REFERAT1
REFERAT1
PENDAHULUAN
Mata dapat terkena berbagai kondisi. Beberapa diantaranya bersifat primer sedang
yang lain, sekunder akibat kelainan pada sistem organ tubuh lain. Kebanyakan kondisi
tersebut dapat dicegah bila terdeteksi awal, dapat dikontrol, dan penglihatan dapat
dipertahankan. Infeksi dan peradangan dapat terjadi pada beberapa struktur mata. Tetapi
sebagian orang mengira penyakit radang mata dengan gejala mata merah hanya penyakit
biasa hanya dengan diberi tetes mata biasa sudah cukup, padahal bila penyakit radang
atau infeksi mata tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada
mata/gangguan pada mata dan menimbulkan berbagai macam komplikasi. Salah satu
infeksi pada mata adalah endoftalmitis.(1)
Endoftalmitis merupakan peradangan berat dalam bola mata, yang biasanya
terjadi akibat infeksi bakteri atau jamur yang terjadi setelah trauma (20%), bedah
intraokular (62%). Hanya 2-8% kasus endoftalmitis yang disebabkan oleh infeksi
endogen. Berbentuk radang supuratif di dalam rongga mata dan struktur di dalamnya.
Penyebab utama terjadinya endoftalmitis adalah bakteri dan biasanya dalam bentuk akut.
Adanya keadaan akut endoftalmitis adalah salah satu keadaan yang paling penting dalam
oftalmologi. 4
Endoftalmitis post operasi terjadi secara akut ataupun kronik setelah operasi
katarak, operasi glaucoma, keratoplasti, implantasi lensa intraokular pada afakia, dan
operasi vitreoretinal. Frekuensi tertinggi endoftalmitis post operasi adalah post operasi
katarak (0,3%). Selanjtnya disebabkan oleh post operasi glaukoma (0,1%), keratoplasti
(0,08%). Endoftalmitis kelompok ini biasanya disebakan oleh infeksi bakteri.
Perbedaan gejala klinis endoftalmitis yang disebabkan oleh bakteri atau jamur
sulit untuk dibedakan. Peradangan hebat tanpa endoftalmitis kadang terjadi pasca operasi
terutama kasus dengan uveitis, keratitis, diabetes, glaukoma dan riwayat bedah
sebelumnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi
Endophthalmitis adalah adanya peradangan hebat intraokular, terjadi yang
diakibatkan dari bakteri, jamur atau keduanya. Beberapa penulis mendefinisikan sebagai
infeksi bakteri atau jamur pada tubuh dan cairan ruang vitreous mata. Hal ini tidak pernah
disebabkan oleh infeksi virus atau parasit, sebagai agen ini terutama menyebabkan radang
retina dan Uvea. (3)
II.2 Epidemiologi
Angka kejadian endoftalmitis, setelah operasi terbuka bola mata di Amerika
adalah 5-14% dari semua kasus endoftalmitis1. Sedangkan endoftalmitis yang disebabkan
oleh trauma sekitar 10-30%, dan endoftalmitis yang disebabkan oleh reaksi antibody
terhadap pemasangan lensa yang dianggap sebagai benda asing oleh tubuh adalah 731%3.
II.3 Etiologi
Penyebab endoftalmitis dapat dibagi menjadi dua, yaitu endoftalmitis yang
disebabkan oleh infeksi dan endoftalmitis yang disebabkan oleh imunologis atau auto
imun (non infeksi)1,3:
Endoftalmitis yang disebabkan oleh infeksi dapat bersifat:
a. Endogen
Endoftalmitis endogen terjadi akibat penyebaran bakteri, jamur ataupun parasit
dari fokus infeksi di dalam tubuh, yang menyebar secara hematogen ataupun
akibat penyakit sistemik lainnya, misalnya endocarditis1,3:
b. Eksogen
Endoftalmitis eksogen dapat terjadi akibat trauma tembus atau infeksi sekunder /
komplikasi yang terjadi pada tindakan pembedahan yang membuka bola mata,
reaksi terhadap benda asing dan trauma tembus bola mata1,3. Bakteri gram positive
menyebabkan 56-90% dari seluruh kasus endoftalmitis3. Beberapa kuman
penyebabnya dalah staphylococcus epidermidis, staphylococcus aureus, dan
spesies streptococcus. Bakteri gram negatif seperti pseudomonas, escherichia coli
dan enterococcus dapat ditemukan dari trauma tembus bola mata3.
