Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN TEORI DAN KASUS


I.

Konsep Teori
A. Pengertian
Anemia merupakan keadaan di mana masa eritrosit dan atau masa
hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan
oksigen bagi jaringan tubuh (Handayani dan Haribowo, 2008)
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya jumlah sel darah
merah dan kadar Hb dan Ht di bawah normal (Brunner & Suddarth, 2000).
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar haemoglobin atau jumlah
eritrosit lebih rendah dari keadaan normal yaitu bila Hb berkurang dari 14
g/dl dan hematokrit kurang dari 41% pada pria atau Hb kurang dari 12 g/dl
dan hematokrit kurang dari 37% pada wanita (Mansjoer, 2000).
Jadi, anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosi (sel darah merah) dan
kadar hemoglobin (Hb) didalam darah.
B. Anatomi fisiologi
Darah adalah suatu jaringan tubuh berupa cairan yang terdapat di
pembuluh darah yang jumlahnya pada orang sehat dewasa 1/3 dari berat badan
atau kira-kira 4-5 liter. Hal ini tergantung dari umur, pekerjaan, keadaan
jantung dan pembuluh darah. Darah terdiri dari komponen cair (plasma) : 9192% dan padat 7-9%.
Komponen padat darah terdiri dari :
1. Eritrosit (sel darah merah)
Berbentuk bulat pipih, tidak mempunyai inti sel, jumlahnya kira-kira 5
juta/mm3 darah. Dibentuk dalam sumsum tulang dan dirangsang oleh
hormon eritropoetin yang berasal dari ginjal. Usia eritrosit dalam
peredarannya adalah 120 hari. Di dalam sel eritrosit dapat didapat
hemoglobin yaitu suatu senyawa kimiawi yang terdiri dari molekul Hem
yang mempunyai ion Fe (besi) yang terkait dengan rantai globin (suatu
senyawa protein). Hemoglobin berperan mengangkut oksigen dan CO2.
Jumlah hemoglobin pada laki-laki 14-16 gr% dan wanita 12-14%.
Komponen eritrosit :
a. membran eritrosit
b. sistem enzim
c. hemoglobin, komponennya terdiri atas :
1) heme yang merupakan gabungan protoporfirin denagn besi
2) globin : bagian protein yang terdiri aats 2 rantai alfa dan 2 rantai
beta.
Terdapat sekitar 300 molekul Hb dalam setiap sel darah merah.
Tugas akhir Hb adalah : menyerap karbondioksida dan ion hydrogen
serta membawanya ke paru tempat zat-zat tersebut dilepaskan dari Hb.
Sifat-sifat sel darah merah :
1) Normositik = sel yang ukurannya normal.
2) Normokromik = sel dengan jumlah hemoglobin yang normal.
3) Mikrositik = sel yang ukurannya terlalu kecil.
4) Makrositik = sel yang ukurannya terlalu besar.

5) Hipokromik = sel yang jumlah hemoglobinnya terlalu sedikit.


6) Hiperkromik = sel yang jumlah hemoglobinnya terlalu banyak

Genggaminternet.com
2. Leukosit (sel darah putih)
Berwarna bening, dapat berubah-ubah serta mempunyai inti sel.
Jumlah sel darah putih normalnya adalah 4.800-10.800 / mm 3. Jenis-jenis
dari golongan sel ini adalah golongan yang tidak bergranula, yaitu limfosit
T dan B monosit dan makrofag serta golongan yang bergranula,yaitu
eosinofil, basofil, dan neutrofil.

Kliks.com

Fungsi sel darah putih adalah :


a. Sebagai serdadu tubuh yaitu membunuh dan memakan bibit penyakit
atau bakteri yang masuk ke dalam tubuh jaringan sistem retikulo
endotel.
b. Sebagai pengangkut yaitu mengangkut atau membawa zat lemak dari
dinding usus melalui limfa terus ke pembuluh darah.
Jenis-jenis sel darah putih:
Sel darah putih terdiri atas beberapa jenis sel darah sebagai berikut:
a. Agranulosit
Memiliki diameter sekitar 10-12 mikron. Granulosit terbagi
menjadi 3 kelompok:
1) Neutrofil : granula yang tidak berwarna mempunyai inti sel
yang terangkai, kadang seperti terpisah-pisah, protoplasmanya
banyak berbintik-bintik halus atau granula, banyaknya sekitar
60-70%.

