Definisi / Pengertian
Pneumonia adalah suatu peradangan dimana terdapat konsolidasi yang disebabkan pengisian
rongga alveoli oleh eksudat ( Askep Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Pernafasan).
Pneumonia adalah radang paru-paru yang dapat disebabkan oleh bermacam-macam sebab seperti
bakteri, virus, jamur dan benda asing ( Kapita Selekta Kedokteran edisi kedua).
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang
mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan
gangguan pertukaran gas setempat. ( Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2 edisi ketiga).
2.
3.
Penyebab / Etiologi
Virus : virus influenza.
4.
Patofisiologi
Adanya etiologi seperti jamur dan inhalasi mikroba ke dalam tubuh manusia melalui udara,
aspirasi organisme, hematogen dapat menyebabkan reaksi inflamasi hebat sehingga membran paruparu meradang dan berlobang. Dari reaksi inflamasi akan timbul panas, anoreksia, mual, muntah
serta nyeri pleuritis. Selanjutnya RBC, WBC dan cairan keluar masuk alveoli sehingga terjadi sekresi,
edema dan bronkospasme yang menimbulkan manifestasi klinis dyspnoe, sianosis dan batuk, selain
itu juga menyebabkan adanya partial oklusi yang akan membuat daerah paru menjadi padat
Klasifikasi
Klasifikasi Pneumonia dapat dibagi menjadi :
1) Klasifikasi klinis
Klasifikasi tradisional, meninjau ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas :
a.
Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris yg klasik antara lain awitan yg akut dgn
gambaran radiologist berupa opasitas lobus, disebabkan oleh kuman yang tipikal terutama S.
pneumoniae, Klebsiella pneumoniae, H. influenzae.
b.
Pneumonia atipikal, ditandai dgn gangguan respirasi yg meningkat lambat dgn gambaran infiltrate
paru bilateral yg difus, disebabkan oleh organisme atipikal dan termasuk Mycoplasma pneumoniae,
b.
c.
d.
e.
Pneumonia bacterial, memberikan gambaran klinis pneumonia yang akut dgn konsolidasi paru,
dapat berupa :
Pneumonia bacterial atipikal yang terutama mengenai parenkim paru dalam bentuk
bronkopneumonia dan pneumonia lobar
Pneumonia bacterial tipe campuran dengan presentasi klinis atipikal yaitu perjalanan penyakit lebih
ringan (insidious) dan jarang disertai konsolidasi paru. Biasanya pada pasien penyakit kronik
b.
a.
b.
WOC
Gejala klinis
Gejala klinis tergantung pada lokasi, tipe kuman dan tingkat berat penyakit
Adapun gejala klinis dari pneumonia yaitu :
o Dispnoe
o Hemoptisis
o Nyeri dada
o Takipnea
o Demam, menggigil
o Malaise
o Kepala pusing
o Batuk produktif berupa sputum
o Peningkatan suhu tubuh
o Hipoksemia
Pemeriksaan Fisik :
Dari hasil pemeriksaan fisik akan ditemukan tanda-tanda konsolidasi paru berupa perkusi paru pekak,
auskultasi terdapat ronchi nyaring dan suara pernapasan bronchial, inspirasi rales dan terdapat
penggunaan otot aksesori.
Diagnosis
Penegakan diagnosis dibuat dengan pengarahan kepada terapi empiris, mencakup bentuk dan luas
penyakit, tingkat berat penyakit dan perkiraan jenis kuman penyebab infeksi. Dugaan mikrorganisme
penyebab infeksi mengarahkan pada pemilihan antibiotic yang tepat.
Penatalaksanaan Medis
Terapi antibiotic
Merupakan terapi utama pada pasien pneumonia dengan manifestasi apapun, yang dimaksudkan
sebagai terapi kausal terhadap kuman penyebabnya.
Terapi suportif umum
1)
Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 % berdasar pemeriksaan AGD
2)
3)
Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak, khususnya anjuran untuk batuk dan napas dalam
4)
Pengaturan cairan: pada pasien pneumonia, paru menjadi lebih sensitif terhadap pembebanan
cairan terutama pada pneumonia bilateral
5)
6)
Ventilasi mekanis : indikasi intubasi dan pemasangan ventilator dilakukan bila terjadi hipoksemia
persisten, gagal napas yang disertai peningkatan respiratoy distress dan respiratory arrest
7)
Pengkajian
No
Data subyektif
Data obyektif
Kesimpulan
Nyeri dada
3
-
Tampak meringis
Px. Tanda vital : nadi meningkat
(takikardi)
Nyeri (akut)
Tampak sesak
Px. Tanda vital : respirasi meningkat
Px. Fisik : penggunaan otot aksesori,
suara nafas bronchial
Muntah muntah
Sulit bernafas
5
6
Badan lemas
Sulit bernapas
Badan panas
Badan8panas
9 Sering terbangun di malam hari karena
sulit bernapas dan batuk
Tampak lemah
Tampak sesak
Px. Tanda vital : respirasi meningkat
Tampak menggigil
Px. Tanda vital : suhu meningkat
Px. Tanda vital : suhu meningkat
Tampak lelah
Perubahan nutrisi
dari kebutuhan tu
Risiko kekuranga
cairan
Intoleran aktivitas
Hipertermi
Risiko terhadap in
Gangguan pola tid
Nyeri akut
2.
3.
4.
5.
6.
Intoleran aktivitas
7.
Hipertermi
8.
9.
2.
Diagnosa Keperawatan
1)
Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi parenkim paru ditandai dengan pasien mengeluh nyeri
dada, tampak meringis, px. Tanda vital : nadi meningkat (takikardi).
2)
Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan sekresi berlebihan sekunder terhadap infeksi
ditandai dengan pasien mengeluh batuk bercampur sputum, tampak batuk produktif berupa sputum,
Px. Fisik : perkusi pekak, inspirasi rales, ronchi nyaring.
3)
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan menurunnya nafsu makan
sekunder terhadap mual dan muntah ditandai dengan pasien mengeluh mual, nafsu makan menurun
dan muntah.
4)
Pola napas tak efektif berhubungan dengan sekresi berlebihan sekunder terhadap infeksi ditandai
dengan pasien mengeluh sulit bernapas, tampak sesak, px. tanda vital : respirasi meningkat, px.
fisik : penggunaan otot aksesori, suara nafas bronchial.
5)
Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan akibat muntah
6)
Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
ditandai dengan pasien mengeluh lemas, sulit bernapas, tampak lemah, sesak, px. tanda vital :
respirasi meningkat.
7)
Hipertermi berhubungan dengan inflamasi parenkim paru ditandai dengan pasien mengatakan
badan panas, tampak menggigil, px. tanda vital : suhu meningkat.
8)
9)
Gangguan pola tidur berhubungan dengan sering terbangun sekunder tehadap gangguan
pernapasan, batuk ditandai dengan pasien mengatakan sering terbangun di malam hari karena sulit
bernapas dan batuk, tampak lelah.
3.
a.
1)
Perencanaan Keperawatan
Prioritas Diagnosa Keperawatan
Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan sekresi berlebihan sekunder terhadap infeksi
ditandai dengan pasien mengeluh batuk bercampur sputum, tampak batuk produktif berupa sputum,
Px. Fisik : perkusi pekak, inspirasi rales, ronchi nyaring.
