Anda di halaman 1dari 21

BAB 1

TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Mastikasi/Pengunyahan
Pengunyahan merupakan hasil kerja sama antara peredaran darah, otot
pengunyahan, saraf, tulang rahang, sendi temporo-mandibula, jaringan lunak
rongga mulut dan gigi-gigi. Organ tubuh yang terlibat dalam proses
pengunyahan ini antara lain: bibir, lidah, palatum, gigi-gigi, kelenjar saliva,
faring dan laring. Pada umumnya, otot pengunyahan dipersarafi oleh cabang
motorik nervus trigeminus khususnya saraf mandibularis yang dikontrol oleh
nukleus di batang otak.
Terdapat beberapa fungsi penting tubuh yang terlibat dalam proses makan
antara lain pengunyahan, gerakan lidah, perasa, penelanan, dan salvias.
Selain bagian tubuh yang berperan langsung pada proses makan, secara fisiologis
beberapa organ juga ikutberperan dalam menimbulkan keinginan dan seleramakan
yaitu : penglihatan, pendengaran, penciuman, dan keterlibatan susunan saraf
pusat.
Di

dalam

mulut,

makanan

mengalami

proses

mastikasi

untuk

mempermudah mencerna makanan dan merangsang sekresi saliva. Proses


mengunyah disebabkan oleh refleks mengunyah yang berlangsung secara terusmenerus sebagaimana dijelaskan sebagai berikut.
1) Pada saat makanan akan masuk ke dalam mulut akan merangsang refleks
inhibisi otot-otot pengunyahan, yang menstimulasi membukanya rongga
mulut karena rahang bawah turun.
2) Penurunan ini segera menginisiasi refleks regang otot-otot rahang yang
menyebabkan kontraksi otot di sekitar rongga mulut. Hal ini secara
otomatis mengangkat rahang bawah sehingga terjadi penutupan rongga
mulut dan oklusi gigi-gigi.
3) Oklusi gigi mengakibatkan terdorongnya bolus yang beada di permukaan
oklusal gigi bergerak ke arah pipi.
Laporan Fisiologi Blok Stomatognati II Mastikasi dan Refleks Muntah| 1

4) Dorongan makanan ini akan menimbulkan penghambatan kontraksi otototot rahang sehingga mulut kembali terbuka.
5) Pada saat mulut terbuka, lidah dan pipi akan berfungsi mengangkat
kembali makanan ke atas permukaan gigi dan mencampur makanan
dengan enzim pencernaan di rongga mulut. Kondisi ini akan terusmenerus terjadi sehingga terjadi pemecahan ukuran partikel makanan
menjadi lebih kecil dan siap untuk ditelan. Kecepatan pencernaan
makanan sangat tergantung pada luas permukaan total yang dapat
menghasilkan getah lambung. Penghancuran makanan menjadi partikelpartikel halus berfungsi mencegah ekskorias atau lukanya saluran
pencernaan. Dalam hal ini, pergerakan lidah diatur oleh saraf kranialis XII
(nervus hypoglossus).

1.2 Penelanan
A.

Menelan merupakan salah satu bagian dari proses makan. Menelan pada

dasarnya merupakan suatu mekanisme yang kompleks. Proses menelan makanan


bergerak dari faring menuju esofagus. Proses penelanan terdiri dari tiga fase,
yaitu:
1)

Fase Volunter

Makanan ditelan secara sadar. Makanan ditekan atau didorong ke bagian


belakang mulut oleh tekanan lidah yang bergerak ke atas dan ke belakang terhdap
palatum sehingga lidah memaksa bolus masuk ke dalam orofaring. Proses
menelan pada fase ini seluruhnya atau hampir seluruhnya terjadi secara otomatis
dan biasanya tidak dapat dihentikan.

2)

Fase Faringeal

Setelah makanan di dorong ke belakang mulut, makanan tersebut


merangsang daerah reseptor penelanan yang terletak di orofaring, khususnya

Laporan Fisiologi Blok Stomatognati II Mastikasi dan Refleks Muntah| 2

tonsila. Selanjutnya, impuls berjalan ke batang otak untuk memulai serangkaian


kontraksi otot faring dengan jalan sebagai berikut.
a.

