Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia mengalami kemajuan yang sangat pesat, hal ini diiringi dengan
semakin

meningkatnya

perkembangan

dankemajuan

di

bidang

industri.

Perkembangan dan kemajuan di bidang industry tersebut akan mempengaruhi


limbah yang dihasilkan oleh industri, baik dari segikuantitas maupun kualitas
limbah. Limbah yang dihasilkan oleh industri tersebut akan mempunyai risiko
sebagai penyebab pencemaran lingkungan, dan saat ini pencemaran lingkungan
yang berakhir dengan kerusakan lingkungan menjadisuatu masalah utama dalam
pembangunan, terutama bagi manusia.
Limbah industri, khususnya limbah cair memberikan kontribusi yang
cukup besar terhadap pencemaran air. Hal ini merupakan suatu kondisi yang
memiliki risiko tinggi,karena pencemaran pada air dapat menjadi sumber utama.
Limbah tekstil dihasilkan dari proses pengkanjian, proses penghilangan kanji,
penggelantangan, pemasakan, merserisasi, pewarnaan, pencetakan dan proses
penyempurnaan.
Limbah cair dominan dihasilkan industri tekstil karena terjadi proses
pemberian warna (dyeing) yang disamping memerlukan bahan kimia juga
memerlukan air sebagai media pelarut. Limbah industri tekstil tergolong limbah
cair dari proses pewarnaan yang merupakan senyawa kimia sintetis, mempunyai
kekuatan pencemar yang kuat.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui proses pewarnaan pada industri tekstil
2. Mengetahui limbah cair dari proses pewarnaan
3. Mempelajari peristiwa fisis terjadinya limbah cair
1.3 Manfaat
1. Memberikan pengetahuan mengenai interaksi fisik antara limbah cair
dengan lingkungan terutama air
2. Diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai seberapa besar
pentingnya penanganan limbah cair yang ditimbulkan oleh industri tekstil

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sumber Limbah Cair Industri Tekstil.
Limbah tekstil merupakan limbah yang dihasilkan dalam proses
pengkanjian,

proses

penghilangan

kanji,

penggelantangan,

pemasakan,

merserisasi, pewarnaan, pencetakan dan proses penyempurnaan. Limbah dan


emisi merupakan non product output dari kegiatan industri tekstil. Khusus industri
tekstil yang di dalam proses produksinya mempunyai unit Finishing-Pewarnaan
(dyeing) mempunyai potensi sebagai penyebab pencemaran air dengan kandungan
amoniak yang tinggi. Air limbah yang dibuang begitu saja ke lingkungan
menyebabkan pencemaran, antara lain menyebabkan polusi sumber-sumber air
seperti sungai, danau, sumber mata air, dan sumur. Limbah cair mendapat
perhatian yang lebih serius dibandingkan bentuk limbah yang lain karena limbah
cair dapat menimbulkan pencemaran lingkungan dalam bentuk pencemaran fisik,
pencemaran kimia, pencemaran biologis dan pencemaran radioaktif.
Lingkungan yang tercemar akan mengganggu kelangsungan hidup
makhluk hidup disekitarnya baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam
kegiatan industri, air yang telah digunakan (air limbah industri) tidak boleh
langsung dibuang ke lingkungan, tetapi air limbah industri harus mengalami
proses pengolahan sehingga dapat digunakan lagi atau dibuang ke lingkungan
tanpa menyebabkan pencemaran. Pewarnaan dan pembilasan menghasilkan air
limbah yang berwarna dengan COD tinggi dan bahan-bahan lain dari zat warna
yang dipakai, seperti fenol dan logam.
2.2 Proses Pewarnaan Pada Industri Tekstil
Proses pewarnaan Pada Industri Tekstil terjadi 3 tahap yaitu :
a. Molekul zat warna dalam larutan yang selalu bergerak,pada suhu tinggi
gerakan molekul cepat serat tekstil dalam larutan bersipat negatif pada
permukaannya sehingga dalam tahap ini terdapat dua kemungkinan yaitu

molekul zat warna akan tertarik oleh serat atau bertolak menjauhi serat. Oleh
karena itu perlu penambahan zat pembantu untuk mendorong zat warna lebih
mudah mendekati permukaan serat. Peristiwa pertama disebut difusi zat warna
dalam larutan.
b. Molekul zat warna mempunyai tenaga cukup besar dapat mengatasi gaya-gaya
tolak dari permukaan serat, sehingga molekul zat warna tersebut dapat terserap
menempel pada permukaan serat. Peristiwa ini disebut absorbsi.
c. Penetrasi atau difusi zat warna dari permukaan serat kepusat.
Beberapa hal yang mempengaruhi proses pencelupan diantaranya adalah :
a. Pengaruh elektrolit
Penambahan elektrolit kedalam larutan celup adalah memperbesar
jumlah zat warna yang terserap oleh serat, meskipun beraneka zat warna akan
mempunyai kesepakatan yang berbeda.
b. Pengaruh Suhu
Dalam keadaan setimbang penyerapan zat warna pada suhu yang tinggi
akan lebih sedikit bila dibandingkan penyerapan pada suhu yang rendah. Akan
tetapi dalam praktek keadaan setimbang tersebut sukar dapat dicapai hingga
pada