2)
Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi parenkim paru ditandai dengan pasien mengeluh nyeri
dada, tampak meringis, px. Tanda vital : nadi meningkat (takikardi).
3)
Pola napas tak efektif berhubungan dengan sekresi berlebihan sekunder terhadap infeksi ditandai
dengan pasien mengeluh sulit bernapas, tampak sesak, px. Tanda vital : respirasi menurun, px.
Fisik : penggunaan otot aksesori, suara pernafasan bronchial.
4)
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan menurunnya nafsu makan
sekunder terhadap mual dan muntah ditandai dengan pasien mengeluh mual, nafsu makan menurun
dan muntah.
5)
Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
ditandai dengan pasien mengeluh lemas, sulit bernapas, tampak lemah, sesak, px. Tanda vital :
respirasi menurun.
6)
Hipertermi berhubungan dengan inflamasi parenkim paru ditandai dengan pasien mengatakan
badan panas, tampak menggigil, px. Tanda vital : suhu meningkat.
7)
Gangguan pola tidur berhubungan dengan sering terbangun sekunder tehadap gangguan
pernapasan, batuk ditandai dengan pasien mengatakan sering terbangun di malam hari karena sulit
bernapas dan batuk, tampak lelah.
8)
9)
Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan akibat muntah
b.
Rencana Tindakan
1)
Dx I
Kriteria tujuan : menunjukkan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih
Rencana tindakan :
a.
takipnea, pernapasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena
ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan atau cairan paru.
b. Auskultasi area paru, catat area penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi napas
krakels
penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan, krakels terdengar sebagai
respon terhadap pengumpulan cairan, secret.
c.
Dx 2
Kriteria tujuan : nyeri berkurang atau hilang
Rencana tindakan :
a.
Rasional : nyeri dada biasanya ada dalam beberapa derajat dalam pneumonia, juga dapat timbul
komplikasi pneumonia seperti perikarditis dan endokarditis.
b.
c.
d.
3)
Dx 3
Kriteria tujuan : mempertahankan ventilasi adekuat
Rencana tindakan :
a.
Rasional :
ta
c.
4)
Dx 4
Kriteria tujuan : menunjukkan peningkatan nafsu makan
Rencana tindakan :
a.
b.
Rasional : bunyi usus mungkin menurun/tak ada bila proses infeksi berat/memanjang.
c.
Beri makan porsi kecil tapi sering, termasuk makanan yang menarik untuk pasien
rasional
tindakan ini dapat meningkatkan nafsu makan meskipun lambat untuk kembali.
d.
5)
Dx 5
b.
Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut ssi indikasi
Rasional : menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat.
c.
Rasional : meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
6)
Dx 6
Kriteria tujuan : mempertahankan suhu dlm batas normal
Rencana tindakan :
a.
b.
c.
Rasional : diharapkan dapat membantu menurunkan demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus
7)
Dx 7
Kriteria tujuan : Pola tidur pasien adekuat
Rencana tindakan :
a.
c.
d.
8)
Dx 8
Kriteria tujuan : infeksi tidak terjadi
Rencana tindakan
a.
b.
Ubah posisi dengan sering dan berikan pembuangan paru yang baik
Rasional : meningkatkan pengeluaran, pembersihan infeksi.
c.
d.
9)
Dx 9
b.
c.
d.
4.
Evaluasi
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
beranda
KEBIDANAN
MAKALAH KEPERAWATAN
SEMESTER I KESMAS
SEMESTER II KESMAS
SEMESTER IV KESMAS
SEMESTER V KESMAS
SEMESTER VI KESMAS
MATERI KEPERAWATAN
SEMESTER I KEPERAWATAN
SEMESTER II KEPERAWATAN
SEMESTER IV KEPERAWATAN
SEMESTER V KEPERAWATAN
SEMESTER VI KEPERAWATAN
PARIWISATA BENGKULU
MOTIVATION
OBAT
Bengkulu Sehat
Tempat Berbagi Ilmu dan Pengetahuan "Musik,Tips dan Makalah kesehatan"
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Saat ini banyak sekali penyakit yang baru pada saluran pernafasan dan penyebabnya
bermacam-macam, ada di sebabkan oleh virus, bakteri, dan lain sebagainya. Dengan penomena ini
harus menjadi perhatian bagi kita semua. Salah satu penyakit pada saluran pernafasan adalah
pneumonia. Penyakit Pneumonia sering kali diderita sebagian besar orang yang lanjut usia (lansia)
dan mereka yang memiliki penyakit kronik sebagai akibat rusaknya sistem kekebalan tubuh (Imun),
akan tetapi Pneumonia juga bisa menyerang kaula muda yang bertubuh sehat. Saat ini didunia
penyakit Pneumonia dilaporkan telah menjadi penyakit utama di kalangan kanak-kanak dan
merupakan satu penyakit serius yang meragut nyawa beribu-ribu warga tua setiap tahun. (Jeremy,
dkk, 2007, Hal 76-78)
Penanggulangan penyakit Pnemonia menjadi fokus kegiatan program P2ISPA (Pemberantasan
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Program ini mengupayakan agar istilah Pnemonia lebih
dikenal masyarakat, sehingga memudahkan kegiatan penyuluhan dan penyebaran informasi tentang
penanggulangan Pnemonia. Program P2ISPA mengklasifikasikan penderita kedalam 2 kelompok
usia:
Usia dibawah 2 bulan (Pnemonia Berat dan Bukan Pnemonia) Usia 2 bulan sampai kurang dari
5 tahun (2 bulan - Pnemonia, Pnemonia Berat dan Bukan Pnemonia ). Klasifikasi Bukan-pnemonia
mencakup kelompok balita penderita batuk yang tidak menunjukkan gejala peningkatan frekuensi
nafas dan tidak menunjukkan adanya penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam. Penyakit ISPA
diluar pnemonia ini antara lain: batuk-pilek biasa (common cold), pharyngitis, tonsilitis dan
otitis. Pharyngitis, tonsilitis dan otitis, tidak termasuk penyakit yang tercakup dalam program ini.
Pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia karena angka kematiannya tinggi, tidak saja
dinegara berkembang, tapi juga di negara maju seperti AS, Kanada dan negara-negara Eropah. Di
AS misalnya, terdapat dua juta sampai tiga juta kasus pneumonia per tahun dengan jumlah kematian
rata-rata 45.000 orang (S. A. Price, 2005, Hal 804-814)
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk mempelajari tentang asuhan keperawatan pada klien dengan pneumonia.
2.
Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada klien dengan pneumonia, yang
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan pneumonia, yang meliputi
1.3. Manfaat
1. Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan keterampilan kelompok dalam
memberikan asuhan kepe
rawatan pada klien dengan pneumonia.
2. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca.
3. Sebagai sumber referensi bagi pembaca mengenai Pneumonia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh agen
infeksius. Pneumonia adalah penyakit infeksius yang sering mengakibatkan kematian. Pneumonia
disebabkan terapi radiasi, bahan kimia dan aspirasi. Pneumonia radiasi dapat menyartai terapi
radiasi untuk kanker payudara dan paru, biasanya enam minggu atau lebih setelah pengobatan
sesesai. Pneoumalitiis kimiawi atau pneumonia terjadi setelah menjadi kerosin atau inhalasi gas yang
mengiritasi. Jika suatu bagian substasial dari suatu lobus atau yang terkenal dengan penyakit ini
disebut pneumonia lobaris (Jeremy, dkk, 2007, Hal 76-78).
