1102015097
LO 1. Memahami dan menjelaskan Asam dan Basa
1.1.
Definisi
a) Asam adalah sekelompok zat yang mengandung hidrogen yang
mengalami disosiasi atau terpisah dalam larutan untuk
menghasilkan H bebas dan anion.
b) Basa adalah bahan yang dapat berikatan dengan H bebas dan
menarik ion tersebut dari larutan.
Menurut Bronsted Lowry asam adalah zat yang dapat
memberikan ion (H+) ke zat lain sebagai donor proton sedangkan basa
adalah zat yang dapat menerima ion (H +) dari zat lain akseptor proton
dari asam konjugatnya.
Menurut Lewis asam adalah akseptor elektron dan basa adalah
molekul atau ion yang memiliki tendensi untuk mendonorkan PEBnya.
Dalam sistem buffer, kedua teori ini dipakai, contoh:
HCL(aq) + H2O(l) -> H3O+(aq) + Cl
(aq)
Ba(OH 2
2. Asam lemah adalah senyawa yang hanya sedikit terurai saat
dilarutkan didalam air kurang bereaksi kuat dengan asam. Contoh
H3PO4, H2SO3, HNO2, CH3COOH
Basa lemah adalah senyawa yang hanya sedikit terurai saat
H4
dilarutkan dalam air. Contoh NaHCO3, N
OH
Contoh : Cl, C N
Asam dan basa monoprotik adalah asam dan basa yang dapat
melepaskan satu ion H atau ion OH (dikenal juga dengan
ionisasi primer)
O
H3
Contoh : asam monoprotik [HCl, HN 3 , C
COOH]
basa monoprotik [NaOH, KOH]
Asam dan basa diprotik adalah asam dan basa yang dapat
melepaskan 2 ion H atau ion OH (dikenal dengan ionisasi
sekunder)
H2
O ,
Contoh : asam diprotik [
S 4 H2S]
Indikator
Larutan indikator adalah zat-zat yang mempunyai warna berbeda dalam larutan yang bersifat
asam, basa, dan netral, sehingga dapat digunakan untuk membedakan larutan yang bersifat asam,
basa, dan netral. Larutan indikator akan berubah warna jika PH (derajat keasaman) berubah.
Pada suhu 25 derajat celcius maka pH + pOH = 14, untuk larutan netral pH = pOH = 7,
sedangkan untuk larutan asam pH lebih kecil 7 dan larutan basa lebih besar 7. Jadi, pH
merupakan ukuran konsentrasi ion hidrogen atau ukuran keasaman larutan. Ada dua macam
indikator, yaitu:
Indikator penunjuk asam adalah indikator yang akan berubah warnanya, jika
konsentrasi asam berubah sedikit saja. Daerah perubahan warna untuk indikator
ini kurang dari 7.
Indikator penunjuk basa adalah indikator yang akan berubah warnanya, jika
konsentrasi basa (OH) berubah sedikit saja. Daerah perubahan warnanya lebih
dari 7.
Di laboratorium, indikator yang sering digunakan adalah larutan fenolftalein (PP), metil merah,
dan metil orange.
Warna
Dalam Asam
Dalam Basa
Kisaran pH
Timol biru
merah
Kuning
1,2-2,8
Bromofenol biru
Kuning
Ungu kebiruan
3,0-4,6
Metil jingga
Jingga
Kuning
3,1-4,4
Metil merah
Merah
Kuning
4,2-6,3
Klorofenol biru
Kuning
Merah
4,8-6,4
Bromotimol biru
Kuning
Biru
6,0-7,6
Kresol merah
Kuning
Merah
7,2-8,8
fenolftalein
Tidak berwarna
Pink kemerahan
8,3-10,0
basa lemah, begitu pula pada tingkat kosentrasinya ion H atau ion OH yang
sangat lemah.
