Anda di halaman 1dari 67

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN PNEUMONIA


1)
1.

KONSEP DASAR PENYAKIT

Definisi / Pengertian
Pneumonia adalah suatu peradangan dimana terdapat konsolidasi yang disebabkan pengisian
rongga alveoli oleh eksudat ( Askep Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Pernafasan).
Pneumonia adalah radang paru-paru yang dapat disebabkan oleh bermacam-macam sebab seperti
bakteri, virus, jamur dan benda asing ( Kapita Selekta Kedokteran edisi kedua).
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang
mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan
gangguan pertukaran gas setempat. ( Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2 edisi ketiga).

2.

Epidemiologi / Insiden Kasus


Pneumonia dapat terjadi pada berbagai usia, meskipun lebih banyak terjadi pada usia yang lebih
muda. Masing-masing kelompok umur dapat terinfeksi oleh pathogen yang berbeda, yang
mempengaruhi dalam penetapan diagnosa dan terapi.
Sekitar 80% dari seluruh kasus baru praktek umum berhubungan dengan infeksi saluran nafas yang
terjadi dimasyarakat (pneumonia komunitas / PK) atau didalam rumah sakit ( pneumonia nosokomial/
PN). Pneumonia yang merupakan bentuk infeksi saluran nafas bawah akut di parenkim paru yang
serius dijumpai sekitar 15-20 %. Pneumonia nosokomial di ICU lebih sering daripada PN diruangan
umum yaitu 42%: 13% dan sebagian besar yaitu sejumlah 47% terjadi pada pasien yang
menggunakan alat bantu mekanik. Kelompok pasien ini merupakan bagian terbesar dari pasien yang
meninggal di ICU akibat PN.

3.

Penyebab / Etiologi
Virus : virus influenza.

Bakteri : Streptokokus pneumonia, Streptokokus aureus, Hemofilus influenza, Stafilokokus, Pneumokokus.


Jamur : Pseudomonas, Candida albican.
Aspirasi : makanan atau benda asing.

4.

Patofisiologi
Adanya etiologi seperti jamur dan inhalasi mikroba ke dalam tubuh manusia melalui udara,
aspirasi organisme, hematogen dapat menyebabkan reaksi inflamasi hebat sehingga membran paruparu meradang dan berlobang. Dari reaksi inflamasi akan timbul panas, anoreksia, mual, muntah
serta nyeri pleuritis. Selanjutnya RBC, WBC dan cairan keluar masuk alveoli sehingga terjadi sekresi,
edema dan bronkospasme yang menimbulkan manifestasi klinis dyspnoe, sianosis dan batuk, selain
itu juga menyebabkan adanya partial oklusi yang akan membuat daerah paru menjadi padat

(konsolidasi). Konsolidasi paru menyebabkan meluasnya permukaan membran respirasi dan


penurunan rasio ventilasi perfusi, kedua hal ini dapat menyebabkan kapasitas difusi menurun dan
selanjutnya terjadi hipoksemia
Dari penjelasan diatas masalah yang muncul, yaitu : Risiko kekurangan volume cairan, Nyeri
(akut), Hipertermi, Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, Bersihan jalan nafas tak efektif,
Gangguan pola tidur, Pola nafas tak efekif dan intoleransi aktivitas.
5.

Klasifikasi
Klasifikasi Pneumonia dapat dibagi menjadi :

1) Klasifikasi klinis
Klasifikasi tradisional, meninjau ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas :
a.

Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris yg klasik antara lain awitan yg akut dgn
gambaran radiologist berupa opasitas lobus, disebabkan oleh kuman yang tipikal terutama S.
pneumoniae, Klebsiella pneumoniae, H. influenzae.

b.

Pneumonia atipikal, ditandai dgn gangguan respirasi yg meningkat lambat dgn gambaran infiltrate
paru bilateral yg difus, disebabkan oleh organisme atipikal dan termasuk Mycoplasma pneumoniae,

virus, Chlamydia psittaci.


Klasifikasi berdasarkan factor lingkungan dan penjamu, dibagi atas :
a.

Pneumonia komunitas sporadis atau endemic, muda dan orang tua

b.

Pneumonia nosokomial didahului oleh perawatan di RS

c.

Pneumonia rekurens mempunyai dasar penyakit paru kronik

d.

Pneumonia aspirasi alkoholik, usia tua

e.

Pneumonia pd gangguan imun pada pasien transplantasi, onkologi, AIDS

Sindrom klinis, dibagi atas :


a.

Pneumonia bacterial, memberikan gambaran klinis pneumonia yang akut dgn konsolidasi paru,
dapat berupa :

Pneumonia bacterial atipikal yang terutama mengenai parenkim paru dalam bentuk
bronkopneumonia dan pneumonia lobar

Pneumonia bacterial tipe campuran dengan presentasi klinis atipikal yaitu perjalanan penyakit lebih
ringan (insidious) dan jarang disertai konsolidasi paru. Biasanya pada pasien penyakit kronik

b.

Pneumonia non bacterial


Dikenal pneumonia atipikal yang disebabkan oleh Mycoplasma, Chlamydia pneumoniae.
2)

Klasifikasi berdasarkan etiologi, dibagi atas :

a.

Bakterial : Streptokokus pneumonia, Streptokokus aureus, H. influenza, Klebsiella,dll

b.

Non bacterial : tuberculosis, virus, fungi, dan parasit

WOC

Gejala klinis
Gejala klinis tergantung pada lokasi, tipe kuman dan tingkat berat penyakit
Adapun gejala klinis dari pneumonia yaitu :
o Dispnoe
o Hemoptisis
o Nyeri dada
o Takipnea
o Demam, menggigil
o Malaise
o Kepala pusing
o Batuk produktif berupa sputum
o Peningkatan suhu tubuh
o Hipoksemia
Pemeriksaan Fisik :
Dari hasil pemeriksaan fisik akan ditemukan tanda-tanda konsolidasi paru berupa perkusi paru pekak,
auskultasi terdapat ronchi nyaring dan suara pernapasan bronchial, inspirasi rales dan terdapat
penggunaan otot aksesori.

Pemeriksaan diagnostik / penunjang


- Pemeriksaan radiology (Chest X-Ray) teridentifikasi adanya penyebaran (misal lobus dan
bronchial), menunjukkan multiple abses/infiltrat, empiema (Staphylococcus), penyebaran atau lokasi
infiltrasi (bacterial), penyebaran/extensive nodul infiltrat (viral).
- Pemeriksaan laboratorium (DL, Serologi, LED) leukositosis menunjukkan adanya infeksi bakteri,
menentukan diagnosis secara spesifik, LED biasanya meningkat. Elektrolit : Sodium dan Klorida
menurun. Bilirubin biasanya meningkat.
- Analisis gas darah dan Pulse oximetry menilai tingkat hipoksia dan kebutuhan O2.
- Pewarnaan Gram/Cultur Sputum dan Darah untuk mengetahui oganisme penyebab
- Pemeriksaan fungsi paru-paru volume mungkin menurun, tekanan saluran udara meningkat,
kapasitas pemenuhan udara menurun dan hipoksemia.

Diagnosis
Penegakan diagnosis dibuat dengan pengarahan kepada terapi empiris, mencakup bentuk dan luas
penyakit, tingkat berat penyakit dan perkiraan jenis kuman penyebab infeksi. Dugaan mikrorganisme
penyebab infeksi mengarahkan pada pemilihan antibiotic yang tepat.
Penatalaksanaan Medis
Terapi antibiotic
Merupakan terapi utama pada pasien pneumonia dengan manifestasi apapun, yang dimaksudkan
sebagai terapi kausal terhadap kuman penyebabnya.
Terapi suportif umum

1)

Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 % berdasar pemeriksaan AGD

2)

Humidifikasi dengan nebulizer untuk mengencerkan dahak yang kental

3)

Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak, khususnya anjuran untuk batuk dan napas dalam

4)

Pengaturan cairan: pada pasien pneumonia, paru menjadi lebih sensitif terhadap pembebanan
cairan terutama pada pneumonia bilateral

5)

Pemberian kortikosteroid, diberikan pada fase sepsis

6)

Ventilasi mekanis : indikasi intubasi dan pemasangan ventilator dilakukan bila terjadi hipoksemia
persisten, gagal napas yang disertai peningkatan respiratoy distress dan respiratory arrest

7)

Drainase empiema bila ada

2) KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1.

Pengkajian

No

Data subyektif

Data obyektif

Kesimpulan

Nyeri dada

Batuk bercampur sputum

3
-

Tampak meringis
Px. Tanda vital : nadi meningkat
(takikardi)

Nyeri (akut)

Batuk produktif berupa sputum


Px. Fisik : perkusi pekak, inspirasi rales,
ronchi nyaring
Muntah

Bersihan jalan nap


efektif

Tampak sesak
Px. Tanda vital : respirasi meningkat
Px. Fisik : penggunaan otot aksesori,
suara nafas bronchial
Muntah muntah

Pola napas tak efe

Nafsu makan menurun

Sulit bernafas

5
6

Badan lemas
Sulit bernapas

Badan panas

Badan8panas
9 Sering terbangun di malam hari karena
sulit bernapas dan batuk

Tampak lemah
Tampak sesak
Px. Tanda vital : respirasi meningkat
Tampak menggigil
Px. Tanda vital : suhu meningkat
Px. Tanda vital : suhu meningkat
Tampak lelah

Perubahan nutrisi
dari kebutuhan tu

Risiko kekuranga
cairan
Intoleran aktivitas

Hipertermi

Risiko terhadap in
Gangguan pola tid

Dari data di atas rumusan masalah yang muncul, yaitu :


1.

Nyeri akut

2.

Bersihan jalan napas tak efektif

3.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

4.

Pola napas tak efektif

5.

Risiko kekurangan volume cairan

6.

Intoleran aktivitas

7.

Hipertermi

8.

Risiko terhadap infeksi

9.

Gangguan pola tidur

2.

Diagnosa Keperawatan

1)

Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi parenkim paru ditandai dengan pasien mengeluh nyeri
dada, tampak meringis, px. Tanda vital : nadi meningkat (takikardi).

2)

Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan sekresi berlebihan sekunder terhadap infeksi
ditandai dengan pasien mengeluh batuk bercampur sputum, tampak batuk produktif berupa sputum,
Px. Fisik : perkusi pekak, inspirasi rales, ronchi nyaring.

3)

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan menurunnya nafsu makan
sekunder terhadap mual dan muntah ditandai dengan pasien mengeluh mual, nafsu makan menurun
dan muntah.

4)

Pola napas tak efektif berhubungan dengan sekresi berlebihan sekunder terhadap infeksi ditandai
dengan pasien mengeluh sulit bernapas, tampak sesak, px. tanda vital : respirasi meningkat, px.
fisik : penggunaan otot aksesori, suara nafas bronchial.

5)

Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan akibat muntah

6)

Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
ditandai dengan pasien mengeluh lemas, sulit bernapas, tampak lemah, sesak, px. tanda vital :
respirasi meningkat.

7)

Hipertermi berhubungan dengan inflamasi parenkim paru ditandai dengan pasien mengatakan
badan panas, tampak menggigil, px. tanda vital : suhu meningkat.

8)

Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan utama sekunder


terhadap perlengketan secret di saluran pernapasan.

9)

Gangguan pola tidur berhubungan dengan sering terbangun sekunder tehadap gangguan
pernapasan, batuk ditandai dengan pasien mengatakan sering terbangun di malam hari karena sulit
bernapas dan batuk, tampak lelah.

3.
a.
1)

Perencanaan Keperawatan
Prioritas Diagnosa Keperawatan
Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan sekresi berlebihan sekunder terhadap infeksi
ditandai dengan pasien mengeluh batuk bercampur sputum, tampak batuk produktif berupa sputum,
Px. Fisik : perkusi pekak, inspirasi rales, ronchi nyaring.

2)

Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi parenkim paru ditandai dengan pasien mengeluh nyeri
dada, tampak meringis, px. Tanda vital : nadi meningkat (takikardi).