2) Eosinofil : berwarna merah dengan pewarnaan asam, ukuran


dan bentuknya hamper sama dengan neutrofil banyaknya kirakira 24%.
3) Basofil : berwarna biru dengan pewarnaan basa, sel ini lebih
kecil dari pada eosinofil, mempunyai inti yang bentuknya
teratur banyaknya kira-kira 0.5% disumsum merah. Basofil
bekerja sebagaimfosit sel mast dan mengeluarkan peptide
vasoaktif.
b. Granulosit
Terdiri atas limfosit dan monosit :
1) Limfosit
Memiliki nucleus besar bulat dengan menempati sebagian
besar sel limfosit berkembang dalam jaringan limfe. Ukurannya
sekitar 7-15 mikron, banyaknya 20-25 % dan fungsinya
membunuh dan memakan bakteri yang masuk dalam jaringan
tubuh. Limfosit ada 2 macam, yaitu limfosit T dan B. Limfosit
T meninggalkan susmsum tulang dan berkembang lama,
kemudian bermigrasi menuju ketimus.kemudian sel-sel beredar
dalam darah sampai mereka bertemu dengan antigen-antigen
dimana mereka telah diprogramkan untuk mungenalinya.
Setelah dirangsang oleh antigennya. Sel ini mengahasilkan
bahan-bahan kimia yang menghancurkan mikroorganisme dan
membertahu sel-sel darah putih lainnya bahwa telah terjadi
infeksi.
Limfosit B terbentuk di sumsum tulang lalu bersirkulasi dalam
darah sampai menjumpai antigen dimana mereka telah
diprogram untuk mengenalinya. Pada tahap ini, limfosit B
mengalami pematangan lebih lanjut dan menjadi sel plasma
serta menghasilkan antibody.
2) Monosit
Ukurannya lebih besar dari limfosit, protoplasmanya besar,
warna biru sedikit abu-abu serta mempunyai bintik-bintik
sedikit kemerahan. Monosit dibentuk didalam sumsum tulang
masuk kedalam sirkulasi dalam bentuk hematom dan
mengalami proses pematangan menjadi makrofag setelah
masuk ke jaringan. Fungsinya sebagai fagosit, jumlahnya 34 %
dari total komponen yang ada di sel darah putih.
Jumlah sel darah putih pada orang dewasa, jumlah sel darah
putih total 4,0-11,0 x 10 9/l yang terbagi sebagi berikut.
Granulosit :
Neutrofil 2,5 7,5 x 109
Eosinofil 0,04 0,44 x 109
Basofil 0 0,10 x 109
Limfosit 1,5 3,5 x 109
Monosit 0,2 0,8 x 109

Fungsi.web.id
3. Keping darah (Trombosit)
Trombosit adalah bagian dari beberapa sel-sel besar dalam sumsum
tulang yang berbentuk cakram bulat, oval, bikonveks, tidak berinti, dan
hidup sekitar 10 hari. Jumlah trombosit antara 150 dan 400 x 10 9/liter
(150.000-400.000/milimeter) sekitar 30-40% terkonsentrasi didalam limpa
dan sisanya bersirkulasi dalam darah.
Fungsi trombosit yaitu berperan penting dalam pembentukan bekuan
darah diantaranya mengubah bentuk dan kualitas setelah berikatan dengan
pembuluh yang cedera.
5. Plasma darah
Plasma darah adalah bagian darah yang encer tanpa sel-sel
darah, warnanya bening kekuning-kuningan hamper 90% dari plasma
darah terdiri atas air.
Zat-zat yang terdapat dalam plasma darah sebagai berikut :
a. Fibrinogen yang berguna dalam peristiwa pembekuan darah.
b. Garam-garam mineral seperti garam kalsium, kalium, natrium, dan
lain-lain yang berguna dalam metabolisme dan juga mengadakan
osmotik.
c. Protein darah (albumin dan globulin) menigkatkan viskositas darah
juga menimbulkan tekanan osmotic untuk memelihara
keseimbangan cairan dalam tubuh
d. Zat makanan (asam amino, glukosa, lemak, mineral, vitamin).
e. Hormone, yaitu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh.
f. Antibody.
6. Limpa
Merupakan organ lunak kurang lebih berukuran 1 kepalan tangan.
Limpa terletak pada pojok atas kiri abdomen di bawah costa, limpa
terdiri atas kapsula limpa fibroelastin, folikel (masa jaringan limpa)
dan pulpa merah (jaringan ikat, sel eritrosit, sel leukosit).
7. Trombosit (sel pembeku darah)
Berupa benda-benda kecil yang mati dimana bentuk dan ukurannya
bermacam-macam. Trombosit dibuat di sumsum tulang, paru-paru dan

limfa yang diameternya 1-4 m dan umur peredarannya sekitar 10 hari.