Palatum molle didorong ke atas menutup nares posterior untuk mencegah

refluks makanan ke rongga hidung.


b.

Arkus palato-faringeus pada tiap sisi faring tertarik ke tengah untuk saling

mendekati hingga membentuk celah sagital sebagai jalan masuk makanan ke


posterior faring.
c.

Pita suara larings menjadi berdekatan dan epiglotis terdorong ke belakang

ke atas pintu superior larings. Kedua efek ini mencegah masuknya makanan ke
dalam trakea.
d.

Seluruh laring ditarik ke bawah dan ke depan oleh otot-otot yang melekat

pada os hyoideus. Pergerakan ini meregangkan pintu esofagus.


e.

Selanjutnya, bagian atas esophagus (sfingter esophagus atas)berelaksasi

sehingga memungkinkan makanan berjalan dari posterior faring ke dalam


esofagus bagian atas. Pada saat menelan sfingter tetap berkontraksi secara tonik
dengan kuat untuk mencegah udara masuk ke dalam esofagus saat bernafas.
f.

Pada saat laring terangkat dan sfingter esofagus atas relaksasi, m.

Konstriktor faringeus superior berkontraksi sehingga menimbulkan gelombang


peristaltik cepat yang berjalan ke bawah melewati otot-otot faring dan mauk ke
dalam esofagus serta mendorong makanan esofagus bagian bawah. Mekanisme
penelanan pada fase faringeal ini berlangsung selama 1-2 detik.
Pada fase faringeal ini terjadi :
1. m. Tensor veli palatini (n.V) dan m. Levator veli palatini (n.IX,n.X dan
n.XI) berkontraksi menyebabkan palatum mole terangkat, kemudian uvula
tertarik keatas dan ke posterior sehingga menutup daerah nasofaring.

Laporan Fisiologi Blok Stomatognati II Mastikasi dan Refleks Muntah| 3

2. m.genioglosus

(n.XII,

servikal

1),

ariepiglotika

(n.IX,nX)

m.krikoaritenoid lateralis (n.IX,n.X) berkontraksi menyebabkan aduksi


pita suara sehingga laring tertutup.
3. Laring dan tulang hioid terangkat keatas ke arah dasar lidah karena
kontraksi m.stilohioid, (n.VII), m. Geniohioid, m.tirohioid (n.XII dan
n.servikal I).
4. Kontraksi m.konstriktor faring superior (n.IX, n.X, n.XI), m. Konstriktor
faring inermedius (n.IX, n.X, n.XI) dan m.konstriktor faring inferior (n.X,
n.XI) menyebabkan faring tertekan kebawah yang diikuti oleh relaksasi m.
Kriko faring (n.X)
5. Pergerakan laring ke atas dan ke depan, relaksasi dari introitus esofagus
dan dorongan otot-otot faring ke inferior menyebabkan bolus makanan
turun ke bawah dan masuk ke dalam servikal esofagus. Proses ini hanya
berlangsung sekitar satu detik untuk menelan cairan dan lebih lama bila
menelan makanan padat.

3)

Fase Esofagus
Fungsi utama esofagus yaitu menghantarkan makanan dari faring ke

lambung. Sfingter bagian bawah esofagus berelaksasi setelah makanan melakukan


gelombang peristaltik dan memungkinkan makanan terdorong ke dalam lambung.
Sfingter kemudian berkontraki untuk mencegah regurgitasi (refluks) isi lambung
ke dalam esofagus. Gelombang peristaltik esofagus hampir seluruhnya dikontrol
oleh refleks vagus, yang merupakan sebagian dari keseluruhan mekanisme
menelan. Gelombang ini berjalan dari faring ke lambung kira-kira dalam waktu 5
sampai 10 detik. Refleks ini dihantarkan melalui serat aferen vagus dari esofagus
ke medula oblongata dan kembali lagi ke esofagus melalui serat aferen vagus.
Fase ini terdiri dari beberapa tahapan :
1.

