Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI I

FARMAKOTERAPI PASIEN GASTROINTESTINAL

Disusun oleh :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Swastika Dwi Ariasti


Defi Srium Siagian
Siti Rohmattilah Hasyim
Isrohatun Syadiah
Firrizqi Adam
Tofik Hidayat

(G1F013029)
(G1F013031)
(G1F013033)
(G1F013035)
(G1F013037)
(G1F013039)

Dosen Pembimbing Praktikum = Tunggul Adi P, M.Sc., Apt


Asisten Praktikum

= Catherine Bernadia

Laboratorium Farmasi Klinik


Jurusan Farmasi
Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan
Universitas Jenderal Soedirman
Purwokerto
2015
PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI I

GASTROINTESTINAL
DIARE

A. Kasus
Ny. KR berusia 60 tahun memiliki keluhan nyeri di perut, pusing, lemas, dan
feses encer serta mempunyai riwayat penyakit hipertensi. Ny. KR memiliki aktifitas
keseharian yaitu berdagang dan tidak pernah melakukan olahraga. Diagnosa yang
disimpulkan dari keluhan Ny. KR yaitu diare sekretorik yang disebabkan karena
kelelahan.
B. Dasar Teori
1. Patofisilogi
Diare adalah kondisi ketidakseimbangan absorpsi dan sekresi air dan
elektrolit. Terdapat 4 mekanisme patofisiologi yang mengganggu keseimbangan air
dan elektrolit yang mengakibatkan diare, yaitu :
- Perubahan transport ion aktif yang disebabkan oleh penurunan absorpsi
natrium atau peningkatan sekresi klorida
- Perubahan motilitas usus
- Peningkatan osmolaritas luminal
- Peningkatan tekanan hidrostatik jaringan
Mekanisme tersebut sebagai dasar pengelompokan diare secara klinik, yaitu :
- Secretory diarrhea, terjadi ketika senyawa yang strukturnya mirip (contoh :
Vasoactive Intestinal Peptide (VIP) atau toksin bakteri) meningkatkan sekresi
atau menurunkan absorpsi air dan elektrolit dalam jumlah besar
- Osmotic diarrhea, disebabkan oleh absorpsi zat-zat yang mempertahankan
cairan intestinal
- Exudative diarrhea, disebabkan oleh penyakit infeksi saluran pencernaan yang
mengeluarkan mukus, protein atau darah ke dalam saluran pencernaan
- Motilitas usus dapat berubah dengan mengurangi waktu kontak di usus halus,
pengosongan usus besar yang prematur dan pertumbuhan bakteri yang
berlebihan.
(Sukandar, 2008).
Dari kasus yang didapat, pasien mengalami diare akut sekretori karena
menurunkan absorpsi air dan elektrolit dalam jumlah besar dan keluhan pada pasien
yaitu fesesnya cair tanpa keluhan lain.

2. Guideline Terapi

(WHO, 2005).
Berdasarkan algoritma terapi diatas dan keluhan pasien, pasien mengalami
diare akut dimana diare akut dicirikan kurang dari 3 hari. Sehingga mengikuti alur
terapi yaitu diperiksa apakah disertai demam atau tidak. Jika disertai dengan
demam, perlu diperiksa fesesnya, apakah terdapat darah atau parasit. Apabila hasil
negatif maka hanya perlu dilakukan terapi simtomatik dan apabila hasilnya positif
maka penanganannya dengan menggunakan terapi yang sesuai. Pasien tidak
mengeluhkan demam, maka terapi yang dilakukan adalah terapi simtomatik
dengan memberikan pengganti elektrolit tubuh, pemberian Loperamide,
Diphenoxylate, atau absorbent dan diet.
C. Penatalaksanaan Kasus dan Pembahasan
1. Subjective
Nyeri perut, pusing, lemas, dan feses encer.
2. Objective
3. Assesment

Tgl.
14

Subjective

Objective

Nyeri
perut, pusing,
lemas,
dan feses encer

Assesment

Rekomendasi

Diagnosa =
Diare
akut
sekretori

Pemberian
ORS untuk
mencegah
dehidrasi
- Pemberian
vitamin C
untuk
meningkatk
an
daya
tahan tubuh
- Mencegah
pasien diet
makanan
yang
mengandung
banyak serat
dan sukrosa
Pemberi
an
obat
loperamida
4-6 mg

Paparan
Problem
- Nyeri perut
akibat diare
Disebabkan
karena
kelelahan
sehingga
menurunkan
daya
tahan
tubuh
- Pusing dan
lemas akibat
dehidrasi