umumnya

dalam

pencelupan

memerlukan

pemanasan

untuk

mempercepat reaksi
c. Pengaruh perbandingan larutan
Untuk mencelupkan warna-warna tua diusahakan untuk memakai
perbandingan larutan celup yang kecil, sehingga zat warna yang terbuang atau
hilang hanya sedikit. Untuk mengurangi pemborosan dalam pemakian zat
warna dapat mempergunakan larutan simpan bekas (standing bath) celupan.
Dengan menambahkan zat warna baru pada larutan bekas tadi maka dapat
diperoleh larutan celup dengan konsentrasi seperti semula.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Limbah Cair Proses Pewarnaan Pada Industri Tekstil
Limbah cair dominan dihasilkan industri tekstil karena terjadi proses
pemberian warna (dyeing) yang disamping memerlukan bahan kimia juga
memerlukan air sebagai media pelarut. Limbah industri tekstil tergolong limbah
cair dari proses pewarnaan yang merupakan senyawa kimia sintetis, mempunyai
kekuatan pencemar yang kuat. Bahan pewarna tersebut telah terbukti mampu
mencemari lingkungan. Zat warna tekstil merupakan semua zat warna yang
mempunyai kemampuan untuk diserap oleh serat tekstil dan mudah dihilangkan
warna (kromofor) dan gugus yang dapat mengadakan ikatan dengan serat tekstil
(auksokrom).
Zat warna tekstil merupakan gabungan dari senyawa organik tidak jenuh,
kromofor dan auksokrom sebagai pengaktif kerja kromofor dan pengikat antara
warna dengan serat. Limbah air yang bersumber dari pabrik yang biasanya banyak
menggunakan air dalam proses produksinya. Di samping itu ada pula bahan baku
yang mengandung air sehingga dalam proses pengolahannya air tersebut harus
dibuang. Limbah cair dari industri tekstil umumnya mempunya ciri-ciri sebagai
berikut:
a.
b.
c.
d.
e.

Berwarna
Bersifat sangat basa
BOD sangat tinggi
Padatan tersuspensi tinggi
Suhu tinggi

3.2 Interaksi Limbah dengan Lingkungan Fisik


Karakteristik utama dari limbah industri tekstil adalah tingginya
kandungan zat warna sintetik, yang apabila dibuang ke lingkungan tentunya akan
membahayakan ekosistem perairan. Zat warna ini memiliki struktur kimia yang
berupa gugus kromofor dan terbuat dari beraneka bahan sintetis, yang
membuatnya resisten terhadap degradasi saat nantinya sudah memasuki perairan.

Meningkatnya kekeruhan, kekeruhan merupakan banyaknya zat yang tersuspensi


pada suatu perairan. Hal ini menyebabkan hamburan dan absorbsi cahaya yang
datang sehingga kekeruhan menyebabkan terhalangnya cahaya yang menembus
air. Serta kenaikan suhu akan mempengaruhi nya juga setiap kenaikan suhu 10

suhu perairan maka mengakibatkan konsumsi oksigen oleh organisme

sekitar meningkatnya 2-3 kali lipat sehingga kebutuhan oksigen oleh organisme
akan berkurang. Suhu perairan yang baik adalah jika kenaikan suhunya tidak
melebihi 5 pada saat siang atau pun malam

BAB IV
KESIMPULAN

1. Ada tiga proses pewarnaan tekstil, yaitu difusi zat warna dalam larutan,
absorpsi, dan penetrasi.
2. Ada beberapa sifat dari berwarna, bersipat sangat basa, BOD sangat tinggi,
padatan tersuspensi tinggi, dan suhu tinggi
3. Limbah cair yang ditimbulkan oleh proses pewarnaan tekstil akan membuat
air keruh sehingga menghalangi interaksi cahaya matahari dengan air, hal ini
mengganggu mekanisme hidup di dalam air.

DAFTAR PUSTAKA
Zamroni,

Husen.

2013

Makalah

Limbah

Tekstil

Oleh

https://www.scribd.com/doc /141147997/MAKALAH-LIMBAH-TEKSTIL
Diakses Pada Tanggal : 14 September 2016 Pukul 13.00 WIB
Unggul,

Esa

2012.

Limbah

Cair

http://ikk357.weblog.esaunggul.ac.id
content/uploads/sites/313/2012/11/Limbah-Cair-Industri1.pdf
Diakses Pada Tanggal : 14 September 2016 Pukul 13.15 WIB

Indutri

Oleh

/wp-

Anda mungkin juga menyukai