Jumlah trombosit normal 150.000-450.000 /ul.

Disehat.com

Fungsi darah adalah :


1) Sebagai alat pengangkut, yaitu :
a) Mengambil O2 atau zat pembakaran dari paru-paru untuk
diedarkan ke seluruh jaringan tubuh.
b) Mengambil CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paruparu.
c) Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan ke
seluruh jaringan/alat tubuh.
d) Mengangkut dan mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi
tubuh dan ginjal.
2) Sebagai pertahanan tubuh terhadap bibit penyakit dan racun yang
akan membinasakan tubuh dengan perantaraan leukosit,
antibodi/zat anti racun.
3) Menyebarkan panas ke seluruh tubuh.
C. Etilogi
1. Penurunan produksi eritrosit, yaitu terdiri dari:
a. Peningkatan sintesis hemoglobin seperti defisiensi zat besi dan
thalasemia.
b. Rusaknya sintesis DNA karena penurunan vitamin B 12 (cobalamin)
dan defisiensi asam folat.
c. Pencetus terhadap penurunan jumlah eritrosit seperti anemia aplastik,
anemia dari leukemia, dan penyakit kronik.
2. Perdarahan
a. Akut, bisa disebabkan karena trauma dan rupturnya pembuluh darah.
b. Kronik, seperti gastritis, menstruasi dan hemoroid.
3. Peningkatan penghancuran eritrosit
a. Intrinsik : hemoglobin yang tidak normal, defisiensi enzim (G6PD)
b. Ekstrinsik : trauma fisik, antibodi, infeksi dan toksik (malaria).

D. Klasifikasi
1. Anemia mikrositik hipokrom
Adalah keadaan dimana kandungan besi tubuh total turun di bawah
tingkat normal (dewasa pria : 13,5-18 g/dl; wanita : 12-16 g/dl). Besi
diperlukan untuk sintesa hemoglobin).
2. Anemia makrositik
a. Anemia defisiensi Vit. B12 (pernisiosa)

Kekurangan vitamin B12 akibat gangguan absorpsi vitamin yang


merupakan penyakit herediter autoimun.
b. Anemia defisiensi asam folat
Penurunan absorpsi asam folat jarang ditemukan karena absorbsi
terjadi di saluran cerna.
c. Anemia hemolitik
Terjadi penurunan usia sel darah merah (normal 120 hari) baik
sementara maupun terus-menerus).
3. Anemia aplastik.
Terjadi karena ketidaksanggupan sumsum tulang membentuk sel-sel darah.
E. Patofosiologi
Anemia adalah sebagian akibat produksi sel darah merah tidak mencukupi
dan sebagian lagi akibat sel darah merah yang prematur, kehilangan darah,
kurang nutrisi dan herediter. Semuanya ini mengakibatkan gangguan atau
kerusakan pada sumsum tulang. Sel darah merah mengalami penghancuran
dalam sirkulasi seperti pada berbagai kelainan hemolitik. Karena jumlah
efektif sel darah merah berkurang, maka lebih sedikit O 2 yang dikirimkan ke
jaringan. Kehilangan darah yang mendadak (30% atau lebih), seperti pada
perdarahan, menimbulkan simtomatologi sekunder hipovolemia dan
hipoksemia. Tanda dan gejala yang sering timbul adalah gelisah, diaforesis
(keringat dingin), takikardia, sesak nafas, kolaps sirkulasi yang progresif cepat
atau syok. Takikardia dan bising jantung (suara yang disebabkan oleh
kecepatan aliran darah yang meningkat. Angina (sakit dada), khususnya pada
penderita yang tua dengan stenosis koroner, dapat diakibatkan karena iskemia
miokardium. Pada anemia berat, dapat menimbulkan payah jantung kongestif
sebab otot jantung kekurangan oksigen dengan beban kerja jantung yang
meningkat. Dispnea, nafas pendek dan cepat, lelah waktu melakukan aktivitas
jasmani merupakan manifestasi berkurangnya pengiriman O2. Sakit kepala,
pusing, kelemahan dan tinitus (telinga berdengung) dapat menggambarkan
berkurangnya oksigenisasi pada susunan saraf pusat. Pada anemia yang berat
dapat juga timbul gejala saluran cerna yang umumnya berhubungan dengan
keadaan defisiensi. Gejala-gejala ini adalah anoreksia, nausea, konstipasi atau
diare dan stomatitis. Penghancuran sel darah merah dalam sirkulasi, dikenal
dengan nama hemolisis, terjadi bila gangguan pada sel darah merah itu sendiri
yang memperpendek hidupnya atau karena perubahan lingkungan yang
mengakibatkan penghancuran sel darah merah. Keadaan dimana sel darah
merah itu terganggu, adalah :
1. Hemoglobinopati : hemoglobin abnormal yang diturunkan misalnya
anemia sel sabit.
2. Gangguan sintesis globin, misalnya thalasemia.
3. Gangguan membran sel darah merah, misalnya sterositosis herediter.
4. Defisiensi enzim, misalnya defisiensi G6PD (glucose 6-fosfat
dehidogenase).
F. Tanda dan Gejala
1. Kulit (pucat, kuning, pruritus)
2. Mata (ikterik, konjungtiva dan sklera, penglihatan kabur)

