Anda di halaman 1dari 59

BAB I

PENDAHULUAN
Dalam

upaya

peningkatan

kualitas

perencanaan

program

kesehatan, dibutuhkan suatu upaya perencanaan yang dapat menghasilkan


rencana yang komprehensif dan holistik. Perencanaan kesehatan adalah
kegiatan yang penting untuk dilakukan di masa yang akan datang guna
menghadapi berbagai masalah dalam bidang kesehatan. Langkah-langkah
perencanaan pada dasarnya sama dengan alur pikir siklus pemecahan
masalah, langkah-langkah pokok yang perlu dilakukan adalah analisis
situasi, identifikasi masalah dan menetapkan prioritas, menetapkan tujuan,
melakukan analisis untuk memilih alternatif kegiatan terbaik, dan menyusun
rencana operasional.
Kegiatan untuk menentukan prioritas pada suatu masalah adalah
suatu proses yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan menggunakan
metode-metode tertentu untuk menentukan urutan masalah dari yang paling
penting sampai yang kurang penting. Penentuan prioritas masalah ini dinilai
oleh sebagian besar staf di bidang kesehatan sebagai inti proses
perencanaan. Langkah yang mengarah pada titik ini dapat dikatakan sebagai
suatu persiapan untuk keputusan penting dalam penetapan prioritas. Setelah
prioritas dari masalah telah ditetapkan, langkah berikutnya dapat dikatakan
merupakan gerakan progresif menuju pelaksanaan.
Masalah akan timbul apabila terdapat kesenjangan (gap) di antara
harapan dan kenyataan. Oleh karena itu, perumusan masalah yang baik
adalah suatu rumusan

yang jelas menyatakan adanya kesenjangan.

Kesenjangan tersebut dapat dikemukakan baik secara kualitatif maupun


kuantitatif. Identifikasi dan prioritas masalah kesehatan merupakan bagian
dari proses perencanaan yang harus dilaksanakan dengan baik dan
melibatkan seluruh unsur terkait, termasuk di dalamnya adalah masyarakat.
Dengan demikian, masalah yang akan ditanggulangi seyogyanya merupakan

masalah dari masyarakat, sehingga dalam pelaksanaan kegiatan untuk


menanggulangi masalah kesehatan yang ada, masyarakat dapat berperan
aktif didalamnya.
Penetapan prioritas dari sekian banyak masalah kesehatan di
masyarakat saat ini merupakan tugas yang penting dan semakin sulit untuk
dilakukan. Manajer kesehatan masyarakat sering dihadapkan pada masalah
yang semakin menekan dengan sumber daya yang semakin terbatas. Metode
untuk menetapkan prioritas secara adil, masuk akal, dan mudah dihitung
merupakan perangkat manajemen yang penting.
Dari berbagai masalah kesehatan yang diidentifikasi, ada beberapa
masalah kesehatan yang sangat penting untuk diatasi. Munculnya sejumlah
masalah dari analisis permasalahan secara simultan, yang nampaknya
mempunyai bobot permasalahan yang sama, menghadapkan pengambil
keputusan kepada pertanyaan, masalah manakah yang memerlukan
penanggulangan segera. Dalam menetapkan prioritas masalah ada beberapa
pertimbangan yang harus diperhatikan, yakni: besarnya masalah yang
terjadi, pertimbangan politik, persepsi masyarakat, bisa tidaknya masalah
tersebut diselesaikan.
Secara garis besar pemilihan prioritas masalah dapat dibagi menjadi
dua yaitu : Scoring Technique (Metode Penskoran) misal: metode Bryant,
MCUA (Multiple Criteria Utility Assesment Methode), metode USG,
metode CARL, PAHO, metode Hanlon dan metode teknik multi-voting
sedangkan Non Scoring Technique misalnya: metode Delbeque, metode
Delphi, metode estimasi beban kerugian, metode NGT, metode strategi
Grids, dan metode analisis ABC. Oleh karena itu, dalam makalah ini kami
akan membahas mengenai teknik-teknik menentukan prioritas masalah
tersebut.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Langkah-Langkah Sebelum Penentuan Prioritas Masalah
Masalah merupakan suatu kesenjangan antara apa yang
diharapkan (expected) dan apa yang aktual terjadi (observed).
Idealnya semua permasalahan yang timbul harus dicari jalan
keluarnya. Namun, karena keterbatasan sumber daya, dana, dan
waktu menyebabkan tidak semua permasalahan dapat dipecahkan
sekaligus, untuk itu perlu ditentukan masalah yang menjadi prioritas.
Setelah merumuskan masalah, maka dilanjutkan dengan menetapkan
prioritas masalah yang harus dipecahkan. Prioritas masalah
didapatkan dari data atau fakta yang ada secara kualitatif, kuantitatif,
subjektif, objektif serta adanya pengetahuan yang cukup.
Penetapan prioritas dinilai oleh sebagian besar manager
sebagai inti proses perencanaan. Langkah yang mengarah pada titik
ini, dapat dikatakan sebagai suatu persiapan untuk keputusan penting
dalam penetapan prioritas. Sekali prioritas ditetapkan, langkah
berikutnya dapat dikatakan merupakan gerakan progresif menuju
pelaksanaan. Dalam penentuan prioritas, aspek penilaian dan
kebijaksanaan banyak diperlukan bersama-sama dengan kecakapan
unik untuk mensintesis berbagai rincian yang relevan. Hal ini
merupakan bagian dari proses perencanaan yang biasanya dikatakan
paling naluriah. Namun, penetapan prioritas mungkin dapat jauh
lebih bermanfaat dibandingkan dengan langkah-langkah lain bila
dibuat eksplisit dan menjadi tindakan yang ditentukan secara jelas.
Keterampilan utama yang diperlukan dalam penentuan
prioritas adalah menyeimbangkan variabel-variabel yang memiliki
hubungan kuantitatif yang sangat berbeda dan dalam kenyataannya
terletak dalam skala dimensional yang berbeda pula. Terlalu sering

kesalahan timbul akibat memberikan penekanan terlalu banyak pada


satu dimensi. Seorang ahli epidemiologi cenderung untuk menilai
penetapan prioritas terutama sebagai suatu masalah penentuan
mortalitas dan mortabiditas relatif dari masalah-masalah kesehatan
tertentu. Pendekatan ini dipakai secara berlebihan dalam versi
pertama Metode Amerika Latin dalam perencanaan kesehatan.
Ilmuwan sosial, politikus, dan masyarakat umum cenderung
memandang penetapan prioritas sebagai suatu tanggapan atas
perasaan populer mengenai hal-hal yang penting. Bagi mereka
pertimbangan-pertimbangan yang penting adalah : Pertama, apa
yang diinginkan masyarakat untuk dilakukan dan yang kedua adalah
program kesehatan yang dapat diterima. Para administrator
cenderung mengkaji prioritas terutama dalam hubungannya dengan
yang disebut oleh metode perencanaan kesehatan Amerika Latin
sebagai

kerawanan

Perhatiannya
mengendalikan

ada

masalah-masalah

pada

ketersediaan

penyakit-penyakit

atau

kesehatan
metode

tertentu.

teknis

kondisi-kondisi

untuk
yang

memerlukan perhatian.
Keterbatasan paling serius di Negara berkembang yang
bahkan mungkin seringkali lebih berat dari pada kerangka kerja
administratif untuk menyediakan pelayanan dan personil yang
diperlukan. Para ekonom memberi penekanan khusus pada biaya.
Hal ini biasanya merupakan kendala akhir yang menentukan apa
yang akan dilakukan, ongkos-ongkos relatif berbagai program
pengendalian harus diseimbangkan. Kebijakan penting dalam
menyeimbangkan ongkos perencanaan kesehatan umumnya adalah
menyediakan pelayanan kesehatan ke masyarakat secara maksimum
dari pada memberikan pelayanan dengan mutu tertinggi kepada
sekelompok kecil masyarakat.
Perencanaan kesehatan harus mengembangkan keterampilan
dalam semua disiplin ilmu yang diperlukan agar dapat melakukan

pendekatan perencanaan yang seimbang. Yang terutama diperlukan


adalah indeks-indeks tertentu yang valid di dalam informasi baik
kualitatif maupun kuantitatif yang digunakan dalam penilaian ini.
Tanpa

mengindahkan

semua

usaha

pada

pengukuran

dan

pengelompokkan khusus, si perencana pada akhirnya harus


bersandar pada elemen-elemen kebijaksanaan yang tak pasti
berdasarkan pengalaman atau evaluasi rencana-rencana sebelumnya
dalam membuat keputusan akhir.
Dalam penentuan prioritas,

aspek

kebijaksanaan

bersama-sama

banyak

diperlukan

penilaian

dan

dengan

kecakapan unik untuk mensintesis berbagai rincian yang relevan.


Namun, penetapan prioritas mungkin dapat jauh lebih bermanfaat
dibandingkan dengan langkah-langkah lain bila dibuat eksplisit dan
menjadi tindakan yang ditentukan secara jelas. Keterampilan utama
yang diperlukan dalam penentuan prioritas adalah menyeimbangkan
variabel-variabel yang memiliki hubungan kuantitatif yang sangat
berbeda dan dalam kenyataannya terletak dalam skala dimensional
yang berbeda pula sehingga mengurangi terjadinya kesalahan timbul
akibat

memberikan

penekanan

terlalu

banyak

pada

satu

dimensi.
Terdapat perbedaan dari cara penetepan prioritas pada
seorang ahli epidemiologi, administrator dan ahli hukum. Seorang
ahli epidemiologi cenderung untuk menilai penetapan prioritas
terutama

sebagai

suatu

masalah

penentuan

mortalitas

dan

mortabiditas relatif dari masalah-masalah kesehatan tertentu.


Pendekatan ini dipakai secara berlebihan dalam versi pertama
Metode Amerika Latin dalam perencanaan kesehatan. Para
administrator

cenderung

mengkaji

prioritas

terutama

dalam

hubungannya dengan yang disebut oleh metode perencanaan


kesehatan

Amerika

Latin

sebagai

kerawanan

masalah-

masalah kesehatan tertentu. Perhatiannya ada pada ketersediaan


metode teknis untuk mengendalikan penyakit-penyakit atau kondisi5

kondisi yang memerlukan perhatian. Sedangkan para ekonom


memberi penekanan khusus pada biaya. Hal ini biasanya merupakan
kendala akhir yang menentukan apa yang akan dilakukan. Kebijakan
penting dalam menyeimbangkan ongkos perencanaan kesehatan
umumnya adalah menyediakan pelayanan kesehatan ke masyarakat
secara maksimum dari pada memberikan pelayanan dengan mutu
tertinggi kepada sekelompok kecil masyarakat.
Agar dapat melakukan pendekatan perencanaan yang
seimbang maka perencanaan kesehatan harus mengembangkan
keterampilan dalam semua disiplin ilmu. Yang terutama diperlukan
adalah indeks-indeks tertentu yang valid di dalam informasi baik
kualitatif maupun kuantitatif yang digunakan dalam penilaian ini.
Perencana harus bersandar pada elemen-elemen kebijaksanaan yang
tak pasti berdasarkan pengalaman atau evaluasi rencana-rencana
sebelumnya dalam membuat keputusan akhir.
II.1.1 Analisis Situasi
Dalam melakukan analisis situasi, kita akan dihadapkan
dengan informasi yang akan mencerminkan dari masalah-masalah
yang berada di lapangan. Masalah yang kerap terjadi di sini adalah
orang terbiasa dengan informasi rutin untuk pelaporan. Mereka
biasa memahami maksud dari data selain berkaitan dengan target
kegiatan. Data terbiasa dipakai untuk mengukur hasil. Padahal data
bisa digunakan untuk memahami lebih jauh tentang apa yang tidak
beres dengan program. Data tentang proses dalam program itu
tidak tersedia sehingga seorang menjadi tumpul. Manajer
kesehatan memasukkan informasi yang mereka miliki ke dalam
tabel. Jika tidak ada data, mereka diminta memasukkan indikator
yang biasa mencerminkan kegiatan atau hasil dari elemen program
kesehatan. Yang penting adalah Manager kesehatan bisa memilahmilah mana yang harus ia masukkan ke dalam kolom status
kesehatan, pelayanan kesehatan, dan masyarakat.
6

Fasilitator menelaah semua data yang tersedia untuk


menilai kegunaannya dalam menganalisis dan menguraikan
masalah kesehatan, termasuk menyangkut kelengkapan dan
relevansinya. Ia harus menjelaskan cara membuat analisis situasi
dan indikator-indikator yang dapat digunakan, dan meminta peserta
mendiskusikan data tambahan baik secara kualitatif dan kuantitatif
untuk menyempurnakan penetapan masalah.
Penggunaan tabel harus bisa memberikan informasi
mengenai apakah suatu daerah mempunyai masalah. Tabel dapat
membantu kita mengidentifikasi masalah-masalah dan menetapkan
agenda. Tabel juga membantu kita membedakan apakah masalah
tersebut termasuk sektor kesehatan, atau bukan. Ada banyak cara
menyajikan informasi dalam bentuk tabel analisis situasi.
Tabel di bawah ini adalah contoh untuk membedakan
indikator dua daerah. Dalam tersebut terlihat jelas, untuk masingmasing kondisi, dicantumkan indikator untuk tahun pada saat
program dibuat dan keadaan yang ingin dicapat pada beberapa
tahun berikutnya. Tidak ada kepastian berapa tahun yang akan kita
gunakan untuk membuat target dari kegiatan kita. Ini sama sekali
tergantung pada siklus perencanaan. Jika kita bekerja untuk bupati
yang berganti tiap 5 tahun, maka barangkali lebih tepat kita
mencantumkan jangka harapan 5 tahun. Tetapi dapat pula terjadi
dikaitkan dengan masa kerja kepala dinas atau apa saja yang
membuat kita ingin mengerjakan sesuatu karena ingin mencapai
keadaan tertentu dalam waktu tertentu.

