Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
Mata dapat terkena berbagai kondisi. Beberapa diantaranya bersifat primer sedang
yang lain, sekunder akibat kelainan pada sistem organ tubuh lain. Kebanyakan kondisi
tersebut dapat dicegah bila terdeteksi awal, dapat dikontrol, dan penglihatan dapat
dipertahankan. Infeksi dan peradangan dapat terjadi pada beberapa struktur mata. Tetapi
sebagian orang mengira penyakit radang mata dengan gejala mata merah hanya penyakit
biasa hanya dengan diberi tetes mata biasa sudah cukup, padahal bila penyakit radang
atau infeksi mata tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada
mata/gangguan pada mata dan menimbulkan berbagai macam komplikasi. Salah satu
infeksi pada mata adalah endoftalmitis.(1)
Endoftalmitis merupakan peradangan berat dalam bola mata, yang biasanya
terjadi akibat infeksi bakteri atau jamur yang terjadi setelah trauma (20%), bedah
intraokular (62%). Hanya 2-8% kasus endoftalmitis yang disebabkan oleh infeksi
endogen. Berbentuk radang supuratif di dalam rongga mata dan struktur di dalamnya.
Penyebab utama terjadinya endoftalmitis adalah bakteri dan biasanya dalam bentuk akut.
Adanya keadaan akut endoftalmitis adalah salah satu keadaan yang paling penting dalam
oftalmologi. 4
Endoftalmitis post operasi terjadi secara akut ataupun kronik setelah operasi
katarak, operasi glaucoma, keratoplasti, implantasi lensa intraokular pada afakia, dan
operasi vitreoretinal. Frekuensi tertinggi endoftalmitis post operasi adalah post operasi
katarak (0,3%). Selanjtnya disebabkan oleh post operasi glaukoma (0,1%), keratoplasti
(0,08%). Endoftalmitis kelompok ini biasanya disebakan oleh infeksi bakteri.
Perbedaan gejala klinis endoftalmitis yang disebabkan oleh bakteri atau jamur
sulit untuk dibedakan. Peradangan hebat tanpa endoftalmitis kadang terjadi pasca operasi
terutama kasus dengan uveitis, keratitis, diabetes, glaukoma dan riwayat bedah
sebelumnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi
Endophthalmitis adalah adanya peradangan hebat intraokular, terjadi yang
diakibatkan dari bakteri, jamur atau keduanya. Beberapa penulis mendefinisikan sebagai
infeksi bakteri atau jamur pada tubuh dan cairan ruang vitreous mata. Hal ini tidak pernah
disebabkan oleh infeksi virus atau parasit, sebagai agen ini terutama menyebabkan radang
retina dan Uvea. (3)
II.2 Epidemiologi
Angka kejadian endoftalmitis, setelah operasi terbuka bola mata di Amerika
adalah 5-14% dari semua kasus endoftalmitis1. Sedangkan endoftalmitis yang disebabkan
oleh trauma sekitar 10-30%, dan endoftalmitis yang disebabkan oleh reaksi antibody
terhadap pemasangan lensa yang dianggap sebagai benda asing oleh tubuh adalah 731%3.
II.3 Etiologi
Penyebab endoftalmitis dapat dibagi menjadi dua, yaitu endoftalmitis yang
disebabkan oleh infeksi dan endoftalmitis yang disebabkan oleh imunologis atau auto
imun (non infeksi)1,3:
Endoftalmitis yang disebabkan oleh infeksi dapat bersifat:
a. Endogen
Endoftalmitis endogen terjadi akibat penyebaran bakteri, jamur ataupun parasit
dari fokus infeksi di dalam tubuh, yang menyebar secara hematogen ataupun
akibat penyakit sistemik lainnya, misalnya endocarditis1,3:
b. Eksogen
Endoftalmitis eksogen dapat terjadi akibat trauma tembus atau infeksi sekunder /
komplikasi yang terjadi pada tindakan pembedahan yang membuka bola mata,
reaksi terhadap benda asing dan trauma tembus bola mata1,3. Bakteri gram positive
menyebabkan 56-90% dari seluruh kasus endoftalmitis3. Beberapa kuman
penyebabnya dalah staphylococcus epidermidis, staphylococcus aureus, dan
spesies streptococcus. Bakteri gram negatif seperti pseudomonas, escherichia coli
dan enterococcus dapat ditemukan dari trauma tembus bola mata3.