3. Mulut (glositis, rasa tidak enak di mulut)


4. Kardiovaskuler (takikardia, peningkatan tekanan darah, murmur sistolik,
intermittent claudication, nyeri, CHF, MCI)
5. Paru-paru (tachypnea, orthopnea, dyspnea)
6. Saraf (sakit kepala, pusing, penurunan aktivitas)
7. Sistem pencernaan (anorexia, hepatomegali, splenomegali, gangguan
menelan)
8. Muskuloskeletal (nyeri pada tulang)]
9. Umum (sensitif terhadap dingin, penurunan berat badan dan mudah
mengantuk).
G. Test Diagnostik
1. Darah lengkap
a. Hemoglobin
b. Hematokrit
c. Retikulosit
d. Bilirubin
e. Eritrosit
f. Trombosit
g. Leukosit.
2. Pemeriksaan feses
3. Pemeriksaan urine
4. BMP hiperplasi pada sumsum tulang
5. Rontgen foto cholelithiasis
6. Scan liver splan
7. Serum vitamin B12
H. Komplikasi
Komplikasi umum anemia meliputi gagal jantung, parestesia dan kejang.
Pada setiap tingkat anemia, pasien dengan penyakit jantung cenderung lebih
besar kemungkinannya mengalami angina atau gejala gagal jantung kongestif
daripada seseorang yang tidak mempunyai penyakit jantung. Komplikasi dapat
terjadi sehubungan dengan jenis anemia tertentu.
I. Penatalaksanaan
1. Transfusi darah.
2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi
3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah
4. Terapi oksigen menghindari situasi kekurangan oksigen
5. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau
II.

Konsep Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
a. Adanya kelelahan, sakit kepala, adanya keluhan kedinginan.
b. Riwayat perdarahan, misalnya ulcus, haemoroid, penyakit ginjal,
penyakit hati, Ca, infeksi kronis, adanya angina.
c. Adanya riwayat pengobatan.
d. Riwayat terkena zat kimia, seperti radiasi.
e. Kaji riwayat keturunan seperti anemia thalasemia.

2. Pola nutrisi metabolik


a. Penurunan BB.
b. Kurang nafsu makan.
c. Mual muntah.
d. Adanya gangguan dalam mulut, tidak selera makan.
e. Kelainan rasa pengecapan.
3. Pola eliminasi
a. Adanya konstipasi dan diare.
b. Adanya kembung, peningkatan peristaltik usus.
c. Penurunan pengeluaran urine.
d. Adanya perdarahan di feses dan urine.
4. Pola aktivitas dan latihan
a. Adanya kelelahan dan toleransi beraktifitas.
b. Kelemahan, kelelahan, malaise.
c. Penurunan latihan.
d. Kebutuhan istirahat dan tidur bertambah.
5. Pola persepsi kognitif
a. Adanya sakit kepala, pusing.
b. Ada rasa baal di tangan dan kaki.
c. Operasi besar seperti splenectomi, pengangkatan prostat.
d. Nyeri dada dan tulang.
e. Adanya gangguan penglihatan dan pendengaran.
f. Gatal-gatal.
g. Hipersensitif terhadap dingin.
6. Pola reproduksi dan seksualitas
a. Adanya penurunan libido.
b. Perubahan siklus menstruasi menorhagia, amenorhoe.
c. Impoten.
d. Metrokhagia.
e. Perdarahan pada sebelum dan sesudah partus.