3)

Pola napas tak efektif berhubungan dengan sekresi berlebihan sekunder terhadap infeksi ditandai
dengan pasien mengeluh sulit bernapas, tampak sesak, px. Tanda vital : respirasi menurun, px.
Fisik : penggunaan otot aksesori, suara pernafasan bronchial.

4)

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan menurunnya nafsu makan
sekunder terhadap mual dan muntah ditandai dengan pasien mengeluh mual, nafsu makan menurun
dan muntah.

5)

Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
ditandai dengan pasien mengeluh lemas, sulit bernapas, tampak lemah, sesak, px. Tanda vital :
respirasi menurun.

6)

Hipertermi berhubungan dengan inflamasi parenkim paru ditandai dengan pasien mengatakan
badan panas, tampak menggigil, px. Tanda vital : suhu meningkat.

7)

Gangguan pola tidur berhubungan dengan sering terbangun sekunder tehadap gangguan
pernapasan, batuk ditandai dengan pasien mengatakan sering terbangun di malam hari karena sulit
bernapas dan batuk, tampak lelah.

8)

Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan utama sekunder


terhadap perlengketan secret di saluran pernapasan.

9)

Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan akibat muntah

b.

Rencana Tindakan

1)

Dx I
Kriteria tujuan : menunjukkan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih
Rencana tindakan :
a.

Kaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerakan dada

takipnea, pernapasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena
ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan atau cairan paru.
b. Auskultasi area paru, catat area penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi napas

krakels

penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan, krakels terdengar sebagai
respon terhadap pengumpulan cairan, secret.
c.

Berikan minum air hangat daripada air dingin


Rasional : cairan hangat memobilisasi dan mengeluarkan secret.
d.

Kolaborasi pemberian mukolitik, ekspektoran

Rasional : membantu menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi secret.


2)

Dx 2
Kriteria tujuan : nyeri berkurang atau hilang
Rencana tindakan :

a.

Tentukan karakteristik nyeri, misal : tajam, ditusuk, konstan

Rasional : nyeri dada biasanya ada dalam beberapa derajat dalam pneumonia, juga dapat timbul
komplikasi pneumonia seperti perikarditis dan endokarditis.
b.

Pantau tanda vital


perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan bahwa pasien mengalami nyeri

c.

Berikan tindakan nyaman, misal : relaksasi, pijatan punggung


akan non analgesikdiberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan
memperbesar efek terapi analgesic.

d.

Kolaborasi dalam pemberian analgesik


Rasional : diharapkan dapat membantu mengurangi nyeri.

3)

Dx 3
Kriteria tujuan : mempertahankan ventilasi adekuat
Rencana tindakan :

a.

Kaji frekuensi, kedalaman bernapas

Rasional :

ta

kipnea, pernapasan dangkal sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding

dada dan atau cairan paru.


b.

Auskultasi bunyi napas


menunjukkan terjadinya komplikasi (adanya bunyi tambahan menunjukkan akumulasi
cairan/sekresi).

c.

Pantau tanda vital

Rasional : abnormalitas tanda vital terus menerus memerlukan evaluasi lanjut


d.

Kolaborasi pemberian O2 sesuai indikasi


Rasional : mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg.

4)

Dx 4
Kriteria tujuan : menunjukkan peningkatan nafsu makan
Rencana tindakan :

a.

Identifikasi faktor yang menimbulkan mual muntah


Rasional : pilihan intervensi tergantung pada faktor penyebab masalah.

b.

Auskultasi bunyi usus

Rasional : bunyi usus mungkin menurun/tak ada bila proses infeksi berat/memanjang.
c.

Beri makan porsi kecil tapi sering, termasuk makanan yang menarik untuk pasien
rasional

tindakan ini dapat meningkatkan nafsu makan meskipun lambat untuk kembali.
d.

Kolaborasi pemberian antiemetik


Rasional : diharapkan mampu mencegah muntah

5)

Dx 5

Kriteria tujuan : menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas


Rencana tindakan :
a.

Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas


Rasional : menetapkan kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi.

b.

Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut ssi indikasi
Rasional : menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat.

c.

Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan

Rasional : meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
6)

Dx 6
Kriteria tujuan : mempertahankan suhu dlm batas normal
Rencana tindakan :

a.

Pantau suhu pasien


Rasional : suhu 38,9 oC-41,1 oC menunjukkan proses penyakit infeksius akut.

b.

Beri kompres mandi hangat


Rasional : dapat membantu mengurangi demam

c.

Kolaborasi pemberian antipiretik

Rasional : diharapkan dapat membantu menurunkan demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus
7)

Dx 7
Kriteria tujuan : Pola tidur pasien adekuat
Rencana tindakan :
a.

Tentukan kebiasaan tidur biasanya dan perubahan yang terjadi

Rasional : mengkaji perlunya dan mengidentifikasi intervensi yang tepat


b.

Beri tempat tidur yang nyaman


Rasional : meningkatkan kenyamanan tidur dan dukungan psikologis

c.

Instruksikan tindakan relaksasi


Rasional : membantu menginduksi tidur

d.

Dorong posisi nyaman, Bantu dalam mengubah posisi


Rasional : pengubahan posisi mengubah area tekanan dan meningkatkan istirahat

8)

Dx 8
Kriteria tujuan : infeksi tidak terjadi
Rencana tindakan

a.

Pantau tanda vital, khususnya selama awal terapi


Rasional : selama periode waktu ini, potensial komplikasi dapat terjadi.

b.

Ubah posisi dengan sering dan berikan pembuangan paru yang baik
Rasional : meningkatkan pengeluaran, pembersihan infeksi.

c.

Batasi pengunjung sesuai indikasi


Rasional : menurunkan pemaajanan terhadap pathogen infeksi lain.

d.

Kolaborasi pemberian antimikrobial sesuai hasil kultur sputum/darah


Rasional : digunakan untuk membunuh kebanyakan mikrobial pneumonia.

9)

Dx 9

Kriteria tujuan : menunjukkan volume cairan adekuat


Rencana tindakan
a.

Kaji perubahan tanda vital


Rasional : peningkatan suhu meningkatkan laju metabolik dan kehilangan cairan melalui evaporasi

b.

Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa


Rasional : indikator langsung kekuatan volume cairan.

c.

Catat laporan mual muntah


Rasional : adanya gejala ini menunjukkan masukan oral.

d.

Kolaborasi pemberian antipiretik, antiemetik


Rasional : berguna menurunkan kehilangan cairan.

4.

Evaluasi

1)

Menunjukkan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih

2)

Nyeri berkurang atau hilang

3)

Pola napas pasien adekuat

4)

Nafsu makan pasien meningkat

5)

Menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas

6)

Suhu dalam batas normal

7)

Pola tidur pasien adekuat

8)

Infeksi tidak terjadi

9)

Volume cairan adekuat

beranda

KEBIDANAN

MAKALAH KEPERAWATAN

MATERI KESEHATAN MASYARAKAT

SEMESTER I KESMAS

SEMESTER II KESMAS

SEMESTER III KESMAS

SEMESTER IV KESMAS

SEMESTER V KESMAS

SEMESTER VI KESMAS

SEMESTER VII KESMAS

SEMESTER VIII KESMAS

MATERI KEPERAWATAN

SEMESTER I KEPERAWATAN

SEMESTER II KEPERAWATAN

SEMESTER III KEPERAWATAN

SEMESTER IV KEPERAWATAN

SEMESTER V KEPERAWATAN

SEMESTER VI KEPERAWATAN

SEMESTER VII KEPERAWATAN

SEMESTER VIII KEPERAWATAN

LIRIK dan KUNCI LAGU

TIPS dan TRIK

PARIWISATA BENGKULU

MOTIVATION

OBAT

Bengkulu Sehat
Tempat Berbagi Ilmu dan Pengetahuan "Musik,Tips dan Makalah kesehatan"

makalah Askep PNEUMONIA


Lengkap

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Saat ini banyak sekali penyakit yang baru pada saluran pernafasan dan penyebabnya
bermacam-macam, ada di sebabkan oleh virus, bakteri, dan lain sebagainya. Dengan penomena ini
harus menjadi perhatian bagi kita semua. Salah satu penyakit pada saluran pernafasan adalah
pneumonia. Penyakit Pneumonia sering kali diderita sebagian besar orang yang lanjut usia (lansia)
dan mereka yang memiliki penyakit kronik sebagai akibat rusaknya sistem kekebalan tubuh (Imun),

akan tetapi Pneumonia juga bisa menyerang kaula muda yang bertubuh sehat. Saat ini didunia
penyakit Pneumonia dilaporkan telah menjadi penyakit utama di kalangan kanak-kanak dan
merupakan satu penyakit serius yang meragut nyawa beribu-ribu warga tua setiap tahun. (Jeremy,
dkk, 2007, Hal 76-78)
Penanggulangan penyakit Pnemonia menjadi fokus kegiatan program P2ISPA (Pemberantasan
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Program ini mengupayakan agar istilah Pnemonia lebih
dikenal masyarakat, sehingga memudahkan kegiatan penyuluhan dan penyebaran informasi tentang
penanggulangan Pnemonia. Program P2ISPA mengklasifikasikan penderita kedalam 2 kelompok
usia:

Usia dibawah 2 bulan (Pnemonia Berat dan Bukan Pnemonia) Usia 2 bulan sampai kurang dari
5 tahun (2 bulan - Pnemonia, Pnemonia Berat dan Bukan Pnemonia ). Klasifikasi Bukan-pnemonia
mencakup kelompok balita penderita batuk yang tidak menunjukkan gejala peningkatan frekuensi
nafas dan tidak menunjukkan adanya penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam. Penyakit ISPA
diluar pnemonia ini antara lain: batuk-pilek biasa (common cold), pharyngitis, tonsilitis dan
otitis. Pharyngitis, tonsilitis dan otitis, tidak termasuk penyakit yang tercakup dalam program ini.
Pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia karena angka kematiannya tinggi, tidak saja
dinegara berkembang, tapi juga di negara maju seperti AS, Kanada dan negara-negara Eropah. Di
AS misalnya, terdapat dua juta sampai tiga juta kasus pneumonia per tahun dengan jumlah kematian
rata-rata 45.000 orang (S. A. Price, 2005, Hal 804-814)

Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah kardiovaskuler


dan tuberkulosis. Faktor sosial ekonomi yang rendah mempertinggi angka kematian. Gejala
Pneumonia adalah demam, sesak napas, napas dan nadi cepat, dahak berwarna kehijauan atau
seperti karet, serta gambaran hasil ronsen memperlihatkan kepadatan pada bagian paru
Kepadatan terjadi karena paru dipenuhi sel radang dan cairan yang sebenarnya merupakan reaksi
tubuh untuk mematikan luman. Tapi akibatnya fungsi paru terganggu, penderita mengalami kesulitan
bernapas, karena tak tersisa ruang untuk oksigen. Pneumonia yang ada di masyarakat umumnya,
disebabkan oleh bakteri, virus atau mikoplasma ( bentuk peralihan antara bakteri dan virus ). Bakteri
yang umum adalah streptococcus Pneumoniae, Staphylococcus Aureus, Klebsiella Sp,
Pseudomonas sp,vIrus misalnya virus influensa(Jeremy, dkk, 2007, Hal 76-78)
Dari uraian di atas, maka kelompok tertarik untuk membahas tentang Asuhan keperawatan
pada klien dengan Pneumonia

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk mempelajari tentang asuhan keperawatan pada klien dengan pneumonia.

1.2.2. Tujuan Khusus


1.

Untuk mengetahui konsep dasar teoritis penyakit pneumonia

2.

Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada klien dengan pneumonia, yang

meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, dan intervensi


3.

Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan pneumonia, yang meliputi

ppengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementsi, dan evaluasi.

1.3. Manfaat
1. Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan keterampilan kelompok dalam
memberikan asuhan kepe
rawatan pada klien dengan pneumonia.
2. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca.
3. Sebagai sumber referensi bagi pembaca mengenai Pneumonia.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar Teori Pneumonia


2.1.1. Pengertian
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim
paru. Menurut anatomis, pneumonia pada anak dibedakan menjadi pneumonia lobaris, pneumonia
interstiasialis dan bronkopneumonia (Arif mansjoer, 2001, Hal 446 ).

Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh agen
infeksius. Pneumonia adalah penyakit infeksius yang sering mengakibatkan kematian. Pneumonia
disebabkan terapi radiasi, bahan kimia dan aspirasi. Pneumonia radiasi dapat menyartai terapi
radiasi untuk kanker payudara dan paru, biasanya enam minggu atau lebih setelah pengobatan
sesesai. Pneoumalitiis kimiawi atau pneumonia terjadi setelah menjadi kerosin atau inhalasi gas yang
mengiritasi. Jika suatu bagian substasial dari suatu lobus atau yang terkenal dengan penyakit ini
disebut pneumonia lobaris (Jeremy, dkk, 2007, Hal 76-78).
Pneumonia adalah peradangan akut parenkim paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi.
( S. A. Frice. 2005, Hal 804)

2.1.2. Klasifikasi
Tiga klasifikasi pneumonia.
1.

Berdasarkan klinis dan epidemiologis:

a.
b.

Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia).


Pneumonia nosokomial, (hospital-acquired pneumonia/nosocomial pneumonia).

c.

Pneumonia aspirasi.

d.

Pneumonia pada penderita immunocompromised.


(Jeremy, dkk, 2007, Hal 76-78)
2. Berdasarkan bakteri penyebab:

a.

Pneumonia Bakteri/Tipikal.
Dapat terjadi pada semua usia. Pneumonia bakterial sering diistilahkan dengan pneumonia akibat
kuman. Pneumonia jenis itu bisa menyerang siapa saja, dari bayi hingga mereka yang telah lanjut
usia. Para peminum alkohol, pasien yang terkebelakang mental, pasien pascaoperasi, orang yang
menderita penyakit pernapasan lain atau infeksi virus adalah yang mempunyai sistem kekebalan
tubuh rendah dan menjadi sangat rentan terhadap penyakit itu.
Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi,
bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan merusak paru-paru. Jika terjadi infeksi,
sebagian jaringan dari lobus paru-paru, atau pun seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima
lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari
jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah.
Bakteri Pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia bakteri
tersebut. Gejalanya Biasanya pneumonia bakteri itu didahului dengan infeksi saluran napas yang
ringan satu minggu sebelumnya. Misalnya, karena infeksi virus (flu). Infeksi virus pada saluran

pernapasan dapat mengakibatkan pneumonia disebabkan mukus (cairan/lendir) yang mengandung


pneumokokus dapat terisap masuk ke dalam paru-paru (Soeparman, dkk, 1998, Hal 697).
Beberapa bakteri mempunyai tendensi menyerang seseorang yang peka, misalnya klebsiella
pada penderita alkoholik, staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza. Pneumonia
Atipikal. Disebabkan mycoplasma, legionella, dan chalamydia (Soeparman, dkk, 1998, Hal 697).

b.

Pneumonia Akibat virus.


Penyebab utama pneumonia virus adalah virus influenza (bedakan dengan bakteri hemofilus
influenza yang bukan penyebab penyakit influenza, tetapi bisa menyebabkan pneumonia juga).
Gejalanya Gejala awal dari pneumonia akibat virus sama seperti gejala influenza, yaitu demam,
batuk kering, sakit kepala, nyeri otot, dan kelemahan. Dalam 12 hingga 36 jam penderita menjadi
sesak, batuk lebih parah, dan berlendir sedikit. Terdapat panas tinggi disertai membirunya bibir. Tipe
pneumonia itu bisa ditumpangi dengan infeksi pneumonia karena bakteri. Hal itu yang disebut
dengan superinfeksi bakterial. Salah satu tanda terjadi superinfeksi bakterial adalah keluarnya lendir
yang kental dan berwarna hijau atau merah tua (S. A. Price, 2005, Hal 804-814)

4. Berdasarkan predileksi infeksi:


a.

Pneumonia lobaris, pneumonia yang terjadi pada satu lobus (percabangan besar dari pohon
bronkus) baik kanan maupun kiri.

b.

Pneumonia bronkopneumonia
Pneumonia yang ditandai bercak-bercak infeksi pada berbagai tempat di paru. Bisa kanan
maupun kiri yang disebabkan virus atau bakteri dan sering terjadi pada bayi atau orang tua. Pada
penderita pneumonia, kantong udara paru-paru penuh dengan nanah dan cairan yang lain. Dengan
demikian, fungsi paru-paru, yaitu menyerap udara bersih (oksigen) dan mengeluarkan udara kotor
menjadi terganggu. Akibatnya, tubuh menderita kekurangan oksigen dengan segala konsekuensinya,
misalnya menjadi lebih mudah terinfeksi oleh bakteri lain (super infeksi) dan sebagainya. Jika
demikian keadaannya, tentu tambah sukar penyembuhannya. Penyebab penyakit pada kondisi
demikian sudah beraneka macam dan bisa terjadi infeksi yang seluruh tubuh. (S. A. Price, 2005, Hal
804-814)

2.1.3. Etiologi

Penyebab Pneumonia adalah streptococus pneumonia dan haemophillus influenzae. Pada bayi
dan anak kecil ditemukan staphylococcus aureus sebagai penyebab pneumonia yang berat, dan
sangat profesif dengan mortalitas tinggi.(Arif mansjoer, dkk, Hal 466)
1.

Bakteri: stapilokokus, streplokokus, aeruginosa, eneterobacter

2.

Virus: virus influenza, adenovirus

3.

Micoplasma pneumonia

2.1.4. Patofisiologi
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada beberapa mekanisme
yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius difiltrasi di hidung, atau
terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu partikel
dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga
dengan mekanisme imun sistemik, dan humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan juga
memiliki antibodi maternal yang didapat secara pasif yang dapat melindunginya dari pneumokokus
dan organisme-organisme infeksius lainnya.
Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah mengalami
pneumonia misalnya pada kelainan anatomis kongenital, defisiensi imun didapat atau kongenital,
atau kelainan neurologis yang memudahkan anak mengalami aspirasi dan perubahan kualitas
sekresi mukus atau epitel saluran napas. Pada anak tanpa faktor-faktor predisposisi tersebut, partikel
infeksius dapat mencapai paru melalui perubahan pada pertahanan anatomis dan fisiologis yang
normal. Ini paling sering terjadi akibat virus pada saluran napas bagian atas.
Virus tersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian bawah dan menyebabkan pneumonia
virus. Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap mekanisme pertahan yang
normal dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran napas bagian bawah.
Bakteri ini dapat merupakan organisme yang pada keadaan normal berkolonisasi di saluran
napas atas atau bakteri yang ditransmisikan dari satu orang ke orang lain melalui penyebaran droplet
di udara. Kadang-kadang pneumonia bakterialis dan virus ( contoh: varisella, campak, rubella, CMV,
virus Epstein-Barr, virus herpes simpleks ) dapat terjadi melalui penyebaran hematogen baik dari
sumber terlokalisir atau bakteremia/viremia generalisata. Setelah mencapai parenkim paru, bakteri
menyebabkan respons inflamasi akut yang meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi
leukosit polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di alveoli
menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas pada foto toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia
menyebabkan inflamasi dengan dominasi infiltrat mononuklear pada struktur submukosa dan
interstisial. Hal ini menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang terjadi
pada bronkiolitis (S. A. Price, 2005, Hal 804-814).

2.1.6. Manifestasi Klinik


Secara umum dapat di bagi menjadi:

a.

Manifestasi non spesifik infeksi dan toksisitas berupa demam (39,5 C sampai 40,5 C). , sakit
kepala, iritabel, gelisah, malaise, nafsu makan kurang keluhan gastrointestinal.

b.

Gejala umum saluran pernapasan bawah berupa batuk, takipnuea (25 45 kali/menit), ekspektorasi
sputum, nafas cuping hidung, sesak napas, air hinger, merintih, sianosis. Anak yang lebih besar
dengan pneumonia akan lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri
dada.

c.

Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding dada bawah kedalam saat bernapas bersama
dengan peningkatan frekuensi napas), perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, dan
ronki.

d.

Tanda efusi pleura atau empiema, berupa gerak ekskusi dada tertinggal di daerah efusi, perkusi
pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, suara napas tubuler tepat di atas batas cairan,
friction rup, nyeri dada karena iritasi pleura (nyeri bekurang bila efusi bertambah dan berubah
menjadi nyeri tumpul), kaku duduk / meningimus (iritasi menigen tanpa inflamasi) bila terdaat iritasi
pleura lobus atas, nyeri abdomen (kadang terjadi bila iritasi mengenai diafragma pada pneumonia
lobus kanan bawah).

e.

Pada neonatus dan bayi kecil tanda pneumonia tidak selalu jelas. Efusi pleura pada bayi akan
menimbulkan pekak perkusi.

f.

Tanda infeksi ekstrapulmonal.


( Arif mansjoer, dkk, 2001, Hal 466)

2.1.7. Pemeriksaan Penunjang


1. Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial); dapat juga menyatakan
abses) luas /infiltrasi, empiema (stapilococcos), infiltrasi menyebar atau terlokalisasi (bakterial), atau
penyebaran/perluasan infiltrasi nodul (lebih sering virus). Pada pneumonia mikoplasma, sinar x dada
mungkin bersih.
2. GDA/nadi oksimetris : tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan
penyakit paru yang ada.

3. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat diambil biosi jarum, aspirasi
transtrakea, bronkoskofi fiberobtik atau biosi pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebeb.
Lebih dari satu organise ada : bekteri yang umum meliputi diplococcos pneumonia, stapilococcos,
aures A.-hemolik strepcoccos, hemophlus influenza : CMV. Catatan : keluar sekutum tak dapat di
identifikasikan semua organisme yang ada. Kultur darah dapat menunjukan bakteremia semtara
4. JDL : leokositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada infeksi virus, kondisi
tekanan imun seperti AIDS, memungkinkan berkembangnya pneumonia bakterial.
5. Pemeriksaan serologi: mis, titer virus atau legionella,aglutinin dingin. membantu dalam
membedakan diagnosis organisme khusus.
6. Pemeriksaan fungsi paru: volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar); tekanan jalan
nafas mungkin meningkat dan komplain. Mungkin terjadi perembesan (hipoksemia)
7. Elektrolit : Natrium dan Klorida mungkin rendah
8. Bilirubin : Mungkin meningkat.
9. Aspirasi perkutan / biopsi jaringan paru terbuka : dapat menyatakan jaringan intra nuklear tipikal
dan keterlibatan sitoplasmik (CMP ; kareteristik sel rekayasa(rubela))
(Marlyn E. Dongoes, 1999, ASKEP, Hal 164-174)
2.1.8. Penatalaksanaan
1. Oksigen 1-2 L / menit
2. IVFD (Intra Venous Fluid Drug)/ (pemberian obat melalui intra vena) dekstrose 10 % : NaCl 0,9 % = 3
: 1, + KCL 10 mEq / 500 ml cairan. Jumlah cairan sesuai dengan berat badan, kenaikan suhu, dan
status hidrasi.
3. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai dengan makanan entral bertahap melalui selang
nasogastrik dengan feding drip.
4. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta agonis untuk
memperbaiki transpormukosilier.
5. Koreksi gangguan keseimbangan asam - basa dan elektrolit.
6. Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan :
Untuk kasus pneumonia komuniti base:
-

Ampicilin 100 mg / kg BB / hari dalam 4 hari pemberian

Kloramfenicol 75 mg / kg BB / hari dalam 4 hari pemberian

Untuk kasus pneumonia hospital base :

Sevotaksim 100 mg / kg BB / hari dalam 2 kali pemberian

Amikasim 10 - 15 mg / kg BB / hari dalam 2 kali pemberian.


