Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker tiroid merupakan salah satu neoplasma yang cukup sering ditemui,
terutama pada divisi kepala leher. Dibandingkan dengan tipe kanker yang sering terjadi
lainnya, kanker tiroid menduduki peringkat ke-9.Kanker tiroid lebih sering didapatkan
pada wanita daripada pria (3:1) dan orang dengan riwayat penyakit tiroid pada
keluarganya (National Cancer Institute, 2014). Kanker tiroid merupakan salah satu
penyebab dari gejala klinis pembesaran kelenjar tiroid yang abnormal (struma). Struma
ada yang berupa diffuse dan nodul. Pembesaran kelenjar tiroid bisa disebabkan oleh
banyak hal dan tidak selalu kanker. Baik struma diffuse maupun nodul biasanya
disebabkan adanya ketidakseimbangan hormon. Sebagian besar nodul tiroid jinak, tetapi
sekitar 1 dari 20 bersifat ganas. Seringkali nodul tersebut memproduksi terlalu banyak
hormon tiroid dan menyebabkan hipertiroid (American Cancer Society, 2014).
Menurut American Cancer Society (2015), estimasi kanker tiroid yang terjadi di
Amerika Serikat pada tahun 2015 adalah sekitar 62.450 kasus baru kanker tiroid (47.230
pada wanita dan 15.220 pada pria) dan sekitar 1.950 kematian karena kanker tiroid
(1.080 wanita dan 870 pria). Sedangkan di Indonesia, insidensi kanker tiroid sampai saat
ini belum didapati.Kanker tiroid umumnya didiagnosis pada usia yang lebih muda
daripada sebagian besar kanker lain yang umum terjadi pada orang dewasa, 2 dari 3
kasus ditemukan pada orang dengan usia di bawah 55 tahun. Sekitar 2% kanker tiroid
terdapat pada anak-anak dan remaja. Beberapa tahun terakhir, peluang didiagnosis
kanker tiroid semakin meningkat dan kanker tiroid menjadi kanker yang paling
meningkat jumlahnya di Amerika Serikat. Hal ini disebabkan karena meningkatnya
penggunaan ultrasound tiroid yang dapat mendeteksi nodul tiroid kecil yang mungkin
dulu belum pernah ditemukan semudah ini. Jumlah kematian pada kanker tiroid
cenderung stabil pada beberapa tahun dan tetap mengakibatkan kematian yang sangat
rendah bila dibandingkan dengan kanker lain yang sering terjadi (American Cancer
Society, 2014). Tetapi di Indonesia, sebagian besar kasus kanker tiroid baru terdiagnosis
setelah ukurannya semakin membesar dan sudah mulai terjadi penekanan ke jaringan
sekitar. Pasien juga terganggu dengan alasan kosmetik. Hal tersebut terjadi karena sifat
benjolan pada kanker tiroid yang tidak nyeri.

BAB II
STUDI PUSTAKA
2.1 Kelenjar Tiroid
2.1.1 Embriologi
Kelenjar tiroid berkembang dari endoderm yang berasal dari sulkus faringeus pertama
dan kedua pada garis tengah. Tempat pembentukan kelenjar tiroid ini menjadi foramen
saekum di pangkal lidah. Jaringan endodermal ini kemudian turun ke leher sampai dengan
setinggi cincin trakea kedua dan ketiga yang kemudian membentuk dua lobi. Penurunan ini
terjadi di garis tengah, kemudian saluran ini pada struktur endodermal tetap ada dan menjadi
duktus tiroglossus yang kemudian akan berobliterasi menjadi lobus piramidalis kelenjar
tiroid. Kelenjar tiroid janin menjadi fungsional pada minggu ke 12 masa kehidupan
intrauterin.
2.1.2 Anatomi

Kelenjar tiroid terletak di leher antara fascia coli media dan fascia prevertebralis. Di
dalam ruangan yang sama terdapat trakea, esofagus, pembuluh darah besar dan saraf.
Kelenjar tiroid melekat kepada trakea dan fascia pretrachealis, dan melingkari trakea dua
pertiga bahkan sampai tiga perempat lingkaran. Keempat kelenjar paratiroid umumnya
terletak pada permukaan belakang kelenjar tiroid.