c. Endoftalmitis fakoanafilaktik merupakan endoftalmitis unilateral ataupun bilateral


yang merupakan reaksi uvea granulomatosa terhadap lensa yang mengalami
ruptur. Endoftalmitis fakoanafilaktik merupakan suatu penyakit autoimun
terhadap jaringan tubuh (lensa) sendiri, akibat jaringan tubuh tidak mengenali
jaringan lensa yang tidak terletak di dalam kapsul. Pada tubuh terbentuk antibodi
terhadap lensa sehingga terjadi reaksi antigen antibodi yang akan menimbulkan
gejala endoftalmitis fakoanafilaktik1.
Pada

endoftalmitis

post-operatif

akut

disebabkan

oleh

Staphylococcus

epidermidis (paling sering), Staphylococcus aureus, Streptococcal species kecuali


Pneumococcus (sering), dan penyebab yang jarang adalah bakteri gram negative
(Pseudomonas, Aerobacter, spesies Proteus, Haemophilus influenzae, spesies Klebsiella,
Escherichia coli, spesien Bacillus, spesies Enterobacter) dan anaerob.(8).
Pada endoftalmitis post-operatif subakut disebabkan oleh Staphylococcus
epidermidis atau bakteri lainnya, fungi (Candida parapsilosis).(8)
Pada delayed endoftalmitis post-operatif disebabkan oleh Propionibacterium
acnes dan terkadang disebabkan oleh Staphylococcus golongan coagulase-negative.
Propionibacterium acnes merupakan gram positif anaerob berbentuk bacil.(8)
II.4 Klasifikasi endoftalmitis
II.4.1 Endoftalmitis Akut Pasca Bedah Katarak
Ini adalah bentuk yang paling sering dari endoftalmitis, dan hampir selalu
disebabkan oleh infeksi bakteri. Tanda-tanda infeksi dapat muncul dalam waktu satu
sampai dengan enam minggu dari operasi. Namun, dalam 75-80% kasus ini muncul di
minggu pertama pasca operasi. Sekitar 56-90% dari bakteri yang menyebabkan akut
Endoftalmitis adalah gram positif, dimana yang paling sering adalah Staphylococcus
epidermis, Staphylococcus aureus dan Streptococcus. Pada pasien dengan endoftalmitis
akut pasca operasi biasa ditemui Injeksi silier, hilangnya reflek fundus, hipopion,
pembengkakan kelopak mata, fotofobia, penurunan visus, dan kekeruhan vitreus.(3)
II.5.2 Endoftalmitis Pseudofaki Kronik
Endoftalmitis Pseudofaki Kronik biasanya berkembang empat minggu hingga
enam minggu. Biasanya, keluhan pasien ringan atau sedang dengan tanda-tanda mata
merah, penurunan ketajaman visus dan adanya fotofobia. Sedangkan tanda-tanda yang

