Konsep Teori
A. Pengertian
Anemia merupakan keadaan di mana masa eritrosit dan atau masa
hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan
oksigen bagi jaringan tubuh (Handayani dan Haribowo, 2008)
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya jumlah sel darah
merah dan kadar Hb dan Ht di bawah normal (Brunner & Suddarth, 2000).
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar haemoglobin atau jumlah
eritrosit lebih rendah dari keadaan normal yaitu bila Hb berkurang dari 14
g/dl dan hematokrit kurang dari 41% pada pria atau Hb kurang dari 12 g/dl
dan hematokrit kurang dari 37% pada wanita (Mansjoer, 2000).
Jadi, anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosi (sel darah merah) dan
kadar hemoglobin (Hb) didalam darah.
B. Anatomi fisiologi
Darah adalah suatu jaringan tubuh berupa cairan yang terdapat di
pembuluh darah yang jumlahnya pada orang sehat dewasa 1/3 dari berat badan
atau kira-kira 4-5 liter. Hal ini tergantung dari umur, pekerjaan, keadaan
jantung dan pembuluh darah. Darah terdiri dari komponen cair (plasma) : 9192% dan padat 7-9%.
Komponen padat darah terdiri dari :
1. Eritrosit (sel darah merah)
Berbentuk bulat pipih, tidak mempunyai inti sel, jumlahnya kira-kira 5
juta/mm3 darah. Dibentuk dalam sumsum tulang dan dirangsang oleh
hormon eritropoetin yang berasal dari ginjal. Usia eritrosit dalam
peredarannya adalah 120 hari. Di dalam sel eritrosit dapat didapat
hemoglobin yaitu suatu senyawa kimiawi yang terdiri dari molekul Hem
yang mempunyai ion Fe (besi) yang terkait dengan rantai globin (suatu
senyawa protein). Hemoglobin berperan mengangkut oksigen dan CO2.
Jumlah hemoglobin pada laki-laki 14-16 gr% dan wanita 12-14%.
Komponen eritrosit :
a. membran eritrosit
b. sistem enzim
c. hemoglobin, komponennya terdiri atas :
1) heme yang merupakan gabungan protoporfirin denagn besi
2) globin : bagian protein yang terdiri aats 2 rantai alfa dan 2 rantai
beta.
Terdapat sekitar 300 molekul Hb dalam setiap sel darah merah.
Tugas akhir Hb adalah : menyerap karbondioksida dan ion hydrogen
serta membawanya ke paru tempat zat-zat tersebut dilepaskan dari Hb.
Sifat-sifat sel darah merah :
1) Normositik = sel yang ukurannya normal.
2) Normokromik = sel dengan jumlah hemoglobin yang normal.
3) Mikrositik = sel yang ukurannya terlalu kecil.
4) Makrositik = sel yang ukurannya terlalu besar.
Genggaminternet.com
2. Leukosit (sel darah putih)
Berwarna bening, dapat berubah-ubah serta mempunyai inti sel.
Jumlah sel darah putih normalnya adalah 4.800-10.800 / mm 3. Jenis-jenis
dari golongan sel ini adalah golongan yang tidak bergranula, yaitu limfosit
T dan B monosit dan makrofag serta golongan yang bergranula,yaitu
eosinofil, basofil, dan neutrofil.
Kliks.com
Fungsi.web.id
3. Keping darah (Trombosit)
Trombosit adalah bagian dari beberapa sel-sel besar dalam sumsum
tulang yang berbentuk cakram bulat, oval, bikonveks, tidak berinti, dan
hidup sekitar 10 hari. Jumlah trombosit antara 150 dan 400 x 10 9/liter
(150.000-400.000/milimeter) sekitar 30-40% terkonsentrasi didalam limpa
dan sisanya bersirkulasi dalam darah.
Fungsi trombosit yaitu berperan penting dalam pembentukan bekuan
darah diantaranya mengubah bentuk dan kualitas setelah berikatan dengan
pembuluh yang cedera.