Pneumonia adalah peradangan akut parenkim paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi.
( S. A. Frice. 2005, Hal 804)
2.1.2. Klasifikasi
Tiga klasifikasi pneumonia.
1.
a.
b.
c.
Pneumonia aspirasi.
d.
a.
Pneumonia Bakteri/Tipikal.
Dapat terjadi pada semua usia. Pneumonia bakterial sering diistilahkan dengan pneumonia akibat
kuman. Pneumonia jenis itu bisa menyerang siapa saja, dari bayi hingga mereka yang telah lanjut
usia. Para peminum alkohol, pasien yang terkebelakang mental, pasien pascaoperasi, orang yang
menderita penyakit pernapasan lain atau infeksi virus adalah yang mempunyai sistem kekebalan
tubuh rendah dan menjadi sangat rentan terhadap penyakit itu.
Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi,
bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan merusak paru-paru. Jika terjadi infeksi,
sebagian jaringan dari lobus paru-paru, atau pun seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima
lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari
jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah.
Bakteri Pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia bakteri
tersebut. Gejalanya Biasanya pneumonia bakteri itu didahului dengan infeksi saluran napas yang
ringan satu minggu sebelumnya. Misalnya, karena infeksi virus (flu). Infeksi virus pada saluran
b.
Pneumonia lobaris, pneumonia yang terjadi pada satu lobus (percabangan besar dari pohon
bronkus) baik kanan maupun kiri.
b.
Pneumonia bronkopneumonia
Pneumonia yang ditandai bercak-bercak infeksi pada berbagai tempat di paru. Bisa kanan
maupun kiri yang disebabkan virus atau bakteri dan sering terjadi pada bayi atau orang tua. Pada
penderita pneumonia, kantong udara paru-paru penuh dengan nanah dan cairan yang lain. Dengan
demikian, fungsi paru-paru, yaitu menyerap udara bersih (oksigen) dan mengeluarkan udara kotor
menjadi terganggu. Akibatnya, tubuh menderita kekurangan oksigen dengan segala konsekuensinya,
misalnya menjadi lebih mudah terinfeksi oleh bakteri lain (super infeksi) dan sebagainya. Jika
demikian keadaannya, tentu tambah sukar penyembuhannya. Penyebab penyakit pada kondisi
demikian sudah beraneka macam dan bisa terjadi infeksi yang seluruh tubuh. (S. A. Price, 2005, Hal
804-814)
2.1.3. Etiologi
Penyebab Pneumonia adalah streptococus pneumonia dan haemophillus influenzae. Pada bayi
dan anak kecil ditemukan staphylococcus aureus sebagai penyebab pneumonia yang berat, dan
sangat profesif dengan mortalitas tinggi.(Arif mansjoer, dkk, Hal 466)
1.
2.
3.
Micoplasma pneumonia
2.1.4. Patofisiologi
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada beberapa mekanisme
yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius difiltrasi di hidung, atau
terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu partikel
dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga
dengan mekanisme imun sistemik, dan humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan juga
memiliki antibodi maternal yang didapat secara pasif yang dapat melindunginya dari pneumokokus
dan organisme-organisme infeksius lainnya.
Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah mengalami
pneumonia misalnya pada kelainan anatomis kongenital, defisiensi imun didapat atau kongenital,
atau kelainan neurologis yang memudahkan anak mengalami aspirasi dan perubahan kualitas
sekresi mukus atau epitel saluran napas. Pada anak tanpa faktor-faktor predisposisi tersebut, partikel
infeksius dapat mencapai paru melalui perubahan pada pertahanan anatomis dan fisiologis yang
normal. Ini paling sering terjadi akibat virus pada saluran napas bagian atas.
Virus tersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian bawah dan menyebabkan pneumonia
virus. Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap mekanisme pertahan yang
normal dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran napas bagian bawah.
Bakteri ini dapat merupakan organisme yang pada keadaan normal berkolonisasi di saluran
napas atas atau bakteri yang ditransmisikan dari satu orang ke orang lain melalui penyebaran droplet
di udara. Kadang-kadang pneumonia bakterialis dan virus ( contoh: varisella, campak, rubella, CMV,
virus Epstein-Barr, virus herpes simpleks ) dapat terjadi melalui penyebaran hematogen baik dari
sumber terlokalisir atau bakteremia/viremia generalisata. Setelah mencapai parenkim paru, bakteri
menyebabkan respons inflamasi akut yang meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi
leukosit polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di alveoli
menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas pada foto toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia
menyebabkan inflamasi dengan dominasi infiltrat mononuklear pada struktur submukosa dan
interstisial. Hal ini menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang terjadi
pada bronkiolitis (S. A. Price, 2005, Hal 804-814).
a.
Manifestasi non spesifik infeksi dan toksisitas berupa demam (39,5 C sampai 40,5 C). , sakit
kepala, iritabel, gelisah, malaise, nafsu makan kurang keluhan gastrointestinal.
b.
Gejala umum saluran pernapasan bawah berupa batuk, takipnuea (25 45 kali/menit), ekspektorasi
sputum, nafas cuping hidung, sesak napas, air hinger, merintih, sianosis. Anak yang lebih besar
dengan pneumonia akan lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri
dada.
c.
Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding dada bawah kedalam saat bernapas bersama
dengan peningkatan frekuensi napas), perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, dan
ronki.
d.
Tanda efusi pleura atau empiema, berupa gerak ekskusi dada tertinggal di daerah efusi, perkusi
pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, suara napas tubuler tepat di atas batas cairan,
friction rup, nyeri dada karena iritasi pleura (nyeri bekurang bila efusi bertambah dan berubah
menjadi nyeri tumpul), kaku duduk / meningimus (iritasi menigen tanpa inflamasi) bila terdaat iritasi
pleura lobus atas, nyeri abdomen (kadang terjadi bila iritasi mengenai diafragma pada pneumonia
lobus kanan bawah).
e.
Pada neonatus dan bayi kecil tanda pneumonia tidak selalu jelas. Efusi pleura pada bayi akan
menimbulkan pekak perkusi.
f.
3. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat diambil biosi jarum, aspirasi
transtrakea, bronkoskofi fiberobtik atau biosi pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebeb.
Lebih dari satu organise ada : bekteri yang umum meliputi diplococcos pneumonia, stapilococcos,
aures A.-hemolik strepcoccos, hemophlus influenza : CMV. Catatan : keluar sekutum tak dapat di
identifikasikan semua organisme yang ada. Kultur darah dapat menunjukan bakteremia semtara
4. JDL : leokositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada infeksi virus, kondisi
tekanan imun seperti AIDS, memungkinkan berkembangnya pneumonia bakterial.
5. Pemeriksaan serologi: mis, titer virus atau legionella,aglutinin dingin. membantu dalam
membedakan diagnosis organisme khusus.