dapat ditemui yaitu adanya eksudat serosa dan fibrinous dari berbagai derajat dapat
diamati di segmen anterior adanya hipopion dan tanda-tanda moderat blur dan opacity
dalam tubuh vitreous.(3)
Salah satu yang khas dari Endoftalmitis Pseudofaki Kronik adalah adanya plak
kapsul putih dan tingkat yang lebih rendah secara proporsional kabur di vitreous body
dibandingkan dengan endophthalmitis akut. Hal ini dianggap bahwa penyebab
Endoftalmitis Pseudofaki Kronik adalah adanya beberapa bakteri memiliki virulensi yang
rendah, dengan tanda-tanda penyebab infalamsi yang lambat muncul.(3)
II.4.3 Endoftalmitis Pasca Operasi Filtrasi Anti-Glaukoma
Diantara semua kasus endoftalmitis pasca operasi, komplikasi ini terjadi pasca
operasi filtrasi anti-galukoma yang terjadi sebanyak 10% kasus. Dari total jumlah kasus
dengan operasi filtrasi glaukoma, Endoftalmitis terjadi dalam persentase yang sama
seperti di Katarak (0,1%). Trabeculectomy dan trepanotrabeculectomy, sebagai metode
yang tersering, pembentukan fistula filtrasi yang mengarahkan cairan ke ruang bawah
konjungtiva. Akumulasi cairan ini menyebabkan peradangan yang dapat disebabkan oleh
inokulasi bakteri selama operasi, atau bisa terjadi selama periode pasca operasi.
Tanda-tanda endoftalmitis muncul empat minggu setelah operasi pada 19%
pasien, atau bahkan kemudian dalam sebagian besar kasus. Infeksi juga dapat terjadi satu
tahun berikutnya setelah operasi. Manfestasi klinis yang terjadi sangat mirip dengan salah
satu endoftalmitis akut dengan tanda-tanda akumulasi nanah di area fluida dan kerusakan
nekrotik dari sclera sebagai konsekuensi efek beracun. Bakteri penyebab paling biasa ini
adalah jenis Streptococcus dan Staphylococcus aureus disamping itu Haemophilus
influenza juga menjadi salah satu penyebabnya.(3)
II.4.4 Endoftalmitis Pasca Trauma
Setelah terjadinya cedera mata, endoftalmitis terjadi dalam persentase tinggi
(20%), terutama jika cedera ini terkait dengan kehadiran benda asing intraokular. Dengan
temuan klinis dari perforantes cedera, infeksi berkembang pesat. Tanda-tanda infeksi
biasanya berkembang segera setelah mempertahankan cedera, tapi biasanya diikuti oleh
post-traumatic reaksi mata rusak jaringan. Informasi yang sangat penting dalam
anamnesis adalah apakah pasien berasal dari lingkungan pedesaan atau perkotaan, seperti
cedera di lingkungan pedesaan lebih sering diikuti oleh endoftalmitis (30%)

dibandingkan dengan pasien dari lingkungan perkotaan (11%). Klinis, Endoftalmitis


pasca-trauma adalah ditandai dengan rasa sakit, ditandai hiperemi ciliary, tampilan
hypopyon dan kabur di vitreous tubuh. Dalam kasus endoftalmitis pasca-trauma, agen
casative paling biasa adalah bakteri dari kelompok Bacillus dan Staphylococcus. Dalam
Endoftalmitis post-traumatic, khususnya dengan masuknya benda asing, sangat penting
untuk dilakukan vitrekomi sesegera mungkin, dengan membuang benda asing intraokular
dan aplikasi terapi antibiotik yang tepat.(3)
II.4.5 Endoftalmitis Endogen
Dalam bentuk endoftalmitis ini tidak ada riwayat operasi mata ataupun trauma.
Biasanya ada beberapa penyakit sistemik yang mempengaruhi, baik melalui penurunan
mekanisme pertahanan host atau kehadiran fokus sebagai situs potensial infeksi. Dalam
kelompok ini penyebab tersering adalah kehadiran dari septicaemia, pasien dengan
kekebalan lemah kronis, penggunaan catethers dan Kanula intravena. Agen bakteri yang
biasanya menyebabkan endoftalmitis endogen adalah Staphylococcus aureus, Escherichia
coli dan spesies Streptococcus. Namun, agen yang paling sering menyebabkan
Endoftalmitis endogen adalah jamur (62%), bakteri gram positive (33%), dan bakteri
gram negatif dalam 5% dari kasus.(3)
II.4.6 Endoftalmitis Jamur
Endoftalmitis jamur dapat berkembang melalui mekanisme endogen setelah
beberapa trauma atau prosedur bedah dengan inokulasi langsung ke ruang anterior atau
badan vitreous, atau dengan transmisi hematogenous dalam bentuk candidemia
Chorioretinitis. Tidak seperti jamur yang disebabkan oleh kandidiasis, yang disertai
dengan tanda-tanda peradangan minimal pada badan vitreous, jamur. Endoftalmitis
singkatan dari penyakit serius dengan karakteristik tanda-tanda endoftalmitis akut.(3)
Endoftalmitis post-operatif berdasarkan onset dibagi menjadi tiga, yaitu.(8) :
1. Akut endoftalmitis