5. Plasma darah
Plasma darah adalah bagian darah yang encer tanpa sel-sel
darah, warnanya bening kekuning-kuningan hamper 90% dari plasma
darah terdiri atas air.
Zat-zat yang terdapat dalam plasma darah sebagai berikut :
a. Fibrinogen yang berguna dalam peristiwa pembekuan darah.
b. Garam-garam mineral seperti garam kalsium, kalium, natrium, dan
lain-lain yang berguna dalam metabolisme dan juga mengadakan
osmotik.
c. Protein darah (albumin dan globulin) menigkatkan viskositas darah
juga menimbulkan tekanan osmotic untuk memelihara
keseimbangan cairan dalam tubuh
d. Zat makanan (asam amino, glukosa, lemak, mineral, vitamin).
e. Hormone, yaitu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh.
f. Antibody.
6. Limpa
Merupakan organ lunak kurang lebih berukuran 1 kepalan tangan.
Limpa terletak pada pojok atas kiri abdomen di bawah costa, limpa
terdiri atas kapsula limpa fibroelastin, folikel (masa jaringan limpa)
dan pulpa merah (jaringan ikat, sel eritrosit, sel leukosit).
7. Trombosit (sel pembeku darah)
Berupa benda-benda kecil yang mati dimana bentuk dan ukurannya
bermacam-macam. Trombosit dibuat di sumsum tulang, paru-paru dan
Disehat.com
D. Klasifikasi
1. Anemia mikrositik hipokrom
Adalah keadaan dimana kandungan besi tubuh total turun di bawah
tingkat normal (dewasa pria : 13,5-18 g/dl; wanita : 12-16 g/dl). Besi
diperlukan untuk sintesa hemoglobin).
2. Anemia makrositik
a. Anemia defisiensi Vit. B12 (pernisiosa)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
B. Diagnosa
Perubahan perfusi jaringan b.d kekurangan oksigen dalam sel darah
merah.
Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d anorexia.
Risiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d hypoxemia jaringan, bed rest,
imobilisasi.
Ketidakmampuan merawat diri b.d kelemahan dan kelelahan karena
penurunan oksigen dalam darah.
Perubahan pola eliminasi : konstipasi atau diare b.d perubahan intake dan
perubahan dalam digestif efek samping obat.
Risiko tinggi infeksi b.d pertahanan sekunder yang tidak adekuat seperti
penurunan Hb, leucopeni.
C. Rencana keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan b.d kekurangan oksigen dalam sel darah merah.
Hasil yang diharapkan :
a. Oksigen dalam sel darah merah terpenuhi.
b. Tidak terjadi cyanosis.
Rencana Tindakan :
a. Berikan posisi semifowler.
R/ Meningkatkan ekspansi paru.
b. Monitor dan catat tanda hypoxemia seperti kelemahan, kelelahan, dam
confusi.
R/ Mengetahui lebih dini tanda hypoxemia dan menolong memberi
intervensi selanjutnya.
c. Kaji konjungtiva dan tanda-tanda cyanosis.
R/ Untuk mengetahui tanda-tanda kekurangan oksigen.
d. Kaji pernapasan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas.
R/ Kemungkinan timbulnya dispnea dan tachipnea.
e. Berikan oksigen sesuai program medik.
R/ Meningkatkan suplai oksigen karena hipoksia.
f. Monitor AGD.
R/ Penurunan pH dan tanda hipoksemia.
g. Monitor Hb.
R/ Menentukan kapasitas anemia.
h. Ajarkan teknik relaksasi dan napas efektif.
R/ Mengurangi dispnea.
2. Kekurangan nutrisi b.d anoreksia tidak nafsu makan.
Hasil yang diharapkan :
a. Pasien mampu menghabiskan makanan 1 porsi.
b. Tidak terjadi penurunan berat badan.
c. Tidak terjadi dehidrasi.