Contoh Tabel yang Membedakan Indikator Dua Daerah


Status Kesehatan

Status Pelayanan

Kondisi Penyulit

Kesehatan
Indikator

Daerah 1

Daerah 2

Indikator

Daerah 1

Daerah 2

Indikator

Daerah 1

Daerah 2

Kita dapat menggunakan beberapa pola lain yang


mungkin lebih sesuai dengan kondisi otonomi daerah. Satu tabel
menekankan betapa penting arti sebuah indikator agar ia menjadi
agenda dalam perencanaan. Bukan mencantumkan tahun akan
datang, tabel ini membandingkan keadaan saat ini dengan keadaan
di masa lampau. Jika keadaan di masa sekarang menjadi lebih
buruk dibanding yang lalu, maka keadaan itu pantas dicatat sebagai
masalah yang penting.
Pengisian Kolom Tabel
Kita bisa menuliskan status kesehatan dengan apa saja yang
dianggap outcome yang dianggap masalah kesehatan pribadi supaya kita
dapat meninjau masalah-masalah kesehatan tersebut secara lebih mudah.
Apakah outcome ini berkaitan langsung dengan sistem kesehatan atau tidak,
Gunakan akal sehat ketika menuliskan sesuatu itu sebagai masalah
kesehatan. Sebagai contoh, gizi buruk bisa kerap dimasukkan sebagai status
kesehatan. Meskipun memang ada yang bisa dikerjakan oleh petugas
kesehatan berkenaan dengan gizi buruk, tetapi itu bisa lebih tepat sebagai
kelompok penyulit. Penyulit karena gizi buruk mencerminkan masalahmasalah distribusi makanan dan kemampuan keluarga mensuplai makanan
yang memadai kepada anak. Hal ini sudah menjadi pekerjaan kementerian
sosial dan kementerian pangan. Sistem pelayanan berisi apa saja yang

menjadi pekerjaan dinas kesehatan dan perangkatnya di daerah, termasuk


rumah sakit dan puskesmas.
Indikator
Indikator yang umum dipakai adalah angka insidensi, prevalensi,
rasio, dan rate yang biasanya diukur per 1000 hingga 100000 penduduk.
Angka-angka kejadian penyakit dan kematian per jumlah penduduk itu pada
masa lalu berguna untuk memperkirakan kejadian di tingkat nasional atau
provinsial. Kadang-kadang angka-angka dari bawah dibuat agar terdapat
angka nasional. Analisis biasanya dibuat pada level internasional. Bagi
pemerintah

pusat,

angka-angka

itu

menjadi

dasar

pengembangan

perencanaan dan pembiayaan program penyakit.


Dalam konteks desentralisasi, angka-angka tersebut tentu saja bisa
dijadikan pegangan bagi bupati untuk mengeluarkan dana untuk program
kesehatan. Tetapi perlu diingat bahwa angka-angka itu perlu dibuat pada
level yang mempunyai arti bagi satuan politik di masyarakat. Jika kita
memahami angka-angka itu berdasarkan kabupaten atau kota saja, maka kita
tidak bisa mengetahui di mana sebenarnya masalah itu terjadi. Jika kita bisa
membuat angka-angka itu per kecamatan, maka hal itu akan lebih berarti
bagi kepentingan pencegahan pada tingkat kecamatan.
Dalam kenyataannya tidak semua angka-angka mudah dipahami
pembuat keputusan di kabupaten. Bahkan terkadang angka-angka sulit
ditentukan karena penduduk yang menjadi dasar pembagi angka itu tidak
jelas dan kurang spesifik. Sebagai respon terhadap keadaan seperti itu, tidak
salah jika kita mencantumkan angka absolut. Keuntungan indikator di
tingkat kecamatan atau kelurahan dapat dijadikan sebagai indikator
kepentingan stakeholder. Permasalahan yang sering terjadi pada saat
penentuan indikator salah satunya adalah informasi yang tidak akurat, tetapi
selalu ada informasi lain yang mendekati dan berfungsi sebagai pengganti.
II.1.2 Identifikasi Masalah

Suatu perencanaan pada dasarnya merupakan bentuk


rancangan pemecahan masalah. Oleh karena itu langkah selanjutnya
dalam perencanaan kesehatan adalah mengidentifikasi masalahmasalah kesehatan. Sumber masalah kesehatan masyarakat dapat
diperoleh dari berbagai cara antara lain: laporan-laporan kegiatan
dari program-program kesehatan yang ada, surveilans epidemiologi
atau pemantauan penyebaran penyakit, survei kesehatan yang khusus
diadakan untuk memperoleh masukan perencanaan kesehatan, dan
hasil kunjungan lapangan supervisi. Dalam menemukan masalah
kesehatan diperlukan ukuran-ukuran. Ukuran-ukuran yang paling
lazim dipakai adalah angka kematian (mortalitas) dan angka
kesakitan (morbiditas). Masalah kesehatan harus diukur karena
terbatasnya sumber daya yang tersedia sehingga sumber daya yang
ada betul-betul dipergunakan untuk mengatasi masalah kesehatan
yang penting dan memang bisa diatasi.
Ada

cara

pendekatan

yang

dilakukan

dalam

mengidentifikasi masalah kesehatan, yakni:


1.

Pendekatan logis. Secara logis, identifikasi masalah kesehatan

dilakukan dengan mengukur mortalitas, morbiditas dan cacat yang


timbul dari penyakit-penyakit yang ada dalam masyarakat.
2. Pendekatan Pragmatis. Pada umumnya setiap orang ingin bebas
dari

rasa

sakit

dan

rasa

tidak

aman

yang

ditimbulkan

penyakit/kecelakaan. Dengan demikian ukuran pragmatis suatu


masalah gangguan kesehatan adalah gambaran upaya masyarakat
untuk memperoleh pengobatan, misalnya jumlah orangyang datang
berobat ke suatu fasilitas kesehatan.
3.

Pendekatan Politis. Dalam pendekatan ini, masalah kesehatan

diukur atas dasar pendapat


masyarakat.

10

orang-orang penting dalam suatu

Mengidentifikasi suatu masalah merupakan langkah pertama


yang di lakukan di dalam tahap analisis sistem. Masalah ini yang
terkadang menyebabkan sasaran dari sistem tidak dapat dicapai
seperti apa yang diharapkan. Oleh karena itu pada tahap analisis
sistem, langkah pertama yang harus dilakukan oleh analisis sistem
adalah mengidentifikasi terlebih dahulu masalah-masalah yang
terjadi.
Tugas-tugas yang harus di lakukannya adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi masalah
2. Mengidentifikasi penyebab masalah
3. Mengidentifikasi titik keputusan
4. Mengidentifikasi personil.
Untuk meningkatkan kinerja dan mutu perencanaan
program kesehatan, diperlukan suatu proses perencanaan yang
akan menghasilkan suatu rencana yang menyeluruh. Perencanaan
kesehatan adalah kegiatan yang perlu dilakukan di masa yang akan
datang, yang jelas tujuannya.
II.2 Prioritas Masalah
II.2.1 Langkah-Langkah Menentukan Prioritas Masalah
Penentuan terhadap masalah yang akan diteliti merupakan
tahap yang penting dalam melakukan penelitian, karena pada
hakikatnya seluruh proses penelitian yang dijalankan adalah untuk
menjawab

pertanyaan

yang

sudah

ditentukan

sebelumnya.

Menentukan masalah juga merupakan hal yang tidak mudah karena


tidak adanya panduan yang baku. Meskipun demikian, dengan latihan
dan kepekaan ilmiah, penentuan masalah utama yang harus segera
diatasi dapat dilakukan dengan tepat.

11

Kriteria berikut ini akan mempermudah kita menemukan masalah:


1. Masalah sebaiknya merumuskan setidak-tidaknya hubungan antar
dua variable atau lebih
2. Masalah harus dinyatakan secara jelas dan tidak bermakna ganda dan
pada umumnya diformulasikan dalam bentuk kalimat tanya.
3. Masalah harus dapat diuji dengan menggunakan metode empiris,
yaitu dimungkinkan adanya pengumpulan data yang akan digunakan
sebagai bahan untuk menjawab masalah yang sedang dikaji.
4. Masalah tidak boleh merepresentasikan masalah posisi moral dan
etika.
Dalam upaya menetapkan prioritas masalah, ada beberapa hal yang
harus dilakukan, yaitu:
1.

Pengumpulan data
Untuk dapat menetapkan prioritas masalah kesehatan, perlu
tersedia data yang cukup. Untuk itu perlu dilakukan pengumpulan
data. Data yang perlu dikumpulkan adalah data yang berkaitan dengan
lingkungan, perilaku, keturunan, dan pelayanan kesehatan, termasuk
keadaan

geografis,

keadaan

pemerintahan,

kependudukan,

pendidikan, , sosial budaya, pekerjaan, mata pencaharian, dan keadaan


kesehatan.
2.

Pengolahan Data
Setelah data telah berhasil dikumpulkan, maka data tersebut
harus diolah, maksudnya adalah menyusun data yang tersedia
sedemikian rupa sehingga jelas sifat-sifat yang dimiliki oleh masingmasing data tersebut. Teknik dalam melakukan pengolahan data yang
dikenal ada tiga macam, yaitu secara manual, elektrik, dan mekanik.

3.

Penyajian Data

12

Data yang telah diolah perlu disajikan, ada tiga macam


penyajian data yang lazim digunakan yaitu tekstual, tabulasi, dan
grafik.
4. Pemilihan Prioritas Masalah
Hasil penyajian data akan memunculkan berbagai masalah.
Tidak semua masalah dapat diselesaikan. Karena itu diperlukan
pemilihan prioritas masalah, dalam arti masalah yang paling penting
untuk diselesaikan.
Penentuan prioritas masalah kesehatan adalah suatu proses
yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan menggunakan metode
tertentu untuk menentukan urutan masalah dari yang paling penting
sampai dengan kurang penting. Penetapan prioritas memerlukan
perumusan masalah yang baik, yakni spesifik, jelas ada kesenjangan
yang dinyatakan secara kualitatif dan kuantitatif, serta dirumuskan
secara sistematis.
Dalam menetapkan

prioritas

masalah

ada

beberapa

pertimbangan yang harus diperhatikan, yakni :


1.

Besarnya masalah yang terjadi

2.

Pertimbangan politik

3.

Persepsi masyarakat

4.

Bisa tidaknya masalah tersebut diselesaikan.

