Anda di halaman 1dari 43

SEMINAR NASIONAL

IRONI PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA

Pertumbuhan Ekonomi vs Kesenjangan Sosial

Oleh: Anthony Budiawan


Rektor Kwik Kian Gie School of Business
Jakarta, 18 Maret 2015

Page | 1

Materi Diskusi

Pembangunan Ekonom: Pertumbuhan dan Kesenjangan

Faktor Pemicu Kesenjangan Pendapatan Pemerintahan SBY

Arah Kesenjangan Pendapatan Pemerintahan Jokowi

Rekomendasi Solusi

Page | 2

PEMBANGUNAN EKONOMI
Pertumbuhan Ekonomi dan Kesenjangan
Pendapatan

Page | 3

Pembangunan Ekonomi

Meningkatkan
Kesejahteraan:
Pertumbuhan Ekonomi

Kesenjangan
Pendapatan: Menyempit

Page | 4

Pembangunan Ekonomi

Meningkatkan
Kesejahteraan:
Pertumbuhan Ekonomi

Kesenjangan Pendapatan:
Melebar

Page | 5

Pertumbuhan Ekonomi mengakibatkan


Kesenjangan Pendapatan melebar

Meningkatkan
Kesejahteraan:
Pertumbuhan Ekonomi

Kesenjangan Pendapatan:
Melebar

Tingkat pengembalian (economic returns)


di setiap sektor industri tidak merata
Law of Economic Returns

Decreasing
returns

Constant
returns

Increasing
returns
Page | 6

Law of Economic Returns, Produktivitas dan


Pendapatan
Decreasing returns

Constant returns

Increasing returns

Produktivitas menurun:

Produktivitas konstan:

Produktivitas meningkat:

Input naik = 100%;


Output naik < 100%

Input naik = 100%;


Output naik = 100%

Input naik = 100%


Output naik > 100%

Produktivitas menentukan pendapatan (riil)


Perbedaan produktivitas mengakibatkan perbedaan pendapatan
kesenjangan pendapatan meningkat
Peran pemerintah: mengurangi kesenjangan pendapatan
Melalui kebijakan fiskal (Redistribusi Pendapatan)
Page | 7

China
Pertumbuhan ekonomi China yang tinggi
sejak 1980 mengakibatkan kesenjangan
pendapatan meningkat drastis
Kesenjangan pendapatan dengan
koefisien GINI lebih besar dari 0,5
mengandung risiko kerusuhan sosial

Kesenjangan
pendapatan
meningkat

Banyak pihak berkeyakinan koefisien GINI


China under-estimate

GDP
meningkat

Survei oleh the Southwest University of


Finance and Economics di Chengdu
memperkirakan Gini coefficient China
pada 2010 sebesar 0,61
2015: China menempatkan empat orang
dari 50 orang terkaya di dunia versi Forbes
Page | 8

Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi (%)

1980-1996:
Rata-rata 7,05%

Sumber: BPS

2000-2013:
Rata-rata 5,10%

Page | 9

Indonesia: Koefisien GINI

Sumber: BPS

Page | 10

Pertumbuhan Ekonomi Turun, Kesenjangan


Pendapatan Meningkat

0,413

Kebijakan pemerintah
periode 2000-2013
tidak efektif menekan
kesenjangan
pendapatan

0,355
0,320

0,310
1980-1996;
2000-2013
Rata-rata 7,05 %
Rata-rata 5,10 %
Kesenjangan Sosial Meningkat

Kebijakan pemerintah
periode 2000-2013
memicu kesenjangan
pendapatan meningkat
drastis
Page | 11

Kesenjangan Pendapatan

GINI Coefficient
Indonesia
1999: 0.308
2013: 0.413
Amerika Serikat
1980: 0.386
1999: 0.443
2012: 0.477
China
1980: 0.30
1999: 0.416
2013: 0.55
Page | 12

Amerika Serikat: Kesenjangan Pendapatan

Page | 13

Inggris: Kesenjangan Pendapatan

Page | 14

Kesenjangan Pendapatan dan Tarif Pajak


In the early 1980s there
was a very large tax cut.
The top marginal* tax rates
were simultaneously
dropped to levels neither
had seen since the great
depression.