endoftalmitis
post-operatif
akut
disebabkan
oleh
Staphylococcus
dapat ditemui yaitu adanya eksudat serosa dan fibrinous dari berbagai derajat dapat
diamati di segmen anterior adanya hipopion dan tanda-tanda moderat blur dan opacity
dalam tubuh vitreous.(3)
Salah satu yang khas dari Endoftalmitis Pseudofaki Kronik adalah adanya plak
kapsul putih dan tingkat yang lebih rendah secara proporsional kabur di vitreous body
dibandingkan dengan endophthalmitis akut. Hal ini dianggap bahwa penyebab
Endoftalmitis Pseudofaki Kronik adalah adanya beberapa bakteri memiliki virulensi yang
rendah, dengan tanda-tanda penyebab infalamsi yang lambat muncul.(3)
II.4.3 Endoftalmitis Pasca Operasi Filtrasi Anti-Glaukoma
Diantara semua kasus endoftalmitis pasca operasi, komplikasi ini terjadi pasca
operasi filtrasi anti-galukoma yang terjadi sebanyak 10% kasus. Dari total jumlah kasus
dengan operasi filtrasi glaukoma, Endoftalmitis terjadi dalam persentase yang sama
seperti di Katarak (0,1%). Trabeculectomy dan trepanotrabeculectomy, sebagai metode
yang tersering, pembentukan fistula filtrasi yang mengarahkan cairan ke ruang bawah
konjungtiva. Akumulasi cairan ini menyebabkan peradangan yang dapat disebabkan oleh
inokulasi bakteri selama operasi, atau bisa terjadi selama periode pasca operasi.
Tanda-tanda endoftalmitis muncul empat minggu setelah operasi pada 19%
pasien, atau bahkan kemudian dalam sebagian besar kasus. Infeksi juga dapat terjadi satu
tahun berikutnya setelah operasi. Manfestasi klinis yang terjadi sangat mirip dengan salah
satu endoftalmitis akut dengan tanda-tanda akumulasi nanah di area fluida dan kerusakan
nekrotik dari sclera sebagai konsekuensi efek beracun. Bakteri penyebab paling biasa ini
adalah jenis Streptococcus dan Staphylococcus aureus disamping itu Haemophilus
influenza juga menjadi salah satu penyebabnya.(3)
II.4.4 Endoftalmitis Pasca Trauma
Setelah terjadinya cedera mata, endoftalmitis terjadi dalam persentase tinggi
(20%), terutama jika cedera ini terkait dengan kehadiran benda asing intraokular. Dengan
temuan klinis dari perforantes cedera, infeksi berkembang pesat. Tanda-tanda infeksi
biasanya berkembang segera setelah mempertahankan cedera, tapi biasanya diikuti oleh
post-traumatic reaksi mata rusak jaringan. Informasi yang sangat penting dalam
anamnesis adalah apakah pasien berasal dari lingkungan pedesaan atau perkotaan, seperti
cedera di lingkungan pedesaan lebih sering diikuti oleh endoftalmitis (30%)
2. Subakut endoftalmitis
3. Delayed endophthalmitis
II.5 Patofisiologi
Dalam keadaan normal, Blood-Ocular-Barrier memberikan ketahanan alami
terhadap organisme yang menyerang. Dalam endoftalmitis endogen, organisme menyebar
secara hematogen (terlihat pada pasien yang bacteremic dalam situasi seperti
endokarditis) menembus Blood-Ocular-Barrier baik dengan invasi langsung (misalnya,
emboli septik) atau oleh perubahan dalam endotelium vaskular yang disebabkan oleh
substrat yang dilepaskan selama infeksi. Penghancuran jaringan intraokular mungkin
disebabkan oleh invasi langsung atau dari mediator inflamasi yang merupakan respon
terhadap kekebalan.
Pada endoftalmitis eksogen mikroorganisme berasal dari luar tubuh. Pada
konjungtiva terdapat berbagai jenis bakteri yang dapat menyebabkan endofalmitis.
Mikroorganisme yang merupakan flora periocular dapat masuk saat dilakukan tindakan
operasi. Mikroorganisme tersebut menginvasi melalui kornea dan sklera . Vitreous wicks
merupakan rute masuknya mikroba.(8)
Bakteri masuk ke dalam mata saat dilakukan operasi, tetapi tidak semua mata
dapat mengalami infeksi. Ukuran inokulum, virulensi mikroorganisme, tipe dari material
yang ditanam, dan faktorhost mempengaruhi terjadinya infeksi.(8)
Endophthalmitis mungkin sehalus nodul putih pada kapsul lensa, iris, retina, atau
koroid. Hal ini juga dapat sebagai mana peradangan semua jaringan okular, mengarah ke
bola mata yang penuh eksudat purulen. Selain itu, peradangan dapat menyebar ke
jaringan lunak melibatkan orbital. Setiap prosedur operasi yang mengganggu integritas
bola mata dapat menyebabkan endophthalmitis eksogen (misalnya, katarak, glaukoma,
retina, keratotomi radial) 5.