Arteri karotis komunis, vena jugularis interna, dan nervus vagus terletak bersama di
dalam sarung tertutup di laterodorsal tiroid. Nervus rekuren terletak di dorsal tiroid sebelum
masuk laring. Nervus frenikus dan trunkus simpatikus tidak masuk ke dalam ruangan antara
fascia media dan prevertebralis.
Kelenjar tiroid kaya akan vaskularisasi yaitu dari empat sumber: arteri thyroidea
superior kanan dan kiri yang merupakan cabang dari arteri karotis kommunis dan arteri
thyroidea inferior kanan dan kiri yang merupakan cabang dari arteri brakialis. Kadang kala
ditemukan arteri thyroidea ima cabang dari trunkus brakiosefalika yang sering menimbulkan
perdarahan pada waktu melakukan trakeostomi.
Adapun sistem venanya terdiri dari vena thyroidea superior kanan dan kiri, vena
thyroidea media kanan dan kiri, dan vena thyroidea inferior kanan dan kiri. Terdapat dua
saraf yang mensarafi laring dengan pita suara (plica vocalis) yaitu nervus rekuren cabang dari
nervus laringeus superior.
2.1.3 Fisiologis
Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid utama yaitu tiroksin (T4). Bentuk aktif
hormon triiodotironin (T3) yang sebagian besar berasal dari konversi hormon T4 di perifer
dan sebagian kecil langsung dibentuk oleh kelenjar tiroid. Iodida anorganik yang diserap oleh
saluran cerna merupakan bahan baku dari hormon tiroid. Zat ini dipekatkan kadarnya menjadi
30 sampai 40 kali yang afinitasnya sangat tinggi di jaringan tiroid. Iodida anorganik
mengalami oksidasi menjadi bentuk organik dan selanjutnya menjadi bagian dari tirosin yang
terdapat di dalam tiroglobulin dalam bentuk monoiodotirosin (MIT) dan diiodotirosin (DIT).
Konjugasi antara DIT dengan MIT atau DIT dengan DIT yang lain akan menghasilkan T3
dan T4 yang disimpan di dalam koloid dari kelenjar tiroid. Sebagian besar T4 akan
dilepaskan ke sirkulasi.
Sekeresi hormon tiroid dikendalikan oleh suatu hormon stimulator tiroid (TSH) yang
dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar hipofisis. Kelenjar hipofisis secara langsung
dipengaruhi dan diatur oleh suatu hormon tiroid yang bertindak sebagai negative feedback
terhadap lobus anterior hipofisis dan terhadap sekresi TRH dari hipitalamus. Fungsi hormon
tiroid di tubuh terutama dalam fungsi metabolisme.Pada kelenjar tiroid juga terdapat sel C
yang menghasilkan hormon calsitonin yang berperan dalam mengatur kadar kalsium di dalam
darah.

2.2 Kanker tiroid


2.2.1 Epidemiologi
Menurut American Cancer Society (2015), estimasi kanker tiroid yang terjadi
di Amerika Serikat pada tahun 2015 adalah sekitar 62.450 kasus baru kanker tiroid
(47.230 pada wanita dan 15.220 pada pria) dan sekitar 1.950 kematian karena kanker
tiroid (1.080 wanita dan 870 pria). Sedangkan di Indonesia, insidensi kanker tiroid
sampai saat ini belum didapati.Kanker tiroid umumnya didiagnosis pada usia yang
lebih muda daripada sebagian besar kanker lain yang umum terjadi pada orang
dewasa, 2 dari 3 kasus ditemukan pada orang dengan usia di bawah 55 tahun. Sekitar
2% kanker tiroid terdapat pada anak-anak dan remaja. Beberapa tahun terakhir,
peluang didiagnosis kanker tiroid semakin meningkat dan kanker tiroid menjadi
kanker yang paling meningkat jumlahnya di Amerika Serikat. Hal ini disebabkan
karena meningkatnya penggunaan ultrasound tiroid yang dapat mendeteksi nodul
tiroid kecil yang mungkin dulu belum pernah ditemukan semudah ini. Jumlah
kematian pada kanker tiroid cenderung stabil pada beberapa tahun dan tetap
mengakibatkan kematian yang sangat rendah bila dibandingkan dengan kanker lain
yang sering terjadi (American Cancer Society, 2014). Tetapi di Indonesia, sebagian
besar kasus kanker tiroid baru terdiagnosis setelah ukurannya semakin membesar dan
sudah mulai terjadi penekanan ke jaringan sekitar. Pasien juga terganggu dengan
alasan kosmetik. Hal tersebut terjadi karena sifat benjolan pada kanker tiroid yang
tidak nyeri.
2.2.2 Klinis
Kanker tiroid seringkali muncul berupa benjolan atau nodul di tiroid dan tidak
menimbulkan gejala apapun. Tes laboratorium umumnya tidak membantu untuk
menemukan kanker tiroid. Tes tiroid, seperti TSH, biasanya normal bahkan ketika
terdapat kanker. Cara terbaik untuk menemukan kanker tiroid adalah dengan
memastikan bahwa kelenjar tidak mengalami pembesaran dan tidak terdapat nodul.
Pemeriksaan leher oleh dokter adalah cara terbaik untuk mendiagnosis.
Seringkali, nodul tiroid ditemukan secara kebetulan tes pencitraan seperti CT
scan dan USG yang dilakukan untuk alasan yang sama sekali tidak berhubungan.
Terkadang, pasien menemukan nodul tiroid dengan memperhatikan benjolan di leher

