Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MANAJEMEN NYERI

PADA PASIEN DENGAN APENDICITIS DI RUANG MELATI


RSUD AMBARAWA

LAPORAN
Disusun Guna Memenuhi Tugas Keterampilan Dasar Kebidanan
Oleh :
AMINA DEVI AFISTIANI

P1337424115017

PRODI DIII KEBIDANAN JURUSAN KEBIDANAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
SEMARANG
2016

BAB 1 : TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori
1. Pengertian
Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada
kuadran bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk
bedah abdomen darurat (Smeltzer, 2001). Apendisitis adalah peradangan
apendiks yang relatif sering dijumpai yang dapat timbul tanpa sebab yang
jelas, atau timbul setelah obstruksi apendiks oleh tinja, atau akibat
terpuntirnya apendiks atau pembuluh darahnya
2. Penyebab
Apendicitis disebabkan oleh penyumbatan lumen appendik oleh
hyperplasia Folikel lympoid Fecalit, benda asingstriktur karena Fibrasi
karena adanya peradangan sebelumnya atau neoplasma. Obstruksi tersebut
menyebabkan mucus yang memproduksi mukosa mengalami bendungan.
Namun elastisitas dinding appendik mempunyai keterbatasan sehingga
menyebabkan tekanan intra lumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan
menghambat aliran limfe yang akan menyebabkan edema dan ulserasi
mukosa. Pada saat inilah terjadi Appendiksitis akut local yang ditandai
oleh adanya nyeri epigastrium.
3. Tanda dan gejala
a. Mual, muntah dan nyeri yang hebat di perut kanan bagian bawah.
b. Nyeri bisa secara mendadak dimulai di perut sebelah atas atau di
sekitar pusar, lalu timbul mual dan muntah.
c. Setelah beberapa jam, rasa mual hilang dan nyeri berpindah ke perut
kanan bagian bawah.
d. Jika dokter menekan daerah perut bagian kanan bawah, penderita
merasakan nyeri tumpul dan jika penekanan ini dilepaskan, nyeri bisa
bertambah tajam.
e. Demam bisa mencapai 37,8-38,8 Celsius.
4. Mekanisme penyakit
Bagan alur

Gambar 1. Alur Mekanisme Apendicitis


Penjelasan bagan aluran Apendicitis
Apendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau
tersumbat kemungkinan oleh fekolit (massa keras dari faeces) atau benda
asing. Proses inflamasi meningkatkan tekanan intraluminal, menimbulkan
nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara progresif, dalam beberapa
jam terlokalisasi dalam kuadran kanan bawah dari abdomen. Akhirnya
apendiks yang terinflamasi berisi pus. Obstruksi pada lumen apendiks
karena adanyatimbunan tinja yang keras sehingga akn menimbulkan
terjadinya pembengkakan infeksi dan ulserasi serta terjadinya peningkatan
intraluminal yang terjadi terus menerus sehingga akan mengakibatkan
nekrosis dan perforasi

5. Diagnosa dan Intervensi


Diagnosa
Risiko

tinggi

terjadinya

Penatalaksanaan
a) Observasi tanda vital.
Perhatikan

demam,

Tujuan
a) Untuk

mengetahui

dugaan adanya infeksi

infeksi

ruptur

pada apendiks

menggigil, berkeringat,

atau terjadinya sepsis,

perubahan mental.
b) Lakukan
mencuci

abses, peritonitis.
b) Untuk
menurunkan

tangan yang baik dan


perawatan luka aseptik.
Beri
perawatan
paripurna
c) Pantau
insisi
balutan,

dan

perhatikan

adanya eritema.
d) Kolaborasi pemberian
antibiotik

risiko

penyebaran

bakteri.
c) Memberikan deteksi dini
terjadinya proses infeksi.
d) Menurunkan penyebaran
dan

pertumbuhan

mikroorganisme.