Pengaturan keseimbangan asam basa diselenggarakan melalui koordinasi
dari tiga sistem, yaitu sistem buffer, sistem paru dan sistem ginjal. Prinsip
pengaturan keseimbangan asam-basa oleh sistem buffer adalah menetralisir
kelebihan ion H+, bersifat temporer, dan tidak melakukan eliminasi. Proses
eliminasi dilakukan oleh paru dan ginjal. Mekanisme paru dan ginjal dalam
menunjang sekresi, ekskresi, dan absorpsi ion hidrogen dan bikarbonat serta
membentuk buffer tambahan (fosfat, ammonia)
Untuk jangka panjang, kelebihan asam atau basa dikeluarkan melalui
ginjal dan paru, sedangkan untuk jangka pendek, tubuh dilindungi dari
perubahan pH dengan sistem buffer. Mekanisme buffer tersebut bertujuan
untuk mempertahankan pH darah antara 7.35-7.45
(Sjarifuddin, 2008)
2.2. Patofisiologi / Mekanisme
Keseimbangan
asam
+
keseimbangan antara ion [ H ] bebas dan [HC O3 ] dalam cairan tubuh
sehingga pH darah 7,35 7,45 atau keseimbangan tubuh yang harus dijaga
+
kadar ion [ H ] bebas dalam batas normal maupun pembentukan asam
maupun basa terus berlangsung dalam kehidupan.
Cairan tubuh harus dilindungi dari perubahan pH karena sebagian besar
enzim sangat peka terhadap perubahan pH. Mekanisme protektif harus
berlangsung aktif dan secara terus menerus karena proses metabolisme juga
menyebabkan terbentuknya asam dan basa secara terus menerus (asam
karbonat, asam sulfat, asam fosfat, asam laktat, asam sitrat, asam
asetoasetat, ion ammonium, -hidroksibutirat).
+
Karena ion [ H ] berpengaruh besar dalam keseimbangan asam-basa,
+
maka faktor yang mempengaruhi [ H ] juga mempengaruhi keseimbangan
asam basa, yaitu :
+
a) Lebihnya kadar [ H ] yang ada dalam cairan tubuh, berasal dari
Pembentukan
dan HC O 3
H2
O3
Sistem
Sistem
Sistem
Sistem
buffer
buffer
buffer
buffer
asam karbonat-bikarbonat
hemoglobin
protein
fosfat
H2CO3
H+ + HCO3-
H2
amino histidin yang mempunyai cincin imitazol dengan Pka = 6.0. Pada
kebanyakan protein Pk sekitar 7.0-7.4. Proses pengaturan melalui
sistem buffer protein berjalan lambat karena ion hidrogen harus
melalui proses difusi membran sel yang dipengaruhi oleh pompa
natrium.
Sistem buffer Fosfat
Sistem dapar ini berperan penting dalam pendaparan cairan tubulus
ginjal dan cairan intrasel
Pada cairan intra sel, kehadiran penyangga fosfat sangat penting dalam
mengatur pH darah. Penyangga ini berasal dari campuran dihidrogen fosfat
(H2PO4-) dengan monohidrogen fosfat (HPO32-). Sistem penyangga fosfat
bekerja dalam cara yang serupa untuk mengubah asam kuat menjadi asam
lemah dan basa kuat menjadi basa lemah
Na 2 P O4
H2
O4
+
H
arteri.
O2
O2
O2
juga meningkat.
+
H
Jika konsentrasi
O2
ventilasi paru-paru
O2
O2
+
H
asam karbonat dari cairan tubuh , lebih banyak daripada jumlah yang
dikeluarkan oleh ginjal.
+
H
Sistem pernapasan juga dapat menyesuaikan jumlah
yang
ditambahkan ke cairan tubuh dari sumber sesuai dengan kebutuhan
untuk memulihkan pH ke arah normal apabila terjadi fluktuasi konsentrasi
+
H
dari sumber-sumber asam non-karbonat.