II.2.2 Penyusunan Prioritas Masalah


Masing-masing organisasi secara garis besar mempunyai
pernyataan yang jelas mengenai prioritas program yang diacu secara
resmi dan diperbarui setiap jangka waktu tertentu. Prioritas tersebut
menjadi dasar pengambilan keputusan yang juga dipengaruhi oleh
ketersediaan sumber daya. Akan tetapi, dalam kenyataannya banyak
organisasi yang baru menyadari bahwa mereka tidak memiliki

13

prioritas yang jelas hingga organisasi tersebut mengalami masalah dan


krisis.
Penentuan

prioritas

merupakan

proses

mengidentifikasi

aktivitas yang paling penting dalam sebuah organisasi. Prioritas


(priority setting) dikembangkan sebagai dasar pembuatan keputusan.
Penentuan prioritas perlu dikembangkan dengan memahami sumbersumber daya yang bermanfaat untuk mencapai hasil (outcomes) dan
pengaruh (impact) yang diharapkan. Ketersediaan dari sumber daya
dapat menjadi faktor utama dalam penentuan prioritas.
Prioritas masalah disusun berdasarkan tingkat kebutuhan dan
disesuaikan dengan visi, misi, dan tujuan yang ingin dicapai. Pada
umumnya, penyusunan prioritas akan memperhatikan masalahmasalah dasar yang dihadapi maupun faktor-faktor yang menghambat
tercapainya suatu tujuan. Oleh karena itu, pemahaman terhadap akar
permasalahan yang dihadapi menjadi modal utama bagi pengambil
keputusan, khususnya yang terkait dengan masalah fundamental.
Efektifitas penentuan prioritas masalah berhubungan erat
dengan proses pengambilan keputusan. Dalam hal ini, pengambilan
keputusan harus mempertimbangkan tujuan organisasi, baik jangka
pendek maupun jangka panjang. Setiap langkah yang dilakukan
memiliki tujuan sendiri. Analisis situasi sebagai langkah awal dalam
perencanaan harus dilakukan sebaik mungkin, sehingga dapat
diperoleh gambaran tentang masalah kesehatan yang ada serta faktorfaktor yang mempengaruhi masalah kesehatan tersebut, yang
merupakan tujuan dari analisis ini. Pada akhirnya akan diperoleh hasil
dari analisis ini yang merupakan titik tolak perencanaan kesehatan
terpadu dan dalam langkah selanjutnya diikuti oleh kegiatan untuk
merumuskan masalah secara jelas, sekaligus menentukan prioritas
masalah-masalah tersebut. Yang dimaksud dengan masalah dalam
perencanaan kesehatan tidak terbatas pada masalah gangguan
kesehatan saja, akan tetapi meliputi semua faktor yang mempengaruhi

14

kesehatan penduduk (lingkungan, perilaku, kependudukan dan


pelayanan kesehatan).
Beberapa poin berikut ini merupakan alasan mengapa
penentuan prioritas masalah dipandang penting:
- Agar tetap fokus pada hal-hal yang berada pada prioritas utama atau
menuntun perencanaan dan proses update program.
- Untuk mengawasi agar penggunaan sumber daya langka dapat lebih
efektif.
- Untuk membangun komunikasi mengenai proyek/aktivitas antar
stakeholder.
- Untuk menghubungkan antara kebijakan dan tujuan ekonomi sosial
pemerintah.
Penentuan prioritas masalah kesehatan adalah suatu proses yang
dilakukan oleh sekelompok orang dengan menggunakan metode
tertentu untuk menentukan peringkat masalah kesehatan. Penentuan
prioritas

ini

dilakukan

karena

disebabkan

oleh

pertimbangan

sumberdaya, yaitu:
1.

Man atau sumber daya manusia

2.

Money atau biaya

3.

Material atau bahan

4.

Methode atau metode/teknik.

5.

Machine atau peralatan

6.

Market atau pasar/konsumen atau pelanggan

7.

Time atau waktu


Dalam menetapkan prioritas sebelumnya kita menentukan

kriteria untuk menetapkan prioritas, dapat menggunakan salah satu dari


tiga metode, yaitu: dot voting, weighted voting atau consensus voting
tergantung waktu, sumber dan sifat kelompok.

15

1. Dot Voting
Masing-masing anggota kelompok diberikan sejumlah votes
dengan menggunakan stiker titik-titik warna. Aturan mainnya adalah,
masing-masing orang mendapat sejumlah titik yang menunjukkan VA dari
jumlah item. Pemilahan dan penggabungan ide-ide dapat ditunda sampai
selesainya voting, jadi waktu tidak akan terbuang percuma untuk
mendiskusikan item-item dengan prioritas rendah. Voting ulang dapat
dilakukan

beberapa

kali

bersamaan

dengan

pemilihan

dan

pengklasifikasian ide. Dot voting ini merupakan metode dengan visualisasi


tinggi dan sederhana. Kekurangannya adalah metode ini mengambil opini
mayoritas dan menyingkirkan kelompok minoritas yang dapat merusak
interaksi kelompok di masa yang akan datang.
2. Weighted Voting
Poin diberikan pada ranking individu. Contohnya, jika anggota
diharuskan meranking lima pilihan teratas, maka 5 suara dapat memilih
pilihan pertama, 4 suara untuk pilihan kedua, 3 suara untuk pilihan ketiga
dan seterusnya. Seluruh nilai individu untuk tiap item kemudian ditotal dan
item dapat diranking (diurutkan) berdasarkan nilai total kelompok. Metode
ini lebih akurat dibandingkan dengan straight voting dalam mengukur
pilihan anggota. Metode ini juga dapat dilakukan dan dijumlahkan atau
ditotal antara pertemuan, sehingga kelompok tidak menghabiskan waktunya
hanya untuk menyelesaikan tugas ini.
3.

Consensus decision
Metode ini paling banyak menyita waktu, namun penting karena

implementasi keputusan membutuhkan penerimaan dan komitmen dari


seluruh anggota kelompok.
Aturan dasar untuk membangun konsensus adalah:
1. Meminta seluruh anggota kelompok berdiskusi.
2. Hindari argumentasi.
3. Ungkapkan seluruh kekhawatiran/masalah/isu (terutama pandanganpandangan minor).
4. Dengarkan seluruh kekhawatiran/masalah/isu. Ajukan pertanyaan
klarifikasi, dan paraphrase kekhawatiran/masalah/isu (mengulangi

16

pernyataan kekhawatiran/masalah/isu tersebut dengan bahasa anda


sendiri).
5. Catat pro dan kontra masing-masing posisi dalam suatu chart.
6. Jika ada dua posisi yang bertentangan (konflik), carilah yang ketiga
untuk mengatasi perbedaan.
7. Dapatkan ekspresi dukungan dari seluruh anggota kelompok sebelum
membuat keputusan final.
Prioritas berfungsi untuk memudahkan pengambilan keputusan
merupakan

suatu

proses

yang

kompleks.

Seseorang

tidak

dapat

menggunakan satu pendekatan yang sesuai untuk semua kebutuhan. Oleh


karena itu, pihak yang bertanggung jawab dan terlibat dalam penetapan
prioritas perlu mengetahui beberapa pendekatan utama dan kendala-kendala
yang mungkin muncul dalam penetapan prioritas, sekaligus bagaimana cara
untuk mengatasi kendala tersebut.
II.2.3 Macam-Macam Pendekatan Dalam Pemecahan Masalah
Ada 3 cara pendekatan yang dilakukan dalam mengidentifikasi
masalah kesehatan, yakni :
1. Identifikasi masalah kesehatan dilakukan dengan mengukur mortalitas,
morbiditas dan cacat yang timbul dari penyakit-penyakit yang ada dalam
masyarakat.
2. Pendekatan Pragmatis
Pada umumnya setiap orang ingin bebas dari rasa sakit dan rasa tidak
aman yang ditimbulkan penyakit/kecelakaan. Dengan demikian ukuran
pragmatis suatu masalah gangguan kesehatan adalah gambaran upaya
masyarakat untuk memperoleh pengobatan, misalnya jumlah orangyang
datang berobat ke suatu fasilitas kesehatan.
3. Pendekatan Politis

17

Dalam pendekatan ini, masalah kesehatan diukur atas dasar pendapat


orang-orang penting dalam suatu msyarakat (pemerintah atau tokoh-tokoh
masyarakat).

Pendekatan yang tepat sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor


berikut:
1. Seberapa eksplisit identifikasi prioritas dalam mempersiapkan rencana
kerja (work plan)?
2. Sampai seberapa jauh prioritas yang telah disusun merepresentasikan
apakah prioritas organisasi secara menyeluruh?
Prioritas organisasi mencakup prioritas proyek dan program? Seringkali
penyusunan prioritas hanya memperhatikan program internal dan
mengabaikan prioritas antar program.
3. Seberapa jauh setiap pihak mampu memahami dan menghargai proses
yang telah dilakukan untuk menetapkan prioritas?
4. Bagaimana kajian dan pembaruan (up date) prioritas?
5. Sampai seberapa jauh penerapan pendekatan rasional

dalam

penyusunan prioritas?
6. Apakah terdapat fokus pada kebutuhan masyarakat yang utama sebagai
penentu kunci dalam penyusunan prioritas?
Dalam menentukan prioritas, terdapat beberapa pertanyaan petunjuk
(guidance question) yang dapat digunakan, yaitu:
1. Apa prioritas utama berdasarkan pemikiran dan kebutuhan yang
diidentifikasi selama analisis situasi?
2. Apa yang kita ketahui mengenai prioritas-prioritas tersebut?
3. Apakah sumber daya tersedia dan dapat diakses untuk menjalankan
prioritas tersebut?
4. Apakah ada orang, kelompok, atau organisasi lain yang lebih mampu
melaksanakan prioritas tersebut?
5. Siapa yang sudah atau sedang terlibat dalam pekerjaan berkaitan
dengan prioritas tersebut?
6. Siapa partner yang potensial?

18

II.2.4 Menentukan bobot masalah


Menentukan bobot masalah adalah suatu proses pemberian nilai
terhadap kriteria yang telah dipilih. Tujuannya adalah agar dapat
membandingkan antara satu kriteria dengan kriteria lainya yang dilihat
dari nilai bobot tersebut.
Langkah-langkah dalam menetapkan bobot masalah:
a. Kriteria yang sudah ditetapkan dikaji dan dibahas secara rinci
sehingga kesahihannya (validitas) setiap kriteria diterima oleh
semua anggota.
b. Masing-masing anggota menentukan, memberikan bobot terhadap
kriteria yang ada. Biasanya bobot yang diberikan berkisar antara 15 atau 1-10 apabila ingin memperoleh variasi nilai yang cukup luas.
Kriteria yang sangat penting
: Skor 5
Kriteria yang penting
: Skor 4
Kriteria yang cukup penting
: Skor 3
Kriteria yang kurang penting
: Skor 2
Kriteria yang tidak penting
: Skor 1
c. Bobot yang telah ditentukan pada masing-masing kriteria
dijumlahkan untuk mendapatkan nilai rata-ratanya sehingga
didapatkan bobot sebenarnya.
d. Menetapkan skor
Menetapkan skor permasalahan yang dihadapi atas dasar kriteria
yang telah ditentukan. Caranya dengan menjumlahkan skor dari
setiap kriteria, sehingga didapatkan skor total bagi setiap masalah
yang ada. Dari total inilah diperoleh urutan atau prioritas masalah
kesehatan
II.2.5 Proses Penyusunan Prioritas yang Efektif
Dalam penentuan prioritas, aspek penilaian dan kebijaksanaan
banyak

diperlukan

bersama-sama

dengan

kecakapan

unik

untuk

mensintesis berbagai rincian yang relevan. Hal ini merupakan bagian dari
proses perencanaan yang biasanya dikatakan paling naluriah. Namun,
penetapan prioritas mungkin dapat jauh lebih bermanfaat dibandingkan

19

dengan langkah-langkah lain bila dibuat eksplisit dan menjadi tindakan


yang ditentukan secara jelas.
Ketrampilan utama yang diperlukan dalam penentuan prioritas
adalah menyeimbangkan variabel-variabel yang memiliki hubungan
kuantitatif yang sangat berbeda dan dalam kenyataannya terletak dalam
skala dimensional yang berbeda pula. Terlalu sering kesalahan timbul
akibat memberikan penekanan terlalu banyak pada satu dimensi.
Perencanaan kesehatan harus mengembangkan ketrampilan dalam
semua disiplin ilmu yang diperlukan agar dapat melakukan pendekatan
perencanaan yang seimbang. Yang terutama diperlukan adalah indeksindeks tertentu yang valid di dalam informasi baik kualitatif maupun
kuantitatif yang digunakan dalam penilaian ini. Tanpa mengindahkan
semua usaha pada pengukuran dan pengelompokkan khusus, si perencana
pada akhirnya harus bersandar pada elemen-elemen kebijaksanaan yang
tak pasti berdasarkan pengalaman atau evaluasi rencana-rencana
sebelumnya dalam membuat keputusan akhir.
Karakter organisasi (struktur, budaya, dan sejarah) sangat
berpengaruh terhadap penyusunan prioritas. Selain itu, proses dokumentasi
prioritas program dan kondisi pada saat penyusunan prioritas juga akan
mempengaruhi penyusunan prioritas yang efektif.
Adapun beberapa ciri proses penyusunan prioritas yang efektif adalah:
1.