Dimulai dengan terjadinya relaksasi m.kriko faring. Gelombang


peristaltik primer terjadi akibat kontraksi otot longitudinal dan otot

Laporan Fisiologi Blok Stomatognati II Mastikasi dan Refleks Muntah| 4

sirkuler dinding esofagus bagian proksimal. Gelombang peristaltik


pertama ini akan diikuti oleh gelombang peristaltik kedua yang
2.

merupakan respons akibat regangan dinding esofagus.


Gerakan peristaltik tengah esofagus dipengaruhi oleh serabut saraf
pleksus mienterikus yang terletak diantara otot longitudinal dan otot
sirkuler dinding esofagus dan gelombang ini bergerak seterusnya secara
teratur menuju ke distal esofagus.

Cairan biasanya turun akibat gaya berat dan makanan padat turun karena gerak
peristaltik dan berlangsung selama 8-20 detik. Esophagal transit time bertambah
pada lansia akibat dari berkurangnya tonus otot-otot rongga mulut untuk
merangsang gelombang peristaltik primer.
B. Gangguan Deglutasi/ Menelan
Secara medis gangguan pada peristiwa deglutasi disebut disfagia atau sulit
menelan, yang merupakan masalah yang sering dikeluhkan baik oleh pasien
dewasa, lansia ataupun anak-anak.
Menurut catatan rata-rata manusia dalam sehari menelan sebanyak kurang
lebih 2000 kali, sehingga masalah disfagia merupakan masalah yang sangat
menggangu kualitas hidup seseorang.
Disfagia merupakan gejala kegagalan memindahkan bolus makanan dari
rongga mulut sampai ke lambung.Kegagalan dapat terjedi pada kelainan
neuromuskular, sumbatan mekanik sepanjang saluran mulai dari rongga mulut
sampai lambung serta gangguan emosi. Disfagia dapat disertai dengan rasa nyeri
yang disebut odinofagia.Berdasarkan difinisi menurut para pakar (Mettew, Scott
Brown dan Boeis) disfagia dibagi berdasarkan letak kelainannya yaitu di rongga
mulut, orofaring, esofagus atau berdasarkan mekanismenya yaitu dapat menelan
tetapi enggan, memang dapat menelan atau tidak dapat menelan sama sekali, atau
baru dapat menelan jika minum segelas air, atau kelainannya hanya dilihat dari
gangguan di esofagusnya.

1.3 Refleks Muntah


Laporan Fisiologi Blok Stomatognati II Mastikasi dan Refleks Muntah| 5

Refleks muntah (gagging reflex) dianggap sebagai suatu melkanisme


fisiologis tubuh untuk melindungi tubuh terhadap benda asing atau bahan-bahan
yang berbahaya bagi tubuh, masuk ke dalam tubuh melalui faring, laring atau
trakea. Sumber refleks muntah secara fisiologis dapat diklasifikasikan menjadi
dua kelompok, yaitu: somatik (stimulasi saraf sensoris berasal dari kontak
langsung pada daerah sensitif yang disebut trigger zone, misalnya: sikat gigi dan
meletakkan benda di dalam rongga mulut) dan psikogenik (distimulasi di pusat
otak yang lebih tinggi tanpa stimulasi secara langsung, misalnya: penglihatan,
suara, bau, perawatan kedokteran gigi).
Letak trigger zone pada setiap individu tidak sama. Pada beberapa orang
trigger zone dapat ditemukan di bagian lateral lidah, posterior palatum, dinding
posterior faring dan lain-lain. Impuls saraf rangsangan ini akan diteruskan ke otak
melalui nervus glossofaringeus dan motoriknya dibawa kembali oleh nervus
vagus. Selain tempat tersebut, refleks muntah juga dapat disebabkan karena
hidung tersumbat, gangguan saluran pencernaan, perokok berat, gigi tiruan,
variasi anatomi dari palatum molle, perubahan posisi tubuh yang sangat cepat atau
pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan.
Mekanisme refleks muntah dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Pada tahap awal iritasi gastrointestinal atau distensi yang berlebihan, akan
terjadi gerakan antiperistaltis (beberapa menit sebelum muntah).
2) Antiperistaltis dapat dimulai dari ileum dan bergerak naik ke duodenum
dan lambung dengan kecepatan 2-3 cm/detik dalam waktu 3-5 menit.
3) Kemudian pada saat bagian atas traktus gastrointestinal, terutama
duodenum, menjadi sangat meregang, peregangan ini menjadi faktor
pencetus yang menimbulkan muntah.
4) Pada saat muntah, kontraksi intrinsik kuat terjadi pada duodenum maupun
ada lambung, bersama dengan relaksasi sebagian dari sfingter esofagus
bagian bawah, sehngga muntahan mulai bergerak ke esofagus.