mereka sambil melihat bercermin. Jarang, kanker tiroid dan nodul lakukan
menyebabkan gejala. Jika nodul cukup besar sehingga menekan tenggorokan atau
kerongkongan, hal itu dapat menyebabkan kesulitan bernapas, menelan, atau
menyebabkan rasa kurang nyaman pada tenggorokan. Bahkan terkadang, suara serak
bisa disebabkan jika kanker menyerang saraf.
2.2.3 Diagnosis
Tes darah
Pemeriksaan ini bertujuan untuk memeriksa tingkat abnormalitas thyroidstimulating hormone (TSH) dalam darah. Terlalu banyak atau terlalu sedikit
TSH berarti tiroid tidak bekerja dengan baik. Pada pasien dengan kecurigaan

kanker tiroid meduler, dapat diperiksakan kadar kalsitonin.


Ultrasound
Alat USG menggunakan gelombang suara yang tidak bisa didengar oleh
manusia. Gelombang suara membuat pola gema saat dipantulkan organ di
dalam leher. Gema menciptakan gambaran tiroid dan jaringan di sekitarnya.
Gambar dapat menunjukkan nodul tiroid yang terlalu kecil untuk dirasakan.
Alat ini dapat untuk mempelajari ukuran dan bentuk masing-masing nodul dan

apakah nodul yang padat atau berisi cairan.


Tiroid scan
Pada pemeriksaan ini, pasien diminta menelan sejumlah kecil zat radioaktif
(seperti yodium radioaktif), dan zat tersebut mengalir melalui aliran darah.
Sel-sel tiroid yang menyerap zat radioaktif dapat dilihat pada scan. Nodul
yang mengambil lebih dari substansi dari jaringan tiroid di sekitar mereka
disebut "hot" nodul. Hot nodul biasanya bukan kanker. Nodul yang mengambil
lebih dari substansi dari jaringan tiroid di sekitar mereka disebut "cold" nodul.

Cold nodul biasanya merupakan kanker.


Biopsi:
Biopsi adalah cara yang pasti untuk mendiagnosa kanker tiroid. Dokter
patologi akan memeriksa sampel jaringan tiroid untuk sel-sel kanker dengan
menggunakan mikroskop.
Pengambilan jaringan untuk biopsi di salah satu dari dua cara. Pertama,
dengan jarum yang tipis yaitu pengambilan sampel jaringan dari nodul tiroid
dengan jarum tipis. Alat USG dapat membantu dokter Anda melihat di mana
untuk menempatkan jarum. Kebanyakan orang memiliki jenis biopsi. Yang
kedua, dengan operasi. Hal ini Jika diagnosis tidak dapat dibuat dari jaringan
yang diambil dengan jarum, ahli bedah akan mengambil lobus atau seluruh

tiroid. Sebagai contoh, jika dokter mencurigai kanker tiroid folikuler, lobus
yang berisi nodul dapat diambil untuk diagnosis.
2.2.4 Terapi
a. Pembedahan
Sebagian besar orang dengan kanker tiroid menjalani terapi operasi. Ahli bedah
dapat mengangkat semua atau sebagian dari tiroid.
Mengangkat semua tiroid
Operasi ini dapat digunakan untuk semua jenis kanker tiroid. Ahli bedah
mengangkat tiroid melalui sayatan di leher. Jika beberapa jaringan tiroid tidak
dapat diangkat, dapat dihancurkan kemudian oleh terapi yodium radioaktif.
Dokter bedah juga dapat mengambil kelenjar getah bening di sekitarnyanya.
Jika kanker telah menyerang jaringan di dalam leher, ahli bedah dapat
mengambil jaringan yang terkena. Jika kanker telah menyebar di luar leher,
pengobatan mungkin melibatkan operasi, terapi yodium radioaktif, dan terapi