Mulai dari program yang dibutuhkan, bukan dari berapa jumlah dana
yang dimiliki. Jadi pertanyaan yang harus dijawab adalah apa yang

2.

perlu kita lakukan bukan kegiatan apa yang dapat kita biayai
Mengkomunikasikan perlunya penetapan prioritas dan berfokus pada

3.
4.
5.
6.

masa depan organisasi


Klarifikasi peranan (role) dan aturan (rule)
Mulai dari apa yang telah ada dan sumber daya yang telah dimiliki
Mendorong kreatifitas
Mencari tahu apa yang sedang terjadi dan berkembang di

masyarakat
7. Melibatkan sumber daya manusia dari luar/eksternal

20

8. Mengidentifikasi persetujuan (agreement) dan ketidaksetujuan


(disagreement) mengenai prioritas yang ditetapkan
9. Identifikasi program-program yang berkaitan dengan organisasi lain
10. Penggunaan kriteria yang kredibel dalam penentuan prioritas akhir
11. Memastikan bahwa organisasi secara formal mengadopsi penyataan
prioritas yang telah diputuskan
12. Diperlukan kompetensi sumber daya manusia (namun jangan
sampai kompetensi tersebut yang mengarahkan prioritas)
II.2.6 Metode Penentuan Prioritas Masalah
Penentuan prioritas masalah merupakan hal yang sangat penting,
setelah masalah-masalah kesehatan teridentifikasi. Metode yang dapat
dilakukan dalam penentuan prioritas masalah dibedakan atas dua yaitu
secara Scoring dan Non Scoring. Kedua metode tersebut pelaksanaannya
berbeda-beda. Pemilihan kedua cara tersebut berdasarkan ada tidaknya
data yang tersedia, yaitu :
II.2.6.1 Scoring Technique
Pemilihan prioritas dilakukan dengan memberikan score (nilai)
untuk berbagai parameter tertentu yang telah ditetapkan. Parameter yang
dimaksud adalah :

Besarnya masalah atau prevalensi penyakit

Berat ringannya akibat yang ditimbulkan

Kenaikan prevalensi masalah (rate of increase)

Keinginan masyarakat untuk menyelesaikan masalah tersebut


(degree of unmeet need)

Keuntungan sosial yang dapat diperoleh jika masalah tersebut


terselesaikan (social benefit)

Rasa prihatin masyarakat terhadap masalah.

Sumber daya yang tersedia yang dapat dipergunakan untuk

mengatasi masalah (resources availibilily)

21

Teknologi yang tersedia dalam mengatasi masalah (technical


feasibility)

Metode tersebut terbagi lagi menjadi beberapa cara sebagai berikut:


a. Metode Bryant
Cara ini telah dipergunakan di beberapa negara yaitu di Afrika
dan Thailand. Cara ini menggunakan 4 macam kriteria, yaitu :

Community Concern, yakni sejauh mana masyarakat menganggap


masalah tersebut penting.

Prevalensi, yakni berapa banyak penduduk yang terkena penyakit


tersebut

Seriousness, yakni sejauh mana dampak yang ditimbulkan penyakit


tersebut

Manageability, yakni sejauh mana kita memiliki kemampuan untuk


mengatasinya.
Menurut cara ini masing-masing kriteria tersebut diberi

scoring, kemudian masing-masing skor dikalikan. Hasil perkalian ini


dibandingkan antara masalah-masalah yang dinilai. Masalah-masalah
dengan skor tertinggi, akan mendapat prioritas yang tinggi
pula. Parameter diletakkan pada baris dan masalah-masalah yang
ingin dicari prioritasnya diletakkan pada kolom. Kisaran skor yang
diberikan adalah satu sampai lima yang ditulis dari arah kiri ke kanan
untuk tiap masalah. Kemudian dengan penjumlahan dari arah atas ke
bawah untuk masing-masing masalah dihitung nilai skor akhirnya.
Masalah dengan nilai tertinggi dapat dijadikan sebagai prioritas
masalah. Tetapi metode ini juga memiliki kelemahan yaitu hasil yang
didapat dari setiap masalah terlalu berdekatan sehingga sulit untuk
menentukan prioritas masalah yang akan diambil.

22

b. MCUA (Multiple Criteria Utility Assessment Metode)


Metode MCUA digunakan apabila pelaksana belum terlalu
siap dalam penyediaan sumber daya, serta pelaksana program atau
kegiatan menginginkan masalah yang diselesaikan adalah masalah
yang ada di masyarakat. MCUA adalah suatu teknik atau metode yang
digunakan untuk membantu tim dalam mengambil keputusan atas
beberapa alternatif. Alternatif dapat berupa masalah pada langkah
penentuan prioritas masalah atau pemecahan masalah pada langkah
penetapan prioritas pemecahan masalah.
Pada metode ini parameter diletakkan pada baris dan harus
ada kesepakatan mengenai kriteria dan bobot yang akan digunakan.
Kriteria adalah batasan yang digunakan untuk menyaring alternatif
masalah sesuai kebutuhan.Metode ini memakai lima kriteria untuk
penilaian masalah tetapi masing-masing kriteria diberikan bobot
penilaian dan dikalikan dengan penilaian masalah yang ada. Cara
untuk menentukan bobot dari masing-masing kriteria dengan diskusi,
argumentasi, dan justifikasi
Kriteria yang dipakai terdiri dari:

Emergency

:Kegawatan menimbulkan kesakitan atau

kematian.

Greetes member

:Menimpa orang banyak, insiden/prevalensi.

Expanding scope

: Ruang lingkup besar di luar kesehatan

Feasibility

: Kemungkinan dapat/tidaknya dilakukan.

Policy

: Kebijakan pemerintah daerah/nasional.

c. Metode Matematik PAHOCENDES (Pan American Health


Organization-Center for Development Studies)
Cara ini digunakan di Amerika Latin. Kriteria yang dipakai adalah :

23

M = Magnitude of the problem yaitu besarnya masalah yang dapat


dilihat dari % atau jumlah/kelompok yang terkena masalah,
keterlibatan masyarakat serta kepentingan instansi terkait.
I =

Importancy atau kegawatan masalah yaitu tingginya angka

morbiditas dan mortalitas serta kecenderunagn dari waktu ke waktu.


Importancy terdiri dari :
Severity (S) : berat ringannya masalah tersebut terhadap masalah
kesehatan pada umumnya (semakin berat, nilai semakin tinggi).
Rate of Increase (RI)

: berat ringannya hambatan jika masalah

tersebut tidak segera ditangani (semakin berat hambatan, nilai


semakin tinggi).
Public Concern (Pco) : banyak sedikitnya masalah tersebut menjadi
perhatian masyarakat (semakin menjadi perhatian, nilai semakin
tinggi)
Political Climate (PC) : banyak sedikitnya perhatian

politik

terhadap masalah tersebut (semakin menjadi perhatian politik, nilai


semakin tinggi)
Social

Benefit

(SB) : banyak

sedikitnya

masalah

tersebut

memberikan manfaat sosial jika ditangani (semakin banyak memberi


manfaat sosial, nilai semakin tinggi)
V = Vulnerability yaitu sensitif atau tidaknya pemecahan masalah
dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Sensitifitas dapat
diketahui dari perkiraan hasil (output) yang diperoleh dibandingkan
dengan pengorbanan (input) yang dipergunakan.
C =

Cost yaitu biaya atau dana yang dipergunakan untuk

melaksanakan pemecahan masalah. Semakin besar biaya semakin


kecil skornya.
Hubungan keempat kriteria dalam menentukan prioritas masalah (P),
yaitu:
P =

M . I .V.C

24

Parameter diletakkan pada baris atas dan masalah-masalah yang


ingin dicari prioritasnya diletakkan pada kolom. Pengisian dilakukan dari
satu parameter ke parameter yang lain. Hasilnya didapat dari perkalian
parameter tersebut. Penentuan skor untuk setiap masalah dilakukan oleh
expert.
Langkah PAHO:
1. Tulis atau daftarlah masalah yang didapat dari kegiatan analisis situasi.
2. Tentukan expert yang akan dilibatkan dalam penyusunan prioritas
3. Tentukan skor yang akan dipergunakan dalam penentuan prioritas 1
sampai dengan 10
4. Pemberian skor oleh expert untuk setiap masalah berdasarkan 4 kriteria
PAHO. (Pemberian skor sebaiknya membandingkan antar masalah dengan
kriteria yang sama)
5. Kalikan skor setiap kriteria pada tiap masalah
6. Tentukan prioritas berdasarkan urutan hasil perkalian. Hasil yang paling
besar merupakan prioritas.

Contoh Tabel :
NO MASALAH
1

Masalah 1

Masalah 2

S
3
3

RI PCo PCl SB
3
5
1
3
3
3
1
3
1

25

Nilai

45

11

d.

Masalah 2

1
3

3
5

25

Metode Hanlon
Metode ini memberikan cara untuk membandingkan berbagai masalah
kesehatan dengan cara yang relatif, tidak absolut/mutlak, memiliki kerangka,
sederajat, dan objektif. Dalam buku Public Health: Administration and
Practice (Hanlon and Pickett, Times Mirror/Mosby College Publishing) dan
Basic Health Planning (Spiegel and Hyman, Aspen Publishers), metode
Hanlon memiliki tiga tujuan utama:
1. Memungkinkan para pengambil keputusan untuk mengidentifikasi
faktor-faktor eksplisit yang harus diperhatikan dalam menentukan
prioritas
2. Untuk mengorganisasi faktor-faktor ke dalam kelompok yang memiliki
bobot relatif satu sama lain
3. Memungkinkan faktor-faktor agar dapat dimodifikasi sesuai dengan
kebutuhan dan dinilai secara individual.
Proses penentuan kriteria diawali dengan pembentukan kelompok
yang akan mendiskusikan, merumuskan dan menetapkan kriteria. Sumber
informasi yang dipergunakan dapat berasal dari :
1.

Pengetahuan dan pengalaman individual para anggota

2.

Saran dan pendapat nara sumber

3.

Peraturan pemerintah yang relevan

4.

Hasil rumusan analisa keadaan dan masalah kesehatan.

26

Langkah selanjutnya adalah :


1. Menginventarisir kriteria
2. Menginventalisir dan mengevaluasi kriteria
Metode Hanlon hampir sama dengan metode MCUA, dilakukan dengan
memberikan skor atas serangkaian kriteria A, B, C dan D (PEARL).
1. Kelompok kriteria A = besarnya masalah
Komponen ini adalah salah satu faktornya memiliki angka yang
kecil. Pilihan biasanya terbatas pada persentase dari populasi yang secara
langsung terkena dampak dari masalah tersebut yakni insiden, prevalensi,
atau tingkat kematian dan angka.
Ukuran/besarnya masalah juga dapat dipertimbangkan dari lebih
dari satu cara. Baik keseluruhan populasi penduduk maupun populasi
yang berpotensi atau berisiko dapat menjadi pertimbangan. Selain itu,
penyakit penyakit dengan faktor risiko pada umumnya yang mengarah
pada solusi bersama atau yang sama dapat dipertimbangkan secara
bersama-sama. Misalnya, jika kanker yang berhubungan dengan
tembakau

dijadikan

pertimbangan

maka

kanker

paru-paru,

kerongkongan, dan kanker mulut dapat dianggap sebagai satu. Jika akan
dibuat lebih banyak penyakit yang juga dipertimbangkan, penyakit
cardiovascular mungkin juga dapat dipertimbangkan. Nilai maksimal dari
komponen ini adalah 10. Keputusan untuk menentukan berapa ukuran
atau besarnya masalah biasanya merupakan konsensus kelompok.
2. Kelompok kriteria B = tingkat kegawatan masalah
Kelompok harus mempertimbangkan faktor-faktor yang mungkin
dan menentukan tingkat keseriusan dari masalah. Sekalipun demikian,
angka dari faktor yang harus dijaga agar tetap pada nilai yang pantas.
Kelompok harus berhati-hati untuk tidak membawa masalah ukuran atau