6. Pemeriksaan fungsi paru: volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar); tekanan jalan
nafas mungkin meningkat dan komplain. Mungkin terjadi perembesan (hipoksemia)
7. Elektrolit : Natrium dan Klorida mungkin rendah
8. Bilirubin : Mungkin meningkat.
9. Aspirasi perkutan / biopsi jaringan paru terbuka : dapat menyatakan jaringan intra nuklear tipikal
dan keterlibatan sitoplasmik (CMP ; kareteristik sel rekayasa(rubela))
(Marlyn E. Dongoes, 1999, ASKEP, Hal 164-174)
2.1.8. Penatalaksanaan
1. Oksigen 1-2 L / menit
2. IVFD (Intra Venous Fluid Drug)/ (pemberian obat melalui intra vena) dekstrose 10 % : NaCl 0,9 % = 3
: 1, + KCL 10 mEq / 500 ml cairan. Jumlah cairan sesuai dengan berat badan, kenaikan suhu, dan
status hidrasi.
3. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai dengan makanan entral bertahap melalui selang
nasogastrik dengan feding drip.
4. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta agonis untuk
memperbaiki transpormukosilier.
5. Koreksi gangguan keseimbangan asam - basa dan elektrolit.
6. Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan :
Untuk kasus pneumonia komuniti base:
-
Setiap kondisi yang menghasilkan lendir atau obstruksi bronkial dan mengganggu draniase normal
paru menahun (PPOM) meningkat kerentanan pasien terhadap pneumonia. Tindakan
preventif :tingkankan batuk dan pengaluaran sekresi.
Pasien imunosupresif dan mereka dengan jumlah neutrofi rendah (neutropeni) adalah mereka yang
berisik. Tindakan preventif : lakukan tindak kewaspadaan khusus terhadap infeksi.
IndIvidu yang merokok berisik, kerena asap rokok mengganggu baik aktifitas mukosiliari dan
makrofag. Tindaka preventif : ajurkan individu untuk berhenti merokok.
Setiap pasien yang diperbolehakan berbaring secara pasif di tempat tidur dalam waktu yang lama
yang secara relatif imobil dan bernafas dangkal berisiko terhadap bronkopneumonia. Tinadakan
preventif : sering mengubah posisi.
Setiap individu yang mengalami depresi reflek batuk (karna medikasi, keadaan yang melemahkan
atau otot-otot pernafasan lemah), telah mengaspirasi benda asing ke dalam paru-paru selama
periode tidak sadar (cedera kepala,anestesia), atau mempunyai mekanisme menelan abnormal
adalah mereka yang hampir pasti mengalami bronkopneumonia. Tindakan preventif : penghisan
trakeobronkial, sering mengubah posisi, bijakan dalam memberikan obat-obat yang meningkatkan
resiko aspirasi dan terafi fisik dada.
Setiap pasien yang dirawat dengan regimen NPO (dipuasakan) atau mereka yang mendapat
antibiotik mengalami peningkatan kolonisasi organisme faring dan berisiko. Tindakan preventif :
tingakan higiene oral yang teratur.
Individu yang sering mengalami intoksikasi terutama rentan terhadap pneumonia, karna alkohol
menekan reflek-reflek tubuh, mobolisasi sel darah putih dan gerakan siliaris trakeaobronkial.
Tindakan preventif : bikan dorong kepada individu untuk mengurangi masukan alkohol.
Setiap individu yang menerima sedatif atau opioid dapat mengalami pernafasan, ynga mencetuskan
pengumpulan sekresi bronkial dan selanjutnya mengalami pneumonia. Tindakan preventif : observasi
fekuensi pernapasan dan ke dalam pernafasan sebelum memberikan. Jika tampak depresi
pernapasan, tunds pemberian obat dan laporkan masalah ini.
Pasien yang tidak sadar atau mempunyai reflek batuk dan menelan buruk adlah mereka yang
berisiko terhadap pneumonoia akibat penumpukan seksesi atau aspirasi. Tindakan preventif : sering
melakukan .
Individu lansia terutama mereka yang rentan pneumonia karna refleksi batuk. Pneumonia
paskaoperatif seharusnyadapat diperkirakan terjadi pada lansia. Tndakan prepentif : sering
mobolisasi, dan batuk efekif dan latihan pernapasan
Setiap orang meneriama pengobatan terapi pernasapan dapat mengalami pneumonia jika peralatan
tersebit tidak dibersikan dengan tepat. Tindakan preventif : pastiakn bahwa peralatan pernapasan
telah di bersikan dengan tepat. (Suzanne C. Smeltzer,dkk , Hal 573)
b. Sirkulasi
Gejala : riwayat adanya /GJK kronis
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat
c. Makanan/cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes mellitus
Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan kakeksia
(malnutrisi), hiperaktif bunyi usus.
d. Neurosensori
Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)
Tanda : perubahan mental (bingung, somnolen)
e. Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia, artralgia, nyeri dada substernal
(influenza).
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan).
f. Pernafasan
Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea
Takipnue, dispnenia progresif, pernapasan dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal.
Tanda :
o Sputum: merah muda, berkarat atau purulen.
g. Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun, misal SLE,AIDS, penggunaan steroid, kemoterapi, institusionalitasi,
ketidak mampuan umum, demam. Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan
mungkin ada pada kasus rubeola, atau varisela.
h. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis Pertimbangan DRG menunjukkan rerata
lama - lama dirawat 6 8 hari Rencana pemulangan: bantuan dengan perawatan diri, tugas
pemeliharaan rumah. Oksigen mungkin diperlukan, bila ada kondisi pencetus.
i. Pemeriksaan Penunjang
1.
Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial); dapat juga menyatakan
abses) luas /infiltrasi, empiema (stapilococcos), infiltrasi menyebar atau terlokalisasi (bakterial), atau
penyebaran/perluasan infiltrasi nodul (lebih sering virus). Pada pneumonia mikoplasma, sinar x dada
mungkin bersih.
2.
GDA/nadi oksimetris : tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan
penyakit paru yang ada.
3.
Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat diambil biosi jarum, aspirasi
transtrakea,bronkoskofi fiberobtik atau biosi pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebeb.
Lebih dari satu organise ada : bekteri yang umum meliputi diplococcos pneumonia, stapilococcos,
aures A.-hemolik strepcoccos, hemophlus influenza : CMV. Catatan : keluar sekutum tak dapat di
identifikasikan semua organisme yang ada. Kultur darah dapat menunjukan bakteremia semtara
4.
JDL : leokositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada infeksi virus, kondisi
tekanan imun seperti AIDS, memungkinkan berkembangnya pneumonia bakterial.
5.
Pemeriksaan serologi: mis, titer virus atau legionella,aglutinin dingin. membantu dalam membedakan
diagnosis organisme khusus.
6.
Pemeriksaan fungsi paru: volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar); tekanan jalan
nafas mungkin meningkat dan komplain. Mungkin terjadi perembesan (hipoksemia)
7.
8.
9.
Aspirasi perkutan / biopsi jaringan paru terbuka : dapat menyatakan jaringan intra nuklear tipikal dan
keterlibatan sitoplasmik (CMP ; kareteristik sel rekayasa (rubela) )
(Marlyn E. Dongoes, 1999, ASKEP, Hal 164-174)
j. Proritas Keperawatan
1. Mempertahankan/memperbaiki fungsi pernafasan
2. Mencegah komplikasi
3. Mendukung proses penyembuhan
4.Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan pengobatan.
Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial, pembentukan
edema, peningkatan produksi sputum.
2.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan kapasitas pembawa oksigen darah.
3.
4.
Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi.
BAB III
TINJAUAN KASUS
: An. E
Umur
: 1 tahun
Suku/bangsa
: Jawa
Status Perkawinan
:-
No Register : 08.110.900
Agama
: Islam
Pendidikan
:-
Pekerjaan
:-
Alamat
: jl.Cimanuk
Tanggal masuk RS
: 25 Mei 2012
Tanggal Pengkajian
: 26 Mei 2012
Catatan kedatangan
: Ny.N / 29
Pendidikan
: S1
Pekerjaan
: PNS
Alamat
: jl.Cimanuk
Sumber Informasi
2.
a.
Riwayat Kesehatan/keperawatan
No telepon : (0736)23145
An E (59 th) datang ke RS dr. M. Yunus Bengkulu pada tanggal 25 Mei.2012, jam 10.20 wib
dengan keluhan batuk berdahak dan sesak napas.
b.
o Faktor pencetus: Orang tua anak mengatakan sesak napas didahului oleh batuk pilek seminggu
sebelum masuk RS.
o Muncul keluhan ( ekaserbasi) : Orang tua anak mengatakan sesak napas sejak 6 hari sebelum masuk
RS.
o Sifat keluhan : Orang tua anak mengatakan sesak napas timbul perlahan-lahan, sesak napas terus
menerus dan bertambah dengan aktivitas.
o Berat ringannya keluhan : Orang tua anak mengatakan sesak napas cenderung bertambah sejak 2
hari sebelum masuk RS.
o Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi : Orang tua anak mengatakan upaya untuk mengatasi
sesak adalah dengan istirahat dan minum obat batuk ( OBH ).
o Keluhan lain saat pengkajian : Orang tuan anak juga mengatakan batuk dengan dahak yang kental
dan sulit untuk dikeluarkan, sehingga terasa lengket di tenggorokkan. Orang tua anak mengatakan
kesulitan bernapas.Orang tua anak mengutarakan kondisi badan anak nya terasa lemah dan ujung ujung jarinya terasa dingin.
c.
o Orang tua anak mengatakan tidak ada riwayat alergi terhadap makanan, debu, dan lain-lain.
d.
3.
1.
-
2.
Jumlah minimum/24 jam dan jenis (kehausan yang sangat): tidak ada
Pola Eliminasi
Buang air besar (BAB) :
Frekuensi
: 1x 2 hari
Warna
: Kuning
Waktu
: Pagi
Konsistensi : Lembek
Frekuensi
: 2X sehari
Lain-lain
4.
4 ketergantungan/tidak mampu
Makan/minum
Mandi
Berpakaian/berdanda
n
Toileting
Mobilisasi di tempat
tidur
Berpindah
Berjalan
Menaiki tangga
Berbelanja
Memasak
Pemeliharaan rumah
555
555
555
Lain-lain : -
5.
Waktu
6.
Tidur siang: 2
Tidur sore: -
: 21.00 WIB
), gagap (
), aphasia ekspresif (
Vertigo : Ada
Ketidak nyamanan/nyeri (akut/kronik) : Pasien mengalami nyeri akut pada daerah dada
Lain-lain : -
7.
), kanan/kiri, tinnitus (
Perasaan klien tentang masalah kesehatan ini : Pasien merasa tidak nyaman
Lain-lain : -
8.
Pekerjaan : -
), tetangga/teman (
), tidak ada (
Kegiatan sosial :
Sejak menderita penyakit pneumonia pasien jarang bergaulo dengan teman sebaya nya.
Lain-lain :
9.
10.
-
Hal yang dilakukan saat ada masalah (sumber koping) : pasien bersifat terbuka terhadap
masalahnya
lain-lain : -
11.
Pengaruh agama dalam kehidupan : Pasien beranggapan bahwa penyakit yang dideitanya adalah
cobaan.
4. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Klien tampak lemah, klien tampak kesulitan bernapas dan klien tampak gelisah.
-
TB : 70 cm
TTV :
-
TD : 130 / 90 mmHg
ND : 120 x / i
RR : 32 x / i
: 39 C
Sistem integumen (kulit) : turgor kulit buruk (tidak elastis) dan pucat
Kepala : Simestris dan rambut warna hitam, tidak ada ketmbe, bersih.
Mata : DBN, konjuntiva tidak anemis,ukuran pupil normal.
Telinga : DBN
Kuku : Kuku pucat dan sedikit sinosis
Hidung : Pernapasan cuping hidung
Mulut : Mukosa bibir kering dan pucat
Thorak /paru
-
Inspek : RR : 32x/i, penggunaan otot bantu pernapasan (+), takipnea (+),dispnea (+),pernapasan
dangkal, dan rektrasi dinding dada tidak ada.
Perkusi : redup
Pemeriksaan Penunjang
a.
Hasil foto rontgen : menunjukkan infiltrasien lobaris (sebagianlobus pada kedua paru).
b.
c.
d.
Leokosit = 16.000/mm3
Hb = 10,5 gr/dl
Trombosit =265.000/mm3
Hematokrit = 44%
3. Analisa Data :
Nama klien
Ruang rawat
Diagnosa medik
No
Data
1.
DS:
: Pneumonia
Etiolog
untuk dikeluarkan
- Klien mengatakan dahaknya terasa lengket di tengorokkan
- Klien Mengatakan Kesulitan bernapas
DO:
-
TTV:
DS:
Inflamasi parenkim pa
TTV:
o TD : 130/90 mmhgs
o N
: 120x/i
o RR : 32x /i
Akral dingin
Kuku pucat dan sedikit sianosis
Mukosa bibir kering dan pucat
Kapilary reffill kembali dalam 5 detik
Takipnea (+)
3.
DS:
- Klien mengatakan batuk berdahak
- Klien mengatakan dahaknya terasa lengket ditenggorokkan
- Klien mengatakan tidak nafsu makan dan hanya mampu
menghabiskan porsi setiap kali makan (pagi,siang dan
malam)
- Klien mengatakan mual
- Klien mengatakan berat badan turun 4 Kg dari 65 Kg menjadi
64 Kg
- Klien mengatakan lemah
DO:
-
Hb : 10 gr / dl
Albumin 3,00 gr / dl
BB : 61 kg
TTV:
o TD : 130/90 mmhgs
o N
: 120 x/i
o RR : 32x /i
Akral dingin
Kuku pucat dan sedikit sianosis
Mukosa bibir kering dan pucat
Kapilary reffill kembali dalam 5 detik
Takipnea (+)
Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial, peningkatan
produksi sputum
2.
Nyeri berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, reaksi seluler terhadap sirkulasi toksin dan
batuk menetap.
3.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, akibat toksin
bakteri, bau dan rasa sputum
Diagn
osa
Tujuan
Kriteria
Interve
Hasil
nsi
Rasional
Keper
awata
n
1.
Bersiha
Setelah
Batuk
n jalan
dilakuka
nafas
tak
interven
efektif
si
berhub
keperaw
ungan
atan
dengan
selama
inflama
3 x 24
si
jam,
trachea
bronchi
diharapk
an jalano TD : 120-
al,
nafas
pening
kembali
Mandiri
efektif
Nafas
:
1.
normal
Bunyi nafas
bersih
Sianosis
1.