sesuai

indikasi

B. Tinjauan Teori Prioritas Kebutuhan Dasar Klien


1. Pengertian Nyeri
Intervensi kognitif untuk nyeri berfokus pada upaya memodifikasi
proses pikir guna menghilangkan nyeri. Aktifitas kognitif mendistraksi
persepsi nyeri. (McGuire, Sheidler & Polomano, 2000). Menurut IASP
( International Association for Study of Pain ) nyeri adalah sensori
yang bersifat emosional dan subjektif berupa keadaan yang tidak
menyenangkan yang diakibatkan oleh kerusakan jaringan yang benarbenar telah rusak ataupun yang berpotensi untuk rusak.
2. Penyebab Nyeri
a. Trauma
1) Mekanik (tergesek, terpotong, terpukul, tertusuk)
2) Thermis (panas dan dingin)
3) Chemis
(zat kimia bersifat asam dan baja serta iritasi dan
4)
5)

korosif lainnya)
Elektris (listrik)
Peradangan (inflamasi)
Nyeri disebabkan oleh pembengkakan / meregang syaraf dan

pelepasan mediator kimia.


6) Psikologis ( keluhan yang berhubungan dengan psikologis )
b. Gangguan sirkulasi
Terjadi penyempitan / penyumbatan pada saluran tubuh
c. Neuplasma
Jinak / nyeri tidak ada ujung reseptor. Misalnya : tumor

3. Faktor yang Mempengaruhi Nyeri


a. Usia
Usia adalah variabel penting yang memepengaruhi nyeri terutama
pada anak dan orang dewasa. Perbedaan perkembangan yang
ditemukan anatara kedua kelompok umur ini dapat mempengaruhi
bagaiaman anak dan orang dewasa bereaksi terhadap nyeri . Anakanak kesulitan untuk memahami nyeri dan beranggapan jika apa
yang dilakukan perawat dapat menyebabkan nyeri. Anak-anak
yang belum mempunyai kosakata yang banyak, mempunyai
kesulitan mendiskripsikan nyeri kepada orang tua ( Potter & Perry :
1993 )
b. Jenis kelamin
Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wanita tidak mempunyai
perbedaan secara signifikan mengenai respon merekan terhadap
nyeri. Masih diragukan bahwa jenis kelamin merupakan faktor
yang berdiri sendiri dalam ekspresi nyeri. Misalnya anak laki-laki
harus berani dan tidak boleh menangis dimana seorang wanita
dapat menangis dalam waktu yang sama. Penelitian yang dilakukan
Burn, dkk (1989) dikutip dari Potter & Perry, 1993 mempelajari
kebutuhan narkotik post operative pada wanita lebih banyak
dibandingkan dengan pria.
c. Budaya
Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu
mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan
apa yang diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini meliputi
bagaiman bereaksi terhadap nyeri (Calvillo & Flaskerud, 1991)
d. Ansietas
Meskipun pada umunya diyakini bahwa ansietas akan
meningkatkan nyeri, mungkin tidak seluruhnya benar dalam semua
keadaan. Riset tidak memperlihatkan suatu hubungan yang
kosisten antara ansietas dan nyeri juga

tidak memperlihatkan

bahwa pelatihan pengurangan stress praoperatif menurunkan nyeri


saar

pascaoperatif.

Namun,

ansietas

yang

relevan

atau

berhubungan dengan nyeri dapat meningkatkan presepsi pasien


terhadap nyeri. (Smeltzer & Bare , 2002 )
e. Pengalaman masa lalu dengan nyeri
Efek yang tidak diinginkan yang diakibatkan dari pengalaman
sebelumnya menunjukkan pentingnya perawat untuk waspada
terhadap pengalaman masa lalu pasien dengan nyeri. Jika nyerinya
teratasi dengan tepat dan adekuat, individu mungkin lebih sedikit
ketakutan terhadap nyeri

dimasa

mendatang dan mampu

mentoleransi nyeri dengan baik ( Smeltzer & Bare, 2002 )