( Arif mansjoer, dkk, 2001, Hal 468)

2.1.9. Komplikasi Pneumonia


Abses kulit, abses jaringan lunak, otitis media, sinus sitis, meningitis pururental, perikarditis
dan epiglotis kaang ditemukan pada infeksi H. Influenzae tipe B. (Arif mansjoer, 2001, Hal 467)

2.1.10. Pencegahan dan faktor resiko


Dengan mempunyai pengetahuan tentang faktor-faktor dan setuasi yang umumnya menjadi
redispredisposisi individu terhadap pnumonia akan membantu untuk mengidentifikasi psien-pasien
yang beresiko terhadap pneumonia. Tindakan preventif memberikan perawatan antisipatif dan
preventif adalah tindakan perawatan yang penting(Suzanne C. Smeltzer,dkk , Hal 573).

Setiap kondisi yang menghasilkan lendir atau obstruksi bronkial dan mengganggu draniase normal
paru menahun (PPOM) meningkat kerentanan pasien terhadap pneumonia. Tindakan
preventif :tingkankan batuk dan pengaluaran sekresi.

Pasien imunosupresif dan mereka dengan jumlah neutrofi rendah (neutropeni) adalah mereka yang
berisik. Tindakan preventif : lakukan tindak kewaspadaan khusus terhadap infeksi.

IndIvidu yang merokok berisik, kerena asap rokok mengganggu baik aktifitas mukosiliari dan
makrofag. Tindaka preventif : ajurkan individu untuk berhenti merokok.

Setiap pasien yang diperbolehakan berbaring secara pasif di tempat tidur dalam waktu yang lama
yang secara relatif imobil dan bernafas dangkal berisiko terhadap bronkopneumonia. Tinadakan
preventif : sering mengubah posisi.

Setiap individu yang mengalami depresi reflek batuk (karna medikasi, keadaan yang melemahkan
atau otot-otot pernafasan lemah), telah mengaspirasi benda asing ke dalam paru-paru selama
periode tidak sadar (cedera kepala,anestesia), atau mempunyai mekanisme menelan abnormal
adalah mereka yang hampir pasti mengalami bronkopneumonia. Tindakan preventif : penghisan
trakeobronkial, sering mengubah posisi, bijakan dalam memberikan obat-obat yang meningkatkan
resiko aspirasi dan terafi fisik dada.

Setiap pasien yang dirawat dengan regimen NPO (dipuasakan) atau mereka yang mendapat
antibiotik mengalami peningkatan kolonisasi organisme faring dan berisiko. Tindakan preventif :
tingakan higiene oral yang teratur.

Individu yang sering mengalami intoksikasi terutama rentan terhadap pneumonia, karna alkohol
menekan reflek-reflek tubuh, mobolisasi sel darah putih dan gerakan siliaris trakeaobronkial.
Tindakan preventif : bikan dorong kepada individu untuk mengurangi masukan alkohol.

Setiap individu yang menerima sedatif atau opioid dapat mengalami pernafasan, ynga mencetuskan
pengumpulan sekresi bronkial dan selanjutnya mengalami pneumonia. Tindakan preventif : observasi
fekuensi pernapasan dan ke dalam pernafasan sebelum memberikan. Jika tampak depresi
pernapasan, tunds pemberian obat dan laporkan masalah ini.

Pasien yang tidak sadar atau mempunyai reflek batuk dan menelan buruk adlah mereka yang
berisiko terhadap pneumonoia akibat penumpukan seksesi atau aspirasi. Tindakan preventif : sering
melakukan .

Individu lansia terutama mereka yang rentan pneumonia karna refleksi batuk. Pneumonia
paskaoperatif seharusnyadapat diperkirakan terjadi pada lansia. Tndakan prepentif : sering
mobolisasi, dan batuk efekif dan latihan pernapasan

Setiap orang meneriama pengobatan terapi pernasapan dapat mengalami pneumonia jika peralatan
tersebit tidak dibersikan dengan tepat. Tindakan preventif : pastiakn bahwa peralatan pernapasan
telah di bersikan dengan tepat. (Suzanne C. Smeltzer,dkk , Hal 573)

2.2.1 Konsep Dasar ASKEP


2.2.1.1. Pengkajian
1. Identitas Klien
Lakukan pengkajian pada identitas pasien dan isi identitasnya, yang meliputi: nama, jenis
kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama, tanggal pengkajian.
2. Keluhan Utama
Sering menjadi alasaan klein untuk meminta pertolongan kesehatan adalah Sesak napas,
batuk berdahak, demam, sakit kepala, ny dan kelemahan
3. Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)
Penderita pneumonia menampakkan gejala nyeri, sesak napas, batuk dengan dahak yang
kental dan sulit dikeluarkan, badan lemah, ujung jari terasa dingin.
4. Riwayat Kesehatan Terdahulu (RKD)
Penyakit yang pernah dialami oleh pasien sebelum masuk rumah sakit, kemungkinan pasien
pernah menderita penyakit sebelumnya seperti : asthma, alergi terhadap makanan, debu, TB dan
riwayat merokok.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK)


Riwayat adanya penyakit pneumonia pada anggota keluarga yang lain seperti :
TB, Asthma, ISPA dan lain-lain.
6. Data Dasar pengkajian pasien
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.

b. Sirkulasi
Gejala : riwayat adanya /GJK kronis
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat

c. Makanan/cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes mellitus
Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan kakeksia
(malnutrisi), hiperaktif bunyi usus.

d. Neurosensori
Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)
Tanda : perubahan mental (bingung, somnolen)

e. Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia, artralgia, nyeri dada substernal
(influenza).
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan).

f. Pernafasan
Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea
Takipnue, dispnenia progresif, pernapasan dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal.
Tanda :
o Sputum: merah muda, berkarat atau purulen.

o Perkusi: pekak datar area yang konsolidasi.


o Premikus: taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi
o Gesekan friksi pleural.
o Bunyi nafas menurun tidak ada lagi area yang terlibat, atau napas bronkial.
o Warna: pucat/sianosis bibir dan kuku.

g. Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun, misal SLE,AIDS, penggunaan steroid, kemoterapi, institusionalitasi,
ketidak mampuan umum, demam. Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan
mungkin ada pada kasus rubeola, atau varisela.

h. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis Pertimbangan DRG menunjukkan rerata
lama - lama dirawat 6 8 hari Rencana pemulangan: bantuan dengan perawatan diri, tugas
pemeliharaan rumah. Oksigen mungkin diperlukan, bila ada kondisi pencetus.

i. Pemeriksaan Penunjang
1.

Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial); dapat juga menyatakan
abses) luas /infiltrasi, empiema (stapilococcos), infiltrasi menyebar atau terlokalisasi (bakterial), atau
penyebaran/perluasan infiltrasi nodul (lebih sering virus). Pada pneumonia mikoplasma, sinar x dada
mungkin bersih.

2.

GDA/nadi oksimetris : tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan
penyakit paru yang ada.

3.

Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat diambil biosi jarum, aspirasi
transtrakea,bronkoskofi fiberobtik atau biosi pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebeb.
Lebih dari satu organise ada : bekteri yang umum meliputi diplococcos pneumonia, stapilococcos,
aures A.-hemolik strepcoccos, hemophlus influenza : CMV. Catatan : keluar sekutum tak dapat di
identifikasikan semua organisme yang ada. Kultur darah dapat menunjukan bakteremia semtara

4.

JDL : leokositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada infeksi virus, kondisi
tekanan imun seperti AIDS, memungkinkan berkembangnya pneumonia bakterial.

5.

Pemeriksaan serologi: mis, titer virus atau legionella,aglutinin dingin. membantu dalam membedakan
diagnosis organisme khusus.

6.

Pemeriksaan fungsi paru: volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar); tekanan jalan
nafas mungkin meningkat dan komplain. Mungkin terjadi perembesan (hipoksemia)

7.

Elektrolit : Natrium dan Klorida mungkin rendah

8.

Bilirubin : Mungkin meningkat.

9.

Aspirasi perkutan / biopsi jaringan paru terbuka : dapat menyatakan jaringan intra nuklear tipikal dan
keterlibatan sitoplasmik (CMP ; kareteristik sel rekayasa (rubela) )
(Marlyn E. Dongoes, 1999, ASKEP, Hal 164-174)

j. Proritas Keperawatan
1. Mempertahankan/memperbaiki fungsi pernafasan
2. Mencegah komplikasi
3. Mendukung proses penyembuhan
4.Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan pengobatan.

2.2.1.2 Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


1.

Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial, pembentukan
edema, peningkatan produksi sputum.

2.

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan kapasitas pembawa oksigen darah.

3.

Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk menetap.

4.

Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi.

BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1. Pengkajian Lengkap


1.

Biodata / Data Biografi


Identitas Klien:
Nama

: An. E

Umur

: 1 tahun

Suku/bangsa

: Jawa

Status Perkawinan

:-

No Register : 08.110.900

Agama

: Islam

Pendidikan

:-

Pekerjaan

:-

Alamat

: jl.Cimanuk

Tanggal masuk RS

: 25 Mei 2012

Tanggal Pengkajian

: 26 Mei 2012

Catatan kedatangan

: Kursi roda ( ), Ambulan ( ), Brankar ( )

Keluarga Terdekat yang dapat dihubungi:


Nama/Umur

: Ny.N / 29

Pendidikan

: S1

Pekerjaan

: PNS

Alamat

: jl.Cimanuk

Sumber Informasi

: Pasien dan keluarga

2.
a.

Riwayat Kesehatan/keperawatan

Keluhan utama/alasan masuk RS

No telepon : (0736)23145

An E (59 th) datang ke RS dr. M. Yunus Bengkulu pada tanggal 25 Mei.2012, jam 10.20 wib
dengan keluhan batuk berdahak dan sesak napas.

b.

Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS) :

o Faktor pencetus: Orang tua anak mengatakan sesak napas didahului oleh batuk pilek seminggu
sebelum masuk RS.
o Muncul keluhan ( ekaserbasi) : Orang tua anak mengatakan sesak napas sejak 6 hari sebelum masuk
RS.
o Sifat keluhan : Orang tua anak mengatakan sesak napas timbul perlahan-lahan, sesak napas terus
menerus dan bertambah dengan aktivitas.
o Berat ringannya keluhan : Orang tua anak mengatakan sesak napas cenderung bertambah sejak 2
hari sebelum masuk RS.
o Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi : Orang tua anak mengatakan upaya untuk mengatasi
sesak adalah dengan istirahat dan minum obat batuk ( OBH ).
o Keluhan lain saat pengkajian : Orang tuan anak juga mengatakan batuk dengan dahak yang kental
dan sulit untuk dikeluarkan, sehingga terasa lengket di tenggorokkan. Orang tua anak mengatakan
kesulitan bernapas.Orang tua anak mengutarakan kondisi badan anak nya terasa lemah dan ujung ujung jarinya terasa dingin.

c.

Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD) :

o Orang tua anak mengatakan tidak ada riwayat alergi terhadap makanan, debu, dan lain-lain.

d.

Riwayat kesehatan keluarga (RKK) :


Orang tua anak mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit sesak
napas seperti yang dialaminya dan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit keturunan
dan penyakit menular lainnya seperti penyakit jantung, hipertensi, asma,TB dan lain-lain.

3.
1.
-

Pola Fungsi kesehatan


Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Persepsi terhadap penyakit:

Orang tua pasien tidak mengetahui penyakit yang dideritanya.


Penggunaan :
-

Alergi (obat-obatan, makanan, plester, dll): pasien tidak ada alergi.

2.

Pola nutrisi dan metabolisme

Diet/suplemen khusus: tidak ada

Intruksi diet sebelumnya: -

Nafsu makan (nomal, meningkat, menurun): menurun

Penurunan sensasi kecap, mual-muntah, stomatitis : pasien mual-mual

Fluktuasi BB 6 bulan terakhir (naik/turu) :


BB pasien menurun sebanyak 4 kg (65 kg menjadi 61).

