BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan wilayah rawan berbagai bencana alam,
apalagi karena wilayah Nusantara berada di rangkaian jalur gunung api
aktif di dunia (ring of fire) di samping juga dikepung oleh tiga pahatan
lempeng tektonik dunia: lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan
lempeng Pasifik. Belum lagi Indonesia yang memiliki lebih dari 18.000
pulau dengan sekitar 500 titik gunung berapi dan 130 diantaranya masih
aktif. Situasi geografis semacam itu menjadikan Indonesia rentan bencana
alam (http://www.pdat.co.id).
Kondisi alam dan situasi geografis ini menunjukkan bahwa bencana
alam menjadi sangat mungkin terjadi. Berdasarkan Data dan Informasi
Bencana Indonesia tercatat dari tahun 2000-2015 jumlah bencana yang
terjadi di Indonesia sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
Tanah Longsor
= 3.263
Gempa Bumi
= 204
Tsunami
=
1
Gempa Bumi dan Tsunami
=
4
Letusan Gunung Api
=
78
Banjir dan Tanah Longsor
= 449
Banjir
= 6.117
Kekeringan
= 1.756
Kebakaran Hutan dan Lahan
= 339
Puting Beliung
= 3.984
Aksi Teror / Sabotase
=
28
Gelombang Pasang / Abrasi
= 265
Kecelakaan Industri
=
32
Kecelakaan Transportasi
= 312
Konflik / Kerusuhan Sosial
= 107
Potret kejadian ini bukan untuk mengecilkan hati orang yang hidup
Universitas Pertahanan
sosial
keagamaan
yang
yang
tergabung
dalam
Community
Based
Disaster
Risk
Universitas Pertahanan
1.2 Permasalahan
Ilmu sosiologi adalah ilmu tentang masyarakat, baik itu individunya
maupun kelompok yang membentuknya. Lembaga sosial sebagai
kumpulan yang membentuk masyarakat mempunyai keterlibatan dalam
masyarakat. Keterlibatan ini berfungsi untuk mengatur, mengkoordinir,
mengarahkan, memberikan pedoman bagi masyarakat yang menjadi
anggotanya.
Nahdlatul Ulama sebagai lembaga sosial keagamaan, yang
didalamnya senantiasa mengajarkan tentang keagamaan Islam dan
memandang bencana sebagai mushibah (sesuatu yang tidak sesuai
kebiasaan), adzab (siksa atau hukuman), bala (ujian), fitnah (godaan,
cobaan yang jika tidak dihadapi dengan bijak bisa menjadi bencana),
basa (kesengsaraan) dan dlarra (penderitaan) (Mandzur, 2000). Dengan
adanya bencana, maka Nahdlatul Ulama ikut terlibat aktif dalam
penanggulangan bencana. Penanggulangan bencana dalam konteks
Islam adalah wajib bahkan fardlu.
Gerakan penanggulangan bencana yang dibangun oleh Nahdlatul
Ulama, meliputi aspek preventif, mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat,
rehabilitasi serta rekonstruksi. Sedangkan upaya penguatan yang
dilaksanakan
diantaranya
melalui
kegiatan-kegiatan
pelatihan
dan
Universitas Pertahanan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN PEMBAHASAN
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Bencana
Bencana menurut Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007 adalah
peristiwa atau serangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor
alam dan atau non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta
benda dan dampak psikologis. Sedangkan menurut UN-ISDR (2000)
mengatakan
bencana
adalah
suatu
gangguan
serius
terhadap
Universitas Pertahanan
2. Bala, berarti ujian. Bala dapat terjadi untuk nikmat dan ujian atas
nikmat.
Universitas Pertahanan
meningkatkan
kualitas
keimanan
dan
memperkuat
kesabarannya
2. Sebagai peringatan agar manusia selalu tunduk dan patuh serta
melaksanakan perintah Allah dan tidak melakukan hal-hal yang
dilarang agama
3. Sebagai hukuman atas apa yang telah diperbuat manusia agar ia
menyadari
dan
menyesali
kesalahannya
kemudian
bertaubat
Universitas Pertahanan
Doorn
dan
tentang
C.J. Lammers,
struktur-struktur
proses-proses
Universitas Pertahanan
social institutions, karena istilah yang biasa digunakan antara lain pranata
sosial, bangunan sosial atau lembaga kemasyarakatan.
Sedangkan menurut Robert Maclver dan Charles H. Page dalam
Soekanto dan Sulistyowati, 2015 mengartikan lembaga kemasyarakatan
sebagai tata cara atau prosedur yang telah diciptakan untuk mengatur
hubungan antarmanusia yang berkelompok dalam suatu kelompok
kemasyarakatan yang dinamakannya asosiasi. Menurut Leopold von
Wiese dan Howard Becker dalam Soekanto dan Sulistyowati, 2015
mengartikan lembaga kemasyrakatan sebagai suatu jaringan prosesproses hubungan antarmanusia dan antarkelompok manusia yang
berfungsi untuk memelihara hubungan-hubungan tersebut serta polapolanya,
sesuai
dengan
kepentingan-kepentingan
manusia
dan
kelompoknya.