f. Efek Plasebo
Individu yang diberitahu bahwa suatu medikasi diperkirakan dapat
meredakan nyeri hampir pasti akan mengalami peredaan nyeri
dibanding dengan pasien yang diberitahu nahwa medikasi yang
didapatnya tidak mempunyai efek apapun. Hubungan pasien
dengan perawat yang positif dapat juga menjadi persn yang amat
penting dalam meningkatkan efek placebo (Smeltzer & Bare,
2002 )
4. Klasifikasi Nyeri
a. Nyeri Akut
Nyeri akut didefinisikan sebagai nyeri yang berlangsung beberapa
detik hingga enam bulan ( Brunner & Suddarth, 1996 )
b. Nyeri Kronis
Nyeri kronis adalah nyeri konstan yang menetap sepanjang satu
periode waktu. Nyeri kronis dapat tidak mempunyai awalanyang
ditetapkan dan sering sulit diobati karena biasanya nyeri ini tidak
memberikan respon terhadap pengobatan yang diarahkan pada
penyebabnya . Nyeri kronis didefinisikan sebagai nyeri yang
berlangsung selama enam bulan atau lebih ( Brunner & Suddarth,
1996 dikutip dari Smeltzer 2001 )
5. Pengukuran Skala Nyeri
Skala nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan
individu, pengukuran intensitas nyeri sangan subjektif dan individual
dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang samam dirasakan sangat
berbeda oleh dua orang yang berbeda (Tamsuri, 2007)
a. Face Pain Rating Scale

Menurut Wong dan Baker (1998) pengukuran skala nyeri untuk


anak usia pra sekolah, pengukuran nyeri menggunakan Face Pain
Rating Scale yaitu terdiri dari 6 wajah kartun mulai dari wajah
yang bersenyum untuk tidak nyeri hingga wajah yang menangisi
untuk nyeri berat.

b. Word Grapic Rating Scale


Menggunakan deskripsi kata untuk menggambarkan intensitas
nyeri, biasanya dipakai untuk anak 4-17 tahun (Testler & Other,
1993 : Van Cleve & Savendra , 1993 dikutip dari wong &
Whaleys,1996)
0 = Tidak nyeri
3 = Cukup
1 = Nyeri ringan
4 = Sangat nyeri
2 = Nyeri sedang
5 = Nyeri hebat
c. Skala nyeri menurut Bourbanis
Perawat dapat menanyakan kepada klien tentang nilai nyerinya
dengan penggunaan skala 0 sampai 10. Nyeri yang ditanyakan
pada skalatersebut adalah sebelum dan sesudah dilakukan
intervensi nyeri untuk mengevaluasi keefektifannya ( Mc Kinney et
al, 2000)
6. Intake dan Output
Intake
Infus RL 20 tpm
Injeksi Ceftriaxone 1 gr/12 jam
Injeksi Ranitidin 1 amp/12 jam
Injeksi Ketorolac 1 amp/ 8 jam
Paracetamol 3 x 500 mg

Out put
Pasien menjadi lebih tenang
Nyeri yang dialami pasien berkurang
Pasien menjadi rileks

7. Tindakan Keperawatan untuk Manajemen Nyeri


a. Distraksi
Distraksi adalah teknik memfokuskan perhatian pasien pada
sesuatu yang selain nyeri (Bunner & Suddarth, 1996). Distraksi
diduga dapat menurunkan nyeri, menurunkan presepsi nyeri
dengan

menstimulasi

system

control

descendens,

yang

mengakibatkan lebih sedikit stimulasi nyeri yang ditransmisikan ke


otak. Keefektifan distraksi tergantung pada kemampuan pasien
untuk menerima dan membangkitkan input sensori selain nyeri
(Brunner & Suddartha, 1996 )
Misalnya menoton TV, mendengarkan musik, membaca majalah,
atau mengajak pasien berbicara.
b. Relaksasi
Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan
dan stress. Teknik relaksasi memberikan individu control diri
ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri, stress fisik dan emosi
pada nyeri. Teknik relaksasi dapat digunakan saat individu dalam
kondisi sehat atau sakit . Teknik relaksasi tersebut merupakan
upaya pencegahan untuk membantu tubuh segar kembali dan
beregenerasi setiap hari dan merupakan alternative terhadap
alcohol, merokok, atau makan berlebihan.
Relaksasi otot rangka dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan
merelaksasikan keteganggan otot yang mendukung rasa nyeri.
Teknik relaksasi mungkin perlu diajarkan beberapa kali agar
mencapai hasil optimal. Misalnya menarik nafas dalam-dalam lalu
dikeluarkan seperti meniup balon.
c. Massage adalah tindakan penekanan oleh tangan pada jaringan
lunak, biasanya otot tendon atau GeflexGs, tanpa menyebabkan
pergeseran atau perubahan posisi sendi guna menurunkan nyeri,
menghasilkan relaksasi, dan/atau meningkatkan sirkulasi. Gerakangerakan dasar meliputi : gerakan memutar yang dilakukan oleh
telapak tangan, gerakan menekan dan mendorong kedepan dan