+
H , sistem pernapasan hanya akan
dari asam sulfat, fosfat, laktat dan asam lain terletak di dalam
ginjal.
+
Ginjal tidak saja secara kontinu mengeluarkan H dalam jumlah
normal yang terus menerus dihasilkan dari sumber-sumber
asamnon-karbonat, tetapi, juga mengubah-ubah kecepatan
+
H
O2
O2
O2
H2
H 2 CO 3
O membentuk
+
H
dan HC O3 . Suatu
+
Na
jika
konsentrasi
O2
meningkat,
maka
reaksi
akan
berlangsung
cepat.
+
Jika konsentrasi H
+
berespon dengan mensekresikan H
b. Ekskresi bikarbonat
+
H
Ginjal
mengatur
konsentrasi
HC O 3
plasma
melalui
mekanisme yaitu :
1. Reabsorpsi HC O3
H2
C O3
Lalu C
O2
O2
H2
O dan C
O2
H2
membentuk
C O3
yang akan terurai menjadi
+
H dan HC O 3 . Karena dapat menembus membran
O3
ini seolah-olah direabsorpsi padahal sebenarnya
tidak.
Dalam keadaan normal, ion hidrogen yang disekresikan ke
dalam lumen tubulus lebih banyak dibandingkan dengan
ion bikarbonat yang difiltrasi. Sehingga semua ion
bikarbonat yang difiltrasi biasanya direabsorpsi karena
+
H
tersedia
di lumen tubulus untuk berikatan
dengannya.
2. Penambahan HC O3
+
H
H2
O3
, HC O3
plasma sebagai HC O 3
+
reabsorpsi HC O3 yang difiltrasi. Sementara itu, H
yang dihasilkan bergabung dengan penyangga fosfat basa
dan kemudian dieksresi di urin.
Selama
asidosis, ginjal melakukan kompensasi sebagai berikut :
Meningkatkan sekresi dan ekskresi
+
kelebihan H
+
H di urin sehingga
+
H
di
plasma menurun.
Mereabsorpsi semua ion bikarbonat yang difiltrasi disertai
dengan penambahan ion bikarbonat baru ke plasma sehingga
konsentrasi ion bikarbonat plasma meningkat.
Begitu pula sebaliknya pada alkalosis.
c. Sekresi amonia
Terdapat dua penyangga urin yang penting yaitu penyangga fosfat
(yang difiltrasi) dan amonia (NH3) yang disekresi.
Dalam keadaan normal, ion hidrogen yang disekresikan, pertama
disangga oleh sistem penyangga fosfat, yang berada di dalam
lumen tubulus karena kelebihan ingesti fosfat telah difiltrasi tetapi
tidak direabsorpsi. Jika sekresi ion hidrogen meningkat, kapasitas
fosfat urin untuk menyangga akan terlampaui,tetapi ginjal tidak
dapat mengeluarkan lebih banyak fosfat basa, maka semua ion
fosfat basa akan diekskresikan agar berikatan dengan ion
hidrogen.
Lalu sel-sel tubulus mensekresikan N H 3 ke dalam lumen tubulus
setelah penyangga fosfat urin menjadi jenuh. Lalu, ion Hidrogen
H3
akan terus berikatan dengan N
untuk membentuk ion
amonium (N H 4 )
H
Untuk setiap N
yang dieksresikan, dihasilkan HC O3 yang
4
Definisi
Klasifikasi
+
menyebabkan terjadinya penurunan pH (peningkatan [ H ]). [HC O 3 ]
ECF adalah kurang dari 22 mEq/L dan pH-nya kurang dari 7.35. Kompensasi
pernapasan kemudian segera dimulai untuk menurunkan PaC
O3 melalui
dalam tubuh
3.4.
1.
2.