27

dapat dicegahnya suatu masalah ke dalam diskusi, karena kedua hal


tersebut sesuai untuk dipersamakan di tempat yang lain. Maksimum skor
pada komponen ini adalah 20. Faktor-faktor harus dipertimbangkan
bobotnya dan ditetapkan secara hati-hati. Dengan menggunakan nomor ini
(20), keseriusan dianggap dua kali lebih pentingnya dengan ukuran atau
besarnya masalah.
Faktor yang dapat digunakan adalah:
a. Urgensi: sifat alami dari kedaruratan masalah; tren insidensi, tingkat
kematian, atau faktor risiko; kepentingan relatif terhadap masayarakat;
akses terkini kepada pelayanan yang diperlukan.Tingkat keparahan:
tingkat daya tahan hidup, rata-rata usia kematian, kecacatan/disabilitas,
angka kematian prematur relatif
b. Kerugian ekonomi: untuk masyarakat (kota /daerah / Negara) dan untuk
masing-masing individu.
Masing-masing faktor harus mendapatkan bobot. Sebagai contoh,
bila menggunakan empat faktor, bobot yang mungkin adalah 0-5 atau
kombinasi manapun yang nilai maksimumnya sama dengan 20.
Menentukan apa yang akan dipertimbangkan sebagai minimum dan
maksimum dalam setiap faktor biasanya akan menjadi sangat membantu.
Hal ini akan membantu untuk menentukan batas-batas untuk menjaga
beberapa perspektif dalam menetapkan sebuah nilai numerik. Salah satu
cara untuk mempertimbangkan hal ini adalah dengan menggunakannya
sebagai skala :
0=tidak ada
1=beberapa
2=lebih (lebih parah, lebih gawat, lebih banyak, dll)
3=paling
3. Kelompok kriteria C = kemudahan penanggulangan masalah

28

Komponen ini harus dianggap sebagai "Seberapa baikkah masalah


ini dapat diselesaikan?" Faktor tersebut mendapatkan skor dengan angka
dari 0 10 (sulit mudah). Komponen ini mungkin merupakan
komponen formula yang paling subyektif. Terdapat sejumlah besar data
yang tersedia dari penelitian-penelitian yang mendokumentasikan sejauh
mana tingkat keberhasilan sebuah intervensi selama ini. Efektivitas
penilaian yang dibuat berdasarkan tingkat keberhasilan yang diketahui
dari literatur dikalikan dengan persen dari target populasi yang
diharapkan dapat tercapai. Contoh:
Berhenti Merokok :

Target populasi 45.000 perokok

Total yang mencoba untuk berhenti 13.500

Efektivitas penghentian merokok 32% atau 0,32

Target populasi x efektivitas 0,30 x 0,32 = 0,096 atau 0,1 atau 1


Sebuah keuntungan dengan mempertimbangkan populasi target

dan jumlah yang diharapkan adalah akan didapatkannya perhitungan yang


realistis mengenai sumber daya yang dibutuhkan dan kemampuan yang
diharapkan untuk memenuhi tujuan yang ditetapkan.
4. Kelompok kriteria D = Pearl faktor
Yang berarti P = Kesesuaian, E = Secara ekonomi murah, A =
dapat diterima, R = Tersedianya sumber, L = Legalitas terjamin. Pearl
adalah suatu kelompok faktor yang walaupun tidak secara langsung
berkaitan dengan masalah kesehatan namun memiliki pengaruh yang
tinggi dalam menentukan apakah masalah tertentu dapat diatasi.
P - Propriety
Suatu masalah yang masuk dalam ranah misi agensi keseluruhan.
E - Economic Feasibility
Apakah mengatasi suatu masalah masuk akal secara ekonomi?
apakah ada konsekuensi ekonomis jika masalah tidak diatasi?

29

A Acceptability
Apakah masyakarat dan/atau target populasi akan menerima bahwa
masalah tersebut ditangani?
R Resources
Apakah tersedia sumber daya untuk mengatasi/menangani masalah
tersebut
L Legality
Apakah hukum yang berlaku saat ini mengijinkan masalah tersebut
ditangani.
Komponen-komponen ini diterjemahkan kedalam dua formula
(rumus) yang memberikan nilai numerical yang memberikan prioritas
utama bagi penyakit/kondisi dengan nilai tertinggi.
Basic Priority Rating atau Nilai Dasar Prioritas: (BPR) > BPR =
(A+B) C/3
Overall Priority Rating atau Nilai Prioritas Keseluruhan (OPR) >
OPR = [(A+B)C/3] x D
Perbedaan dari dua rumus akan semakin jelas saat Komponen D
(PEARL) dideskripsikan. Masing-masing faktor ini dipertimbangkan,
dan penilaian untuk masing masing faktor PEARL adalah 1 untuk setiap
jawaban iya dan 0 jika jawabannya tidak.
Saat

penilaian

lengkap,

seluruh

angka

dikalikan

untuk

mendapatkan jawaban final. Karena seluruh faktor ini mewakili suatu


produk dan bukan jumlah maka jika salah satu dari lima faktor tersebut
jawabannya tidak, maka D sama dengan 0. Karena D adalah pengali
final dalam rumus, jika D=0, maka masalah kesehatan tidak akan teratasi
dalam OPR, walaupun masalah tersebut memiliki ranking yang tinggi
dalam BPR.

30

e.

Metode CARL (Capability, Accesability, Readiness & Leverage)


Metode CARL merupakan suatu teknik yang digunakan untuk
menentukan prioritas masalah jika data yang tersedia adalah data kualitatif.
Metode ini dilakukan dengan menentukan skor atas kriteria tertentu, seperti
kemampuan (capability), kemudahan (accessibility), kesiapan (readiness),
serta daya ungkit (leverage). Semakin besar skor semakin besar masalahnya,
sehingga semakin tinggi letaknya pada urutan prioritas. Penggunaan metode
CARL untuk menetapkan prioritas masalah dilakukan apabila pengelola
program menghadapi hambatan keterbatasan dalam menyelesaikan masalah.
Penggunaan metode ini menekankan pada kemampuan pengelola program.
Metode CARL (Capability, Accesibility, Readness, Leverage) dengan
menggunakan skore nilai 1 5.
Kriteria CARL tersebut mempunyai arti :
C:

Ketersediaan Sumber Daya (dana dan sarana/peralatan)

A:

Kemudahan, masalah yang ada diatasi atau tidak Kemudahan dapat


didasarkan

pada

ketersediaan

metode/cara/teknologi

serta

penunjang pelaksanaan seperti peraturan atau juklak.


R:

Kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan sasaran seperti


keahlian/kemampuan dan motivasi

L:

Seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain dalam
pemecahan yang dibahas.

Nilai total merupakan hasil perkalian C x A x R x L, urutan ranking atau


prioritas adalah nilai tertinggi sampai nilai terendah.

Contoh Tabel :
NO
1
2
3
4
5
6
7

MASALAH
Masalah 1
Masalah 2
Masalah 3
Masalah 4
Masalah 5
Masalah 6
Masalah 7

C
3
2
3
1
1
4
5

A
2
3
1
3
2
2
3

R
1
2
3
4
3
2
31 1

L
2
3
1
1
4
1
3

NILAI
12
36
9
12
24
16
45

RANK
5
2
7
6
3
4
1

Metode CARL digunakan apabila pelaksana program masih mempunyai


keterbatasan (belum siap) dalam menyelesaikan masalah. Penggunaan metode ini
menekankan pada kemampuan pelaksana program.
Langkah-langkah Metode CARL :
Persiapan yang perlu dilakukan antara lain :
1.

Persiapan Gugus Tugas


Susunan petugas :
a. Pimpinan CARL
b. Petugas pencatat pada flipchart
c. Petugas skoring dan ranking

2.

Persiapan Ruang Pertemuan

3.

Persiapan Sarana atau Peralatan


a. Peserta CARL
b. Data
c. Proses Dinamika Kelompok

Langkah inti pelaksanaan CARL :


1. Pemberian skor pada masing-masing masalah dan perhitungan hasilnya
a.

Tulis atau daftarlah masalah yang didapat dari kegiatan analisis


situasi.

b.

Tentukan skor atau nilai yang akan diberikan pada tiap masalah
berdasarkan kesepakatan bersama
Misal : telah disepakati bersama skor atau nilai yang diberikan adalah
1-5, dengan ketentuan sebagai berikut :
Nilai 1 = sangat tidak menjadi masalah
Nilai 2 = tidak menjadi masalah

32

Nilai 3 = cukup menjadi masalah


Nilai 4 = sangat menjadi masalah
Nilai 5 = sangat menjadi masalah (mutlak)
c.

Berikan skor atau nilai untuk setiap alternatif masalah berdasarkan


kriteria CARL (Capability atau kemampuan, Accessability atau
Kemudahan, Readiness atau kesiapan, Leverage atau Daya Ungkit)

2.

Menentukan prioritas berdasarkan hasil rangking. Urutkan


masalah menurut prioritasnya, berdasarkan hasil yang telah diperoleh
pada langkah b.
Misal : dari contoh tampilan pada langkah b, maka prioritas masalahnya
adalah sebagai berikut :
1. Rendahnya mutu pelayanan BP
2. Perhatian keluarga pada bumil rendah
3. Perilaku PHBS rendah

Contoh Tabel

Kelebihan Penggunaan Metode CARL


Dengan masalah yang relatif banyak, bisa ditentukan peringkat atas
masing-masing masalah sehingga bisa diperoleh prioritas masalahnya.
Kekurangan Penggunaan Metode CARL
1.
2.

Penentuan skor sangat subyektif, sehingga sulit untuk distandarisasi


Penilaian atas masing-masing kriteria terhadap masalah yang diskor
perlu kesepakatan agar diperoleh hasil yang maksimal dalam penentuan
peringkat (prioritas)

33

3.

Objektifitas

hasil

peringkat

masalah

kurang

bisa

dipertanggungjawabkan karena penentuan skor atas kriteria yang ada


bersifat subyektif.
f. Metode Teknik Multi-voting
Teknik multi-voting biasanya digunakan jika terdapat banyak masalah
kesehatan atau masalah tersebut harus dipersempit menjadi beberapa masalah
saja. Hasil dari cara multi-voting adalah cukup menarik karena proses ini
memungkinkan masalah kesehatan yang mungkin tidak menjadi prioritas
utama dari setiap individu, tetapi disukai oleh semua, untuk naik ke atas.
Sebaliknya teknik straight voting akan menutupi popularitas dari tipe masalah
kesehatannya sehingga membuatnya menjadi lebih sulit untuk mencapai
consensus.
Langkah-langkah dalam melaksanakan multi voting:
1. Putaran suara pertama
Setelah daftar masalah kesehatan ditetapkan, setiap peserta
memberikan suara terhadap prioritas utama mreka masing masing.
Pada putaran ini mereka boleh memilih sebanyak yang mereka mau atau
tergantung pada jumlah item yang ada dalam daftar, jumlah maksimum
suara yang boleh diberikan oleh setiap peserta dapat ditentukan
2. Memperbaharui daftar
Masalah kesehatan dengan jumlah suara sama dengan separuh
dari jumlah peserta yang memberikan voting akan tetap dipertahankan
dalam daftar tersebut, dan semua masalah kesehatan lain yang di
eliminasi.
3. Putaran suara ke dua
Setiap peserta memberikan suara terhadap apa yang paling
mereka prioritaskan pada tahap ini, peserta voting boleh memberikan

34

suara dengan jumlah yang sama dengan separuh dari masalah kesehatan
yang ada dalam daftar masalah. (misalnya jika sepuluh masalh tetap
pada daftar, setiap peserta dapat melemparkan lima suara).
4. Pengulangan
Langkah ketiga tersebut tetap diulang sampai prioritas masalah
menjadi lebih sempit dan disesuaikan dengan jumlah yang diinginkan
Contoh Multi Voting:

Warna merah menandakan tahap pertama yaitu eliminasi, warna hijau


menandakan tahap eliminasi ke dua, sedangkan warna biru menunjukkan
tahap eliminasi pertama, daftar masalah yang mendapat suara terbanyak
mendapatkan prioritas ataupun posisi utama sebagai masalah yang paling
penting dan harus diselesaikan.
g. Metode USG (Urgency, Seriousness, and Growth)

35

Metode USG merupakan salah satu cara menetapkan urutan prioritas


masalah dengan metode teknik scoring. Proses untuk metode USG
dilaksanakan dengan memperhatikan urgensi dari masalah, keseriusan
masalah yang dihadapi, serta kemungkinan bekembangnya masalah tersebut
semakin besar. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Urgensy atau urgensi, yaitu dilihat dari tersedianya waktu, mendesak atau
tidak masalah tersebut diselesaikan.
2. Seriousness atau tingkat keseriusan dari masalah, yakni dengan melihat
dampak masalah tersebut terhadap produktifitas kerja, pengaruh terhadap
keberhasilan, membahayakan system atau tidak.
3. Growth atau tingkat perkembangan masalah yakni apakah masalah
tersebut berkembang sedemikian rupa sehingga sulit untuk dicegah.
Penggunaan metode USG dalam penentuan prioriotas masalah
dilaksanakan apabila pihak perencana telah siap mengatasi masalah yang ada,
serta hal yang sangat dipentingkan adalah aspek yang ada dimasyarakat dan
aspek dari masalah itu sendiri.
Langkah-langkah USG:
1. Persiapan
Dalam melaksanakan penentuan prioritas masalah dengan metode
USG persiapan yang perlu dilakukan antara lain :
a) Persiapan gugus tugas
Pembagian pekerjaan atau gugus tugas perlu dilaksanakan sebelum
pertemuan dimulai, dimana ditentukan siapa yang akan menjadi
pimpinan proses USG, siapa yang melakukan tugas sebagai notulis,
dan orang yang menulis di flipchart, siapa yang melakukan scoring
dan menghitung hasilnya untuk menetukan ranking, serta siapa yang
membacakan hasilnya.
Susunan petugas untuk metode teknik scoring dengan metode USG,
yakni sebagai berikut :

Pimpinan USG

36

Petugas pencatat flipchart

Petugas scoring dan ranking

Personil yang bertugas sebagai notulis

b) Persiapan ruang pertemuan


Ruang pertemuan yang akan digunakan sebaiknya menggunakan
ruangan yang cukup luas dan nyaman. Meja dan tempat duduk diatur
setengah lingkaran atau seperti huruf U yang terbuka ujungnya atau
meja bundar (Round table), dimana pada ujung meja yang terbuka
ditempatkan flipchart atau papan tulis atau white board.
c) Persiapan peralatan atau sarana
Sarana atau peralatan yang diperlukan dalam proses kegiatan ini
adalah:

Daftar hadir

Kertas flipchart, papan tulis atau whiteboard lengkap dengan alat


tulisnya.