kebelakang menggunakan tenaga, menepuk- nepuk, memotongmotong, meremas-remas, dan gerakan meliuk-liuk. Setiap gerakan
gerakan menghasilkan tekanan, arah, kecepatan, posisi tangan dan
gerakan yang berbeda-beda untuk menghasilkan efek yang di
inginkan pada jaringan yang dibawahnya (Henderson, 2006).
d. Hipnosa
Keadaan yang berubah kesadaran yang digunakan oleh terapis
berlisensi untuk mengobati masalah psikologis atau fisik. Hipnosa
membantu mengubah persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti
positif. Selama GeflexGs, bagian sadar otak sementara disetel
keluar sebagai orang yang berfokus pada relaksasi dan melepaskan
pikiran yang mengganggu. American Society of Clinical
penghipnotis menyamakan hipnotis untuk menggunakan kaca
pembesar memfokuskan sinar matahari dan membuat mereka lebih
kuat. Ketika pikiran kita terkonsentrasi dan terfokus, kita dapat
menggunakannya lebih kuat. Ketika terhipnotis, seseorang bisa
mengalami perubahan fisiologis seperti perlambatan denyut nadi
dan respirasi, dan peningkatan gelombang otak alpha. Orang
mungkin juga menjadi lebih terbuka terhadap saran spesifik dan
tujuan seperti mengurangi rasa sakit. Pada tahap pasca-saran,
terapis memperkuat pemakaian yang berkelanjutan atas perilaku
baru.
e. Kompres Hangat / Dingin
Kompres panas adalah memberikan rasa hangat pada daerah
tertentu dengan menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan
hangat pada bagian tubuh yang memerlukan. Tindakan ini selain
untuk melancarkan sirkulasi darah juga untuk menghilangkan rasa
sakit, merangsang peristaltic usus, pengeluaran getah radang
menjadi lancer, serta memberikan ketenangan dan kesenangan
pada klien. Pemberian kompres dilakukan pada radang persendian,
kekejangan otot, perut kembung, dan kedinginan. Kompres dingin
adalah memberi rasa dingin pada daerah setempat dengan

menggunakan kain yang dicelupkan pada air biasa atau air es


sehingga memberi efek rasa dingin pada daerah tersebut. Tujuan
diberikan kompres dingin adalah menghilangkan rasa nyeri akibat
odema atau truma, mencegah kongesti kepala, memperlambat
denyutan jantung, mempersempit pembuluh darah dan mengurangi
arus darah local. Tempat yang diberikan kompres dingin tergantung
lokasinya. Selama pemberian kompres, kulit klien diperiksa setelah
5 menit pemberian, jika dapat ditoransi oleh kulit diberikan selama
20 menit. Efek dari kompres hangat dan dingin memberikan respon
fisiologis yang berbeda. Efek dari kompres hangat untuk
meningklatkan aliran darah ke bagian yang terinjuri. Pemberian
kompres hangat yang berkelanjutan berbahaya terhadap sel epitel,
menyebabkan kemerahan, kelemahan local, dan bisa terjadi
kelepuhan. Kompres hangat diberikan satu jam atau lebih. Efek
dari kompres dingin dapat menyebabkan Geflex vasodilatasi. Sel
tidak mampu untuk menerima aliran darah dan nutrisi secara
adekuat sehingga menimbulkan iskemik. Hal ini diawali dengan
kulit yang kemerahan diikuti kebiruan dan kekakuan karena dingin,
sebagian tipe nyeri yang dirasa seperti terbakar. (Potter dan Perry,
1997).

DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C, (2001), Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Volume 2,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: Kedokteran
EGC
Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol 2. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C, (2001), Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Volume 2,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

BAB II : TINJAUAN KASUS


A. PENGKAJIAN
Tanggal
: 17 Juni 2016
Jam
: 10.30 WIB
Tempat
: Ruang Melati
Identitas Pasien

Penanggung Jawab
Status

: Suami

Nama

: Pasien

Nama

: Tn. S

Umur

: 50 Tahun

Umur

: 60 Tahun

Agama

: Islam

Agama

: Islam

Pendidikan

: SD

Pendidikan

: SD

Pekerjaan

: Petani

Pekerjaan

: Petani

Suku bangsa : Jawa

Suku Bangsa : Jawa

Alamat

Alamat

: Glirikan, Pringapus

: Glirikan, Pringapus

B. IDENTITAS PASIEN
C. DATA SUBYEKTIF
1. ALASAN DATANG
Pasien mengatakan ingin memeriksakan status kesehatannya saat ini,
Pasien datang dengan mengeluhkan nyeri pada perut.
2. KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan merasa pegal-pegal pada kakinya. Pasien
mengatakan nyeri pada perut bagian kanan bawah.
3. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
Pasien mengatakan nyeri pada perut bagian kanan bawah , nyeri
dirasakan sejak 4 bulan yang lalu namun baru diperiksakan saat ini
karena masih dapat ditahan rasa nyerinya dan dianggap sakit perut
biasa.

4. RIWAYAT KESEHATAN YANG LALU


Pasien mengatakan pernah menderita sakit perut bagian kanan bawah,
sama seperti yang sedang diderita sekarang namun masih bisa diatasi
sendiri.
5. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Pasien mengatakan seluruh anggota keluarganya tidak memiliki
penyakit keturunan seperti DM (Diabetes Melitus), Hipertensi, dan
Jantung. Serta tidak ada yang menderita penyakit menular seperti
HIV/AIDS, Hepatitis, atau TBC.
6. POLA FUNGSI KESEHATAN
a. Pola Presepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Kebiasaan bila sakit : Pasien mengatakan bila sakit membeli obat
di warung.
Presepsi mengenai sakit yang diderita : Pasien mengatakan sedikit
tahu.
b. Pola Aktifitas Latihan
Dalam kemampuan menata diri tingkat pasien, Pasien mengatakan
dapat melakukan sendiri / secara mandiri tanpa bantuan orang lain
dalam memenuhi kebutuhannya ( skala 0 )
c. Pola Nutrisi dan Metabolik
Sebelum sakit :
~ Makan : 3x/sehari dengan komposisi nasi 1 piring, sayur,
lauk, buah.
~ Minum : 8-9 gelas/hari dengan air putih dan teh
Selama sakit :
~ Makan : 3x/hari dengan komposisi nasi 1 piring, lauk,
sayur, buah
~ Minum : 5 gelas / hari dengan air putih
d. Pola Eliminasi
BAK
Sebelum sakit : 7x/hari dengan warna urin kuning bening, tidak
ada keluhan
Selama sakit : 7x/hari dengan warna urin kuning bening, tidak
ada keluhan
BAB
Sebelum sakit : 2x/hari dengan konsistensi padat, warna
kekuning-kuningan, bau khas
Selama sakit : 1x/hari dengan konsistensi keras, warna
kecokelatan, bau khas
e. Pola Tidur dan Istirahat
Sebelum sakit : Tidur 6-7 jam pada malam dan 2 jam pada siang
Selama sakit : Tidur 5 jam pada malam hari dan jarang tidur

pada saat siang


f. Pola Kognitif Presepsi
Pasien mampu berkomunikasi dengan baik dan keadaan Pasien
sadar ( Composmentis ). Pasien mengatakan dapat menerima
dengan baik saran dan nasihat yang diberikan.
g. Pola Toleransi dan Koping Terhadap Stress
Pasien mengatakan saat sakit dapat mengendalikan emosinya, dan
Pasien mengatakan meminta pendapat dengan orang terdekat
ketika mengalami suatu masalah.
h. Konsep Diri
Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan kembali ke rutinitas
sehari-harinya sesuai pekerjaan yaitu petani.
i. Pola Seksual dan Reproduksi
Pasien mengatakan sudah menikah dan sudah lama mengalami
Menopause.
j. Pola Hubungan dan Peran
Pasien mengatakan bekerja sebagai petani. Selama sakit Pasien
mengatakan tidak pergi ke sawah, akibatnya pekerjaan sawah
tertunda. Pasien mengatakan hubungan dalam keluarga baik.
Pasien tinggal bersama suami dan anak di rumah milik sendiri.
k. Pola Nilai dan Keyakinan
Pasien menganut agama Islam dan menjalan puasa saat Ramadhan
dan beribadah dengan teratur.
D. DATA OBYEKTIF
Keadaan umum
: Sedang sakit
Kesadaran
: Composmentis
Tanda-tanda Vital
:
Nadi : 60x/menit
Suhu : 36 o C
TD : 102/74 mmHg
RR : 20x/menit
Pemeriksaan Fisik
Kepala
: Mesocephal, rambut tidak rontok, tidak ada
lesi, sedikit kotor
o Mata
: Palebra simetris, konjungtiva merah muda,
sclera putih, pupil bereaksi
o Hidung
: Septum simetris, tidak ada penyumbatan,
tidak ada polip
o Mulut
: Tidak ada peradangan gusi, lidah bersih,
bibir simetris.
o Telinga
: Membran timpani mengkilat, tidak ada lesi,