Laporan Fisiologi Blok Stomatognati II Mastikasi dan Refleks Muntah| 6

Selanjutnya, kontraksi otot-otot abdomen akan mendorong muntahan


keluar.

5)

Distensi berlebihan atau adanya iritasi duodenum menyebabkan suatu


rangsangan khusus yang menjadi penyebab kuat untuk muntah, baik oleh
saraf aferen vagal maupun oleh saraf simpatis ke pusat muntah bilateral di
medula (terletak dekat traktus solitarius). Reaksi motoris ini otomatis akan
menimbulkan refleks muntah. Imuls-impuls motorik yang menyebabkan
muntah ditransmisikan dari pusat muntah melalui saraf kranialis V, VII,
IX, X dan XII ke traktus gastro-istestinal bagian atas dan melalui saraf
spinalis ke diafragma dan otot abdomen.

6) Kemudian datang kontraksi yang kuat di bawah diafragma bersama


dengan rangsangan kontraksi semua otot dinding abdomen. Keadaan ini
memeras perut di antara diafragma dan otot-otot abdomen, membentuk
suatu tekanan intragrastik sampai ke batas yang lebih tinggi. Akhirnya,
sfingter esofagus bagian bawah berelaksasi secara lengkap, membuat
pengeluaran isi lambung ke atas melalui esofagus.

7) Reaksi refleks muntah yang terjadi menimbulkan beberapa efek di dalam


rongga mulut yaitu: bernafas dalam, naiknya tulang lidah dan laring untuk
menarik sfingter esofagus bagian atas hingga terbuka, penutupan glotis,
pengangkatan palatum molle untuk menutup nares posterior (daearah yang
paling sensitif dalam rongga mulut terhadap berbagai rangsangan).
Cara mencegah refleks muntah yaitu dengan diberikannya es balok
(berkumur dengan air es berulang kali), karena air es memiliki suhu rendah
sehingga dapat menghambat kerja saraf untuk menyampaikan rangsangan
menuju pusat muntah, sehingga sensitifitas pasien dapt berkurang. Selain itu,
beberapa cara dapat juga digunakan untuk menekan efek refleks muntah,
antara lain: relaksasi, mengalihkan perhatian, metode desensitisasi, terapi
Laporan Fisiologi Blok Stomatognati II Mastikasi dan Refleks Muntah| 7

psikologis dan perilaku, anestesi lokal, sedasi, general anestesi, terapi obatobatan, hipnotik dan akupuntur.