Terjadi satu minggu pertama setelah operasi

2. Subakut endoftalmitis

Terjadi satu sampai tiga minggu setelah operasi

3. Delayed endophthalmitis

Terjadi beberapa minggu sampai beberapa bulan setelah operasi


5

II.5 Patofisiologi
Dalam keadaan normal, Blood-Ocular-Barrier memberikan ketahanan alami
terhadap organisme yang menyerang. Dalam endoftalmitis endogen, organisme menyebar
secara hematogen (terlihat pada pasien yang bacteremic dalam situasi seperti
endokarditis) menembus Blood-Ocular-Barrier baik dengan invasi langsung (misalnya,
emboli septik) atau oleh perubahan dalam endotelium vaskular yang disebabkan oleh
substrat yang dilepaskan selama infeksi. Penghancuran jaringan intraokular mungkin
disebabkan oleh invasi langsung atau dari mediator inflamasi yang merupakan respon
terhadap kekebalan.
Pada endoftalmitis eksogen mikroorganisme berasal dari luar tubuh. Pada
konjungtiva terdapat berbagai jenis bakteri yang dapat menyebabkan endofalmitis.
Mikroorganisme yang merupakan flora periocular dapat masuk saat dilakukan tindakan
operasi. Mikroorganisme tersebut menginvasi melalui kornea dan sklera . Vitreous wicks
merupakan rute masuknya mikroba.(8)
Bakteri masuk ke dalam mata saat dilakukan operasi, tetapi tidak semua mata
dapat mengalami infeksi. Ukuran inokulum, virulensi mikroorganisme, tipe dari material
yang ditanam, dan faktorhost mempengaruhi terjadinya infeksi.(8)
Endophthalmitis mungkin sehalus nodul putih pada kapsul lensa, iris, retina, atau
koroid. Hal ini juga dapat sebagai mana peradangan semua jaringan okular, mengarah ke
bola mata yang penuh eksudat purulen. Selain itu, peradangan dapat menyebar ke
jaringan lunak melibatkan orbital. Setiap prosedur operasi yang mengganggu integritas
bola mata dapat menyebabkan endophthalmitis eksogen (misalnya, katarak, glaukoma,
retina, keratotomi radial) 5.
II.6 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis endoftalmitis dapat diketahui dari gejala subjektif dan objektif
yang didapatkan dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.(6)
a. Subjekif
Secara umum, gejala subjektif dari endoftalmitis adalah:
- Fotofobia
- Nyeri pada bola mata
- Penurunan tajam penglihatan

