Anda di halaman 1dari 7

Nama

: Fitriyani

Kelas

: 6 EGB

Tugas Individu
KELOMPOK GADO-GADO

1. Jelaskan perkembangan energi baru dan terbarukan selama 5 tahun


terakhir di Indonesia ! lengkapi dengan data-data !
2. Jelaskan mengapa pemanfaatan atau kegunaan energi di Jawa lebih
besar dibandingkan luar Jawa. Berikan solusinya !
Jawaban :
1. DATA KAPASITAS TERPASANG PEMBANGKIT LISTRIK
EBT

(sumber : Renstra KESDM 2015-2019)

1. Panas bumi.
Pada tahun 2010, kapasitas terpasang PLTP sebesar 1.189 MW
dan mengalami peningkatan pada tahun 2014 menjadi sebesar
1.403,5 MW. Tambahan kapasitas PLTP selama periode 20102014 sebesar 214,5 MW yang terdiri dari:

(sumber : Renstra KESDM 2015-2019)

Kapasitas terpasang PLTP tersebut hanya sekitar 4% dari potensi


panas bumi Indonesia sekitar 28 ribu MW. Dalam rangka
peningkatan kapasitas pembangkit kedepan, hingga saat ini telah

ditetapkan 65 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP), yang terdiri


dari 19 WKP Eksisting dan 46 WKP setelah UU Panas bumi
Pengembangan Panas Bumi tahun 2010-2014

(sumber : Renstra KESDM 2015-2019)

2. Bahan Bakar Nabati.


Percepatan pengembangan Bahan Bakar Nabati (BBN)
dilaksanakan berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 1 tahun 2006
tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati
(Biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain. Seiring dengan kondisi
defisit Neraca Transaksi Berjalan Indonesia tahun 2013 yang
utamanya disebabkan oleh impor BBM, diterapkan Mandatori
BBN melalui Peraturan Menteri ESDM Nomor 20 Tahun 2014
yang merupakan perubahan kedua dari Peraturan Menteri ESDM
Nomor 32 tahun 2008, dimana sektor transportasi, industri dan
pembangkit listrik diwajibkan untuk mensubstitusi bahan bakar
fosil dengan BBN pada persentase tertentu dan dilakukan secara
bertahap.

(sumber : Renstra KESDM 2015-2019)

Pemanfaatan BBN meningkat secara signifikan dari tahun ke tahun.


Implementasi Mandatori BBN pada tahun 2014 mencapai 1,69 juta
KL (43% dari target), serta dapat menghemat devisa US$ 1,23 miliar
(meningkat sebesar 61% dibandingkan realisasi tahun 2013).
3. Biomassa, Biogas dan Sampah Kota.
Pengembangan bioenergi untuk listrik atau pengembangan
Pembangkit Listrik Tenaga (PLT) Biomassa, Biogas, dan Sampah
Kota, sampai dengan tahun 2014 telah menghasilkan kapasitas
terpasang sebesar 1.740 MW, dengan mayoritas 1.626 MW offgrid dan selebihnya 114 MW on-grid. Pada umumnya
pengembangan
biomassa
untuk
menghasilkan
listrik
menggunakan limbah kelapa sawit, baik cair maupun padat, dari
Pabrik Kelapa Sawit. Upaya pengembangan PLT Bioenergi juga
telah dilakukan dengan ditetapkannya Feed-In Tariff (FiT) PLT
Bioenergi untuk kapasitas sampai dengan 10 MW.
untuk biogas, terdapat 3 skema pengembangan, yaitu:
APBN: Hingga 2013 telah dibangun sebanyak 2.457 unit
digester biogas dengan anggaran APBN dan dimanfaatkan oleh
2.873 rumah tangga. Tahun 2014 ditargetkan akan meningkat
menjadi 3.718 unit digester biogas.
Semi komersial: Program Biogas Semi Komersial (Penerapan
Subsidi Parsial), dilakukan melalui Program BIRU, yang
merupakan implementasi kerjasama Indonesia-Belanda. Dimulai

sejak tahun 2009 dengan memberikan subsidi sebesar Rp. 2 juta


per rumah tangga dan sisa biaya pembangunan ditanggung oleh
rumah tangga. Hingga tahun 2013 telah dibangun 11.009 unit
digester biogas.
Komersil: Program Biogas Komersial dilakukan melalui
pengembangan pembangkit listrik berbasis biogas yang
dilaksanakan dengan investasi swasta. Sampai tahun 2014 telah
masuk ke dalam jaringan PT. PLN (Persero) sebesar 1 MW dan
off-grid sebesar 10 MW.
4. Tenaga Air.
Kapasitas terpasang Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) pada
tahun 2014 mencapai 8.111 MW, yang terdiri dari pembangkit on
grid 8.030 MW dan off grid 81 MW. Pengembangan PLTA terus
ditingkatkan mengingat potensinya cukup besar. Khusus untuk
PLTA kapasitas s.d. 10 MW telah diterbitkan kepastian harga
melalui Permen ESDM Nomor 22/2014 tentang Perubahan atas
Permen ESDM Nomor 12/2014 tentang Pembelian Tenaga Listrik
dari PLTA oleh PT PLN (Persero). Feed in Tariff (FIT) tersebut
berbeda untuk tenaga air reguler, waduk, bendungan dan/atau
saluran irigasi yang pembangunannya bersifat multiguna.
5. Tenaga Surya
Kapasitas terpasang PLTS sampai dengan tahun 2014 mencapai
71,02 MW, terdiri dari 5 MW terinterkoneksi dengan jaringan
PLN (on-grid) dan sebesar 66,02 MW adalah off-grid. Kapasitas
tersebut termasuk pembangunan PLTS interkoneksi 1 MW di
Karangasem, Bali yang dibangun dengan pendanaan APBN.
Direncanakan jumlah kuota PLTS yang akan dilelang sekitar 140
MWp, yang tersebar di 80 lokasi di berbagai propinsi di
Indonesia. Proyek-proyek pembangunan PLTS IPP yang telah
berhasil dilelang yaitu: Kupang, Nusa Tenggara Timur 5 MW,
Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat 2 MWaw, Gorontalo 2 MW,
Sintang, Kalimantan Barat 1,5 MW, Nanga Pinoh, Kalimantan
Barat 1 MW, Kota Baru, Kalimantan Selatan 2 MW, Tanjung
Selor, Kalimantan Timur 1 MW, dan Atambua, Nusa Tenggara
Timur 1 MW. Ke-12 proyek tersebut merupakan bagian rencana