Kesulitan menelan (disfagia): tidak ada

Gigi (lengkap/tidak, gigi palsu): lengkap

Riwayat masalah kulit/penyembuhan (ruam,kering,keringat berlebihan, penyembuhan abnormal:


tidak ada

Jumlah minimum/24 jam dan jenis (kehausan yang sangat): tidak ada

Frekuensi makan: Normal (3X sehari)

Jenis makanan : KH, protein, lemak

Pantangan/alergi : tidak ada


3.

Pola Eliminasi
Buang air besar (BAB) :

Frekuensi

: 1x 2 hari

Warna

: Kuning

Kesulitan (diare, konstipasi, inkontinensia) : Tidak ada

Buang air kecil (BAK) :

Waktu

: Pagi

Konsistensi : Lembek

Frekuensi

: 2X sehari

Warna : pagi dan sore hari

Kesulitan (disuria, nokturia, hematuria, retensi inkontinensia):


Tidak ada

Alat bantu (kateter intermitten, indwelling, kateter eksternal): tidak ada

Lain-lain

4.

Pola aktivitas dan latihan


Kemampuan perawatan dari:
0 Mandiri

3 Dibantu orang lain dan peralatan

1 Dengan alat bantu

4 ketergantungan/tidak mampu

2 Dibantu orang lain


Kegiatan/aktivitas

Makan/minum

Mandi

Berpakaian/berdanda

n
Toileting

Mobilisasi di tempat

tidur
Berpindah
Berjalan
Menaiki tangga

Berbelanja

Memasak

Pemeliharaan rumah

Alat bantu (kruk,pispot, tongkat, kursi roda): Pispot

555

555

Kekuatan otot : 555

555

Kemampuan ROM : Tidak ada keterbatasan rentang gerak

Keluhan saat beraktivitas :


Nyeri dada dirasakan ketika pasien melakukan aktivitas seperti : berjalan, berlari dan melakukan
pekerjaan berat.

Lain-lain : -

5.

Pola istirahat dan tidur

Lama tidur : 7 jam/malam

Waktu

Kebiasaan menjelang tidur : -

Masalah tidur (insomnia, terbangun dini, mimpi buruk): Insomnia

Lain-lain (merasa segar/tidak setelah bangun) : merasa segar

6.

Tidur siang: 2

Tidur sore: -

: 21.00 WIB

Pola Kognitif Dan Persepsi

Status mental (sadar/tidak, orientasi baik/tidak) : orientasi baik

Bicara : Normal (), tak jelas (

), gagap (

), aphasia ekspresif (

Kemampuan berkomunikasi : Ya ( ), tidak (

Kemampuan memahami : Ya ( ), tidak (

Pendengaran : DBN ( ), tuli (

Penglihatan (DBN, buta, katarak, kacamata, lensa kontak, dll) : DBN

Vertigo : Ada

Ketidak nyamanan/nyeri (akut/kronik) : Pasien mengalami nyeri akut pada daerah dada

Penatalaksanaan nyeri : Pasien beristirahat untuk mengurangi nyeri

Lain-lain : -

7.

), kanan/kiri, tinnitus (

), alat bantu dengar (

Persepsei Diri Dan Konsep Diri

Perasaan klien tentang masalah kesehatan ini : Pasien merasa tidak nyaman

Lain-lain : -

8.

Pola Peran Hubungan

Pekerjaan : -

Sistem pendukung : pasangan (


keluarga tinggal berjauhan (

), tetangga/teman (

), tidak ada (

), keluarga serumah (),

Masalah keluarga berkenaan dengan perawatan di RS : Tidak ada

Kegiatan sosial :
Sejak menderita penyakit pneumonia pasien jarang bergaulo dengan teman sebaya nya.

Lain-lain :
9.

10.
-

Pola Seksual Dan Reproduksi


Masalah seksual b.d penyakit : Pola koping dan toleransi stress
Perhatian utama tentang perawatan di RS atau penyakit (financial, perawatan diri) : Pasien tidak
mengalami kesulitan mengeanai biaya perawatan rumah sakit.

Kehilangan/perubahan besar dimasa lalu : tidak ada

Hal yang dilakukan saat ada masalah (sumber koping) : pasien bersifat terbuka terhadap
masalahnya

Penggunaan obat untuk menghilangkan stress : tidak ada

keadaan emosi dalam sehari-hari (santai/tegang) : tegang

lain-lain : -

11.

Keyakinan agama dalam kehidupan

Agama : Pasien beragama Islam

Pengaruh agama dalam kehidupan : Pasien beranggapan bahwa penyakit yang dideitanya adalah
cobaan.
4. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Klien tampak lemah, klien tampak kesulitan bernapas dan klien tampak gelisah.
-

BB : 10 kg (turun 2 kg dari 60 kg menjadi 58 kg )

TB : 70 cm

TTV :
-

TD : 130 / 90 mmHg

ND : 120 x / i

RR : 32 x / i

: 39 C

Sistem integumen (kulit) : turgor kulit buruk (tidak elastis) dan pucat
Kepala : Simestris dan rambut warna hitam, tidak ada ketmbe, bersih.
Mata : DBN, konjuntiva tidak anemis,ukuran pupil normal.
Telinga : DBN
Kuku : Kuku pucat dan sedikit sinosis
Hidung : Pernapasan cuping hidung
Mulut : Mukosa bibir kering dan pucat

Thorak /paru
-

Inspek : RR : 32x/i, penggunaan otot bantu pernapasan (+), takipnea (+),dispnea (+),pernapasan
dangkal, dan rektrasi dinding dada tidak ada.

Palpasi : fremitus menurun pada kedua paru

Perkusi : redup

Auskultrasi : bunyi napas bronkial, krekels (+),stridor (+).

Vaskular periper : akral dingin, capilarry repille kembali dalam 5 detik


5.

Pemeriksaan Penunjang

a.

Hasil foto rontgen : menunjukkan infiltrasien lobaris (sebagianlobus pada kedua paru).

b.

AGD :menunjukkan alkalosis respiratorik (pH naik,PCO2 turun,HCO3 normal)

c.

Pemeriksaan sputum: ditemukan kuman Stapilococcus aureus dan Diplococcus pneumonia

d.

Pemeriksaan darah rutin didapatkan :

Leokosit = 16.000/mm3

Hb = 10,5 gr/dl

Trombosit =265.000/mm3

Hematokrit = 44%

Albumin = 3,01 gr/dl

Protein total = 5,86 gr/dl

3. Analisa Data :
Nama klien
Ruang rawat

: An. E (59 th)


: Anggrek, RSUD M. Yunus Bengkulu

Diagnosa medik
No

Data

1.

DS:

: Pneumonia

- Klien mengatakan batuk berdahak dan sesak napas


- Klien mengatakan batuk dengan dahak yang kental dan sulit

Etiolog

Inflamasi trakeo bron

farenkim paru, pemb

edema dan peningkat


sputum.

untuk dikeluarkan
- Klien mengatakan dahaknya terasa lengket di tengorokkan
- Klien Mengatakan Kesulitan bernapas
DO:
-

Klien tampak kesulitan bernapas

TTV:

o TD: 130/90 mmHg


o N : 12X/i
o RR : 32x /i
Pernafasan Cuping Hidung
Takipnea (+)
Dispnea (+)
Pernafasan dangkal
Penggunaan otot bantu pernafasan (+)
Perfusi paru redup
Premetus menurun pada kedua paru
Bunyi nafas bronkial, kreleks (+), stridor (+)
Hasil Rontgen : menunjukkan infiltrasi lobaris
Pemeriksaan seputum : ditemukan kuman stapilococcus
aureus dan diplococcus pneumonia
2.

DS:

Inflamasi parenkim pa

seluler terhadap sirku

- Klien mengatakan nyeri dada

dan batuk menetap.

- Klien mengatakan sakit kepala


- Klien mengatakan sendi nyeri
DO:
-

Klien tampak gelisah

Klien tampak meringis kesakitan akibat nyeri

Klien tampak memegang di daerah dada dan melindungi


daerah yang sakit

TTV:

o TD : 130/90 mmhgs
o N

: 120x/i

o RR : 32x /i
Akral dingin
Kuku pucat dan sedikit sianosis
Mukosa bibir kering dan pucat
Kapilary reffill kembali dalam 5 detik
Takipnea (+)

3.

DS:
- Klien mengatakan batuk berdahak
- Klien mengatakan dahaknya terasa lengket ditenggorokkan
- Klien mengatakan tidak nafsu makan dan hanya mampu
menghabiskan porsi setiap kali makan (pagi,siang dan
malam)
- Klien mengatakan mual
- Klien mengatakan berat badan turun 4 Kg dari 65 Kg menjadi

Anoreksia, akibat toks

bau dan rasa sputum

64 Kg
- Klien mengatakan lemah
DO:
-

Klien tampak mengeluarkan sputum saat batuk

Klien tampak lemah

Klien tampak hanya mampu mengabiskan makanan porsi


setiap kali makan

Kulit klien tampak kering

Turgor kulit buruk

Mukosa bibir klien kering

Hb : 10 gr / dl

Protein total : 5,86 gr / dl

Albumin 3,00 gr / dl

BB : 61 kg

TTV:

o TD : 130/90 mmhgs
o N

: 120 x/i

o RR : 32x /i
Akral dingin
Kuku pucat dan sedikit sianosis
Mukosa bibir kering dan pucat
Kapilary reffill kembali dalam 5 detik
Takipnea (+)

4. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul


1.

Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial, peningkatan
produksi sputum

2.

Nyeri berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, reaksi seluler terhadap sirkulasi toksin dan
batuk menetap.

3.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, akibat toksin
bakteri, bau dan rasa sputum

5. Asuhan Keperwatan (Nurse Care Planing / NCP)


N

Diagn

osa

Tujuan

Kriteria

Interve

Hasil

nsi

Rasional

Keper
awata
n
1.

Bersiha

Setelah

Batuk

n jalan

dilakuka

nafas

tak

interven

efektif

si

berhub

keperaw

ungan

atan

dengan

selama

inflama

3 x 24

si

jam,

trachea
bronchi

diharapk
an jalano TD : 120-

al,

nafas

pening

kembali

Mandiri

efektif
Nafas

:
1.

normal
Bunyi nafas
bersih
Sianosis

1.
Kaji

130/80-90

dada tak simetris sering terjadi karena

frekuen

ketidak nyamanan. Simetris yang sering

si/kedal

terjadi karena ketidaknyamanan gerakan

aman

dinding dada dan/ atau cairan paru.

pernapa
2.
san dan
gerakan

TTV : DBN :

Takipnue pernafasan dangkal dan gerakan

dada.

Penurunan aliran udara terjadi pada area


konsolidasi dengan cairan. Bunyi napas
bronkial (normal pada bronkus) dapat juga
terjadi pada area konsilidasi. Krekel, ronki,
dan mengi terdengar pada inspirasi dan/atau
ekpirasi pada respon terhadap pengumpulan

katan
produk
si
sputum

efektif

mmhg

cairan, sekret kental, dan spesme jalan


napas/obstruksi.

o N : 60-100 x/i
3.
Ausk

o RR : 16-24 x/i2.

ultasi

Merangsang batuk atau pembersihan nafas


secara mekanik pada pasien yang tidak
mampu melakukan karena batuk tak efektif

area

atau penurunan tingkat kesadaran.

paru,
catat
area

4.
penuru
nan/tak
ada

5.

aliran

Cairan (khususnya yang hangat)


memobilisasi dan mengeluarkan sekret
Cairan (khususnya yang hangat)
memobilisasi dan mengeluarkan sekret.

udara
dan
bunyi
napas
adventi
sius,
mis,

6.

krekels,
mengi

Alat untuk menurunkan spasme bronkus


dengan mobilisasi sekret, analgetik
diberikan untuk memperbaiki batuk dengan
menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus

stridor.

digunakan secara hati-hati, karena dapat


menurunkan upaya batuk/menekan
pernafasan.
7.

Cairan diperlukan untuk mengganti


kehilangan dan memobilisasi sekret.