- Nyeri kepala
- Mata terasa bengkak
- Kelopak mata bengkak, merah, kadang sulit untuk dibuka:
b. Objektif
Kelainan fisik yang ditemukan berhubungan dengan struktur bola mata yang
terkena dan derajat infeksi/peradangan2. Pemeriksaan yang dilakukan adalah
pemeriksaan luar, slit lamp dan funduskopi kelainan fisik yang dapat ditemukan dapat
berupa3:
- Udem Palpebra Superior
- Injeksi Konjungtiva
- Hipopion
- Udem Kornea
- Vitritis
- Discharge Purulen
- Kemosis
Manifestasi klinis pada akut endoftalmitis post-operatif adalah rasa tidak nyaman
pada mata post-operasi yang merupakan gejala awal, setelah itu diikuti dengan penurunan
penglihatan yang terjadi secara progresif, peningkatan rasa nyeri setelah prosedur operasi,
konjungtiva hiperemis dan kemotik, hipopion, fibrin, reaksi bilik mata anterior yang
berat, penurunan reflex fundus, edema palpebra, edema kornea. .(8)
Manifestasi klinis pada subakut endoftalmitis post-operatif adalah penurunan
penglihatan, peningkatan rasa nyeri, inflamasi bilik anterior dan vitreus, abses vitreus,
hipopion, penumpukan eksudat di bilik anterior, permukaan iris, dan tepi pupil, edema
dan infiltrat kornea, bleb.
Delayed-endophthalmitis terutama disebabkan oleh Propionibacterium acnes yang
menyebabkan terbentuknya granulomatosa satu sampai dua bulan setelah operasi. Ciri
khas pada delayed-endophthalmitis adanya plak putih pada kapsul lensa setelah mata
dilebarkan maksimal. .(8)

II.7 Pemeriksaan penunjang


Sampel untuk kultur harus diperoleh dari aquous dan vitreous humor untuk
mengkonfirmasi diagnosis. Namun, kultur dengan hasil yang negatif tidak selalu
menyingkirkan infeksi sehingga pengobatan tetap harus dilanjutkan.
1. B-scan USG harus dilakukan sebelum pengambilan sampel vitreous untuk
menyingkirkan ablasio retina jika tidak ada tampilan klinis.
Persiapan
Lakukan desinfeksi dengan povidone iodine 5% .
topikal dan subconjunctival, sub-tenon atau peribulbar anestesi diberikan.
Mata yang tersampir seperti untuk operasi katarak, dengan memasukkan
spekulum.
Sampel aquous
Antara 0,1 mL dan 0,2 mL air yang disedot melalui parasintesis limbal
menggunakan jarum 25-G pada jarum suntik tuberkulin.
Alat suntik ini ditutup dan diberi label.
Sampel vitreous lebih cenderung menghasilkan hasil kultur yang positif
dibandingkan aquous.
A 2 ml jarum suntik dan jarum 23-G dapat digunakan, atau lebih optimal

jika menggunakan vitrector sekali pakai.


Jarak dari limbus untuk sayatan scleral diukur dengan kaliper dan ditandai:

3mm (mata pseudofakia), 4 mm (fakia mata).


0,2-0,4 mL disedot dari rongga pertengahan vitreous. Jika menggunakan
vitrector sekali pakai, tutup dari pipa aman dan tempat dalam kantong

spesimen. Jangan lepaskan vitrector dari pipa tersebut.


2. swab konjungtiva dapat diambil juga, sebagai kultur yang signifikan dan dapat
membantu jika tidak ada kultur dengan hasil positif dari sampel intraokular.
3. Mikrobiologi. Spesimen harus dikirim ke laboratorium mikrobiologi segera,
sebagian lebih suka menerima sampel dalam alat yang digunakan untuk
memperoleh spesimen dan akan membagi spesimen untuk mikroskopi dan kultur.
Polymerase chain reaction (PCR) dapat membantu dalam mengidentifikasi
organisme yang tidak biasa, penyebab penyakit dengan kultur negatif, dan
organisme setelah pengobatan antibiotik dimulai. Namun, sensitivitas tinggi
berarti bahwa kontaminasi dapat menyebabkan hasil positif palsu.
II.8 Diagnosis Banding
jika ada keraguan tentang diagnosis, pengobatan boleh yang endophthalmitis
menular. pengenalan awal mengarah ke hasil yang lebih baik.