Kaji
130/80-90
frekuen
si/kedal
aman
pernapa
2.
san dan
gerakan
TTV : DBN :
dada.
katan
produk
si
sputum
efektif
mmhg
o N : 60-100 x/i
3.
Ausk
o RR : 16-24 x/i2.
ultasi
area
paru,
catat
area
4.
penuru
nan/tak
ada
5.
aliran
udara
dan
bunyi
napas
adventi
sius,
mis,
6.
krekels,
mengi
stridor.
3.
u
Bant
8.
pasien
latih
atelektasis.
melaku
kan
batuk,
mis.,
meneka
n dada
dan
batuk
efektif
sement
ara
posisi
duduk
tinggi.
4.
Peng
hisapan
sesuai
indikasi.
5.
Berik
an
cairan
paling
sedikit
2500
ml/hari
(Kecuali
kontra
indikasi
).
Tawarka
n air
hangat,
daripad
a air
dingin.
Kolabo
rasi :
6.
Berik
an obat
sesuai
indikasi:
mukoliti
k,
ekspekt
oran,
bronkod
olator,
analges
ik.
7.
Berik
an
cairan
tambah
an
misalny
a:
Intrave
na,oksi
gen
humidifi
kasi,
dan
ruang
humidifi
kasi.
8.
Awasi
sinar X
dada,
GDA,
nadi
oksimet
ri.
9.
Bant
u
bronkos
tropi /
toresen
tesis
bila
diindika
sikan.
2.
o Dispenea dan
Nyeri
Nyeri
berhub
berhubu
takipnea
ungan
ngan
tidak ada
dengan
dengan
inflama
si
parenki
i:
1.
o Kesulitan
inflamas
bernafas
i
tidak ada
parenki
1.
Tentuk
an
karakte
dan indokarditis.
ristik
Mandir
nyeri,
misalny2. perubahan frekuensi jantung atau TD
a:
menunjukkan bahwa pasien mengalami
tajam,
nyeri, khususnya bila alasan lain untuk
terhada
o Kapilari refile
p
sirkulas
sirkulasi
kembali
i toksin
toksin
dalam 2-3
, selidiki
peruba3.
dan
dan
detik
han
batuk
batuk
karakte
r/
terapi analgesik.
meneta
p.
o Gelisah tidak
meneta
ada
p.
o Penurunan
lokasi
nyeri
ditusuk.
tidak ada
o Pucat dan
tidak ada
o TTV : DBN :
TD : 120130/80-90
4.
dan
kesadaran
sianosis
konstan
2.
5.
Pantau
tanda
vital.
mmhg
6.
N : 60-100
x/i
3.
RR : 16-24
Berika
n
x/i
tindaka
n
o Hb : 14-18
nyaman
gr/dl
misalny
a,
o AGD : DBN :
pijatan
Ph : 7,35-
punggu
7,45
ng,
peruba
PCO2 : 35-
han
45 mmhg
posisi,
HCO3 : 22-
musik
tenang,
28 mEq/L
relaksas
i atau
latihan
napas.
4.
Tawark
an
pember
sihan
mulut
dengan
sering.
5.
Anjurk
an dan
bantu
pasien
dalam
teknik
meneka
n dada
selama
episode
batuk.
Kolabo
rasi :
6.
Berika
n
analges
ik dan
atitusip
sesuai
indikasi.
3.
Peruba
Setelah
Mual dan
han
dilakuak
muntah tidak
nutrisi
ada
kurang
interven
dari
si
kebutu
keperaw
han
atan
tubuh
selama
berhub
3 x 24
ungan
jan,
dengan
diharapk
anorek
an
sia,
kebutuh
akibat
an
toksin
nutrisi
bakteri
dapat
dan
terpenu
rasa
hi.
sputum
.
Mandiri
1.
BB stabil /
1.
Identifi
kasi
tidak turun
faktor
atau tidak
yang
naik.
menimb
Mukosa
bibir lembab.
Turgor kulit
elastis.
Peningkata
n nafsu
sputum
4.
banyak,
makan.
pengob
Nilai Lab :
DBN :
* Hb : 14-18
gr/dl
2.
* Albumin : 3,55,5 gr/dl
atan
aerosol,
dispene
untuk kembali.
*Protein total :
6,0-8,0 gr/dl
wadah
tertutup
untuk
sputum6. Adanya kondisi kronis ( PPOM atau
dan
alkoholisme ) atau keterbatasan keuangan
buang
dapat menimbulkan malnutrisi, rendahnya
seserin
terhadap terapi.
mungki
n.
Berikan
atau
bantu.
3.
Jadwal
kan
pengob
atan
pernapa
san
sedikitn
ya 1
jam
sebelu
m
makan.
4.
Auskul
tasi
bunyi
usus.
Observ
asi atau
palpasi
distensi
abdome
n.
5.
Berika
n
makan
dengan
pori
kecil
dan
sring
termasu
k
dengan
makan
kering
( roti
pangga
ng )
dan
makana
n yang
menarik
untuk
pasien.
6.
Evalua
si
status
nutrisi
umum,
ukuran
berat
badan
dasar.
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama klien
Ruang rawat
Diagnosa medik
: Pneumonia
Hari/tgl
Diagnosa
Implementasi
Keperawatan
Rabu ,
26 Mei
tak efektif
2012
berhubungan
1.
dengan inflamasi
trachea bronchial,
peningkatan
produksi sputum.
2.
Mengukur TTV
Dengan hasil :
o TD : 130/90 mmhg
o N
: 120 x/i
o RR : 32x /i
3.
Mengauskultasi area paru, mencatat area penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi napas adventisius, mis,
o
o
o
6.
A:
7.
8.
9.
2. Nyeri berhubungan
dengan inflamasi
parenkim paru,
reaksi seluler
ditusuk.
terhadap sirkulasi
toksin dan batuk
menetap.
2.
o TD : 130/90 mmhg
o N
: 120 x/i
o RR : 32x /i
3.
o
punggung, perubahan posisi, musik tenang, relaksasi atau
latihan napas.
Dengan Hasil: Pasien sudah merasa agak nyaman
4.
o
o
o
o
o
A:
3 . Perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
1.
berhubungan
dengan anoreksia,
Mengidentifikasikan faktor yang menimbulkan mual atau muntah misalnya: sputum banyak, pengobatan aerosol,
.dispenea berat, nyeri.
sputum banyak.
Dengan Hasil:
4. Mengauskultasikan bunyi usus. Observasi atau palpasi
distensi abdomen.
Dengan Hasil: Terdapat bising usus
5. Memberikan makan dengan pori kecil dan sering
termasuk dengan makan kering ( roti panggang ) dan
o
o
o
tak efektif
2012
berhubungan
1.
dengan inflamasi
trachea bronchial,
peningkatan
produksi sputum.
2.
Mengukur TTV
Dengan hasil :
o TD : 120/80mmhg
o N
: 80 x/i
o RR : 26x /i
3.
o
o
o
6.
7.
A:
2.
Nyeri berhubungan
dengan inflamasi
parenkim paru,
1.
reaksi seluler
dan ditusuk.
terhadap sirkulasi
toksin dan batuk
menetap.
