TINJAUAN PUSTAKA
Mempersiapkan peran ibu agar masa nifas berjalan normal dan mempersiapkan ibu
agar dapat memberikan ASI secara eksklusif.
f.
Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi, agar dapat
tumbuh kembang secara normal.
g.
Toxoid (TT), pemberian tablet tambah darah/tablet besi (Fe), serta pemeriksaan laboratorium
(rutin dan khusus), tatalaksana kasus, dan temu wicara efektif (Kemenkes, 2013).
yang ditetapkan oleh Depkes (2007), yaitu tentang frekuensi kunjungan sebaiknya dilakukan
paling sedikit empat kali selama kehamilan, dengan ketentuan waktu sebagai berikut:
a. Minimal 1 (satu) kali kunjungan selama trimester pertama (< 14 minggu) = K1.
b. Minimal 1 (satu) kali pada trimester kedua (antara minggu ke 14-28) = K2.
c.
Minimal 2 (dua) kali pada trimester ketiga (antara minggu ke 28-36 dan sesudah
minggu ke 36) = K3 dan K4. Apabila terdapat kelainan atau penyulit kehamilan
seperti mual, muntah, keracunan kehamilan, perdarahan, kelainan letak dan lain-lain,
frekuensi pemeriksaan disesuaikan dengan kebutuhan.
Standar waktu pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin terhadap perlindungan
ibu hamil dan janin, berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan, dan penanganan dini
komplikasi kehamilan (Kemenkes RI, 2013).
2.1.8 Pelaksana dan Tempat Pelayanan Antenatal
Pelayanan kegiatan antenatal terdapat dari tenaga medis yaitu dokter umum dan
dokter spesialis dan tenaga paramedik yaitu bidan, perawat yang sudah mendapat pelatihan.
Pelayanan antenatal dapat dilaksanakan di puskesmas, puskesmas pembantu, posyandu, bidan
praktik swasta, polindes, rumah sakit bersalin, dan rumah sakit umum (Padila, 2014).
antenatal sesuai dengan standar, paling sedikit empat kali di suatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu (Kemenkes RI, 2010).
4. Membantu pegawai menjadi lebih mandiri dan tidak bergantung pada intervensi
manajemen, sehingga akan mengurangi keterlibatan pimpinan dalam pelaksanaan
proses sehari-hari.
5. Meningkatkan akuntibilitas pelaksanaan tugas.
6. Menciptakan ukuran standar kinerja yang akan memberikan pegawai cara konkrit
untuk memperbaiki kinerja serta membantu mengevaluasi usaha yang telah dilakukan.
7. Memastikan pelaksanaan tugas penyelenggaraan pemerintahan dapat berlangsung
dalam berbagai situasi.
8. Memberikan informasi mengenai kualifikasi kompetensi yang harus dikuasai oleh
pegawai dalam melaksanakan tugasnya.
9. Memberikan informasi dalam upaya peningkatan kompetensi pegawai.
10. Memberikan informasi mengenai beban tugas yang dipikul oleh seorang pegawai
dalam melaksanakan tugasnya.
2.2.3.Tujuan Standar Operasional Prosedur (SOP)
1. Agar petugas/pegawai menjaga konsistensi dan tingkat kinerja petugas/pegawai atau
tim dalam organisasi atau unit kerja.
2. Agar mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi dalam organisasi.
3. Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari petugas/pegawai terkait.
4. Melindungi organisasi/unit kerja dan petugas/pegawai dari malpraktek atau kesalahan
administrasi lainnya.
5. Untuk menghindari kegagalan/kesalahan, keraguan, duplikasi, dan inefisiensi.
2. Standar Operasional Prosedur (SOP) harus dapat menjadi pedoman yang terukur baik
mengenai norma waktu, hasil kerja yang tepat dan akurat, maupun rincian biaya
pelayanandan tatacara pembayaran bila diperlukan adanya biaya pelayanan.
3. Standar operasional prosedur (SOP) harus dapat memberikan kejelasan kapan dan
siapa yang harus melaksanakan kegiatan, berapa lama waktu yang dibutuhkan dan
sampai dimana tanggung jawab masing-masing pegawai/pejabat.
4. Standar Operasional Prosedur (SOP) harus sudah dirumuskan dan selalu bisa
menyesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan kebijakan yang berlaku.
5. SOP harus menggambarkan alur kegiatan yang mudah ditelusuri jika terjadi
hambatan.
2.2.6.Keuntungan adanya Standar Operasional Prosedur (SOP)
1. SOP yang baik akan menjadi pedoman bagi pelaksana, menjadi alat komunikasi dan
pengawasan dan menjadikan pekerjaan diselesaikan secara konsisten.
2. Para pegawai akan lebih memiliki percaya diri dalam bekerja dan tahu apa yang harus
dicapai dalam setiap pekerjaan.
3. SOP juga bisa dipergunakan sebagai salah satu alat trainning dan bisa digunakan
untuk mengukur kinerja pegawai.
Oleh karena itu diperlukan standar-standar operasi prosedur sebagai acuan kerja
secara sungguh-sungguh untuk menjadi sumber daya manusia yang profesional, handal
sehingga dapat mewujudkan visi dan misi puskesmas.
2.3 Standar Operasional Prosedur Antenatal Care Puskesmas Dumai Kota
1. Tujuan
2. Kebijakan
3. Ruanglingkup
4. Definisi
6. Diagram Alir
Mempersiapkan
lingkungan pasien di
kamar pasien
Melakukan anamnesa
lengkap
Menjelaskan hasil
pemeriksaan
Melakukan kolaborasi
rujukan internal
Melakukan
pemeriksaan fisik
Melakukan rujukan
eksternal bila ada Resiko
tinggi
Memberikanimmunisasi
TT &Tamblet Tambah
darah
pendidikan kesehatan
Petugas Melakukan
pencatatan
sesuai kebutuhan
Menjelaskan tanggal
kunjungan ulang
sesuai kebutuhan/
umur kehamilan
7. Referensi
8. DokumenTerkait
9. Distribusi
RM Elektronik
Buku Register Pasien KIA
Buku KIA
Kohort Ibu Hamil
Rujukan bila diperlukan
Puskesmas Dumai Kota