Rencana Tindakan :
a. Jaga higiene mulut sesudah dan sebelum makan.
R/ Memberi rasa nyaman dan meningkatkan nafsu makan
b. Observasi kelainan di lidah, mulut dan oesofagus.
R/ Stomatitis dan glositis dan kemungkinan terjadi anemia.
c. Beri diit lunak pada kelainan mulut.
R/ Untuk mencegah iritasi lebih lanjut.
d. Beri vitamin dan mineral sesuai pesan dokter.
R/ Untuk meningkatkan absorbsi dan metabolisme.
e. Ajarkan pasien tentang diet dan hubungan diet dan hubungan dengan
penyakitnya.
R/ Meningkatkan kooperatif pasien untuk menaati diet.
f. Catat porsi makan yang dihabiskan.
R/ Memberi masukan dan jumlah kalori.
g. Timbang berat badan tiap hari.
R/ Perubahan berat badan membantu perubahan nutrisi.
4. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d hypoxemia jaringan, bedrest,
imobilisasi.
Hasil yang diharapkan :
Kerusakan integritas kulit tidak terjadi.
Rencana Tindakan :
a. Kaji kulit pasien terhadap adanya kemerahan dan indurasi.
R/ Penekanan pada daerah tertentu akan menghambat sirkulasi dan
hypoxemia jaringan.
b. Kaji kebersihan kulit.
R/ Mencegah infeksi.
c. Berikan posisi selang seling tiap 2 jam.
R/ Memperlancar sirkulasi darah dan mencegah penekanan.
d. Ajarkan latihan ROM
R/ Merangsang sirkulasi.
5. Ketidakmampuan merawat diri b.d kelemahan, kelelahan karena
penurunan oksigen di dalam darah.
Hasil yang diharapkan :
a. Pasien dapat memenuhi kebutuhan nutrisi.
b. Kelelahan, kelemahan tidak terjadi lagi.
Rencana Tindakan :
a. Kaji kemampuan pasien untuk melakukan aktifitas harian tanpa ada
keluhan, kelemahan, fatigue, kesulitan beraktifitas.
R/ Intervensi selanjutnya.
b. Dekatkan kebutuhan pasien seperti air, tissue, bel.
R/ Mengurangi kebutuhan pasien sesuai tingkat kemampuan pasien.
c. Anjurkan pasien untuk mobilisasi secara bertahap.
R/ Membantu mempercepat pasien kooperatif.
d. Ubah posisi pasien secara bertahap dan monitor dizziness.
R/ Indikasi dari hipotensi postural atau hipoksia serebral dapat
menyebabkan nausea/muntah, resiko perlukaan.
6. Perubahan pola eliminasi : konstipasi/diare b.d penurunan intake,
perubahan dalam digestif efek samping obat.
Hasil yang diharapkan :
a. Pola eliminasi normal.
b. Konstipasi tidak terjadi.
Rencana Tindakan :
a. Observasi feses, konsistensi, frekuensi dan jumlah
R/ Mengidentifikasi penyebab atau faktor yang menunjang intervensi
selanjutnya.
b. Auskultasi bising usus.
R/ Bising usus meningkat pada diare dan menurun pada konstipasi.
c. Monitor dan laporkan intake output per oral.
R/ Dapat menunjukkan dehidrasi, kehilangan cairan berlebihan atau
tambahan dalam mengidentifikasi defisiensi.
d. Konsultasi dengan ahli diet untuk pemberian diet seimbang tinggi serat.
R/ Makanan tinggi serat mempertahankan enzim pencernaan dan
penyerapan cairan.
7. Resiko tinggi b.d pertahanan sekunder yang tidak adekuat seperti Hb,
leukopeni.
Hasil yang diharapkan :
Infeksi tidak terjadi.
Rencana Tindakan :
a. Kembangkan cara mencuci tangan yang benar dalam memberikan
perawatan kepada pasien.
R/ Mencegah infeksi silang.