1.
2.
3.
4.
5.
6.

B. Diagnosa
Perubahan perfusi jaringan b.d kekurangan oksigen dalam sel darah
merah.
Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d anorexia.
Risiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d hypoxemia jaringan, bed rest,
imobilisasi.
Ketidakmampuan merawat diri b.d kelemahan dan kelelahan karena
penurunan oksigen dalam darah.
Perubahan pola eliminasi : konstipasi atau diare b.d perubahan intake dan
perubahan dalam digestif efek samping obat.
Risiko tinggi infeksi b.d pertahanan sekunder yang tidak adekuat seperti
penurunan Hb, leucopeni.
C. Rencana keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan b.d kekurangan oksigen dalam sel darah merah.
Hasil yang diharapkan :
a. Oksigen dalam sel darah merah terpenuhi.
b. Tidak terjadi cyanosis.

Rencana Tindakan :
a. Berikan posisi semifowler.
R/ Meningkatkan ekspansi paru.
b. Monitor dan catat tanda hypoxemia seperti kelemahan, kelelahan, dam
confusi.
R/ Mengetahui lebih dini tanda hypoxemia dan menolong memberi
intervensi selanjutnya.
c. Kaji konjungtiva dan tanda-tanda cyanosis.
R/ Untuk mengetahui tanda-tanda kekurangan oksigen.
d. Kaji pernapasan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas.
R/ Kemungkinan timbulnya dispnea dan tachipnea.
e. Berikan oksigen sesuai program medik.
R/ Meningkatkan suplai oksigen karena hipoksia.
f. Monitor AGD.
R/ Penurunan pH dan tanda hipoksemia.
g. Monitor Hb.
R/ Menentukan kapasitas anemia.
h. Ajarkan teknik relaksasi dan napas efektif.
R/ Mengurangi dispnea.
2. Kekurangan nutrisi b.d anoreksia tidak nafsu makan.
Hasil yang diharapkan :
a. Pasien mampu menghabiskan makanan 1 porsi.
b. Tidak terjadi penurunan berat badan.
c. Tidak terjadi dehidrasi.
Rencana Tindakan :
a. Jaga higiene mulut sesudah dan sebelum makan.
R/ Memberi rasa nyaman dan meningkatkan nafsu makan
b. Observasi kelainan di lidah, mulut dan oesofagus.
R/ Stomatitis dan glositis dan kemungkinan terjadi anemia.
c. Beri diit lunak pada kelainan mulut.
R/ Untuk mencegah iritasi lebih lanjut.
d. Beri vitamin dan mineral sesuai pesan dokter.
R/ Untuk meningkatkan absorbsi dan metabolisme.
e. Ajarkan pasien tentang diet dan hubungan diet dan hubungan dengan
penyakitnya.
R/ Meningkatkan kooperatif pasien untuk menaati diet.
f. Catat porsi makan yang dihabiskan.
R/ Memberi masukan dan jumlah kalori.
g. Timbang berat badan tiap hari.
R/ Perubahan berat badan membantu perubahan nutrisi.
4. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d hypoxemia jaringan, bedrest,
imobilisasi.
Hasil yang diharapkan :
Kerusakan integritas kulit tidak terjadi.
Rencana Tindakan :
a. Kaji kulit pasien terhadap adanya kemerahan dan indurasi.
R/ Penekanan pada daerah tertentu akan menghambat sirkulasi dan
hypoxemia jaringan.
b. Kaji kebersihan kulit.