Lembaga kemasyarakatan berfungsi (Soekanto dan Sulistyowati,
2015):
a. Memberikan pedoman pada anggota masyarakat dalam menghadapi
masalah masyarakat terutama menyangkut kebutuhan pokok
b. Menjaga keutuhan masyarakat
c. Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem
pengendalian
sosial
sebagai
sistem
pengawasan
masyarakat
Universitas Pertahanan
sosiologi
bernama
Sumner
dalam
Soekanto
dan
secara
teliti
lembaga-lembaga
kemasyarakatan
di
itu
merupakan
hal-hal
yang
sangat
penting
dalam
membuat
kapasitas
untuk
pengambilan
peran,
membuat
Universitas Pertahanan
10
menjaga
dirinya,
keluarga
dan
lingkungannya,
sehingga
perspektif
agama,
upaya
penanggulangan
terhadap
Universitas Pertahanan
11
rangka
meningkatkan
kesadaran
dan
kesiapsiagaan
Based
Disaster
Risk
Management
Nahdlatul
Ulama
CBDRMNU
bertujuan
utama
adalah
untuk
mengurangi
24
Tahun
2007
kegiatan
Universitas Pertahanan
12
rentan
untuk
mendapatkan
pendampingan
dalam
penanggulangan bencana
b. Mengenal dan membangun hubungan baik dengan komunitas yang
dipilih, agar terbangun kepercayaan
c. Melakukan kajian risiko bencana secara partisipatif, kegiatan ini pada
dasarnya adalah proses diagnosa untuk mengidentifikasi risiko yang
dihadapi oleh komunitas dan cara penanganinya melalui pendekatan
partisipatif (PRA/Participatory Risk Assessment): komunitas dapat
menganalisis ancaman, kerentanan dan risiko bencana yang akan
timbul
d. Mengidentifikasi alternatif tindakan pengelolaan risiko dan perencanaan
pengurangan risiko bencana, yaitu dengan membuat profil dan peta
desa, mengkaji dan menilai ancaman bahaya, mengkaji dan menilai
kerentanan serta kapasitas masyarakat, mengkaji dan menilai risiko
bencana
e. Implementasi tindakan pengurangan risiko, adalah penentuan lembaga
yang akan mengelola pelaksanaan pengurangan risiko bencana
f. Pemantauan dan evaluasi implementasi tindakan pengurangan risiko
bencana secara partisipatif, dimaksudkan untuk menilai hasil kegiatan
yang disesuaikan dengan hasil yang diharapkan untuk mengurangi
risiko bencana
g. Pembentukan organisasi
pengelolaan
risiko
bencana
berbasis
komunitas
2. Tahap Kesiapsiagaan
Menurut Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007, kesiapsiagaan
adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi
bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna
dan berdaya guna. Dalam Al quran dissebutkan bentuk kesiapsiagaan:
Universitas Pertahanan
13
kebencanaan,
NU
menyelenggarakan
pelatihan
P3K,
Universitas Pertahanan
14
Rencana
Kontigensi
harus
memuat:
Identifikasi
skenario
dan
darurat
harus
dilakukan
sesegera
mungkin
agar
dapat
15
baik
melalui
sistem
data
base,
dimaksudkan
agar
informasi
dan
rekonstruksi,
keduanya
disebut
fase
pemulihan.
sarana,
sarana
sosial
masyarakat,
pembangkitan
kembali
Universitas Pertahanan
16
Ulama
sebagai
lembaga
sosial
merupakan
17
sendiri-sendiri,
sehinggs
berguna
untuk
saling
adalah
menyelesaikan
penyimpangan
dan
segera
Universitas Pertahanan
18
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Nahdlatul Ulama sebagai lembaga sosial keagamaan melakukan
peranan dalam pengurangan risiko bencana melalui kegiatan-kegiatan
seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007
yang dimulai dari masa prabencana, saat dan pasca bencana dengan
menggabungkan (mensinergikan) cara pandang dan pengetahuan yang
bersifat sains dan teknologi dengan cara pandang dan pengetahuan
yang bersifat keagamaan serta ditambah tradisi setempat atau kearifan
lokal
2. Nahdlatul Ulama membentuk tim penanggulangan bencana yang diberi
nama Project Management Unit Community Based Disater Risk
Managemen
Nahdlatul
Ulama
(PMU
CBDRMNU)
bertujuan
menurut
Universitas Pertahanan