1. Pertahankan material lensa ruang anterior (COA) atau vitreous dapat


menimbulkan edema kornea dan peningkatan tekanan intraokular.
2. Perdarahan vitreous, terutama jika darah dalam vitreous yang depigmented.
3. Uveitis pasca operasi. untuk mendiagnosis infeksi tidak selalu mudah. Jika ini
tanda-tanda inflamasi yang ringan uji coba terapi steroid topikal dan review awal
(6-24 jam) adalah hal yang tepat. jika tidak ada peningkatan substansial maka bisa
4.

didiagnosis endophthalmitis.
Reaksi racun terhadap penggunaan cairan irigasi yang tidak tepat atau
terkontaminasi atau viskoelastik. Reaksi fibrinosa yang intens dengan edema
kornea dapat berkembang meskipun tanda-tanda lain infeksi endophthalmitis
tidak hadir. Terapinya dengan menggabungkan steroid dan siklopegik.

dekompensasi kornea mungkin permanen.


5. Operasi rumit atau berkepanjangan dapat menyebabkan edema kornea dan
uveitis.
II.9 Terapi
1. Antibiotik intravitreal adalah kunci dalam manajemen terapi karena mereka
mencapai tingkat di atas konsentrasi hambat minimum organisme yang paling
patogen, dan ini digunakan selama berhari-hari. Mereka harus diberikan segera
setelah spesimen kultur telah diperoleh. Dua antibiotik yang umum digunakan
dalam kombinasi adalah seftazidim, yang akan membunuh sebagian besar
organisme Gram-negatif (termasuk Pseudomonas aeruginosa) dan vankomisin
untuk mengatasi cocci koagulase-negatif dan koagulase positif (termasuk
methicillin-resistant S. aureus).
Konsentrasi ceftazidime 2 mg dalam 0,1 mL dan vankomisin 2 mg dalam
0,1 mL; amikasin 0,4 mg dalam 0,1 ml dapat digunakan sebagai alternatif
untuk ceftazidime pada pasien alergi terhadap penisilin tetapi lebih toksik

untuk retina.
Antibiotik yang disuntikkan perlahan-lahan ke dalam rongga pertengahan

vitreous menggunakan jarum 25-G.


Setelah suntikan pertama telah diberikan, jarum suntik mungkin terputus
tapi jarum tersisa dalam rongga vitreous sehingga injeksi kedua dapat
diberikan melalui jarum yang sama. Atau, jarum kedua dapat digunakan.

2. Suntikan antibiotik periokular sering diberikan tetapi manfaat tambahan


diragukan jika antibiotik intravitreal telah digunakan. Dosis yang disarankan
adalah 50 mg dan vankomisin ceftazidime 125 mg (atau amikasin 50 mg).
3. Antibiotik topikal memiliki manfaat yang terbatas dan sering digunakan hanya 46 kali sehari untuk melindungi luka baru dari kontaminasi. Vankomisin 5% (50
mg / mL) atau seftazidim 5% (50 mg / mL) diterapkan secara intensif dapat
menembus kornea kadar terapeutik. Fluoroquinolones generasi ketiga atau
keempat mencapai tingkat efektif dalam aquous dan vitreous, bahkan di mata
tidak terdapat tanda inflamasi, dan dapat dipertimbangkan.
4. Oral antibiotik. Fluoroquinolones menembus mata