3.
u

Bant
8.

pasien
latih

Mengevaluasikan kemajuan dan efek


proses penyakit dan memudahkan pemilihan
terapi yang diperlukan.

napas 9. Kadang-kadang diperlukan untuk


sering
membuang perlengketan mukosa.
Tunjuka Mengeluarkan sekresi purulen, mencegah
n/bantu
pasien
mempel
ajari

atelektasis.

melaku
kan
batuk,
mis.,
meneka
n dada
dan
batuk
efektif
sement
ara
posisi
duduk
tinggi.
4.

Peng
hisapan
sesuai
indikasi.

5.

Berik
an
cairan
paling
sedikit
2500
ml/hari
(Kecuali
kontra
indikasi
).
Tawarka
n air
hangat,
daripad
a air
dingin.
Kolabo
rasi :

6.

Berik
an obat
sesuai
indikasi:
mukoliti
k,
ekspekt
oran,
bronkod
olator,
analges
ik.

7.

Berik
an
cairan
tambah
an
misalny
a:
Intrave
na,oksi
gen
humidifi
kasi,
dan
ruang
humidifi
kasi.

8.

Awasi
sinar X
dada,
GDA,
nadi
oksimet

ri.

9.

Bant
u
bronkos
tropi /
toresen
tesis
bila
diindika
sikan.

2.

o Dispenea dan

Nyeri

Nyeri

berhub

berhubu

takipnea

ungan

ngan

tidak ada

dengan

dengan

inflama
si
parenki

i:
1.

o Kesulitan
inflamas
bernafas
i
tidak ada
parenki

1.

Tentuk

Nyeri dada biasanya ada dalam beberapa


derajat pada peneumonia,juga dapat timbul

an

komplikasi pneumonia seperti perikarditis

karakte

dan indokarditis.

ristik

m paru, m paru,o Akral


reaksi
reaksi
hangat siano
seluler
seluler
sis
terhada

Mandir

nyeri,
misalny2. perubahan frekuensi jantung atau TD
a:
menunjukkan bahwa pasien mengalami
tajam,
nyeri, khususnya bila alasan lain untuk

terhada
o Kapilari refile
p

sirkulas

sirkulasi

kembali

i toksin

toksin

dalam 2-3

, selidiki
peruba3.

dan

dan

detik

han

sentuhan lembut dapat menghilangkan

batuk

batuk

karakte

ketidak nyamanan dan memperbesar efek

r/

terapi analgesik.

meneta
p.

o Gelisah tidak
meneta
ada
p.
o Penurunan

lokasi
nyeri

ditusuk.

tidak ada
o Pucat dan
tidak ada
o TTV : DBN :
TD : 120130/80-90

4.

dan

kesadaran

sianosis

konstan

2.

5.
Pantau
tanda
vital.

perubahan tanda vital telah terlihat.


tindakan non analgesik diberikan dengan

Pernapasan mulut dan terapi oksigen dapat


mengiritasi dan mengeringkan membran
mukosa, potensial ketidak nyamanan umum.

Alat untuk menontorl ketidak nymanan


dada sementara meningkatkan keefektifan
upaya batuk.

mmhg

6.

non produktif atau proksismal atau

N : 60-100
x/i

Obat ini digunakan untuk menekan batuk


menurunkan mukosa berlebihan,

3.

RR : 16-24

Berika
n

x/i

tindaka
n

o Hb : 14-18

nyaman

gr/dl

misalny
a,

o AGD : DBN :

pijatan
Ph : 7,35-

punggu

7,45

ng,
peruba

PCO2 : 35-

han

45 mmhg

posisi,

HCO3 : 22-

musik
tenang,

28 mEq/L

relaksas
i atau
latihan
napas.
4.

Tawark
an
pember
sihan
mulut
dengan
sering.

5.

Anjurk
an dan
bantu
pasien
dalam
teknik
meneka
n dada

meningkatkan kenyamanan atau istirahat


umun.

selama
episode
batuk.

Kolabo
rasi :
6.

Berika
n
analges
ik dan
atitusip
sesuai
indikasi.

3.

Peruba

Setelah

Mual dan

han

dilakuak

muntah tidak

nutrisi

ada

kurang

interven

dari

si

kebutu

keperaw

han

atan

tubuh

selama

berhub

3 x 24

ungan

jan,

dengan

diharapk

anorek

an

sia,

kebutuh

akibat

an

toksin

nutrisi

bakteri

dapat

dan

terpenu

rasa

hi.

sputum
.

Mandiri

1.

BB stabil /

1.
Identifi

Pilihan intervensi terganggung pada


penyebab masalah.u kebersihanmulut

kasi

setelah muntah, setelah tindakan aerosol

tidak turun

faktor

dan drainase postur sebelem maka.

atau tidak

yang

naik.

menimb

Mukosa
bibir lembab.
Turgor kulit
elastis.

ulkan 2. Menghilangkan tanda bahaya, rasa bau,


mual
dari lingkungan pasien dan dapat
atau
menurunkan mual.
muntah
misalny3.
a:

Peningkata
n nafsu

sputum
4.
banyak,

makan.

pengob

Nilai Lab :
DBN :
* Hb : 14-18
gr/dl
2.
* Albumin : 3,55,5 gr/dl

atan
aerosol,
dispene

Menurunkan efek mual yang berhubungan


dengan pengobatan ini.
Bunyi usus mungkin menurun / tak ada bila
proses infeksi memanjang. Distensi
abdomen terjadi sebagai akibat menelan
udara atau menunjukkan pengaruh toksin,
bakteri pada saluran GI.

a berat,5. Tindakan ini dapat meningkatka masukkan


nyeri.
meskipun nafsu makan mungkin lambat
Berika
n

untuk kembali.

*Protein total :
6,0-8,0 gr/dl

wadah
tertutup
untuk
sputum6. Adanya kondisi kronis ( PPOM atau
dan
alkoholisme ) atau keterbatasan keuangan
buang
dapat menimbulkan malnutrisi, rendahnya
seserin

tahanan terhadap innfeksi lambatnya respon

terhadap terapi.

mungki
n.
Berikan
atau
bantu.
3.

Jadwal
kan
pengob
atan
pernapa
san
sedikitn
ya 1
jam
sebelu
m
makan.

4.

Auskul
tasi
bunyi
usus.
Observ
asi atau
palpasi
distensi
abdome
n.

5.

Berika
n
makan
dengan
pori
kecil
dan
sring
termasu
k
dengan
makan
kering
( roti
pangga
ng )
dan
makana
n yang
menarik
untuk
pasien.

6.

Evalua
si
status
nutrisi
umum,
ukuran
berat
badan
dasar.

CATATAN PERKEMBANGAN

Nama klien

: An. E (59 th)

Ruang rawat

: Anggrek, RSUD M. Yunus Bengkulu

Diagnosa medik

: Pneumonia

Hari/tgl

Diagnosa

Implementasi

Keperawatan
Rabu ,

1. Bersihan jalan nafas

26 Mei

tak efektif

2012

berhubungan

Jam : 09.00 Wib

1.

Mengkaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerakan


dada.

dengan inflamasi
trachea bronchial,

Dengan Hasil : RR = 32x/i, pernapasan cepat dan

peningkatan

dangkal, fremitus menurun pada kedua paru.

produksi sputum.
2.

Mengukur TTV
Dengan hasil :

o TD : 130/90 mmhg
o N

: 120 x/i

o RR : 32x /i
3.

Mengauskultasi area paru, mencatat area penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi napas adventisius, mis,

krekels, mengi stridor.


Dengan hasil : bunyi nafas bronkial, krekels, mengi, dan
srtidor ada.
4.

Membantu pasien latihan napas dan mengajarkan

o
o
o

melakukan batuk efektif, Dengan Hasil : Klien dapat


melakukan batuk efektif dan mengeluarkan dahak.
5.

Melakukan Penghisapan sekret sesuai indikasi.


Dengan Hasil : sekret bisa keluar

6.

A:

Memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari (Kecuali


kontra indikasi) dan menaawarkan air hangat
Dengan Hasil : Pasien mau minum air hangat

7.

Memberikan obat sesuai indikasi: mukolitik, ekspektoran,


bronkodolator, analgesik.

8.

Memberikan oksigen sesuai indikasi

9.

Mengawasi sinar X dada, GDA,


Dengan Hasil: Rontgen menunjukkan infiltrasi meyebar,
dan GDA tidak normal.

10. Membantu bronkostropi sesuai indikasi


Dengan Hasil : Perlengketan mukosa teratasi

2. Nyeri berhubungan

Jam : 09.00 WIB

dengan inflamasi

Mententukan karakteristik nyeri, misalnya : tajam,

parenkim paru,

konstan, selidiki perubahan karakter / lokasi nyeri dan

reaksi seluler

ditusuk.

terhadap sirkulasi
toksin dan batuk

Dengan Hasil : Nyeri Konstan dan lokasi di bagian dada.

menetap.
2.

Memantau tanda vital


Dengan hasil :

o TD : 130/90 mmhg
o N

: 120 x/i

o RR : 32x /i
3.

Memberikan tindakan nyaman misalnya, pijatan

o
punggung, perubahan posisi, musik tenang, relaksasi atau
latihan napas.
Dengan Hasil: Pasien sudah merasa agak nyaman

4.

Menawarkan pembersihan mulut dengan sering.

o
o

Dengan Hasil: Pasien menerima tawaran


5.

Menganjurkan dan bantu pasien dalam teknik menekan


dada selama episode batuk.
Dengan Hasil: Pasien mematuhi anjuran
6. Memberikan analgesik dan antitusip sesuai indikasi.

o
o
o

A:

3 . Perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh

1.

berhubungan
dengan anoreksia,

Mengidentifikasikan faktor yang menimbulkan mual atau muntah misalnya: sputum banyak, pengobatan aerosol,
.dispenea berat, nyeri.

akibat toksin bakteri

Dengan Hasil : Klien mual dan muntah disebabkan

dan rasa sputum

sputum banyak.

2. Memberikan wadah tertutup untuk sputum dan buang


sesering mungkin.
Dengan Hasil : Klien membuang dahaknya di wadah

3. Menjadwalkan pengobatan pernapasan sedikitnya 1 jam


sebelum makan.

Dengan Hasil:
4. Mengauskultasikan bunyi usus. Observasi atau palpasi
distensi abdomen.
Dengan Hasil: Terdapat bising usus
5. Memberikan makan dengan pori kecil dan sering
termasuk dengan makan kering ( roti panggang ) dan

makanan yang menarik untuk pasien.


Dengan Hasil: Klien mau makan dalam porsi kecil
6.

Mengevaluasikan status nutrisi umum, ukuran berat


badan dasar.
Dengan Hasil:BB : 61 Kg

o
o
o

Kamis , 1. Bersihan jalan nafas


27 Mei

tak efektif

2012

berhubungan

Jam : 09.00 Wib

1.

Mengkaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerakan


dada.

dengan inflamasi
trachea bronchial,

Dengan Hasil : RR = 25x/i,

peningkatan
produksi sputum.

2.

Mengukur TTV

Dengan hasil :
o TD : 120/80mmhg
o N

: 80 x/i

o RR : 26x /i

3.

Mengauskultasi area paru, mencatat area


penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi napas

adventisius, mis, krekels, mengi stridor.


Dengan hasil : bunyi nafas bronkial, krekels, mengi, dan
srtidor tidak ada.
4.

Membantu pasien latihan napas dan mengajarkan

o
o
o

melakukan batuk efektif, Dengan Hasil : Klien


melaksanakan latihan nafas sesuai yang dianjurkan dan
dapat melakukan batuk efektif dan mengeluarkan dahak.
5.

Melakukan Penghisapan sekret sesuai indikasi.


Dengan Hasil : sekret bisa keluar

6.

Memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari (Kecuali


kontra indikasi) dan menaawarkan air hangat
Dengan Hasil : intake cairan 2000 ml dan pasien mau
minum air hangat.

7.

Memberikan obat sesuai indikasi: mukolitik,

A:

ekspektoran, bronkodolator, analgesik.


8.

Mengawasi sinar X dada, GDA,


Dengan Hasil: Rontgen menunjukkan infiltrasi meyebar,
dan GDA tidak normal.