pemerintah melelang 80 lokasi pembangkit listrik tenaga surya


(PLTS) dengan skema IPP.
6. Tenaga angin
Kapasitas terpasang PLTB tahun 2014 sebesar 3.6 MW, dimana
sebesar 1,77 MW terinterkoneksi dengan jaringan PLN (on- grid)
dan 1,84 MW off-grid. Puslitbangtek KEBTKE telah melakukan
penelitian dan pengembangan PLTB kapasitas 100 kW di desa
Taman Jaya, Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi. Dalam
kegiatan ini, Puslitbangtek KEBTKE telah mampu mendesain dan
menginstall komponen-komponen PLTB seperti bilah turbin,
generator induksi, hub, main shaft, bedplane, nacelle, root assy,
gear box, coupling, tower, sistem pengereman, dan sistem
instrumentasi dan kontrol. Hasil uji coba PLTB yang telah
dibangun dapat menghasilkan tenaga listrik sebesar 28 kW. Selain
membangun PLTB kapasitas 100 kW, Puslitbangtek KEBTKE
juga telah mampu membangun PLTB kapasitas 2,5 kW di
Sukabumi dan 5 kW di Pulau Santolo Kabupaten Garut. Energi
listrik yang dihasilkan oleh PLTB dimanfaatkan untuk
mendukung kegiatan pariwisata di pulau tersebut.

2. Penggunaan energi listrik di pulau Jawa-Bali lebih besar di


bandingkan wilayah lainnya karena lokasi ini merupakan pusat
dari segala kegiatan, namun pemakaian listriknya kurang efisien.

Pada tahun 2003, total kebutuhan listrik di Jamali sebesar 69,96


TWh dan selama kurun waktu 17 tahun (2003-2020) diperkirakan
tumbuh sebesar 6% per tahun sedikit lebih rendah dari rata-rata
Indonesia, sehingga pada tahun 2020 total kebutuhan listrik di
Jamali menjadi 203,19 TWh.
Peningkatan pertumbuhan
kebutuhan listrik terbesar di Jamali berasal dari sektor rumah
tangga, hal tersebut dipicu dengan membaiknya perekonomian di
Jawa, walaupun laju pertumbuhan kebutuhan listrik sektor rumah
tangga tersebut sudah mempertimbangkan efisiensi penggunaan
listrik dan kenaikan tarif. Sekitar sepertiga dari total kebutuhan
listrik Jamali berasal dari Distribusi Jawa Barat dan Banten,
mengingat pusat industri besar berada di wilayah ini.
Besarnya proyeksi kebutuhan listrik di Jawa dari tahun 2003 s.d.
2020 didominasi oleh sektor industri, disusul sektor rumah
tangga, usaha, dan umum.
Selain itu, karena penduduk yang berada di jawa merupakan 80 %
dari total penduduk Indonesia maka kebutuhan listrik yang di
gunakan juga lebih banyak. Khususnya daerah Jakarta yang
merupakan ibu kota negara Indonesia merupakan kota yang
konsumtif terutama pemakaian AC yang meningkat karena
pembangunan yang pesat mengakibatkan banyak pohon yang di
tebang sehingga meningkatkan pemanasan global.
Berikut merupakan Jenis sumber daya alam pembangkit listrik
oleh PLN.

Solusi yang harus di terapkan pada penggunaan dan pemanfaatan


energi di Jawa-Bali ialah :
1. Mengurangi pemakaian energi milik negara dengan
menggantikannya dengan energi terbarukan. Seperti energi

surya yang di pasang pada setiap rumah sebagai kebutuhan


rumah tangga sehari-hari.
2. Menekan pertumbuhan penduduk dengan menerapkan
program keluarga berencana dan pemahaman sejak dini
kepada anak-anak agar menerapkan program hemat energi
terutama energi listrik dan mematikan alat-alat elektronik
ketika tidak di perlukan. Pada konteks penghematan energi
ini, sistem pentarifan harus dilakukan dengan sangat selektif
dibarengi pembatasan, cara ini masih mungkin dapat
mengurangi beban puncak.
3. Mengurangi jumlah kendaraan pribadi di Jawa-Bali sehingga
dapat menurunkan jumlah penggunaan energi fosil sebagai
bahan bakar dengan meningkatkan prasarana untuk kendaraan
umum.
(Proyeksi Kebutuhan Listrik PLN Tahun 2003 s.d. 2020)

Anda mungkin juga menyukai