2.
o TD : 120/80 mmHg
o N
: 80 x/i
o RR : 25x /i
3.
o
o
o
A:M
3. Resiko tinggi
1.
terhadap nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan
dengan peningkatan
kebutuhan
metabolik sekunder
terhadap demam
sesering mungkin.
Dengan Hasil : Klien membuang dahaknya di
wadah
kecil
badan dasar.
Dengan Hasil: BB = 61 Kg
o
o
o
A :Ma
tak efektif
2012
berhubungan
1.
dengan inflamasi
trachea bronchial,
peningkatan
produksi sputum.
2.
Mengukur TTV
Dengan hasil :
o TD : 120/80 mmhg
o N
: 80 x/i
o RR : 24x /i
3.
o
o
o
5.
6.
7.
2. Nyeri berhubungan
dengan inflamasi
parenkim paru,
1.
reaksi seluler
Dengan Hasil:TTV :
terhadap sirkulasi
toksin dan batuk
menetap.
o TD : 120/80 mmHg
o N
: 80 x/i
o RR : 25x /i
2.
o
o
o
A:M
3. Perubahan nutrisi 1.
kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan
dengan anoreksia,
distensi abdomen.
Dengan Hasil: tidak terdapat bising usus
3. Memberikan makan dengan porsi kecil dan sering
o
o
o
A:
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh agen
infeksius. Pneumonia dapat menjadi suatu infeksi yang serius dan mengancam nyawa. Ini adalah
benar terutama pada orang-orang tua, anak-anak, dan mereka yang mempunyai persolan-persoalan
medis lain yang serius, seperti COPD, penyakit jantung, diabetes, dan kanker-kanker tertentu.
Untungnya, dengan penemuan dari banyak antibiotik-antibiotik yang kuat, kebanyakan kasus-kasus
dari pneumonia dapat dirawat dengan sukses. Etiologi dari pneumonia paling umum ditemukan
adalah disebabkan karena bakteri streptococcus. Dan yang lebih banyak resiko terserang pneumonia
adalah orang tua, karena banyak sekali orang tua terdapat riwayat merokok.
B. Saran
Disarankan kepada penderita pneumonia untuk menghindari faktor pencetus dan resiko yang
bisa mengakibatkan penyakit bertambah parah. Penderita pneumonia disarankan untuk menghindari
merokok, tidak meminum minuman yang mengandung alkohol, dan menerapkan pola hidup sehat
DAFTAR PUSTAKA
DEFINISI PNEUMONIA
Pneumonia merupakan peradangan akut parenkim paru yang biasanya berasal dari
suatu infeksi. (Price, 1995)
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus
terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan menimbulkan gangguan pertukaran gas setempat. (Zul,
2001)
Bronkopneumonia digunakan untuk menggambarkan pneumonia yang mempunyai pola
penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi didalam bronki
dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. Pada bronko pneumonia
terjadi konsolidasi area berbercak. (Smeltzer,2001).
KLASIFIKASI PNEUMONIA
2.
Hospital Acquired Pneumonia dikenal sebagai pneumonia nosokomial. Organisme
seperti ini aeruginisa pseudomonas. Klibseilla atau aureus stapilococcus, merupakan
bakteri umum penyebab hospital acquired pneumonia.
3.
Lobar dan Bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi infeksi.
Sekarang ini pneumonia diklasifikasikan menurut organisme, bukan hanya menurut
lokasi anatominya saja.
4.
Pneumonia viral, bakterial dan fungi dikategorikan berdasarkan pada agen
penyebabnya, kultur sensifitas dilakukan untuk mengidentifikasikan organisme perusak.
ETIOLOGI PNEUMONIA
1.
Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram posifif
seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis. Bakteri
gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.
2.
Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus.
3.
Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan
udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah
serta kompos.
4.
Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya menjangkiti
pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2001)
PATHWAYS PNEUMONIA
1.
Mengecil, kemudian menjadi hilang
2.
Krekels, ronki, egofoni
3.
Gerakan dada tidak simetris
4.
Menggigil dan demam 38,8 C sampai 41,1C, delirium
5.
Diaforesis
6.
Anoreksia
7.
Malaise
8.
Batuk kental, produktif
1.
Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan atau
berkarat
9.
Gelisah
10. Cyanosis
1.
Area sirkumoral
2.
Dasar kuku kebiruan
11.
Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati
PEMERIKSAAN PENUNJANG PNEUMONIA
1.
Sinar x : mengidentifikasi distribusi struktural; dapat juga menyatakan abses
luas/infiltrat, empiema(stapilococcus); infiltrasi menyebar atau terlokalisasi (bakterial);
atau penyebaran /perluasan infiltrat nodul (virus). Pneumonia mikoplasma sinar x dada
mungkin bersih.
2.
Analisa Gas Darah (Analisa Gas Darah) : tidak normal mungkin terjadi, tergantung
pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada.
3.
Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : diambil dengan biopsi jarum,
aspirasi transtrakeal, bronkoskopifiberotik atau biopsi pembukaan paru untuk mengatasi
organisme penyebab.
4.
JDL : leukositosis biasanya ada, meski sel darah putih rendah terjadi pada infeksi
virus, kondisi tekanan imun memungkinkan berkembangnya pneumonia bakterial.
5.
Pemeriksaan serologi : titer virus atu legionella, aglutinin dingin.
6.
LED : meningkat
7.
Pemeriksaan fungsi paru : volume ungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar);
tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain menurun, hipoksemia.
8.
Elektrolit : natrium dan klorida mungkin rendah
9.
Bilirubin : mungkin meningkat
10. Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka :menyatakan intranuklear tipikal dan
keterlibatan sitoplasmik(CMV) (Doenges, 1999)
PENATALAKSANAAN PNEUMONIA
1.
Kemoterapi
Pemberian kemoterapi harus berdasarkan pentunjuk penemuan kuman penyebab infeksi
(hasil kultur sputum dan tes sensitivitas kuman terhadap antibodi). Bila penyakitnya
ringan antibiotik diberikan secara oral, sedangkan bila berat diberikan secara parenteral.
Apabila terdapat penurunan fungsi ginjal akibat proses penuaan, maka harus diingat
kemungkinan penggunaan antibiotik tertentu perlu penyesuaian dosis (Harasawa, 1989).
2.
Pengobatan Umum
1.
Terapi Oksigen
2.
Hidrasi
Bila ringan hidrasi oral, tetapi jika berat hidrasi dilakukan secara parenteral
3.
Fisioterapi
Penderita perlu tirah baring dan posisi penderita perlu diubah-ubah untuk menghindari
pneumonia hipografik, kelemahan dan dekubitus.
PENGKAJIAN DATA PNEUMONIA
1.
Aktivitas / istirahat
1.
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
2.
Tanda : Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas
2.
Sirkulasi
1.
Gejala : riwayat gagal jantung kronis
2.
Tanda : takikardi, penampilan keperanan atau pucat
3.
Integritas Ego
1.
Gejala : banyak stressor, masalah finansial
4.
Makanan / Cairan
1.
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual / muntah, riwayat DM
2.
Tanda : distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan turgor
buruk, penampilan malnutrusi
5.
Neurosensori
1.
Gejala : sakit kepala bagian frontal
2.
