterial
yang sangat baik untuk melawan bakteri gram negatif-basil (termasuk P. aeruginosa,
Staphylococcus, dan bacteroides. Penggunaan imipenem harus dikombinasikan
dengan inhibitor enzim tertentu untuk melindunginya dari degragasi enzim dari liver
di dalam tubuh. Mekanisme kerja imipenem adalah mengikat PBP2 dan menghambat
sintesis dinding sel kuman. Aktivitas resisten terhadap beta-laktamase yang dibawa
oleh bakteri Gram- negatif. Aktif terutama terhadap bakteri Gram-negatif.
Page 16
APLIKASI KLINIS
Imipenem digunakan untuk pengobatan
dan
Efek
kliniknya
sebanding
dengan
CCS,
maka
meningitis bacterial.
Doripenem
AKTIVITAS
Spectrum antimikroba doripenem luas
Page 17
efektif
pada
APLIKASI KLINIS
Asam Klavulanat
dikombinasi
dengan
sering
digunakan
dengan
suatu
aminoglikosida.
Sulbaktam dikombinasi ampisilin digunakan
untuk pengobatan infeksi campuran intraabdominal dan pelvis. Pasien disesuaikan
dengan gangguan fungsi ginjal.
Tazobaktam
Page 18
BAB III
PENUTUP
1. Daftar Pustaka
Brunton, L, Parker, K, Blumnenthal, D., and Buxton,I. 2008. Goodman & Gilmans
Manual of Pharmacology and Therapeutic. The McGraw-Hill Companies, inc.
USA
Departemen Farakologi dan Teraputik FK UI. 2011. Farmakologi dan Terapi Edisi 5.
Bagian Farmakologi FK UI. Jakarta
Krauss K, editor 1999. Yale-New Haven Hospital Annual Report. New Haven: YaleNew Haven Hospital.
Saxon, W. 1999. Anne Miller, 90, first patient who was saved by penicillin. The New
York Times.
Staf pengajar FK Unsri. 2008. Kumpulan Kuliah Farmakologi. Jakarta: EGC
Tjay, Tan Hoon dan Kirana, Raharja. 2002. Obat-obat Penting, Khasiat, Jakarta : PT
Elex Media Komputindo Kelompok Gremedia.
Page 19
Page 20