2.

Nyeri berhubungan
dengan inflamasi
parenkim paru,

Jam : 09.00 WIB

1.

Mententukan karakteristik nyeri, misalnya : tajam,


konstan, selidiki perubahan karakter / lokasi nyeri

reaksi seluler

dan ditusuk.

terhadap sirkulasi
toksin dan batuk

Dengan Hasil: nyeri tidak ada lagi

menetap.
2.

Memantau tanda vital.


Dengan Hasil:TTV :

o TD : 120/80 mmHg
o N

: 80 x/i

o RR : 25x /i
3.

Menawarkan pembersihan mulut dengan sering.

o
o
o

Dengan Hasil: pasien mematuhi hal yang dianjurkan


4.

Menganjurkan dan bantu pasien dalam teknik menekan


dada selama episode batuk.
Dengan Hasil : Klien mengikuti anjuran
Kolaborasi :

5. Memberikan analgesik dan atitusip sesuai indikasi.

A:M

3. Resiko tinggi

1.

Mengidentifikasikan faktor yang menimbulkan mual atau

terhadap nutrisi

muntah misalnya: sputum banyak, pengobatan aerosol,

kurang dari

.dispenea berat, nyeri.

kebutuhan tubuh
berhubungan
dengan peningkatan
kebutuhan
metabolik sekunder
terhadap demam

Dengan Hasil : Klien dapat mengeluarkan sputum 2.


Memberikan wadah tertutup untuk sputum dan buang

sesering mungkin.
Dengan Hasil : Klien membuang dahaknya di
wadah

dan proses infleksi.


2. Mengauskultasikan bunyi usus. Observasi atau palpasi
distensi abdomen.
Dengan Hasil: Terdapat bising usus

3. Memberikan makan dengan pori kecil dan sering


termasuk dengan makan kering (roti panggang) dan
makanan yang menarik untuk pasien.
Dengan Hasil: Klien menghabiskan makanan dalam porsi

kecil

4. Mengevaluasikan status nutrisi umum, ukuran berat

badan dasar.

Dengan Hasil: BB = 61 Kg

o
o
o

A :Ma

Jumt , 1. Bersihan jalan nafas


28 Mei

tak efektif

2012

berhubungan

1.

Jam : 09.00 Wib


Mengkaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerakan
dada.

dengan inflamasi
trachea bronchial,

Dengan Hasil : RR = 24x/i.

peningkatan
produksi sputum.

2.

Mengukur TTV
Dengan hasil :

o TD : 120/80 mmhg

o N

: 80 x/i

o RR : 24x /i
3.

Mengauskultasi area paru, mencatat area


penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi napas
adventisius, mis, krekels, mengi stridor.
Dengan hasil : Bunyi nafas bronkial, krekels, mengi, dan

o
o
o

srtidor tidak ada


4.

Memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari (Kecuali A :


kontra indikasi) dan menaawarkan air hangat
Dengan Hasil : Pasien mau minum air hangat dan intake
2500 ml

5.

Memberikan obat sesuai indikasi: mukolitik,


ekspektoran, bronkodolator, analgesik.

6.

Memberikan oksigen sesuai indikasi

7.

Mengawasi sinar X dada, GDA,


Dengan Hasil: Rontgen menunjukkan infiltrasi meyebar,
dan GDA normal.

2. Nyeri berhubungan
dengan inflamasi

Jam : 09.00 WIB

parenkim paru,

1.

Memantau tanda vital.

reaksi seluler

Dengan Hasil:TTV :

terhadap sirkulasi
toksin dan batuk
menetap.

o TD : 120/80 mmHg
o N

: 80 x/i

o RR : 25x /i
2.

Menawarkan pembersihan mulut dengan sering.


-

Dengan Hasil: pasien mematuhi hal yang dianjurkan

3. Memberikan analgesik dan atitusip sesuai indikasi.

o
o
o

A:M

3. Perubahan nutrisi 1.

Mengidentifikasikan faktor yang menimbulkan mual atau

kurang dari

muntah misalnya: sputum banyak, pengobatan aerosol,

kebutuhan tubuh

.dispenea berat, nyeri.

berhubungan
dengan anoreksia,

Dengan Hasil : Klien tidak mual lagi

akibat toksin bakteri 2. Mengauskultasikan bunyi usus. Observasi atau palpasi

dan rasa sputum

distensi abdomen.
Dengan Hasil: tidak terdapat bising usus
3. Memberikan makan dengan porsi kecil dan sering

termasuk dengan makan kering (roti panggang) dan


makanan yang menarik untuk pasien.

Dengan Hasil: Klien menghabiskan makanan 1 porsi


penuh

4. Mengevaluasikan status nutrisi umum, ukuran berat


badan dasar.
Dengan Hasil: BB = 62 Kg

o
o
o

A:

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh agen
infeksius. Pneumonia dapat menjadi suatu infeksi yang serius dan mengancam nyawa. Ini adalah
benar terutama pada orang-orang tua, anak-anak, dan mereka yang mempunyai persolan-persoalan
medis lain yang serius, seperti COPD, penyakit jantung, diabetes, dan kanker-kanker tertentu.
Untungnya, dengan penemuan dari banyak antibiotik-antibiotik yang kuat, kebanyakan kasus-kasus

dari pneumonia dapat dirawat dengan sukses. Etiologi dari pneumonia paling umum ditemukan
adalah disebabkan karena bakteri streptococcus. Dan yang lebih banyak resiko terserang pneumonia
adalah orang tua, karena banyak sekali orang tua terdapat riwayat merokok.

B. Saran
Disarankan kepada penderita pneumonia untuk menghindari faktor pencetus dan resiko yang
bisa mengakibatkan penyakit bertambah parah. Penderita pneumonia disarankan untuk menghindari
merokok, tidak meminum minuman yang mengandung alkohol, dan menerapkan pola hidup sehat

DAFTAR PUSTAKA

Arief Mansjoer. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. EGC : Jakarta.


Bare Brenda G, Smeltzer Suzan C. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8, Vol. 1, EGC, Jakarta.
Doenges, Marilynn, E. dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. EGC, Jakarta
Jeremy, dkk. 2005. At a Glance Sistem Respirasi, Edisi 2. Erlangga : Jakarta
Price Anderson Sylvia, Milson McCarty Covraine. 2005. Patofisiologi Jilid 2, Edisi 4. EGC : Jakarta.
.

laporan pendahuluan PNEUMONIA

DEFINISI PNEUMONIA

Pneumonia merupakan peradangan akut parenkim paru yang biasanya berasal dari
suatu infeksi. (Price, 1995)
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus
terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan menimbulkan gangguan pertukaran gas setempat. (Zul,
2001)
Bronkopneumonia digunakan untuk menggambarkan pneumonia yang mempunyai pola
penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi didalam bronki
dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. Pada bronko pneumonia
terjadi konsolidasi area berbercak. (Smeltzer,2001).
KLASIFIKASI PNEUMONIA

Klasifikasi menurut Zul Dahlan (2001) :


1.
Berdasarkan ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas :
1.
Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris dengan
opasitas lobus atau lobularis.
2.
Pneumonia atipikal, ditandai gangguan respirasi yang meningkat lambat
dengan gambaran infiltrat paru bilateral yang difus.
2.
Berdasarkan faktor lingkungan :
1.
Pneumonia komunitas
2.
Pneumonia nosokomial
3.
Pneumonia rekurens
4.
Pneumonia aspirasi
5.
Pneumonia pada gangguan imun
6.
Pneumonia hipostatik
3.
Berdasarkan sindrom klinis :
1.
Pneumonia bakterial berupa : pneumonia bakterial tipe tipikal yang terutama
mengenai parenkim paru dalam bentuk bronkopneumonia dan pneumonia lobar serta
pneumonia bakterial tipe campuran atipikal yaitu perjalanan penyakit ringan dan jarang
disertai konsolidasi paru.
2.
Pneumonia non bakterial, dikenal pneumonia atipikal yang disebabkan
Mycoplasma, Chlamydia pneumoniae atau Legionella.
Klasifikasi berdasarkan Reeves (2001) :
1.
Community Acquired Pneunomia dimulai sebagai penyakit pernafasan umum dan
bisa berkembang menjadi pneumonia. Pneumonia Streptococal merupakan organisme
penyebab umum. Tipe pneumonia ini biasanya menimpa kalangan anak-anak atau
kalangan orang tua.

2.
Hospital Acquired Pneumonia dikenal sebagai pneumonia nosokomial. Organisme
seperti ini aeruginisa pseudomonas. Klibseilla atau aureus stapilococcus, merupakan
bakteri umum penyebab hospital acquired pneumonia.
3.
Lobar dan Bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi infeksi.
Sekarang ini pneumonia diklasifikasikan menurut organisme, bukan hanya menurut
lokasi anatominya saja.
4.
Pneumonia viral, bakterial dan fungi dikategorikan berdasarkan pada agen
penyebabnya, kultur sensifitas dilakukan untuk mengidentifikasikan organisme perusak.
ETIOLOGI PNEUMONIA

1.
Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram posifif
seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis. Bakteri
gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.
2.
Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus.
3.
Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan
udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah
serta kompos.
4.
Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya menjangkiti
pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2001)

PATHWAYS PNEUMONIA

MANIFESTASI KLINIS PNEUMONIA

Manifestasi klinis dari bronkopneumonia adalah antara lain:


1.
1.
2.
3.
2.

Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan


Nyeri pleuritik
Nafas dangkal dan mendengkur
Takipnea
Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi

1.
Mengecil, kemudian menjadi hilang
2.
Krekels, ronki, egofoni
3.
Gerakan dada tidak simetris
4.
Menggigil dan demam 38,8 C sampai 41,1C, delirium
5.
Diaforesis
6.
Anoreksia
7.
Malaise
8.
Batuk kental, produktif
1.
Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan atau
berkarat
9.
Gelisah
10. Cyanosis
1.
Area sirkumoral
2.
Dasar kuku kebiruan
11.
Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati
PEMERIKSAAN PENUNJANG PNEUMONIA

1.
Sinar x : mengidentifikasi distribusi struktural; dapat juga menyatakan abses
luas/infiltrat, empiema(stapilococcus); infiltrasi menyebar atau terlokalisasi (bakterial);
atau penyebaran /perluasan infiltrat nodul (virus). Pneumonia mikoplasma sinar x dada
mungkin bersih.
2.
Analisa Gas Darah (Analisa Gas Darah) : tidak normal mungkin terjadi, tergantung
pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada.
3.
Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : diambil dengan biopsi jarum,
aspirasi transtrakeal, bronkoskopifiberotik atau biopsi pembukaan paru untuk mengatasi
organisme penyebab.
4.
JDL : leukositosis biasanya ada, meski sel darah putih rendah terjadi pada infeksi
virus, kondisi tekanan imun memungkinkan berkembangnya pneumonia bakterial.
5.
Pemeriksaan serologi : titer virus atu legionella, aglutinin dingin.
6.
LED : meningkat
7.
Pemeriksaan fungsi paru : volume ungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar);
tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain menurun, hipoksemia.
8.
Elektrolit : natrium dan klorida mungkin rendah
9.
Bilirubin : mungkin meningkat
10. Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka :menyatakan intranuklear tipikal dan
keterlibatan sitoplasmik(CMV) (Doenges, 1999)
PENATALAKSANAAN PNEUMONIA

1.
Kemoterapi
Pemberian kemoterapi harus berdasarkan pentunjuk penemuan kuman penyebab infeksi
(hasil kultur sputum dan tes sensitivitas kuman terhadap antibodi). Bila penyakitnya
ringan antibiotik diberikan secara oral, sedangkan bila berat diberikan secara parenteral.
Apabila terdapat penurunan fungsi ginjal akibat proses penuaan, maka harus diingat
kemungkinan penggunaan antibiotik tertentu perlu penyesuaian dosis (Harasawa, 1989).