BAB II
DATA HASIL PENGAMATAN dan PERTANYAAN JAWABAN
2.1 Data Hasil Pengamatan
2.1.1 Pengunyahan
a. Kekuatan Gigit Maksimal
Jenis Kelamin Orang Coba

Laki-laki

Perempuan

Gigi

Kedalaman gigit
Kanan

Kiri

Insisiv pertama

0,5

0,4

Kaninus

0,5

0,5

Molar pertama

0,7

0,7

Insisiv pertama

0,4

0,5

Laporan Fisiologi Blok Stomatognati II Mastikasi dan Refleks Muntah| 8

Kaninus

0,5

0,5

Molar pertama

0,7

0,7

b. Efisiensi Kunyah
Penghitungan Efisiensi Kunyah
( Pengunyahan 20 kali )
NA = ( N+S)-S

= 24/20x100%

= 36-12

= 120%

= 24

Pengunyahan 15 kali
NA = ( N+S)-S

= 25/20x100%

= 37-12

= 125%

= 25
Pengunyahan 10 kali
NA = ( N+S)-S

= 27/20x100%

= 39-12

= 135%

= 27
Jenis

Kelamin Efisiensi Kunyah

Orang Coba
Perempuan

20 kali

15 kali

10 kali

120%

125%

135%

Laporan Fisiologi Blok Stomatognati II Mastikasi dan Refleks Muntah| 9

c. Kelelahan pada Otot Wajah


Jenis Kelamin Orang Coba

Waktu Kunyah (awal kunyah-lelah)

Perempuan

8 menit 10 detik (490 kali kunyah )

d. Gerakan Lidah pada Saat Pengunyahan


Jenis

Posisi lidah

Bentuk

Warna

Tekstur

Normal,tidak Normal

Merah

Halus

runcing

pucat

Kelamin

Ukuran
(normal/tidak)

Orang Coba
Relaksasi

Anterior

Runcing

Mengecil dan Merah


memanjang

Perempuan

Lateral

Runcing

Kasar

pucat

Mengecil dan Merah

Kasar

memanjang
Posterior

Tidak

Melebar

runcing

2.1.2

Halus

pucat

Mengunyah Runcing saat Memanjangke lateral

Merah

Merah

Halus

melebar

Pemeriksaan Proses Menelan

Laporan Fisiologi Blok Stomatognati II Mastikasi dan Refleks Muntah| 10

a. Pemeriksaan Palpasi pada Saat Menelan


Jenis Kelamin Orang Coba

Pola Gerakan

Perempuan

Gerakan normal tidak ada hambatan

b. Pengaruh Peningkatan Sekresi Saliva terhadap Penelanan


Perlakuan

Respon orang coba

Dengan pemijatan

Bentuk

nasi

lebih

halus

dibanding

tanpa

pemijatan, penelanan normal tidak ada hambatan


Tanpa pemijatan

Tidak ada hambatan, normal, nasi sudah halus

Kemudahan menelan

Perlakuan

dengan

pemijatan

lebih

mempermudah menghalus makanan sehingga


membantu proses penelanan

c. Pengaruh Jenis Makanan terhadap Penelanan


Jenis Kelamin Orang

Kemudahan Menelan dan Respon Orang Coba

Coba
Perempuan

1:1

1:2

1:3

Nasi masih Nasi ada yang sudah Ketika


keras terasa bisa

ditelan

namun menelan

serat ketika sebagian masih ada tidak


ditelan

yang

belum

ada

bisa yang

ditelan ,saat menelan mengganjal

Laporan Fisiologi Blok Stomatognati II Mastikasi dan Refleks Muntah| 11

masih

ada

mengganjal

2.1.3

rasa nasi

sudah

halus

Prosedur Percobaan Refleks Muntah ( Gagging Refleks )


a. Pengaruh Sentuhan terhadap Refleks Muntah

Lokasi

Respon Orang Coba (Refleks Muntah )

Ujung lidah

Dorsal lidah

Lateral kiri

+++

Lateral kanan

+++

Anterior

Posterior

+++

Posterior palatum

Uvula

Tonsil

++

Faring atas ( jika ada )

Yang paling sensitif adalah :

Lidah bagian lateral dan posterior

Laporan Fisiologi Blok Stomatognati II Mastikasi dan Refleks Muntah| 12

b. Pengaruh Suhu dan Sentuhan terhadap Refleks Muntah


Lokasi

Respon Orang Coba (Refleks Muntah )

Dingin

Panas

Ujung lidah

Dorsal lidah

Lateral kiri

Lateral kanan

+++

Anterior

Posterior

+++

++

Posterior palatum

+++

Uvula

++

+++

Tonsil

+++

Faring atas ( jika ada )