Alat tulis dimasing-masing meja.

Kalkulator.

d) Peserta
Sebelum melakukan pemilihan atau seleksi untuk peserta, beberapa
hal yang perlu dijelaskan oleh pimpinan atau yang akan memimpin
pelaksanaan metode USG, yaitu

Peserta yang akan bergabung dalam kelompok USG, adalah


karena kemampuan mereka untuk melakukan analisis dan
mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah.

Menekankan pentingnya tugas kelompok.

Menekankan pentingnya sumbangan pikiran setiap peserta.

Memberikan petunjuk kegunaan hasil pertemuan.


37

Memberikan sambutan yang bersifat hangat dan ramah,


selanjutnya

tentukan siapa yang akan diundang atau dilibatkan dalam pertemuan


untuk melakukan proses metode USG.

Jumlah peserta berkisar antara 7-10 peserta.

e) Data yang Dibutuhkan


Data atau informasi yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
metode USG, yakni sebagai berikut:

Hasil analisa situasi

Informasi tentang sumber daya yang dimiliki

Dokumen-dokumen tentang perundang-undangan, peraturan,


serta
kebijakan pemerintah yang berlaku.

Proses Dinamika Kelompok


Sebelum memasuki proses atau langkah inti pada pelaksanaan metode
USG, pimpinan kelompok metode USG memberikan sambutan dalam bentuk
kata pengantar, yang berisi:
a) Ucapan selamat datang pada peserta USG
b) Penjelasan tentang teknik scoring, proses, terutama menyangkut jalannya
proses, dengan menekankan pada pentingnya untuk menciptakan suasana
kerjasama, saling pengertian dan kesatuan pandangan dari setip peserata
dalam melaksanakan setiap tahapan proses.
c) Tujuan pertemuan diadakan, yakni berorientasi pada masalah dan
pemecahan masalah.
Langkah inti pelaksanaan USG :
1. Penyusunan daftar masalah

38

a. Setiap peserta pertemuan diminta mengemukakan masalah bagian yang


diwakilinya
b. Pimpinan USG menginstruksikan kepada petugas pencatat

untuk

mencatat setiap masalah yang dikemukakan di lembar flipchart atau


papan tulis atau white board

2. Klarifikasi masalah
a. Lakukan klarifikasi masalah yang telah diidentifikasi dalam rangka
menentukan prioritas masalah
b. Setiap anggota dimintai penjelasan (klarifikasi) maksud dari masalah
yang dikemukakannya.
c.Setelah diklarifikasi, maka tulis masalah hasil dari klarifikasi tersebut
3. Membandingkan antar masalah
a.

Bandingkan masalah yang diperoleh, sebagai contoh

masalah A

sampai E menurut kriteria Urgensi (Urgency), Keseriusan (Seriousness)


dan Kemungkinan Berkembangnya Masalah (Growth)
b. Tulis frekuensi kemunculan tiap masalah setelah diperbandingkan,
frekuensi ini dianggap sebagai nilai atau skor masalah. Kemudian
jumlahkan skor yang diperoleh tiap masalah berdasarkan kriteria
Urgency, Seriousness dan Growth
LEMBAR FLIPCHART
Diperoleh hasil perbandingan sebagai berikut :

Lembar

Aspek Urgency
A=3
B=3
Flipchart
C=0
D= 1
E=3

Aspek Seriousness
A=3
B=3
C=0
D= 1
E=3

Hasil Skoring
Masalah Urgency Seriousness
A
3
339
B
3
3
C
0
0
D
1
1
E
3
3

Aspek Growth
A=3
B=3
C=0
D=1
E=3

Growth
3
4
0
1
2

Total
9
10
0
3
8

4. Penyusunan prioritas masalah


Menyusun prioritas masalah berdasarkan hasil langkah 3. Misalnya
dari hasil langkah 3 pada contoh, maka dapat disusun prioritas masalah
dengan urutan sebagai berikut :
a. Masalah B
b. Masalah A
c. Masalah E
d. Masalah D
e. Masalah C
Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Metode USG:

40

1.

Kelebihan
a. Merupakan pandangan orang banyak dengan kemampuan sama
sehingga dapat dipertanggung-jawabkan.
b. Diyakini bahwa hasil prioritas dapat memberikan hasil yang obyektif.
c. Identifikasi dapat dilanjutkan, terutama untuk penyelesaian dalam
bentuk penyelasaian dengan pengelolaan manajemen atau tidak.

2. Kekurangan
a.

Dengan metode USG lebih banyak berdasar asumsi dengan suatu


keterbatasan tertentu yang melemahkan eksistensi permasalahan.

b.

Jika asumsi yang disepakati lebih banyak dengan keterbatasan,


maka hasilnya akan bersifat lebih subyektif.

II.2.6.2 Non Scoring Technique


Memilih prioritas masalah dengan mempergunakan berbagai
parameter, dilakukan bila tersedia data yang lengkap. Bila tidak tersedia
data, maka cara menetapkan prioritas masalah yang lazim digunakan adalah
dengan menggunakan non scoring technique, metode-metodenya terdiri
atas:
a.

Metode Delbeque
Metode Delbeque adalah metode dimana penetapan prioritas
masalah dilakukan melalui kesepakatan sekelompok orang yang tidak
sama keahliannya. Oleh karena itu diperlukan penjelasan terlebih
dahulu untuk meningkatkan pengertian dan pemahaman peserta tanpa
mempengaruhi peserta, sehingga mereka mempunyai persepsi yang
sama terhadap masalah-masalah yang akan dibahas. Lalu diminta untuk
mengemukakan beberapa masalah. Masalah yang banyak dikemukakan
adalah prioritas masalah.
Adapun caranya adalah sebagai berikut:
41

1. Peringkat masalah ditentukan oleh sekelompok ahli yang


berjumlah antara 6 sampai 8 orang.
2. Mula-mula dituliskan pada white board masalah apa yang akan
ditentukan peringkat prioritasnya.
3. Kemudian masing-masing orang tersebut menuliskan peringkat
atau urutan prioritas untuk setiap masalah yang akan ditentukan
prioritasnya.
4. Penulisan tersebut dilakukan secara tertutup.
5. Kemudian kertas dari masing-masing orang dikumpulkan dan
hasilnya dituliskan di belakang setiap masalah.
6. Nilai peringkat untuk setiap masalah dijumlahkan, jumlah paling
kecil berarti mendapat peringkat tinggi (prioritas tinggi).
Delbeque menyarankan dilakukan satu kali lagi pemberian
peringkat tersebut, dengan harapan masing-masing orang akan
memertimbangkan kembali peringkat yang diberikannya setelah
mengetahui nilai rata-rata;Tidak ada diskusi dalam teknik ini,
yaitu untuk menghindari orang yang dominan memengaruhi orang
lain.
Cara ini mempunyai beberapa kelemahan dan kelebihan yaitu:
1. Menentukan siapa yang seharusnya ikut dalam menentukan
peringkat prioritas tersebut,
2. Penentuan peringkat bisa sangat subyektif,
3. Cara ini lebih bertujuan mencapai konsensus dari interest yang
berbeda dan tidak untuk menentukan prioritas atas dasar fakta.
Kelebihan cara ini adalah mudah dan dapat dilakukan dengan
cepat, penilaian prioritas secara tertutup dilakukan untuk memberikan
kebebasan kepada masing-masing anggota diskusi tanpa terpengaruh
oleh hirarki hubungan yang ada.
b. Metode Delphi
Metode

ini

dikembangkan

pertama

kali

oleh

Rand

Corporation pada tahun 1950an. Pada metode delphi, penetapan


prioritas masalah tersebut dilakukan melalui kesepakatan sekelompok
42

orang yang sama keahliannya. Pemilihan prioritas masalah dilakukan


melalui pertemuan khusus. Setiap peserta yang sama keahliannya
dimintakan untuk mengemukakan beberapa masalah pokok, masalah
yang paling banyak dikemukakan adalah prioritas masalah yang dicari.
Dimana pada metode ini, sekelompok pakar atau orang yang dianggap
memahami permasalahan mengisi kuesioner, moderator menyimpulkan
hasilnya dan memformulasikan menjadi suatu kuesioner baru yang diisi
kembali oleh kelompok tersebut, demikian seterusnya. Hal ini
merupakan proses pembelajaran (learning process) dari kelompok tanpa
adanya tekanan atau intimidasi individu.
Pemilihan prioritas masalah dilakukan melalui pertemuan
khusus. Setiap peserta yang sama keahliannya dimintakan untuk
mengemukakan beberapa masalah pokok, masalah yang paling banyak
dikemukakan adalah prioritas masalah yang dicari.
Adapun caranya adalah sebagai berikut:
a. Identifikasi masalah yg hendak/perlu diselesaikan;
b. Membuat kuesioner dan menetapkan peserta/para ahli yg dianggap
mengetahui dan menguasai permasalahan;
c. Kuesioner dikirim kepada para ahli, kemudian menerima kembali
jawaban kuesioner yang berisikan ide dan alternatif solusi
penyelesaian masalah;
d. Pembentukan tim khusus untuk merangkum seluruh respon yang
muncul dan mengirim kembali hasil rangkuman kepada partisipan;
e. Partisipan menelaah ulang hasil rangkuman, menetapkan skala
prioritas/memeringkat alternatif solusi yang dianggap terbaik dan
mengembalikan

kepada

pemimpin

kelompok/pembuatan

keputusan.
Kelemahan cara ini adalah waktunya yang relatif lebih lama
dibandingkan dengan metode

Delbeque serta memungkinkan

pakar/anggota diskusi yang dominan akan mempenguruhi anggota


yang tidak dominan,

43

Kelebihan metode ini adalah kemungkinan telaah yang


mendalam oleh masing-masing anggota diskusi yang terlibat.
c. Metode Estimasi Beban Kerugian
Metode ini memerlukan data dan perhitungan hari produktif
yang hilang yang disebabkan oleh masing-masing masalah/penyakit.
Sejauh ini metode ini belum pernah dilakukan di tingkat kabupaten,
untuk di tingkat nasional baru Badan Litbangkes yang mencoba
menghitung beberapa DALY (disability adjusted life year) yang
ditimbulkan oleh berbagai macam penyakit yang ada di Indonesia.
Pada tingkat global, Bank Dunia telah menghitung waktu
produktif yang hilang (disease burden) yang disebut DALY yang
diakibatkan oleh berbagai macam penyakit. Atas dasar perhitungan
tersebut, Bank Dunia menyarankan dalam program kesehatan,
prioritas diberikan kepada pelayanan kesehatan yang essensial yang
terdiri dari :
a.
b.
c.
d.
e.

KIA dan pertolongan persalinan


KB
Manajemen kesehatan pada anak
TBC
Pemberantasan STDs (Sexual Transmitted Diseases)
Menurut peneliti dalam menentukan prioritas
digunakan

metode

estimasi

beban

masalah di atas

kerugian

dengan

cara

menghitung waktu produktif yang hilang (DALY).