Tidak terdapat gejala dan tanda alkalosis metabolik yang spesifik. Adanya
gangguan ini harus dicurigai pada pasien yang memiliki riwayat muntah,
penyedotan, nasogastrik, pengobatan diuretik atau pasien yang baru sembuh
dari gagal nafas (Hiperkapnia)
Manifestasi asidosis respiratorik
Gejala dan retensi CO2 tidak bersifat khas dan pada umumnya tidak
mencerminkan kadar PaCO2 selain itu asidosis respiratorik akut maupun
kronis selalu disertai oleh hipoksemia sehingga hipoksemia bertanggung
jawab atas banyak tanda-tanda klinik akibat retensi CO 2.
(Prince
&
Wilson,2006)
3.5.
Penanganan
Menurut buku gangguan keseimbangan air-elektrolit asam basa
FKUI, tata laksana bagi gangguan keseimbangan asam basa repiratorik,
yaitu:
Asidosis Respiratorik
a. Mengatasi penyakit dasarnya dan apabila terdapat hipoksemia harus
diberikan terapi oksigen.
b. Untuk asidosis respiratorik dengan hipoksemia berat memerlukan
ventilasi mekanik, baik invasive maupun non invasif
Alkalosis Respiratorik
a. Ditujukan terhadap kelainan primernya
b. Alkalosis yang disebabkan oleh hipoksemia diatasi dengan
memberikan terapi oksigen
Tata laksana bagi gangguan keseimbangan asam basa metabolik,
yaitu:
1. Asidosis metabolic
a. Tata laksana as. Metabolic ditujukan terhadap penyebabnya
2. Alkalosis metabolic
Bila ada deplesi volume cairan tubuh, upayakan volume plasma kembali
normal dengan pemberian Nacl isotonic.
Apabila penyebanya hipokalemia, lakukan koreksi kalium plasma.
Bila penyebabnya hipokloremia, lakukan koreksi klorida dengan
pemberian Nacl isotonik
3.6. Mekanisme kompensasi
Bila terjadi keadaan asidosis atau alkalosis maka tubuh akan melakukan
mekanisme kompensasi oleh paru-paru dan ginjal, dengan merubah komponen
PaCO2 dan HCO3.
-
Asidosis Respiratorik
Respon kompensasi adalah peningkatan HCO 3 plasma, yang disebabkan
oleh penambahan bikarbonat baru ke dalam cairan ekstrasel oleh ginjal.
Peningkatan bikarbonat membantu mengimbangi peningkatan PCO 2,
sehingga mengembalikan pH plasma kembali normal.
Asidosis Metabolik
Kompensasi primernya meliputi peningkatan kecepatan ventilasi, yang
mengurangi PCO2 dan kompensasi ginjal, yang dengan menambahkan
bikarbonat baru ke cairan ekstrasel membantu memperkecil penurunan
awal konsentrasi HCO3 ekstrasel.
Alkalosis Respiratorik
Respon kompensasi terhadap pengurangan PCO 2 primer pada alkalosis
respiratorik adalah pengurangan konsentrasi HCO 3 plasma, yang
disebabkan oleh peningkatan ekskresi HCO 3 oleh ginjal.
Alkalosis Metabolik
Kompensasi utamanya adalah penurunan ventilasi, yang meningkatkan
PCO2 dan peningkatan ekskresi HCO 3 oleh ginjal, yang membantu
mengkompensasi peningkatan awal konsentrasi HCO 3 cairan ekstrasel.
- (Prince & Wilson,2006)
DAFTAR PUSTAKA
Price, Sylvia Anderson (2006), Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit edisi 6,ab. Huriawati Hartanto, Jakarta, EGC.
Sherwood, Lauralee (2004), Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem edisi 2,
Jakarta, EGC.
Sudoyo, W Aru, Bambang setiyohadi, Idrus Alwi (2009), Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid I Ed.5, Jakarta, Interna Publishing.
Sukmariah M, Karmiati A (1990), Kimia Kedokteran edisi 2, Binarupa Aksara,
Jakarta.