radiasi eksternal.
Mengangkat lobus tiroid
Beberapa orang dengan kanker tiroid papiler, folikel, atau mungkin memiliki
tumor kecil dihapus dari hanya bagian dari tiroid. Dokter bedah akan
mengambil salah satu lobus dan ismus.

Operasi kanker tiroid menghilangkan sel-sel yang membuat hormon tiroid. Setelah
operasi, kebanyakan orang perlu mengambil pil untuk menggantikan hormon tiroid alami.
Pasien perlu mengkonsumsi pil hormon tiroid selama sisa hidupnya. Jika dokter bedah
menghilangkan kelenjar paratiroid, pasien juga perlu mengkonsumsi kalsium dan vitamin D.
b. Terapi hormon tiroid
Setelah operasi untuk mengangkat sebagian atau seluruh tiroid, kebanyakan orang
perlu mengkonsumsi obat untuk menggantikan hormon tiroid alami. Namun, pil
hormon tiroid juga digunakan sebagai bagian dari pengobatan untuk kanker tiroid
papiler atau folikuler. Hormon tiroid memperlambat pertumbuhan sel kanker tiroid
yang tersisa di tubuh setelah operasi.
Meskipun pil hormon tiroid jarang menyebabkan efek samping, terlalu banyak
hormon tiroid dapat menyebabkan penurunan berat badan, badan terasa panas, dan
berkeringat. Terlalu banyak hormon tiroid juga dapat menyebabkan denyut
jantung yang cepat, nyeri dada, kram, dan diare. Terlalu sedikit hormon tiroid
dapat menyebabkan seseorang mengalami kenaikan berat badan, merasa dingin
dan lelah, dan memiliki kulit dan rambut kering.

c. Terapi radiasi eksternal


Terapi yodium radioaktif dengan I-131 adalah pengobatan untuk papiler atau
kanker tiroid folikuler. Terapi ini membunuh sel-sel kanker tiroid dan sel-sel tiroid
normal yang masih berada dalam tubuh setelah operasi. Orang dengan kanker
tiroid tipe medular atau anaplastik biasanya tidak mendapat terapi I-131. Jenis
kanker tipe tersebut jarang merespon terapi I-131.
d. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan terapi untuk kanker tiroid tipe meduler dan anaplastik.
Terkadang dapat digunakan untuk meredakan gejala kanker tiroid lainnya.
Kemoterapi menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker.
Kebanyakan obat untuk kanker tiroid diberikan langsung ke pembuluh darah
(intravena) melalui jarum tipis, namun terdapat jenis obat baru untuk kanker tiroid
meduler dapat dikonsumsi melalui mulut.
Efek samping tergantung terutama pada obat-obat yang diberikan dan berapa
banyak. Untuk obat yang diberikan langsung ke pembuluh darah, efek samping
yang paling umum termasuk luka mulut, mual, muntah, kehilangan nafsu makan,
dan rambut rontok. Untuk obat yang diberikan melalui mulut, efek samping
termasuk diare, tekanan darah tinggi, batuk, dan ruam.

Daftar Pustaka
American Cancer Society. 2014. What are the key statistics about thyroid cancer? Available
at:

http://www.cancer.org/cancer/thyroidcancer/detailedguide/thyroid-cancer-key-

statistics
American

Cancer

Society.

2014.

What

is

thyroid

cancer?

Available

at:

http://www.cancer.org/cancer/thyroidcancer/detailedguide/thyroid-cancer-what-isthyroid-cancer
American Thyroid Association. 2014. Thyroid Cancer. American Thyroid Association.
National Cancer Institute. 2014. SEER Cancer Statistics Factsheets: Thyroid Cancer.
Available at: http://seer.cancer.gov/statfacts/html/thyro.html
National Cancer Institute. 2012. What You Need to Know About Thyroid Cancer

Sjamsuhidayat, de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
ECG

Anda mungkin juga menyukai