Tanda : perubahan mental
6.
Nyeri / Kenyamanan
1.
Gejala : sakit kepala, nyeri dada meningkat dan batuk, myalgia, atralgia
7.
Pernafasan
1.
Gejala : riwayat PPOM, merokok sigaret, takipnea, dispnea, pernafasan
dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal
2.
Tanda : sputum ; merah muda, berkarat atau purulen
3.
Perkusi ; pekak diatas area yang konsolidasi, gesekan friksi pleural
4.
Bunyi nafas : menurun atau tak ada di atas area yang terlibat atau nafas
Bronkial
5.
Framitus : taktil dan vokal meningkat dengan konsolidasi
6.
Warna : pucat atau sianosis bibir / kuku
8.
Keamanan
1.
Gejala : riwayat gangguan sistem imun, demam
2.
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan, mungkin
pada kasus rubela / varisela
9.
Penyuluhan
1.
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis
I.
1.
1.
3.
1.
Kriteria Hasil :
Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan
Analisa Gas Darah dalam rentang normal dan tak ada gejala distress pernafasan
2.
Berpartisipasi pada tindakan untuk memaksimalkan oksigen
4.
Intervensi Keperawatan :
1.
Kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernafas
2.
Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku
3.
Kaji status mental
4.
Awasi status jantung/irama
5.
Awasi suhu tubuh, sesui indikasi. Bantu tindakan kenyamanan untuk
menurunkan demam dan menggigil
6.
Pertahankan istirahat tidur
7.
Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam
dan batuk efektif
8.
Kaji tingkat ansietas. Dorong menyatakan masalah/perasaan.
9.
Berikan terapi oksigen dengan benar
10.
Awasi Analisa Gas Darah
III.
Diagnosa Perawatan : Pola nafas tidak efektif
1.
Dapat dihubungkan dengan :
1.
Proses inflamasi
2.
Penurunan complience paru
3.
Nyeri
2.
Kemungkinan dibuktikan oleh :
1.
Dispnea, takipnea
2.
Penggunaan otot aksesori
3.
Perubahan kedalaman nafas
4.
Analisa Gas Darah abnormal
3.
Kriteria Hasil :
1.
Menunjukkan pola pernafasan normal/efektif dengan Analisa Gas
Darah dalam rentang normal
4.
Intervensi Keperawatan :
1.
Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada
2.
Auskultasi bunyi nafas
3.
Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi
4.
Observasi pola batuk dan karakter sekret
5.
Dorong/bantu pasien nafas dalam dan latihan batuk efektif
6.
Berikan Oksigen tambahan
7.
Awasi Analisa Gas Darah
IV.
Diagnosa Perawatan : Peningkatan suhu tubuh
1.
Dapat dihubungkan dengan :
1.
Proses infeksi
2.
Kemungkinan dibuktikan oleh :
1.
Demam, penampilan kemerahan
2.
Menggigil, takikardi
3.
Kriteria Hasil :
1.
Pasien tidak memperlihatkan tanda peningkatan suhu tubuh
2.
Tidak menggigil
3.
Nadi normal
4.
Intervensi Keperawatan :
1.
Obeservasi suhu tubuh (4 jam)
2.
Pantau warna kulit
3.
Lakukan tindakan pendinginan sesuai kebutuhan
4.
Berikan obat sesuai indikasi : antipiretik
5.
Awasi kultur darah dan kultur sputum, pantau hasilnya setiap hari
V.
Diagnosa Perawatan : Resiko tinggi penyebaran infeksi
1.
Dapat dihubungkan dengan :
1.
Ketidakadekuatan pertahanan utama
2.
Tidak adekuat pertahanan sekunder (adanya infeksi, penekanan
imun)
2.
Kemungkinan dibuktikan oleh :
1.
Tidak dapat diterapkan tanda-tanda dan gejala-gejala membuat
diagnosa aktual
3.
Kriteria Hasil :
1.
Mencapai waktu perbaikan infeksi berulang tanpa komplikasi
2.
Mengidentifikasikan intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko
infeksi
4.
Intervensi Keperawatan :
1.
Pantau Tanda-tanda Vital
2.
Anjurkan klien memperhatikan pengeluaran sekret dan melaporkan
perubahan warna jumlah dan bau sekret
3.
Dorong teknik mencuci tangan dengan baik
4.
Ubah posisi dengan sering
5.
Batasi pengunjung sesuai indikasi
6.
Lakukan isolasi pencegahan sesuai individu
7.
Dorong keseimbangan istirahat adekuat dengan aktivitas sedang.
8.
Berikan antimikrobal sesuai indikasi
VI.
Diagnosa Perawatan : Intoleransi aktivitas
1.
Dapat dihubungkan dengan :
1.
Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
2.
Kelemahan, kelelahan
2.
Kemungkinan dibuktikan dengan :
1.
Laporan verbal kelemahan, kelelahan dan keletihan
2.
3.
4.
3.
1.
Dispnea, takipnea
Takikardi
Pucat / sianosis
Kriteria Hasil :
Melaporkan / menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas
yang dapat diukur dengan tak adanya dispnea, kelemahan berlebihan dan Tanda-tanda
Vital dalam rentang normal
4.
Intervensi Keperawatan :
1.
Evaluasi respon klien terhadap aktivitas
2.
Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung
3.
Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan
perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat
4.
Bantu pasien memilih posisi yang nyaman untuk istirahat / tidur
5.
Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan
VII.
Diagnosa Perawatan : Nyeri
1.
Dapat dihubungkan dengan :
1.
Inflamasi parenkim paru
2.
Reaksi seluler terhadap sirkulasi toksin
3.
Batuk menetap
2.
Kemungkinan dibuktikan dengan :
1.
Nyeri dada
2.
Sakit kepala, nyeri sendi
3.
Melindungi area yang sakit
4.
Perilaku distraksi, gelisah
3.
Kriteria Hasil :
1.
Menyebabkan nyeri hilang / terkontrol
2.
Menunjukkan rileks, istirahat / tidur dan peningkatan aktivitas dengan
cepat
4.
Intervensi Keperawatan :
1.
Tentukan karakteristik nyeri
2.
Pantau Tanda-tanda Vital
3.
Ajarkan teknik relaksasi
4.
Anjurkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama
episode batuk.
VIII.
Diagnosa Perawatan : Resti nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
1.
Dapat dihubungkan dengan :
1.
Peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan
proses infeksi
2.
Anoreksia distensi abdomen
2.
Kriteria Hasil :
1.
Menunjukkan peningkatan nafsu makan
2.
3.
1.
2.
3.
4.
5.
IX.
1.
1.
3.
4.
5.
1.
Doenges, Marilynn (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakata : EGC.
2.
Lackmans (1996). Care Principle and Practise Of Medical Surgical Nursing,
Philadelpia : WB Saunders Company.
3.
Pasiyan Rahmatullah (1999), Geriatri : Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Editor : R.
Boedhi Darmoso dan Hadi Martono, Jakarta, Balai Penerbit FKUI
4.
Reevers, Charlene J, et all (2000). Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta :
Salemba Medica.
5.
Smeltzer SC, Bare B.G (2000). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume I,
Jakarta : EGC
6.
Suyono, (2000). Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II, Jakarta : Balai Penerbit FKUI.