Source: The Nation

*The term marginal


means the rate a person
pays on their last unit of
money earned. The income
earned before that point is
taxed at a lower
percentage. The top
marginal rate is simply the
highest amount any person
can be taxed.
Page | 15

Distribusi GDP Indonesia: 1995 vs 2005

Distribution of GDP 1995


GDP components
Salary and wages (Income)
Surplus (Gross Profit)
Depreciation
Indirect Taxes
Subsidies
Value Add (GDP)

(Rp mio) % of GDP


163.391.032 30,51%
304.117.302 56,78%
43.484.322
8,12%
24.622.159
4,60%
(50.000) -0,01%
535.564.815 100,00%

Population
191.501.314
Number of Employment
87.271.217
GDP per Capita (Rp)
2.796.664
Average Income per employee (Rp)
1.872.221

Distribution of GDP 2005


GDP components
Salary and wages (Income)
Surplus (Gross Profit)
Depreciation
Indirect Taxes
Subsidies
Value Add (GDP)
Population
Number of Employment
GDP per Capita (Rp)
Average Income per employee (Rp)

(Rp mio)
% of GDP
882.217.985 30,67%
1.656.641.087 57,58%
291.794.443 10,14%
112.164.412
3,90%
(65.926.289) -2,29%
2.876.891.638 100,00%
219.210.304
95.463.852
13.123.889
9.241.383

GDP per capita = GDP / Population


Average Income = Salary and wages / Employment

Page | 16

Kesenjangan Pendapatan (Before-tax)


Meningkat
1995
Sector
#
4
3
2
5
1
12
20
14
11
13
..
..
..
..

2005

Industry Sectors
Cassavas and the like
Maize
Beans and nuts
Vegetables and Fruits
Paddy
Coffee
Poultry and poultry products
Clove
Tobacco
Tea
.
.
.
.
Crude oil, gas and geothermal
Machinery, tools and electrical equipment
Basic iron and steel
Communication
Coal and metal ore mining
Air transportation
Financial institutions
Construction and business services
Fertilizers and pesticides
Petroleum refinery

Avg. Income
(Rp)
122.978
140.449
169.094
193.929
315.038
417.625
504.032
511.187
544.919
647.468
..
..
..
..
10.599.800
11.264.489
12.740.015
15.398.171
16.453.784
17.051.686
20.063.710
21.613.390
55.872.833

488 times

25
48
45
60
24
58
61
62
39
41

59.976.440

Sector
#
2
4
11
3
13
1
15
5
14
12
..
..
..
..

Industry Sectors
Beans and nuts
Cassavas and the like
Tobacco
Maize
Tea
Paddy
Fiber crops
Vegetables and Fruits
Clove
Coffee
.
.
.
.
Air transportation
Transportation equipment and repair
Electricity, gas and water supply
Animal and vegetables oil and fat
Financial institutions
Machinery, tools and electrical equipment
Coal and metal ore mining
Chemical
Crude oil, gas and geothermal
Petroleum refinery

Meningkat

58
49
51
28
61
48
24
40
25
41

Avg. Income
(Rp)
562.761
594.234
631.326
875.503
888.095
932.903
1.046.948
1.225.292
1.348.561
1.639.164
..
..
..
..
40.816.633
42.896.519
45.446.107
54.823.436
61.402.237
65.926.237
87.493.829
88.096.156
134.937.440

674 times

379.508.094
Page | 17

Redistribusi Pendapatan Menekan Kesenjangan


Pendapatan (After-tax)
1995
Sector
#
4
3
2
5
1
12
20
14
11
13
..
..
..
..

2005

Industry Sectors
Cassavas and the like
Maize
Beans and nuts
Vegetables and Fruits
Paddy
Coffee
Poultry and poultry products
Clove
Tobacco
Tea
.
.
.
.
Crude oil, gas and geothermal
Machinery, tools and electrical equipment
Basic iron and steel
Communication
Coal and metal ore mining
Air transportation
Financial institutions
Construction and business services
Fertilizers and pesticides
Petroleum refinery

Avg. Income
(Rp)
122.978
140.449
169.094
193.929
315.038
417.625
504.032
511.187
544.919
647.468
..
..
..
..
10.599.800
11.264.489
12.740.015
15.398.171
16.453.784
17.051.686
20.063.710
21.613.390
55.872.833

488 times

25
48
45
60
24
58
61
62
39
41

Redistribusi Pendapatan:
Pajak progresif
Transfer payment

59.976.440

Sector
#
2
4
11
3
13
1
15
5
14
12
..
..
..
..