Metode ini membutuhkan perhitungan yang canggih dan sulit
karena memerlukan data dan perhitungan hari produktif yang
hilang yang disebabkan oleh masing-masing masalah.
d. Metode NGT (Nominal Group Technique)
NGT merupakan variasi terstruktur dari kelompok diskusi kecil
untuk mencapai konsensus. NGT mengumpulkan informasi dengan cara
menanyakan secara individual kepada partisipan untuk memberi respon

44

mengenai pertanyaan-pertanyaan yang diajukan moderator, kemudian


menanyakan partisipan untuk memprioritaskan ide atau saran-saran dari
seluruh anggota kelompok. Proses ini menyemangati seluruh anggota
kelompok untuk berpartisipasi, mencegah adanya dominasi oleh satu
orang, dan menghasilkan kesatuan solusi prioritas atau rekomendasi
yang mencerminkan hasil pilihan kelompok tersebut.
Teknik ini merupakan metode pengambilan keputusan yang
digunakan oleh berbagai macam ukuran kelompok yang ingin
mengambil keputusan dengan cepat, seperti dengan vote, tapi ingin
melibatkan/mempertimbangkan seluruh opini anggota (berbeda dengan
cara voting yang lama, dimana hanya kelompok terbesar saja yang
dipertimbangkan). Perbedaannya ada pada metode penjumlahan,
pertama tiap anggota kelompok memberikan pandangan untuk solusi
dengan penjelasan singkat. Kemudian, duplikasi solusi dihilangkan dari
daftar seluruh solusi dan anggota kelompok melanjutkan merangking
solusi tersebut. Jumlah masing-masing solusi yang diterima kemudian
ditotal dan solusi dengan rangking total terendah (most favored/paling
disukai) dipilih sebagai keputusan akhir.
Terdapat beberapa variasi dalam penggunaan teknik ini.
Misalnya, teknik ini dapat mengidentifikasi kekuatan vs area yang
dibutuhkan untuk pengembangan dari pada hanya digunakan sebagai
alternatif voting untuk pengambilan keputusan. Selain itu, pilihan tidak
selalu harus di rangking tapi dapat dievaluasi lebih lanjut

Efek NGT
NGT telah terbukti meningkatkan satu atau lebih dimensi
efektifitas dari pengambilan keputusan kelompok. Mengharuskan
individu untuk menuliskan ide-idenya secara tenang/diam dan
independen sebelum diskusi kelompok menambah solusi yang didapat

45

kelompok. Round-robin polling juga menghasilkan input dalam jumlah


besar dan mendorong partisipasi yang sama. Peningkatan jumlah input
yang heterogen mengarah pada pengambilan keputusan dengan mutu
tinggi. Dibandingkan dengan kelompok interaktif, kelompok NGT lebih
memberikan ide-ide yang unik, partisipasi yang lebih seimbang daftar
anggota kelompok, meningkatkan perasaan pencapaian, dan kepuasan
yang lebih besar dengan ide yang bermutu dan efisiensi kelompok
Waktu Penggunaan NGT
a. Saat sebagian anggota kelompok lebih vokal dibandingkan
lainnya
b. Pada saat beberapa anggota kelompok merasa bahwa diam lebih
baik
c. Jika mengkhawatirkan bahwa beberapa anggota kelompok tidak
berpartisipasi.
d. Saat kelompok susah mendapatkan sejumlah ide
e. Saat seluruh atau sebagian anggota kelompok merupakan
anggota baru dalam kelompok
f.

Saat isu yang dibahas kontrovesi atau terjadi konflik yang


memanas

Penggunaan Nominal Group Technique (NGT)


NGT merupakan sebuah metode yang sangat baik untuk
mendapatkan kesepakatan grup, sebagai contoh, kelompok orang (staf
program, anggota komunitas, dll) yang terlibat dalam pembangunan model
logis dan daftar hasil dari komponen khusus tersebut terlalu banyak dan
harus diprioritaskan. Pada kaus ini, pertanyaan yang seharusnya diajukan
adalah Hasil dari daftar ini yang manakah yang harus diprioritaskan
untuk mencapai tujuan dan mudah diukur? Yang mana dari daftar hasil
tersebut yang tidak terlalu penting dan lebih susah?
Prosedur Standar NGT biasanya melibatkan lima tahapan:

46

1. Perkenalan dan penjelasan.


2. Pengumpulan ide dengan diam/tenang: Fase ini berlangsung kira-kira
10 menit.
3. Membagi-bagi ide (sharing idea): fasilitator mengajak partisipan
untuk membagi ide-ide yang telah mereka tulis. Tidak ada debat
dalam tahapan ini dan partisipan didorong untuk menuliskan ide baru
apapun yang muncul. Proses ini memastikan bahwa seluruh
partisipan mendapatkan kesempatan yang sama dalam memberikan
kontribusi dan menghasilkan catatan seluruh ide yang didapat dari
kelompok. Tahapan ini berlangsung antara 15-30 menit.
4. Diskusi kelompok: partisipan diundang untuk mencari penjelasan
verbal atau detail lebih lanjut atas ide apapun yang diberikan oleh
koleganya yang mungkin tidak begitu jelas bagi mereka. Sangat
penting untuk diingat bahwa proses ini harus netral dan menghindari
penilaian dan kritik. Tahap ini berlangsung 30-45 menit.
5. Voting dan Ranking: memprioritaskan ide yang tercatat yang relevan
dengan pertanyaan. Setelah proses voting dan rangking, hasil cepat
atas respon pertanyaan tersedia bagi partisipan sehingga pertemuan
disimpulkan telah mencapai outcome spesifik.
Keunggulan

dan kelemahan NGT

Salah satu keunggulan NGT adalah bahwa teknik ini menghindari


terjadinya dua masalah yang disebabkan oleh interaksi kelompok.
Pertama, beberapa anggota tidak ingin memberikan ide karena mereka
khawatir di kritik. Kedua, beberapa anggota tidak ingin menciptakan
konflik dalam kelompok (banyak orang ingin tepat mempertahankan iklim
yang kondusif). NGT dapat mengatasi masalah ini. NGT memiliki
keunggulan yang jelas dalam meminimalkan perbedaan dan memastikan
partisipasi yang seimbang. Dan teknik ini, dalam berbagai macam kasus
menjadi teknik yang hemat waktu. Keunggulan lain adalah dengan teknik

47

(penutup/tidak mengambang) yang sering kali tidak ditemukan dalam


metode kelompok yang lebih tidak terstruktur.
Kelemahan utama metode ini adalah kurang fleksibel karena
metode ini hanya dapat mengatasi masalah satu persatu. Selain itu, harus
mencapai jumlah keseragaman (conformity) tertentu. Setiap orang harus
merasa nyaman dengan jumlah struktur yang terlibat. Kelemahan lainnya
adalah waktu yang diperlukan dalam menyiapkan aktivitas ini. Tidak ada
spontanitas terlibat dalam metode ini. Fasilitas harus diatur dan
direncanakan dengan hati-hati. Opini bisa saja tidak menyatu dalam proses
voting, fertilisasi silang, ide-ide dapat terhambat dan proses menjadi
terlalu mekanis.
Kerugian NGT:
1. Memerlukan persiapan
2. Ditujukan untuk satu tujuan dan satu topik saja dalam satu pertemuan
3. Diskusi lebih sedikit dan tidak ditujukan untuk mengembangkan ide,
dan merupakan metode yang paling tidak menstimulasi proses dalam
grup tersebut dibandingkan teknik lain.
Keuntungan NGT:
1. Mendapatkan banyak jumlah ide dibandingkan diskusi grup biasa
2. Menyeimbangkan

pengaruh

masing-masing

anggota

sehingga

membatasi seseorang untuk mendominasi


3. Menghilangkan kompetisi dan tekanan di dalam grup
4. Membuat para anggota menentukan prioritas utamanya secara
demokrasi
Persiapan NGT
a. Ruang pertemuan

48

Pesiapkan sebuah ruangan yang cukup luas yang dapat menampung


lima sampai sembilan orang. Susun meja sehingga membentuk huruf
U, dengan flip chart si ujungnya.
b. Peralatan
Masing-masing meja dengan susunan berbentuk U memerlukan flip
chart, sebuah spidol yang bermata besar, selotip, kertas, pensil, dan
kartu indeks berukuran 3x5 inchi bagi masing-masing partisipan.
c. Kalimat Pembuka
Kalimat ini memperkenalkan masing-masing peran anggota dan
tujuan dari grup tersebut, dan harus mencakup salam pembuka yang
hangat, kepentingan tugas, dan menyebutkan pentingnya kontribusi
dari masing-masing anggota, dan bagaimana hasil dari grup tersebut
akan digunakan.
Proses dalam Melakukan NGT
a. Mengumpulkan ide
Moderator mengajukan pertanyaan atau suatu masalah ynag telah
tertulis pada suatu format dan membacakannya pada peserta kelompok.
Moderator menginstruksikan pada semua peserta agar menuliskan
pendapatnya pada kalimat singkat secara bebas dan dengan tenang.
b. Mencatat ide
Seluruh anggota kelompok terlibat dalam sesi umpan balik untuk
mendengarkan masing-masing ide (tanpa berdebat mengenai pendapat
tersebut). Moderator menuliskan ide setiap anggota kelompoknya pada
flip chart yang dapat dilihat semua anggota kelompok. Ide yang sudah
tertulis sebelumnya tidak perlu dituliskan lagi namun apabila anggota
kelompok tersebut meyakinkan bahwa ide tersebut memiliki
penekanan lain atau variasi maka boleh dimasukkan. Langkah ini terus
dilanjutkan hingga semua ide dicatat.

49

c. Mendiskusikan ide
Setiap ide yang telah dicatat kemudian didiskusikan untuk
menentukan kejelasan dan kepentingannya. Untuk masing-masing
ide, moderator menanyakan Apakah ada pertanyaan atau komentar?
Langkah

ini

memberikan

kesempatan

bagi

anggota

untuk

memperlihatkan pengertian mengenai logis dan relatif pentingnya ide


tersebut. Pembuat ide tidak harus merasa wajib untuk menjelaskan
ide tersebut, siapapun yang dapat membantu menjelaskannya dapat
melakukan itu.
d. Memilih ide
Setiap

anggota

secara

individual

memberi

suara

untuk

memprioritaskan ide. Pengambilan suara dilakukan untuk mengetahui


ide yang memiliki rate tertinggi yang dipilih oleh kelompok secara
kesatuan. Moderator memberitahukan kriteria apa yang digunakan
untuk menentukan prioritas. Pada awalnya masing-masing anggota
memilih lima hal yang paling penting dari daftar dan menuliskan satu
ide pada masing-masing kartu index. Setelah itu setiap anggota
mengurutkan lima ide yang telah dipilih, yang paling penting
mendapat 5 bintang dan yang berada di urutan terakhir 1 bintang.
e. Metode Strategi Grids
Strategi Grids
Strategi grids memfasilitasi instansi untuk lebih fokus dengan
memberikan penekanan terhadap masalah yang akan memberikan hasil
terbaik. Alat ini sangat berguna ketika lembaga-lembaga dimana
lembaga tersebut memilki kemampuan terbatas dalam kapasitas dan
ingin fokus pada area yang sekiranya akan memberikan keuntungan
terbesar bagi mereka daripada melihat tantangan ini melalui lensa
ataupun pandangan dimana kulaitas pelayanan masih memiliki
kekurangan, strategi grids dapat menyediakan mekanisme untuk

50

mengambil pendekatan yang bijaksana agar mendapatkan hasil yang


maksimal dengan sumber daya yang masih terbatas. Metode ini dapat
membantu dalam proses perubahan dimana selama ini hanya
memikirkan permasalahan menjadi lebih fokus untuk merencanakan
tindakan yang akan dilakukan.
Langkah-langkah strategi grids:
1. Pilih kriteria
Pilihlah dua kriteria yang luas yang saat ini paling
berhubungan dengan agensi tersebut (penting/ mendesak, biaya/
dampak, kebutuhan/ kelayakan). Dalam hal ini akan diberikan
evaluasi mengenai seberapa baik set criteria ini memenuhi tujuan
yang ingin dicapai.
2. Buat kisi-kisi
Buatlah kisi-kisi dengan empat kuadran yang telah
disediakan dan tetapkan criteria yang luas untuk setiap sumbu.
Buatlah panah pada sumbu untuk menunjukkan tinggi atau rendah,
seperti contoh yang akan ditunjukkan dibawah ini.
3. Buat tabel kuadran
Berdasarkan sumbu, beri label pada tiap kuadran yaitu
kebutuhan tinggi/ paling mungkin dikerjakan, kebutuhan tinggi/
sulit dikerjakan, kebutuhan rendah/ mudah dikerjakan, kebutuhan
rendah/ sulit dikerjakan

4. Mengkategorikan dan membuat prioritas


Merumuskan,

menempatkan

criteria

sesuai

dengan

kondisinya, sehingga dapat dibuat prioritas apa yang paling

51

dibutuhkan dan paling mungkin untuk dikerjakan, sehingga


masalah yang ada berubah dari hanya dipikirkan kearah bergerak.
Berikut adalah makna dari tiap sumbu dalam tabel kuadran :
a. Kebutuhan tinggi/ kemungkin dikerjakan tinggi :
Dengan kebutuhan atau tingkat keperluan yang paling
tinggi dan merupakan hal yang paling mungkin atau paling mudah
dikerjakan, maka hal inilah yang menjadi prioritas utama dimana
harus direncanakan dan diberikan sumber daya yang cukup baik
untuk mempertahankan maupun meningkatkan

b. Kebutuhan rendah/ kemungkinan untuk dikerjakan tinggi


Seringkali penting dalam segi politik, dan sulit untuk
dieliminasi item ini mungkin perlu dirancang ulang dan untuk
mengurangi pemborosan sekaligus mengurangi dampak yang tidak
baik
c. Kebutuhan tinggi/ kemungkinan untuk dikerjakan rendah
Ini adalah proyek jangka panjang yang tetap harus
dikerjakan karena memiliki bayak potensi dalam menyelesaikan
masalah yang sedang terjadi, namun akan memerlukan investasi
yang cukup signifikan. Apabila terlalu terfokus dengan item ini
maka hal itu justru akan mempersulit pelaksana kegiatan
d. Kebutuhan rendah/ kemungkinan untuk dilakukan rendah
Dengan hasil yang begitu rendah yang didapatkan bila kita
mengutamakan untuk menyelesaikan masalah ini maka, masalah
yang terdapat di kuadran ini merupakan prioritas yang terendah
dan harus dihapuskan, sehingga kita dapat mengguankan sumber
daya ke prioritas masalah yang jauh lebih penting.