Yang paling sensitif adalah :

Lidah

bagian Lidah

bagian

lateral kanan dan posterior,palatum,uvula,


posterior

dan tonsil

Laporan Fisiologi Blok Stomatognati II Mastikasi dan Refleks Muntah| 13

c. Pengaruh Rasa Pahit terhadap Refleks Muntah


Jenis Kelamin Orang Daerah yang ditetes

Reaksi Orang Coba

Coba
Perempuan

Posterior

Ingin muntah

Laki-laki

Posterior

Tidak ada reaksi

2.2 Pertanyaan dan Jawaban


1. Apa ada perbedaan lebar permukaan rongga mulut antara laki-laki dan
perempuan? Jelaskan mengapa!
2. Apa ada perbedaan kekua tan gigit maksimal laki-laki dan perempuan?
Jelaska mengapa!
3.

Mengapa makanan ada yang mudah ditelan dan ada yang sukar?
Jelaskan Mengapa ?

4. Mengapa rasa pahit dapat merangsang refleks muntah?


Jawaban :
1.

Lebar permukaan rongga mulut laki-laki lebih besar daripada


perempuan. Karena Jenis kelamin mempengaruhi ukuran gigi, dan
ukuran gigi mempengaruhi panjang lengkung gigi. Laki-laki
menunjukkan pertumbuhan yang meningkat dalam hal lengkung
gigi. Ukuran gigi pria lebih besar dari ukuran gigi wanita. Hal ini
dapat dipengaruhi oleh faktor kekuatan fungsional, kebiasaan makan,
sikap tubuh dan trauma.

2.

Kekuatan gigit maksimal pada laki-laki lebih kuat dari perempuan.


Karena laki-laki dapat menahan beban sedikit lebih besar daripada
perempuan, kecuali pada gigi anterior kekuatan untuk menahan

Laporan Fisiologi Blok Stomatognati II Mastikasi dan Refleks Muntah| 14

beban sama pada laki-laki dan perempuan. Serta ukuran gigi laki-laki
lebih besar daripada perempuan sehingga lebih kuat daya gigitnya.
3.

Karena setiap makanan memiliki jenis, bahan, dan komposisi yang


berbeda. Pada makanan yang tergolong keras dan kasar akan lebih
sulit ditelan daripada makanan yang halus dan lembut. Sehingga
makanan yang halus dan lembut membutuhkan lebih sedikit
pengunyahan daripada yang keras dan kasar.

4.

Rasa pahit dilidah erat hubungannya dengan mual-mual dan muntah.


Penyebab utamanya yakni asam lambung yang naik kemulut
meninggalkan rasa pahit yang sering menetap beberapa waktu.
Contoh kondisi yang mungkin menyebabkan mual-mual dan muntah
yaitu maag, beberapa infeksi virus maupun bakteri, berbagai masalah
pada pencernaan, sakit kepala, mengkonsumsi obat-obatan seperti
antibiotik, ibuprofen dan steroid, mengkonsumsi bahan bahan yang
mengiritasi lambung dan sebagainya.