R/ Mencegah infeksi.
c. Berikan posisi selang seling tiap 2 jam.
R/ Memperlancar sirkulasi darah dan mencegah penekanan.
d. Ajarkan latihan ROM
R/ Merangsang sirkulasi.
5. Ketidakmampuan merawat diri b.d kelemahan, kelelahan karena
penurunan oksigen di dalam darah.
Hasil yang diharapkan :
a. Pasien dapat memenuhi kebutuhan nutrisi.
b. Kelelahan, kelemahan tidak terjadi lagi.
Rencana Tindakan :
a. Kaji kemampuan pasien untuk melakukan aktifitas harian tanpa ada
keluhan, kelemahan, fatigue, kesulitan beraktifitas.
R/ Intervensi selanjutnya.
b. Dekatkan kebutuhan pasien seperti air, tissue, bel.
R/ Mengurangi kebutuhan pasien sesuai tingkat kemampuan pasien.
c. Anjurkan pasien untuk mobilisasi secara bertahap.
R/ Membantu mempercepat pasien kooperatif.
d. Ubah posisi pasien secara bertahap dan monitor dizziness.
R/ Indikasi dari hipotensi postural atau hipoksia serebral dapat
menyebabkan nausea/muntah, resiko perlukaan.
6. Perubahan pola eliminasi : konstipasi/diare b.d penurunan intake,
perubahan dalam digestif efek samping obat.
Hasil yang diharapkan :
a. Pola eliminasi normal.
b. Konstipasi tidak terjadi.
Rencana Tindakan :
a. Observasi feses, konsistensi, frekuensi dan jumlah
R/ Mengidentifikasi penyebab atau faktor yang menunjang intervensi
selanjutnya.
b. Auskultasi bising usus.
R/ Bising usus meningkat pada diare dan menurun pada konstipasi.
c. Monitor dan laporkan intake output per oral.
R/ Dapat menunjukkan dehidrasi, kehilangan cairan berlebihan atau
tambahan dalam mengidentifikasi defisiensi.
d. Konsultasi dengan ahli diet untuk pemberian diet seimbang tinggi serat.
R/ Makanan tinggi serat mempertahankan enzim pencernaan dan
penyerapan cairan.
7. Resiko tinggi b.d pertahanan sekunder yang tidak adekuat seperti Hb,
leukopeni.
Hasil yang diharapkan :
Infeksi tidak terjadi.
Rencana Tindakan :
a. Kembangkan cara mencuci tangan yang benar dalam memberikan
perawatan kepada pasien.
R/ Mencegah infeksi silang.

b. Pertahankan tehnik aseptik sesuai dengan prosedur atau pengobatan


luka.
R/ Mengurangi resiko infeksi bakterial.
c. Berikan perawatan kulit, mulut dan perianal secara teliti dan cermat.
R/ Mengurangi resiko kerusakan integritas kulit atau jaringan dan
infeksi.
d. Monitor temperatur atau suhu, catat bila ada kedinginan, takikardia
R/ Akibat dari infeksi yang membutuhkan tindakan.
D. Implementasi
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan disusun
dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan
yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan
untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan
klien.
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan,
penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.
E. Evaluasi
1. Evaluasi formatif
Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon pasien segera pada saat
/ setelah dilakukan tindakan keperawatan
2. Evaluasi Sumatif
Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status kesehatan
sesuai waktu pada tujuan

Anda mungkin juga menyukai

  • BRONKOPNEUMONIA
    BRONKOPNEUMONIA
    Dokumen3 halaman
    BRONKOPNEUMONIA
    Mukaromah Saiank'adyslamanya
    60% (5)
  • Awas DB
    Awas DB
    Dokumen3 halaman
    Awas DB
    Edita Manlea
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Diet Rendah Lemak
    Leaflet Diet Rendah Lemak
    Dokumen3 halaman
    Leaflet Diet Rendah Lemak
    Edita Manlea
    100% (1)
  • Laporan Pendahuluan Cva
    Laporan Pendahuluan Cva
    Dokumen18 halaman
    Laporan Pendahuluan Cva
    Edita Manlea
    Belum ada peringkat
  • Askep CKD
    Askep CKD
    Dokumen45 halaman
    Askep CKD
    Edita Manlea
    Belum ada peringkat
  • Trauma Abdomen
    Trauma Abdomen
    Dokumen52 halaman
    Trauma Abdomen
    Edita Manlea
    Belum ada peringkat
  • LP Hipertensi
    LP Hipertensi
    Dokumen14 halaman
    LP Hipertensi
    Edita Manlea
    Belum ada peringkat
  • Trauma Abdomen
    Trauma Abdomen
    Dokumen52 halaman
    Trauma Abdomen
    Edita Manlea
    Belum ada peringkat
  • LP Hipertensi
    LP Hipertensi
    Dokumen14 halaman
    LP Hipertensi
    Edita Manlea
    Belum ada peringkat
  • Askep Anemia
    Askep Anemia
    Dokumen11 halaman
    Askep Anemia
    Edita Manlea
    Belum ada peringkat
  • Askep Anemia
    Askep Anemia
    Dokumen11 halaman
    Askep Anemia
    Edita Manlea
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen15 halaman
    Bab Ii
    Edita Manlea
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen15 halaman
    Bab Ii
    Edita Manlea
    Belum ada peringkat