4. Plan
a. Tujuan Terapi :
Mengobati Hepatitis B dengan gagal ginjal kronik (CKD)
Mengatasi anemia/ hipertensi
Memberikan terapi non farmakologis pada pasien disertai dengan KIE
b. Terapi Non-Farmakologi :
Untuk mencegah progresivitas gagal ginjal kronik pasien harus diet rendah
protein (0,6-0,75 g/kg BB/hari
Untuk mencegah penularan Hepatitis B kembali yaitu menghindari
hubungan badan dengan orang yang terinfeksi, menghindari
penyalahgunaan obat dan pemakaian jarum suntik, sikat gigi dan alat cukur,
dll.
Untuk mengatasi anemia yaitu dengan diberikan tranfusi 4 kolf
Untuk mengatasi hipertensi yang dialami pasien, pengobatan nonfarmakologis yang utama adalah pembatasan gram dalam makanan,
pengawasan berat badan dan membatasi minuman beralkohol (Targor,
1996).

c. Terapi Farmakologi :
Algoritma untuk pasien dengan infeksi hepatitis B dengan gagal ginjal kronik
(Ridruejo,2015).
Menurut Algoritma terapi tersebut pasien mengalami hepatitis B disertai
penyakit ginjal kronik sehingga mengikuti alur penelusuran hubungan virus
hepatitis B dengan netropati atau klirens kreatinin <50-60 ml/menit atau
pasien hemodialisis. Pasien yang belum pernah menerima terapi NA dengan
indikasi terapi entecavir tanpa memperhatikan Viremia Entecavir adalah
inhibitor yang selektif terhadap DNA Polimerase virus hepatitis B dengan cara
menghambat proses transkripsi sehingga menurunkan sintesis DNA virus
(Ridruejo, 2015).
Entecavir dipilih karena merupakan terapi pertama untuk virus Hepatitis B,
resistensi jarang terjadi dan profil keamanan yang lebih baik. Dosis yang
digunakan untuk entecavir adalah 0,5 mg setiap 7 hari (Ridruejo,2015).
Pemilih obat ini juga didasarkan atas keamanan terhadap ginjal. Diketahui
bahwa pasien mengalami penyakit ginjal kronis yang ditunjukkan dengan
nulai keratin darah. Maka obat yang dipilih adalah entecavir karena bersifat
non nefrotoksik sehingga tidak memperoleh penyakit ginjal kronis pasien
(Denay dkk, 2015).
d. KIE
KIE untuk dokter yang merawat pasien
KIE untuk tenaga kesehatan yang merawat pasien
KIE untuk keluarga pasien
Cara minum obat dan frekuensinya
Nama
Obat

Jadwal

Jumlah

Manfaat

Hal yang harus


diperhatikan

1. Oralit 3 jam pertama


(non- setelah dan setiap
farma habis BAB
kolog
i)

300-400 ml
setelah BAB

-mengurangi
dehidrasi

2. Loper
amid(
farma
kologi
s)

Dosisawal 4 mg
kemudian 2 mg
setelah BAB

1-2x sehari
setelah BAB di
minumsetiap 8
jam

-mengganti cairan
tubuh
-anti motilitas
-mengurangi gerak
peristaltic
lambung

Jangan
digunakan
melebihi dosis
yang dianjurkan
karena bisa
menyebabkan
konstipasi

KIE untuk pasien


Memberikanjadwalminumobatpadapasien
Memotivasiuntukmelakukan diet makanan yang pedas, tinggiserat,
banyaksukrosadanasam
Memotivasiuntukberistrahatcukup

e. Monitoring
Obat
Keberhasilan
Oralit
(non- Dehidrasi
farmakologis )
Loperamid
(farmakologis)

Monitoring
ESO
-

Anti motilitas

Target
Keberhasilan
Menstabilkan
cairan tubuh/
elektrolit
Kram abdomen Menghambat
reaksi
kulit motilitas
dan
termasuk
peristaltik usus
urtikaria, ileus
paralitik,
dan
perut kembung

D. Kesimpulan

Problem medikpasiensesuaidiagnosaadalahdiareakut
Penatalaksanaanterapifarmakologisuntukmengatasidiareakutadalahdenganpember
ianloperamid 1-2 x seharisetelah BAB di minumsetiap 8 jam. Tablet dosisawal 4
mg kemudian 2 mg setelah BAB.
Terapi non farmakologis yang disarankanadalahdenganminumoralit 3 jam setelah
BAB sebanyak 300-400 ml setiap BAB danmembatasimakanan yang pedas,
asam, tinggiserat.

E. Daftar Pustaka
Medicinus, 2009. Diare Akut. Scientific Journal Of Pharmaceutical Development And
Medical Application Vol. 22 No. 3
Sukandar, 2008. ISO Farmakoterapi. Jakarta: Penerbit PT. ISFI
WHO, 2005. Diarrhoea Treatment Guidelines For Comunity-Based Health-Care
Workers. Arlington: WHO/UNICEF.

Anda mungkin juga menyukai