Laporan Fisiologi Blok Stomatognati II Mastikasi dan Refleks Muntah| 15

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengunyahan
a. Kekuatan Gigit Maksimal
Pada data yang telah didapat dapat dilhat bahwa kekuatan pada gigitan
maksimal pada orang coba laki-laki dan perempuan hampir sama. Namun
sebernarnya berdasarkan teori yang ada lebih dalam gigitn maksimal pada lakilaki jika dibandingkan dengan perempuan. Hal ini disebabkan karena lebar
permukaan rongga mulut pada laki-laki lebih besar. Sebab Jenis kelamin
mempengaruhi ukuran gigi, dan ukuran gigi mempengaruhi panjang lengkung
gigi. Jadi, ukuran gigi laki-laki yang lebih besar menyebabkan lebar permukaan
rongga mulutnya lebih besar sehingga memliki daya gigi maksimal lebih besar
dari perempuan. Selain ukuran gigi dan lebar permukaan rongga mulut, yang
mempengaruhi kekuatan gigit maksimal adalah pengunaan protesa gigi tiruan.
Pada orang coba perempuan menggunakan kawat gigi sehingga tidak mampu
menggigit sekuat orang dengan gigi geligi yang masih lengkap.
b. Pada hasil percobaan efisiensi kunyah didapatkan hasil dimana saat 20
kali pengunyahan memiliki efisiensi 120%, 15 kali memiliki efisiensi 125%
sedangkan 10 kali memiliki efisiensi 135%. Hal ini berbeda jika dibandingkan
dengan dasar teori yang mengatakan, semakin lama kita mengunyah kemampuan
untuk melumatkan makanan semakin bertambah karena makanan yang mengalami
pengunyahan lebih banyak akan semakin halus.
c. Kelelahan pada Otot Wajah
Pada percobaan ini didapatkan hasil yang dilakukan oleh orang coba
perempuan bahwa memiliki waktu kunyah yang lama dalam percobaan
menggunakan permen karet yaitu memiliki waktu 8 menit 10 detik ( 490
detik/satu kali kunyah ). Sehingga jika seseorang mengunyah terus menerus tanpa
istirahat, maka ia akan mengalami kelelahan.

d. Gerakan Ludah pada Saat Pengunyahan


Laporan Fisiologi Blok Stomatognati II Mastikasi dan Refleks Muntah| 16

Pada percobaan menggunakan orang coba perempuan,didapatkan hasil


pada bagian lidah saat relaksasi dan bagian posterior memiliki bentuk lidah yang
tidak runcing dan normal, sedangkan pada bagian anterior, lateral, dan saat
mengunyah memiliki bentuk yang runcing dan normal dan saat melakukan
pengunyahan lidah bergerak ke lateral. Sedangkan ukurannya pada bagian
anterior, lateral, mengunyah memiliki ukuran yang mengecil dan memanjang,
sedangkan saat relaksasi memiliki ukuran normal, dan pada bagian posterior
memiliki ukuran yag lebar. Warna pada bagian lidah tersebut cenderung memiliki
warna merah pucat, dan tekstur pada bagian relaksi,posterior dan saat mengunyah
memiliki tekstur halus sedangkan ada bagian anterior dan lateral masih kasar.
3.2 Penelanan
a. Pemeriksaan Palpasi pada Saat Menelan
Pada pemeriksaan palpasi pada saat menelan pola gerakan orang coba saat
minum air adalah kontraksi-relaksasi yaitu dari atas ke bawah. Yang menunjukkan
kemampuan menelan yang normal dan tidak ada hambatan pada orang coba yaitu
laring, trakea, tiroid akan naik pada saat menelan.
b. Pengaruh Peningkatan Sekresi Saliva pad Saat Penelanan
Pada data hasil percobaan didapatkan pada saat dilakukan pemijatan
bentuk nasi sudah halus dibandingkan tanpa pemijatan dan penelanan normal
tidak ada hambatan. Dan pada saat tanpa pemijatan juga tidak terdapat
hambatan,normal,dan nasi juga sudah halus. Sebab saat dilakukan pemijatan pada
pipi orang coba yang saat itu juga sedang mengunyah, menyebabkan pada orang
coba akan mengalami kesulitan untuk mengunyah.dan pemijatan dilakukan agar
orang coba dapat melakukan penelanan dengan baik.

d. Pengaruh Jenis Makanan Terhadap Pengunyahan


Dengan menggunakan orang coba perempun didapatkan hasil, dengan
menggunakan nasi kadar 1:1 nasi ketika ditelan masih terasa keras, dan pada
kadar 1:2 nasi sudah ada yang bisa ditelan namun masih ada yang belum bisa dn

Laporan Fisiologi Blok Stomatognati II Mastikasi dan Refleks Muntah| 17

saat menelan masih ada rasa yang mengganjal. Pada kadar 1:3 ketika nasi ditelan
sudah tidak ada nasi yang mengganjal dan nasi sudah halus.