bersih dan simetris


: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak
ada nyeri
Ketiak
: Tidak teraba benjolan pada kelenjar
Dada
: Gerak simetris, bentuk normochaf,
Ictus Cordis tidak nampak
Jantung
: Denyut jantung teratur
Paru
: Frekuensi pernafasan 20x per menit
Perut
: Perabaan supel, nyeri tekan pada bagian
kanan bawah, hepar tidak teraba, bising usus
normal.
Genetalia
: Pasien tidak berkenan dilakukan
pemeriksaan genetalia
Ekstermitas
:
Atas : Tidak ada udem,simetris, turgor
kulit baik, sedikit lemas
Bawah : Jari lengkap, kuku kaki sedikit
kotor, reflek patella (+)(+)
Anus
: Pasien tidak berkenan dilakukanpemeriksaan
genetalia
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium : Darah rutin dan USG
Pengobatan
:
- Infus RL 20 tpm
- Injeksi Ceftriaxone 1 gr/12 jam
- Injeksi Ranitidin 1 amp/12 jam
- Injeksi Ketorolac 1 amp/ 8 jam
- Paracetamol 3 x 500 mg

Leher

Pemeriksaan diagnostic lainnya : USG


E. ANALISA MASALAH
Masalah
Gangguan

Etiologi
aktifitas Nyeri

berhubungan

dengan

pada

bagian

bawah

perut

tekan Pasien mengatakan nyeri pada perut

nyeri pada perut


kanan

Symptom Respon Pasien

bagian kanan bawah terutama saat


ditekan bagian tersebut.

F. INTERVENSI
Hari/

Diagnosa

Rencana Keperawatan

Rasionalisasi

Tanggal/
Jam
Kamis 17 Gangguan
Juni 2016
Pukul
11.00 WIB

1. Berikan

aktifitas

manajemen

berhubungan
dengan nyeri
pada

tindakan 1. Untuk
nyeri

mengatasi

keluhan ibu dengan

berupa relaksasi
keluhan nyeri ringan
2. Beritahu
ibu 2. Agar
pasien

perut

bagaian kana

tentang
sekarang

keadadn

mengetahui keadaan
sekarang

bawah

G. IMPLEMENTASI DAN RESPON


Hari/ Tanggal/ Jam
Sabtu 18 Juni 2016
Pukul 11.00 WIB

IMPLEMENTASI
1. Memberitahu
Pasien

tentang

RESPON
1. Pasien mampu menerima
tentang keadaan kesehatan

keadaan

sekarang.

kesehatan

nyaman.
2. Pasien bersedia diberikan

sekarang
2. Diberikan

Pasien

tindakan relaksasi, pasien dan

tindakan

keluarga

manajemen nyeri

mempraktikkan

berupa

dengan benar.

relaksasi

pada pasien

tampak

mampu
relaksasi

H. EVALUASI
No
Hari/ Tanggal
1. Minggu
19 Juni 2016
08.00 WIB

Evaluasi
S : nyeri perut kanan bawah berkurang. BAB
masih nyeri
O : Keadaan umum = tampak sehat
Kesadaran = Composmentis
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi dengan :
-

Diet biasa
Jalan-jalan (mobilisasi)

Anda mungkin juga menyukai