Industry Sectors
Beans and nuts
Cassavas and the like
Tobacco
Maize
Tea
Paddy
Fiber crops
Vegetables and Fruits
Clove
Coffee
.
.
.
.
Air transportation
Transportation equipment and repair
Electricity, gas and water supply
Animal and vegetables oil and fat
Financial institutions
Machinery, tools and electrical equipment
Coal and metal ore mining
Chemical
Crude oil, gas and geothermal
Petroleum refinery

Meningkat

58
49
51
28
61
48
24
40
25
41

Avg. Income
(Rp)
562.761
594.234
631.326
875.503
888.095
932.903
1.046.948
1.225.292
1.348.561
1.639.164
..
..
..
..
40.816.633
42.896.519
45.446.107
54.823.436
61.402.237
65.926.237
87.493.829
88.096.156
134.937.440

674 times

379.508.094
Page | 18

Efektivitas Kebijakan Redistribusi Pendapatan:


Negara-Negara OECD

Page | 19

Efektivitas Kebijakan Redistribusi Pendapatan:


Negara-Negara OECD

Page | 20

Efektivitas Kebijakan Redistribusi Pendapatan:


Negara-Negara OECD

Page | 21

Peran Pemerintah: Redistribusi Pendapatan

Pendapatan
Tinggi

GINI
Sebelum Pajak

Pajak
progresif

Redistribusi
Pendapatan

Transfers

Pendapatan
Rendah

GINI
Setelah Pajak

Page | 22

FAKTOR PEMICU KESENJANGAN SOSIAL

Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono

Page | 23

Sumber Pendapatan / Penghasilan

Pekerjaan
Upah / Gaji

Sumber
Pendapatan

Bunga, Dividen,
Capital gain

Aset

Kelompok Karyawan
Pekerjaan
Upah / Gaji

Sumber
Pendapatan

Pendapatan karyawan lebih


dominan berasal dari gaji

Kelompok Pengusaha
Pendapatan pengusaha
lebih dominan berasal dari
bunga, dividen, capital gain

Sumber
Pendapatan

Aset
Bunga, Dividen,
Capital gain
Page | 24

Pajak Penghasilan Pribadi:


Pajak Progresif vs Pajak Final
Sumber
Pendapatan

Pekerjaan
Upah / Gaji

Pajak Penghasilan berasal dari


gaji menganut pajak progresif

Bunga, Dividen,
Capital gain

Aset

Pajak penghasilan berasal dari bunga,


dividen, capital gain menganut pajak flat
(proporsional) dan bersifat final
Pajak flat (proporsional) tidak mempunyai
fungsi Redistribusi Pendapatan

Tarif pajak final cenderung turun dan jauh


lebih rendah dari tarif tertinggi pajak progresif
degresif,
Page | 25
Kesenjangan Sosial Meningkat

Pajak Progresif vs Pajak Final

Pekerjaan
Upah / Gaji

Sumber
Pendapatan

Bunga, Dividen,
Capital gain

Aset

Tarif tertinggi pajak pribadi (progresif): Pajak bunga, dividen, capital gain
35% (2000)
Bunga: 20% (2000)
30% (2008)
Dividen: 10% (2009)
Tarif flat dan final
Capital gain saham: dihapus, diganti
dengan pajak transaksi: 0,1%.
Capital gain 10%, tarif 30%: setara
dengan 2,73% dari nilai transaksi
Capital gain 1%, tarif 30%: setara
dengan 0,27% dari nilai transaksi
Page | 26

Pajak Penghasilan Badan dan Dampaknya

Tarif pajak badan: Turun


2000: progresif tarif tertinggi 30%
2008: flat (proporsional) 28%
2010: tarif flat (proporsional) 25%
Perusahaan publik > 40%, memperoleh pengurangan pajak 5%
Laba setelah pajak bertambah besar; Dividen juga bertambah besar;
Tetapi pajak dividen berkurang