52

f. Metode Analisis ABC


Metode analisis ABC merupakan sebuah metode dimana kita
menganalisa dan memberikan ukuran berupa kisaran dari setiap
masalah tersebut yang akan dikelompokkan berdasarkan tingkatan
tertentu yang signifikan dan bisa diselesaikan sesuai dengan
kebutuhannya atau tingkat kesulitannya.
Item tersebut dikelompokkan dalam grup yang terdiri dari tiga
kategori

yaitu A, B, C, yang ditentukan sesuai dengan dugaan

tingkat kepentingannya yaitu


a. Item A adalah sangat penting
b. Item B adalah penting
c. Item C adalah tidak begitu penting
Metode ini merupakan metode yang berguna dan cukup
banyak dipakai di beberapa area, baik oleh individu maupun oleh
grup.
ABC analisis bisa digunakan sebagai ide untuk mengevaluasi
dalam dua cara yang berbeda yaitu :
a. Kemungkinan pertama adalah untuk mengelompokkan beberapa
ide berdasarkan tingkat kepentingannya sesuai criteria ABC yang
telah tersedia
b. Kemungkinan kedua adalah untuk menganalisa ide yang terpilih
dalam melewati dua tahap:
1. Tahap pertama, dengan menggunakan metode brainstorming
sebanyak mungkin ide yang terdapat dalam daftar tersebut
2. Tahap

kedua

adalah

kita

mengelompokkan

mereka

berdasarkan tingkat kepentingannya yaitu kategori ABC

53

2.2.7 Kendala dalam Penyusunan Prioritas


Terdapat beberapa alasan mengapa organisasi pada umumnya
mengalami kesulitan dalam menetapkan prioritas. Menurut Drucker (1973)
hal ini utamanya banyak terjadi dalam organisasi yang bergerak di sektor
publik karena melibatkan kepentingan banyak pihak.
Bryson (1988) menyebutkan empat masalah utama yang menjadi
hambatan dalam mencapai perencanaan strategi yang efektif. Keempatnya
memiliki kaitan erat dengan penentuan prioritas program.
Keempat masalah itu adalah:
1. Human problem; kesulitan untuk memusatkan perhatian personil
kunci (key people) terhadap masalah, keputusan, konflik, dan
kebijakan utama. Tantangan yang dihadapi untuk mengatasi masalah
ini adalah bagaimana menentukan prioritas organisasi secara imperatif
dan meminta setiap individu untuk mengesampingkan kepentingan
masing-masing hingga kerangka yang lebih luas selesai disusun.
Untuk mengatasi human problem, beberapa hal yang harus dilakukan
antara lain:
a. Mulailah dengan menciptakan konsensus mengenai apa yang
akan dicapai melalui penetapan prioritas. Mengapa kita
b.

melakukan hal tersebut dan apa manfaatnya?


Melibatkan para pengambil keputusan dalam menentukan proses
dan kriteria prioritas untuk memastikan rasionalitas dan kejelasan

prioritas tersebut.
c. Mengidentifikasi kekuatan dari berbagai sudut berbeda.
d. Memberikan kesempatan bagi pihak lain untuk mencerna
informasi yang diberikan dan memberi masukan sehingga dapat
dilakukan penyesuaian terhadap keputusan yang akan diambil.
e. Secara hati-hati mempekerjakan staff yang akan mengumpulkan
dan menginterpretasikan informasi. Sediakan pelatihan apabila
diperlukan.

54

f. Memastikan bahwa setiap pihak yang terlibat dapat menjalankan


peran mereka secara berkesinambungan.
2. Process problem; kesulitan dalam mengelola informasi dan ide dalam
proses penentuan prioritas.
Untuk mengatasi process problem, beberapa hal yang harus dilakukan
antara lain:
a. Penentuan prioritas harus sangat spesifik untuk mengurangi multi
interpretasi.
b. Adanya kewajiban dan tanggung jawab untuk mengekspresikan
dan memberikan sejumlah alternatif yang masuk akal.
c. Informasi kunci harus disediakan sebelum penentuan keputusan
d. Hati-hati agar tidak membuang terlalu banyak waktu dalam
melakukan analisis maupun terlalu terburu-buru mengejar tenggat
waktu.
e. Secara aktif menciptakan suasana yang membantu orang untuk
memiliki pandangan luas dan memiliki paradigma masing-masing
karena informasi eksternal mungkin sangat berguna.
3. Structural problem; kesulitan dalam mengelola sebagian atau
keseluruhan hubungan yang ada dalam organisasi. Tantangan yang
harus dihadapi dalam mengatasi masalah ini adalah bagaimana untuk
menentukan prioritas sesuai dengan prioritas organisasi atau asosiasi
secara lebih luas. Hal ini merepresentasikan interpretasi konsisten
terhadap visi dan misi. Dengan demikian, suatu organisasi dapat
melakukan penentuan prioritas dengan sangat baik dalam lingkup
program maupun antar program.
Untuk mengatasi structural problem, beberapa hal yang harus
dilakukan antara lain:
a. Menetapkan dan mengklarifikasi peranan setiap pihak sejak awal
proses.
b. Tetap fokus pada prioritas saat ini dan bukan prioritas masa lalu.
c. Komunikasi terbuka inter- dan antar-staff dan pemimpin.
d. Mengidentifikasi dan mengkomunikasikan manfaat yang dapat
diperoleh apabila suatu sistem dapat berjalan dengan baik.
55

e. Mendorong terjalinnya hubungan yang harmonis selama proses


perencanaan.
4. Institutional problem; kesulitan dalam menerjemahkan prioritas ke
dalam aksi atau aktivitas yang riil.
Untuk mengatasi institutional problem, beberapa hal yang harus
dilakukan antara lain:
a. Adanya komitmen dalam mengimplementasikan hal yang telah
disepakati maupun penyesuaian atau perubahan yang dilakukan.
b. Perlu adanya proses pencocokan (fitting) antara pengetahuan dan
keahlian dengan tugas yang diberikan ke setiap individu.
c. Implementasi program disesuaikan dengan kekuatan yang dimiliki.
d. Rencana implementasi didefinisikan secara jelas.
e. Prioritas dilengkapi dengan deskripsi posisi, alokasi waktu, rencana
implementasi, dan penghargaan terhadap prestasi kerja.

BAB III
KESIMPULAN
Analisis situasi, Identifikasi dan prioritas masalah kesehatan
merupakan salah satu bagian dari proses perencanaan. Dalam analisis
situasi, kita berurusan dengan informasi yang mencerminkan masalahmasalah yang adalah di lapangan. Masalah yang kerap terjadi di sini adalah
orang terbiasa dengan informasi rutin untuk pelaporan. Mereka biasa
memahami maksud dari data selain berkaitan dengan target kegiatan. Data
terbiasa dipakai untuk mengukur hasil. Padahal data bisa digunakan untuk
memahami lebih jauh tentang apa yang tidak beres dengan program. Yang
penting adalah Manager kesehatan bisa memilah-milah mana yang harus ia

56

masukkan ke dalam kolom status kesehatan, pelayanan kesehatan, dan


masyarakat.
Dalam melakukan identifikasi masalah kesehatan, ada beberapa
cara pendekatan yang perlu diperhatikan sehingga masalah yang
dikemukakan merupakan masalah yang benar-benar penting dan memang
harus segera diselesaikan. Selain itu diperlukan ukuran-ukuran dan data
untuk menemukan masalah kesehatan yang ada. Penentuan prioritas
masalah merupakan hal yang sangat penting setelah masalah-masalah
kesehatan teridentifikasi. Penentuan prioritas masalah harus memperhatikan
beberapa faktor, antara lain : besarnya masalah, pertimbangan politik,
persepsi masyarakat dan bisa tidaknya masalah tersebut diselesaikan.
Cara pemilihan prioritas masalah banyak macamnya. Secara
sederhana dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu : Scoring Technique
(Metode Penskoran) misal: metode USG, metode Hanlon, metode MCUA,
metode CARL, PAHO, cara Bryant, cara ekonometrik, dan Non Scoring
Technique (NGT, Delphin Technique dan Delbech Technique). Pemilihan
kedua cara tersebut berdasarkan ada tidaknya data yang tersedia.
Pada metode Scoring Technique, pemilihan prioritas dilakukan
dengan memberikan score (nilai) untuk berbagai parameter tertentu yang
telah ditetapkan. Parameter yg dimaksud adalah : besarnya masalah, berat
ringannya akibat yang ditimbulkan, kenaikan prevalensi masalah, keinginan
masyarakat untuk menyelesaikan masalah tersebut, keuntungan sosial yang
dapat diperoleh jika masalah tersebut terselesaikan, rasa prihatin masyarakat
terhadap masalah, serta sumber daya yang tersedia yang dapat dipergunakan
untuk mengatasi masalah.
Namun, bila tidak tersedia data yang lengkap maka metode yang
digunakan untuk menentukan prioritas masalah yang lazim digunakan
hdala dengan metode Non Scoring Technique (Delphin Technique dan
Delbech Technique). Adapun kendala-kendala dalam menentukan prioritas
masalah seperti human, process, structural, dan institutional problem harus

57

dapat dikaji dan diatasi selama proses perencanaan agar tercapai prioritas
masalah yang benar-benar harus diatasi sesegera mungkin.

DAFTAR PUSTAKA
1. Pasinringi, Syahrir A. Perencanaan Pelayanan Kesehatan. 2002. Makassar.
FKM Unhas. Available from :
http://www.scribd.com/doc/2908460/
Perencanaan-Pelayanan-Kesehatan.
2. Nangi, Moh.Guntur. Problem Solving Kesehatan Masyarakat. 2010.
Available
from
:
http://www.google.co.id/url?
sa=t&source=web&cd=1&ved=0CBQQFjAA&url=http%3A%2F
%2Fmohamadguntur.files.wordpress.com%2F2010%2F03%2Fproblemsolving-kes
3. Azwar, Azrul. Pengantar Administrasi Kesehatan. Edisi Ketiga. 1996.
Jakarta

58

4. Reinke, William A. Perencanaan Kesehatan Untuk Meningkatkan Efektifitas


Manajemen. 1994. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
5. DUTTWEILER, Michael W. 2004. Priority Setting Resources Selected
Background Information and Techniques. Cornell Cooperative Extension,
Cornell
University,
New
York.
URL
http://staff.cce.cornell.edu/administration/program/documents/priority_setti
ng_tools.pdf
6. Notoatmodjo, Soekidjo. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Cetakan ke-2. 2003. Jakarta : Rineka Cipta.
7. Maidin. 1998. Perencanaan dan Evaluasi Kesehatan. Jakarta: Aksara
8. Vilnius, D. A Priority Rating System for Public Health Programs.
September-October 1990, Vol. 105 No. 5

59

Anda mungkin juga menyukai