3.3 Prosedur Percobaan Refleks Muntah ( Gagging Refleks )


a. Pengaruh Sentuhan terhadap Refleks Muntah
Pada percobaan ini daerah yang paling sensitif adalah pada lidah
bagian lateral dan posterior. Pada ujung lidah,anterior, dan faring atas
tidak ada refleks muntah. Sedangkan pada daerah dorsal lidah, posterior
lidah,uvula, dan tonsil dapat merasakan refleks muntah tetapi hanya
sedikit saja yang dirasakan.
b. Pengaruh Suhu dan Sentuhan terhadap Refleks Muntah
Pada suhu dingin bagian yang paling sesitif setelah diberikan air es dan
diberi sentuhan adalah lidah bagian lateral kanan dan posterior dan pada
suhu panas lidah bagian posterior,palatum,uvula,dan tonsil. Hal ini
menunjukkan bahwa suhu juga berpengaruh terhadap gagging refleks pada
area tertentu.
c. Pengaruh Rasa Pahit terhadap Refleks Muntah
Pada percobaan ini orang coba ada 2 orang yaitu laki-laki dan perempuan
yang menunjukkan bahwa pada orang coba perempuan memiliki refleks
ingin muntah ketika diberi reaksi rasa pahit sedangkan pada laki-laki tidak
memiliki refleks ingin muntah. Dari pengaruh rasa pahit yang
menunjukkan daerah paling sensitif adalah daerah tonsil lidah sebab di
daerah tersebut kaya akan reseptor nosiseptif. Reseptor ini ditemukan di
papila lidah yang membawa taste bud yang dapat memicu terjadinya gag
reflex.

Laporan Fisiologi Blok Stomatognati II Mastikasi dan Refleks Muntah| 18

BAB IV
KESIMPULAN

1. Jenis kelamin dapat mempengaruhi pengunyahan karena lebar permukaan


rongga mulut pada laki-laki lebih besar. Sebab Jenis kelamin
mempengaruhi ukuran gigi, dan ukuran gigi mempengaruhi panjang

Laporan Fisiologi Blok Stomatognati II Mastikasi dan Refleks Muntah| 19

lengkung gigi. Jadi, ukuran gigi laki-laki yang lebih besar menyebabkan
lebar permukaan rongga mulutnya lebih besar sehingga memliki daya gigi
maksimal lebih besar dari perempuan
2. Jenis, bahan, dan komposisi setiap makanan berbeda, sehingga
mempengaruhi pengunyahan dan kemudahan makanan tersebut untuk
ditelan
3. Banyaknya kunyah dan sekresi saliva mempengaruhi kemudahandalam
proses penelanan
4. Rasa pahit dan suhu panas dapat meningkatkan kepekaan pad refleks
muntah,sedangkan rasa dingin menurunkan kepekaan pada refleks muntah
5. Reseptor pada lidah memiliki peranannya masing-masing dalam
mengenali suatu rangsangan.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Omari, I.K., Duaibis, R.B., Al-Bitar, Z.B., 2007, Application of Ponts
Index to a Jordanian Population, European Journal of Orthodontics, 29: 627-631.

Laporan Fisiologi Blok Stomatognati II Mastikasi dan Refleks Muntah| 20

Banabilh, S.M., Samsudin, A.R., Suzina, A. H., Dinsuhaimi, S., 2010,


Facial Profile Shape, Malocclusion and Palatal Morphology in Malay Obstructive
Sleep Apnea Patients, Angle Orthodontist, 80:37-42
Budiman, J.A., Hayati, R., Sutrisna, B., Soemantri, E.S., 2009, Identifikasi
Bentuk Lengkung Gigi Secara Kuantitatif, dentika Dental Journal, 14(2): 120124.

Laporan Fisiologi Blok Stomatognati II Mastikasi dan Refleks Muntah| 21

Anda mungkin juga menyukai