II.6 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis endoftalmitis dapat diketahui dari gejala subjektif dan objektif
yang didapatkan dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.(6)
a. Subjekif
Secara umum, gejala subjektif dari endoftalmitis adalah:
- Fotofobia
- Nyeri pada bola mata
- Penurunan tajam penglihatan
- Nyeri kepala
- Mata terasa bengkak
- Kelopak mata bengkak, merah, kadang sulit untuk dibuka:
b. Objektif
Kelainan fisik yang ditemukan berhubungan dengan struktur bola mata yang
terkena dan derajat infeksi/peradangan2. Pemeriksaan yang dilakukan adalah
pemeriksaan luar, slit lamp dan funduskopi kelainan fisik yang dapat ditemukan dapat
berupa3:
- Udem Palpebra Superior
- Injeksi Konjungtiva
- Hipopion
- Udem Kornea
- Vitritis
- Discharge Purulen
- Kemosis
Manifestasi klinis pada akut endoftalmitis post-operatif adalah rasa tidak nyaman
pada mata post-operasi yang merupakan gejala awal, setelah itu diikuti dengan penurunan
penglihatan yang terjadi secara progresif, peningkatan rasa nyeri setelah prosedur operasi,
konjungtiva hiperemis dan kemotik, hipopion, fibrin, reaksi bilik mata anterior yang
berat, penurunan reflex fundus, edema palpebra, edema kornea. .(8)
Manifestasi klinis pada subakut endoftalmitis post-operatif adalah penurunan
penglihatan, peningkatan rasa nyeri, inflamasi bilik anterior dan vitreus, abses vitreus,
hipopion, penumpukan eksudat di bilik anterior, permukaan iris, dan tepi pupil, edema
dan infiltrat kornea, bleb.
Delayed-endophthalmitis terutama disebabkan oleh Propionibacterium acnes yang
menyebabkan terbentuknya granulomatosa satu sampai dua bulan setelah operasi. Ciri
khas pada delayed-endophthalmitis adanya plak putih pada kapsul lensa setelah mata
dilebarkan maksimal. .(8)
didiagnosis endophthalmitis.
Reaksi racun terhadap penggunaan cairan irigasi yang tidak tepat atau
terkontaminasi atau viskoelastik. Reaksi fibrinosa yang intens dengan edema
kornea dapat berkembang meskipun tanda-tanda lain infeksi endophthalmitis
tidak hadir. Terapinya dengan menggabungkan steroid dan siklopegik.
untuk retina.
Antibiotik yang disuntikkan perlahan-lahan ke dalam rongga pertengahan
dengan
baik
dan
mata
tidak
mudah
diekstrapolasikan
untuk
bentuk
lain
dari
endophthalmitis.
10
II.10 Prognosis
Ad vitam
:ad malam
Ad functionam
:ad malam
Ad sanationam
:ad malam
Ad cosmeticam
:ad malam
BAB III
KESIMPULAN
1. Endoftalmitis adalah peradangan berat yang terjadi pada seluruh jaringan intraokular,
yang mengenai dua dinding bola mata, yaitu retina dan koroid tanpa melibatkan
sklera, dan kapsula tenon.
2. Endoftalmitis dapat diklasfikasikan menjadi supuratif, non supuratif dan endoftalmitis
fakoanafilaktik
3. Penyebab endoftalmitis dapat di kelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu infeksi
yang dapat bersifat endogen dan eksogen serta yang disebabkan oleh imunologis.
4. Gejala subjektif antara lain adalah nyeri pada bola mata, penurun tajam penglihatan,
nyeri kepala, mata terasa bengkak kelopak mata merah, bengkak kadang sulit dibuka.
11
Sedangkan dari pemeriksaan fisik didapatkan udem pada palpebra superior, reaksi
konjungtiva berupa: hiperemis dan kemosis, udem pada kornea.
5. Pemeriksaan penunjang yang penting adalah kultur, Pengobatan pasien endoftalmitis
adalah dengan antibiotik atau antifingi, yang diberikan secepatnya secara intravitreal.
Sedangkan pemberian steroid masih kontroversi walaupun terbukti bermanfaat.
Kadang dapat diberikan pula sikloplegik.
6. Bila dengan pengobatan malah terjadi perburukan, tindakan, vitrektomi harus
dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Scheidler V, Scott IU, Flun HW. Culture-proven endogenous endophtalmitis:Clinical
features and visual acuity outcomes. Am J Ophtalmol 2004;137:4
2. Ilyas, S.H. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Jakarta, Balai Penerbit FKUI, 2006. hal.
175-8.
3. Hanscom TA. Postoperative edophthalmitis. Clin Infect Dis 2004; 38:4:542-6
4. Available at : www.medfak.ni.ac.rs/amm
5. Miller, J.W. Endopthalmitis. Diunduh dari www.emedicine.com. Tanggal 22
Desember 2010.
6. Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta: Penerbit Widya Medika, 2002.
12
13