Trauma Psikososial pada dewasa

Psikososial :
Adalah setiap perubahan dalam kehidupan individu, baik yang bersifat psikologik
maupun sosial yang mempunyai pengaruh timbal balik.
Masalah-masalah psikososial :
Adalah masalah kejiwaan dan kemasyarakatan yang mempunyai pengaruh timbal
balik, sebagai akibat terjadinya perubahan sosial dan atau gejolak sosial dalam masyarakat
yang dapat menimbulkan gangguan jiwa.
INTERVENSI PSIKOSOSIAL

Intervensi Krisis (crisis intervention),

Advokasi,
Mediasi,
Defusing dan Debriefing
CISD atau critical incident stress debriefing
Konseling grief dan Konseling Trauma
Eye Movement Desensitization and Reprocessing (EMDR)
Thought Field Therapy (TFT)
Traumatic Incident Reduction (TIR)
Visual/Kinesthetic Dissociation (VKD)

Pemulihan Trauma Psikososial

Ketika berbicara tentang pemulihan psikososial, maka yang dimaksud adalah
pemulihan yang menekankan hubungan dinamis antara dimensi psikologis dan dimensidimensi sosial dalam arti luas. Hal yang tak dapat dilepas dalam dimensi sosial ini adalah
hal-hal yang terkait dengan aspek ekonomi, budaya, politik dan sebagainya. Penderitaan dan
luka psikologis yang dialami individu dan masyarakat memiliki kaitan erat dengan kondisi
sosial yang melingkupinya. Karenanya penanganannya pun harus bersifat menyeluruh.
Pemulihan, Tujuan dan Hasil yang Diharapkan
Pemulihan dapat diartikan sebagai suatu proses untuk mengembalikan individu,
keluarga, kelompok atau masyarakat agar setelah suatu persitiwa traumatis yang terjadi dapat
secara

kolektif menjadi kuat, berfungsi optimal dan memiliki ketangguhan dalam

menghadapi masalah, sehingga menjadi masyarakat yang produktif dan berdaya. Pada saat
seorang pulih, orang tersebut akan menyadari bahwa gejala-gejala yang dialami setelah
peristiwa traumatis tersebut berkurang, tidaklah separah yang dialami sebelumnya dan tidak
menganggunya seperti pada saat awal ia merasakan gejala-gejala tersebut. Ia juga mulai

menghayati keberdayaan, termotivasi untuk melakukan langkah-langkah tertentu yang positif

bagi kehidupan orang-orang lain disekitarnya;

Dapat mengingat peristiwa traumatis yang pernah dialami tanpa harus sedemikian

terganggu saat mengingat atau menceritakannya

Dengan demikian peristiwa traumatis telah mulai diintegrasikan sebagai pengalaman
hidup yang harus diterima, tidak ditolak dari kesadaran. Pengalaman tidak terputus

dari konteks nyata kekinian

Dengan demikian pula, gejala-gejala yang memperlihatkan bagaimana pengalaman
traumatis yang mencengkram pikiran dan penghayatan menjadi berkurang. Individu
tidak lagi, atau sangat berkurang dalam mengalami kilasan ingatan-ingatan buruk,
mimpi-mimpi buruk, kilas balik yang mengerikan dan hal-hal yang menjadi pengingat

kejadian buruk yang menimbulkan kesedihan

Perasaan-perasaan mengenai peristiwa yang traumatis tersebut dapat diceritakan
sebagai suatu hal yang memang terjadi tanpa adanya penumpulan perasaan sebagai

bentuk pertahanan diri

Tidak terisolasi dari orang-orang lain tetapi telah kembali memiliki kapasitas

bersosisalisasi, telah tumbuh kepercayaan dan keterikatan dengan orang-orang lain

Merasa menemukan kembali kekuatan diri, merasa telah melewati tahap sakit dan
luka. Berbagai situasi dan penghayatan negatif yang terjadi telah diidentifikasi,

diolah, diterima, diselesaikan.

Tidak lagi menyalahkan diri, dapat menerima diri apa adanya dengan segala

pengalaman yang ada, mulai tumbuh penghargaan terhadap diri sendiri

Lebih merasa nyaman dengan semua perasaan; baik perasaan negatif, positif maupun

hal yang bersifat netral.

Memiliki komitmen untuk masa depan dan merasa bertanggung jawab atas hidup.

Sumber:
http://ina.propatria.or.id/download/Naskah%20Akademik/trauma%20healing_irma
%20martam.pdf
http://www.academia.edu/3421216/KESEHATAN_MENTAL_BENCANA_DISASTER_ME
NTAL_HEALTH_
http://sanctusit.blogspot.com/2010/07/stres-pasca-trauma.html