dengan

baik

dan

moksifloksasin 400 mg sehari selama 10 hari dianjurkan; klaritromisin 500 mg


dua kali sehari dapat membantu untuk infeksi. Bukti menunjukkan ini dapat
menyerang biofilm bakteri.
5. oral steroid. Alasan untuk penggunaan steroid adalah untuk membatasi komplikasi
yang merusak dari proses inflamasi. Prednisolon 1 mg / kg sehari harus dimulai
dalam kasus yang parah setelah 12-24 jam. Hati-hati kontraindikasi, meresepkan
perlindungan lambung (misalnya lansoprazole 30 mg sekali sehari) dan memantau
tepat termasuk tes darah awal, jika permintaan saran yang diperlukan medis
umum.
6. periokular steroid. Deksametason atau triamcinolone harus dipertimbangkan jika
terapi sistemik merupakan kontraindikasi.
7. topikal deksametason 0,1% 2-jam awalnya untuk uveitis anterior.
8. topikal mydriatic seperti atropin 1% dua kali sehari.
9. steroid intravitreal dapat mengurangi peradangan dalam jangka pendek tetapi
mereka tidak mempengaruhi hasil visualisasi akhir, beberapa studi bahkan
menunjukkan efek merugikan. Sebaliknya, peningkatan hasil dalam beberapa subkelompok bakteri telah dilaporkan.
10. Pars Plana vitrectomy. Studi Vitrectomy Endophthalmitis (EVS) menunjukkan
manfaat untuk segera Pars Plana vitrectomy pada mata dengan ketajaman visual
persepsi cahaya pada presentasi, dengan penurunan 50% pada kehilangan
penglihatan yang parah. Jika vitrectomy tidak tersedia, adalah bijaksana untuk
memberikan antibiotik intravitreal sementara. Kesimpulan dari EVS pasca operasi
katarak

mata

tidak

mudah

diekstrapolasikan

untuk

bentuk

lain

dari

endophthalmitis.
10

II.10 Prognosis
Ad vitam

:ad malam

Ad functionam

:ad malam

Ad sanationam

:ad malam

Ad cosmeticam

:ad malam

BAB III
KESIMPULAN
1. Endoftalmitis adalah peradangan berat yang terjadi pada seluruh jaringan intraokular,
yang mengenai dua dinding bola mata, yaitu retina dan koroid tanpa melibatkan
sklera, dan kapsula tenon.
2. Endoftalmitis dapat diklasfikasikan menjadi supuratif, non supuratif dan endoftalmitis
fakoanafilaktik
3. Penyebab endoftalmitis dapat di kelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu infeksi
yang dapat bersifat endogen dan eksogen serta yang disebabkan oleh imunologis.
4. Gejala subjektif antara lain adalah nyeri pada bola mata, penurun tajam penglihatan,
nyeri kepala, mata terasa bengkak kelopak mata merah, bengkak kadang sulit dibuka.
11

Sedangkan dari pemeriksaan fisik didapatkan udem pada palpebra superior, reaksi
konjungtiva berupa: hiperemis dan kemosis, udem pada kornea.
5. Pemeriksaan penunjang yang penting adalah kultur, Pengobatan pasien endoftalmitis
adalah dengan antibiotik atau antifingi, yang diberikan secepatnya secara intravitreal.
Sedangkan pemberian steroid masih kontroversi walaupun terbukti bermanfaat.
Kadang dapat diberikan pula sikloplegik.
6. Bila dengan pengobatan malah terjadi perburukan, tindakan, vitrektomi harus
dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA
1. Scheidler V, Scott IU, Flun HW. Culture-proven endogenous endophtalmitis:Clinical
features and visual acuity outcomes. Am J Ophtalmol 2004;137:4
2. Ilyas, S.H. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Jakarta, Balai Penerbit FKUI, 2006. hal.
175-8.
3. Hanscom TA. Postoperative edophthalmitis. Clin Infect Dis 2004; 38:4:542-6
4. Available at : www.medfak.ni.ac.rs/amm
5. Miller, J.W. Endopthalmitis. Diunduh dari www.emedicine.com. Tanggal 22
Desember 2010.
6. Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta: Penerbit Widya Medika, 2002.

12

7. Kanski J.J, Bowling B. Clinical Ophthalmology A systemic Approach, 7th Edition.


Elsiver Limited, 2011; Page 289-292.
8. Charlton F, Weinstein W. Ophtalmic Surgery Complications. Lippincott company:
Philadelphia. 1995.

13

Anda mungkin juga menyukai