2.
Pengobatan Umum
1.
Terapi Oksigen
2.
Hidrasi
Bila ringan hidrasi oral, tetapi jika berat hidrasi dilakukan secara parenteral
3.
Fisioterapi
Penderita perlu tirah baring dan posisi penderita perlu diubah-ubah untuk menghindari
pneumonia hipografik, kelemahan dan dekubitus.
PENGKAJIAN DATA PNEUMONIA

1.
Aktivitas / istirahat
1.
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
2.
Tanda : Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas
2.
Sirkulasi
1.
Gejala : riwayat gagal jantung kronis
2.
Tanda : takikardi, penampilan keperanan atau pucat
3.
Integritas Ego
1.
Gejala : banyak stressor, masalah finansial
4.
Makanan / Cairan
1.
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual / muntah, riwayat DM
2.
Tanda : distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan turgor
buruk, penampilan malnutrusi
5.
Neurosensori
1.
Gejala : sakit kepala bagian frontal
2.
Tanda : perubahan mental
6.
Nyeri / Kenyamanan
1.
Gejala : sakit kepala, nyeri dada meningkat dan batuk, myalgia, atralgia
7.
Pernafasan
1.
Gejala : riwayat PPOM, merokok sigaret, takipnea, dispnea, pernafasan
dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal
2.
Tanda : sputum ; merah muda, berkarat atau purulen
3.
Perkusi ; pekak diatas area yang konsolidasi, gesekan friksi pleural
4.
Bunyi nafas : menurun atau tak ada di atas area yang terlibat atau nafas
Bronkial
5.
Framitus : taktil dan vokal meningkat dengan konsolidasi
6.
Warna : pucat atau sianosis bibir / kuku
8.
Keamanan
1.
Gejala : riwayat gangguan sistem imun, demam
2.
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan, mungkin
pada kasus rubela / varisela
9.
Penyuluhan
1.
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis

RENCANA KEPERAWATAN Askep PNEUMONIA

I.
1.
1.

Diagnosa Perawatan : Kebersihan jalan nafas tidak efektif


Dapat dihubungkan dengan :
Inflamasi trakeobronkial, pembentukan oedema, peningkatan
produksi sputum
2.
Nyeri pleuritik
3.
Penurunan energi, kelemahan
2.
Kemungkinan dibuktikan dengan :
1.
Perubahan frekuensi kedalaman pernafasan
2.
Bunyi nafas tak normal, penggunaan otot aksesori
3.
Dispnea, sianosis
4.
Batuk efektif/tidak efektif dengan/tanpa produksi sputum
3.
Kriteria Hasil :
1.
Menunjukkan perilaku mencapai kebersihan jalan nafas
2.
Menunjukkan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih, tak ada
dispnea atau sianosis
4.
Intervensi Keperawatan :
1.
Mandiri
1.
Kaji frekuensi / kedalaman pernafasan dan gerakan dada
2.
Auskultasi paru, catat area penurunan/tak ada aliran udara dan
bunyi nafas tambahan (krakles, mengi)
3.
Bantu pasien untuk batuk efektif dan nafas dalam
4.
Penghisapan sesuai indikasi
5.
Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari
2.
Kolaborasi
1.
Bantu mengawasi efek pengobatan nebulizer dan fisioterapi
lain
2.
Berikan obat sesuai indikasi : mukolitik, ekspektoran,
bronkodilator, analgesik
3.
Berikan cairan tambahan
4.
Awasi seri sinar X dada, Analisa Gas Darah, nadi oksimetri
5.
Bantu bronkoskopi / torakosintesis bila diindikasikan
II.
Diagnosa Perawatan : Kerusakan pertukaran gas
1.
Dapat dihubungkan dengan :
1.
Perubahan membran alveolar kapiler (efek inflamasi)
2.
Gangguan kapasitas oksigen darah
2.
Kemungkinan dibuktikan oleh :
1.
Dispnea, sianosis
2.
Takikardi
3.
Gelisah/perubahan mental
4.
Hipoksia

3.
1.

Kriteria Hasil :
Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan
Analisa Gas Darah dalam rentang normal dan tak ada gejala distress pernafasan
2.
Berpartisipasi pada tindakan untuk memaksimalkan oksigen
4.
Intervensi Keperawatan :
1.
Kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernafas
2.
Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku
3.
Kaji status mental
4.
Awasi status jantung/irama
5.
Awasi suhu tubuh, sesui indikasi. Bantu tindakan kenyamanan untuk
menurunkan demam dan menggigil
6.
Pertahankan istirahat tidur
7.
Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam
dan batuk efektif
8.
Kaji tingkat ansietas. Dorong menyatakan masalah/perasaan.
9.
Berikan terapi oksigen dengan benar
10.
Awasi Analisa Gas Darah
III.
Diagnosa Perawatan : Pola nafas tidak efektif
1.
Dapat dihubungkan dengan :
1.
Proses inflamasi
2.
Penurunan complience paru
3.
Nyeri
2.
Kemungkinan dibuktikan oleh :
1.
Dispnea, takipnea
2.
Penggunaan otot aksesori
3.
Perubahan kedalaman nafas
4.
Analisa Gas Darah abnormal
3.
Kriteria Hasil :
1.
Menunjukkan pola pernafasan normal/efektif dengan Analisa Gas
Darah dalam rentang normal
4.
Intervensi Keperawatan :
1.
Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada
2.
Auskultasi bunyi nafas
3.
Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi
4.
Observasi pola batuk dan karakter sekret
5.
Dorong/bantu pasien nafas dalam dan latihan batuk efektif
6.
Berikan Oksigen tambahan
7.
Awasi Analisa Gas Darah
IV.
Diagnosa Perawatan : Peningkatan suhu tubuh
1.
Dapat dihubungkan dengan :
1.
Proses infeksi

2.
Kemungkinan dibuktikan oleh :
1.
Demam, penampilan kemerahan
2.
Menggigil, takikardi
3.
Kriteria Hasil :
1.
Pasien tidak memperlihatkan tanda peningkatan suhu tubuh
2.
Tidak menggigil
3.
Nadi normal
4.
Intervensi Keperawatan :
1.
Obeservasi suhu tubuh (4 jam)
2.
Pantau warna kulit
3.
Lakukan tindakan pendinginan sesuai kebutuhan
4.
Berikan obat sesuai indikasi : antipiretik
5.
Awasi kultur darah dan kultur sputum, pantau hasilnya setiap hari
V.
Diagnosa Perawatan : Resiko tinggi penyebaran infeksi
1.
Dapat dihubungkan dengan :
1.
Ketidakadekuatan pertahanan utama
2.
Tidak adekuat pertahanan sekunder (adanya infeksi, penekanan
imun)
2.
Kemungkinan dibuktikan oleh :
1.
Tidak dapat diterapkan tanda-tanda dan gejala-gejala membuat
diagnosa aktual
3.
Kriteria Hasil :
1.
Mencapai waktu perbaikan infeksi berulang tanpa komplikasi
2.
Mengidentifikasikan intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko
infeksi
4.
Intervensi Keperawatan :
1.
Pantau Tanda-tanda Vital
2.
Anjurkan klien memperhatikan pengeluaran sekret dan melaporkan
perubahan warna jumlah dan bau sekret
3.
Dorong teknik mencuci tangan dengan baik
4.
Ubah posisi dengan sering
5.
Batasi pengunjung sesuai indikasi
6.
Lakukan isolasi pencegahan sesuai individu
7.
Dorong keseimbangan istirahat adekuat dengan aktivitas sedang.
8.
Berikan antimikrobal sesuai indikasi
VI.
Diagnosa Perawatan : Intoleransi aktivitas
1.
Dapat dihubungkan dengan :
1.
Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
2.
Kelemahan, kelelahan
2.
Kemungkinan dibuktikan dengan :
1.
Laporan verbal kelemahan, kelelahan dan keletihan

2.
3.
4.
3.
1.

Dispnea, takipnea
Takikardi
Pucat / sianosis
Kriteria Hasil :
Melaporkan / menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas
yang dapat diukur dengan tak adanya dispnea, kelemahan berlebihan dan Tanda-tanda
Vital dalam rentang normal
4.
Intervensi Keperawatan :
1.
Evaluasi respon klien terhadap aktivitas
2.
Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung
3.
Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan
perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat
4.
Bantu pasien memilih posisi yang nyaman untuk istirahat / tidur
5.
Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan
VII.
Diagnosa Perawatan : Nyeri
1.
Dapat dihubungkan dengan :
1.
Inflamasi parenkim paru
2.
Reaksi seluler terhadap sirkulasi toksin
3.
Batuk menetap
2.
Kemungkinan dibuktikan dengan :
1.
Nyeri dada
2.
Sakit kepala, nyeri sendi
3.
Melindungi area yang sakit
4.
Perilaku distraksi, gelisah
3.
Kriteria Hasil :
1.
Menyebabkan nyeri hilang / terkontrol
2.
Menunjukkan rileks, istirahat / tidur dan peningkatan aktivitas dengan
cepat
4.
Intervensi Keperawatan :
1.
Tentukan karakteristik nyeri
2.
Pantau Tanda-tanda Vital
3.
Ajarkan teknik relaksasi
4.
Anjurkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama
episode batuk.
VIII.
Diagnosa Perawatan : Resti nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
1.
Dapat dihubungkan dengan :
1.
Peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan
proses infeksi
2.
Anoreksia distensi abdomen
2.
Kriteria Hasil :
1.
Menunjukkan peningkatan nafsu makan

2.
3.
1.
2.
3.
4.
5.
IX.
1.
1.

Berat badan stabil atau meningkat


Intervensi Keperawatan :
Indentifikasi faktor yang menimbulkan mual atau muntah
Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin
Auskultasi bunyi usus
Berikan makan porsi kecil dan sering
Evaluasi status nutrisi
Diagnosa Perawatan : Resti kekurangan volume cairan
Faktor resiko :
Kehilangan cairan berlebihan (demam, berkeringan banyak,
hiperventilasi, muntah)
2.
Kriteria Hasil :
1.
Balance cairan seimbang
2.
Membran mukosa lembab, turgor normal, pengisian kapiler cepat
3.
Intervensi Keperawatan :
1.
Kaji perubahan Tanda-tanda Vital
2.
Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa
3.
Catat laporan mual / muntah
4.
Pantau masukan dan keluaran, catat warna, karakter urine
5.
Hitung keseimbangan cairan
6.
Asupan cairan minimal 2500 / hari
7.
Berikan obat sesuai indikasi ; antipirotik, antiametik
8.
Berikan cairan tambahan IV sesuai keperluan
X.
Diagnosa Perawatan : Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan
tindakan
1.
Dapat dihubungkan dengan :
1.
Kurang terpajan informasi
2.
Kurang mengingat
3.
Kesalahan interpretasi
2.
Kemungkinan dibuktikan oleh :
1.
Permintaan informasi
2.
Pernyataan kesalahan konsep
3.
Kesalahan mengulang
3.
Kriteria Hasil :
1.
Menyatakan permahaman kondisi proses penyakit dan pengobatan
2.
Melakukan perubahan pola hidup
4.
Intervensi Keperawatan :
1.
Kaji fungsi normal paru
2.
Diskusikan aspek ketidakmampuan dari penyakit, lamanya
penyembuhan dan harapan kesembuhan

3.
4.
5.

Berikan dalam bentuk tertulis dan verbal


Tekankan pentingnya melanjutkan batuk efektif
Tekankan perlunya melanjutkan terapi antibiotik selama periode yang
dianjurkan.
DAFTAR PUSTAKA

1.
Doenges, Marilynn (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakata : EGC.
2.
Lackmans (1996). Care Principle and Practise Of Medical Surgical Nursing,
Philadelpia : WB Saunders Company.
3.
Pasiyan Rahmatullah (1999), Geriatri : Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Editor : R.
Boedhi Darmoso dan Hadi Martono, Jakarta, Balai Penerbit FKUI
4.
Reevers, Charlene J, et all (2000). Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta :
Salemba Medica.
5.
Smeltzer SC, Bare B.G (2000). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume I,
Jakarta : EGC
6.
Suyono, (2000). Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II, Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Anda mungkin juga menyukai