Page | 27

Kesimpulan

Revisi Undang-Undang
Pajak Penghasilan
tahun 2008 membuat
kesenjangan
pendapatan meningkat

Sumber: BPS

Page | 28

ARAH KESENJANGAN SOSIAL

Pemerintahan Joko Widodo

Page | 29

Kerangka Mengurangi Kesenjangan Pendapatan

Pertumbuhan
Ekonomi

Kesenjangan
Pendapatan
(before-tax)
Meningkat

Redistribusi
Pendapatan

Kesenjangan
Pendapatan
(after-tax)
Menurun

Pendapatan
Tinggi

Redistribusi
Pendapatan

Pendapatan
Rendah

Pajak Progresif

Transfer Payment
Page | 30

Kebijakan Pemerintahan Joko Widodo: Arus


Balik Transfer Payment

Pendapatan
Tinggi

Pemerintah
Pengurangan
Transfer payment

Benefit

Benefit
Pembangunan Infrastruktur
Subsidi Bahan Bakar Nabati (BBN)
Pengurangan Pajak (Reinvestasi)
Tidak bagi dividen = reinvestasi??

Pendapatan
Rendah

Pengurangan Transfer Payment

Subsidi BBM dihapus dan dikurangi


Subsidi Kereta Ekonomi dihapus
PPN listrik konsumen < 6.600 watt
PPN jalan tol

Page | 31

Sektor Kelistrikan: PPN dan Prabayar


Alasan pemerintah mengenakan PPN 10 persen
untuk pengguna listrik diatas 2.200 watt karena
melihat adanya potensi penerimaan
negara sebesar Rp 2 triliun. Oleh karena
itu, pemerintah akan bergerak cepat
menyelesaikan peraturan tersebut.
Listrik pra-bayar melanggar hak warga negara
dan akan memperlebar kesenjangan sosial:
Akses pada listrik terbatas
Pemerintah seharusnya menyediakan utilitas
kepada setiap warga negara: termasuk listrik
dan air bersih
Sumber: kompas.com
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/01/22/080626426/Siap
-siap.Pengguna.Listrik.di.Atas.2.200.Watt.Akan.Kena.PPN.10.Persen
Page | 32

Barang Kena Pajak Strategis Bebas PPN


JENIS BKP YANG DIBEBASKAN (Peraturan Menteri Keuangan Nomor
31/PMK.03/2008)
...........

Air bersih yang dialirkan melalui pipa oleh Perusahaan Air Minum. Yang dimaksud
dengan Perusahaan Air Minum adalah perusahaan air minum milik pemerintah atau
swasta, baik merupakan kegiatan dari satu divisi atau seluruh divisi dari perusahaan
tersebut yang dalam kegiatan usahanya menghasilkan dan melakukan penyerahan air
bersih.

Listrik, kecuali untuk perumahan dengan daya di atas 6.600 (enam ribu enam ratus)
watt.

Kapan air bersih juga AKAN dikenakan PPN?


Page | 33

Subsidi Kereta Ekonomi Dihapus


Pemerintah sebentar lagi akan merilis
kebijakan pengalihan subsidi

untuk kereta api (KA) ekonomi


jarak jauh dan jarak sedang ke
kereta api lokal dan commuter.
Kebijakan tersebut mulai berlaku pada 1
Januari 2015
Lebih jauh Bambang menilai,

pengalihan subsidi ke kereta


lokal tak akan melulu dalam
bentuk penurunan tarif.
http://bisnis.liputan6.com/read/2112208/subsididihapus-harga-tiket-ka-ekonomi-jarak-jauh-naik-di2015
Page | 34

Kelas Ekonomi Kereta Api Ditiadakan


........ Misalnya untuk kereta ekonomi jarak jauh KA Logawa yang melayani rute
Purwokerto-Jember, harganya meningkat dari Rp 40.500 menjadi Rp 150
ribu sekali jalan. Peningkatan harga ini dilakukan karena kereta ber-AC tidak
mendapatkan public service obligation.
Alasan kereta ekonomi non-AC dihapus:
Kereta ekonomi non AC tidak manusiawi,
Sering rusak karena sudah tua,
Jumlah penumpang turun
........ Pada 2009, jumlah penumpang KRL non AC berjumlah 86,6 juta. Pada 2010
angka turun menjadi 69,3 juta. Pada 2011 kembali turun menjadi 56 juta dan pada
2012 menjadi 46,5 juta.

Seharusnya kereta ekonomi diperbaharui, jumlah gerbong dikurangi


Memberi kontribusi pada Peningkatan Kesenjangan Sosial
Page | 35

Subsidi BBN: Naik 233% menjadi Rp 5.000/ltr


Pemerintah mengajukan subsidi

biodiesel naik dari Rp 1.500


per liter menjadi Rp 5.000 per
liter, dan untuk bioethanol dari
2.000 per liter menjadi Rp
3.000 per liter," ungkap Direktur
Jenderal Energi Baru Terbarukan dan
Konservasi Energi (EBTKE), Rida
Mulyana ditemui ditemui di Gedung
DPR, Senayan, Jakarta, Senin
(2/2/2015).

Sumber: detik.com
http://finance.detik.com/read/2015/02/02/182045/
2821351/1034/bbn-tak-laku-pemerintah-ajukanPage | 36
subsidi-biodiesel-naik-233

DPR pun Setuju


Komisi VII DPR dan Menteri ESDM,
Rabu (4/2/2015) malam, setuju
subsidi biodiesel Rp 4.000 per liter
dan bioethanol Rp 3.000 per liter
Pemerintah memberi subsidi bagi
Kelompok kaya, tetapi menghapus
subsidi bagi kelompok miskin
Subsidi solar hanya diberi maksimal
Rp 1.000 per liter
Sumber: detik.com
http://finance.detik.com/read/2015/02/04/221928/
2823980/1034/1/dpr-setuju-subsidi-biodiesel-rp4000-liter-dan-bioethanol-rp-3000-liter
Page | 37

PPN jalan tol menambah kesenjangan sosial

PPN Jalan Tol Berlaku Sah 1 April


Sui Sedya Utami - 12 Maret 2015 15:14 WIB

Tidak banyak negara yang


mempunyai jalan tol di
dalam kota seperti di
Indonesia
Tugas pemerintah
menyediakan jalan non-tol
untuk masyarakat

Sumber: metronews.com
http://ekonomi.metrotvnews.com/read/2015/03/12/370316/ppn
-jalan-tol-berlaku-sah-1-april

Tugas tidak terpenuhi,


pemerintah bahkan
memungut pajak
pertambahan nilai dari
pengguna jalan
Page | 38

Kesimpulan

Kebijakan fiskal pemerintah Joko Widodo cenderung


meningkatkan Kesenjangan Pendapatan

Page | 39

REKOMENDASI SOLUSI

Page | 40

Kebijakan Fiskal: Restruturisasi Pajak


Penghasilan
Restrukturisasi Pajak Penghasilan Pribadi: tarif pajak penghasilan harus
lebih progresif penghasilan yang sangat tinggi dikenakan tarif yang
tinggi pula, misalnya:
Penghasilan Rp 5 miliar s/d Rp 10 miliar: 40%
Penghasilan Rp 10 miliar s/d Rp 20 miliar: 45%
Penghasilan di atas Rp 20 miliar: 50%
Pendapatan dividen dan capital gain menambah penghasilan kena
pajak dengan pajak progresif (tidak final)
Transaksi saham di bursa bagi saham pendiri perusahaan tidak berlaku
final, dan menambah pajak penghasilan dengan pajak progresif
Naikkan tarif PPN untuk barang konsumsi kelompok berpenghasilan
tinggi, misalnya:
Mobil di atas 2.000cc: tarif PPN menjadi 20%
Page | 41
Rumah mewah di atas Rp XXX miliar: tarif PPN menjadi 20%

Kebijakan Fiskal: Transfer Payment

Hasil pendapatan pajak digunakan untuk membiayai transfer payment


kepada kelompok berpenghasilan rendah
Pendidikan, Kesehatan, dan Permasalahan Sosial lainnya (misalnya
bantuan perumahan, bantuan untuk anak, bantuan kepada para
pesiunan)

Page | 42

TERIMA KASIH

Page | 43

Anda mungkin juga menyukai