PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Trauma adalah cedera fisik dan psikis, kekerasan yang mengakibatkan
cedera (Musliha, 2010).
Trauma abdomen adalah terjadinya kerusakan pada organ abdomen yang
dapat
menyebabkan
perubahan
fisiologi
sehingga
terjadi
gangguan
berada
dalam
ancaman
kematian
karena
adanya
gangguan
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Anatomi Fisiologi
1. Pengertian Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan adalah sistem yang berfungsi untuk melakukan
proses pengolahan makanan sehingga dapat diserap dan digunakan oleh
sel-sel tubuh secara fisika maupun secara kimiawi. System pencernaan ini
terdiri dari saluran pencernaan, yaitu tuba muscular panjang yang
merentang dari mulut sampai anus, dan organ-organ aksesoris, seperti gigi,
lidah, kelenjar saliva, hati, kandung empedu dan pancreas.Saluran
pencernaan yang terletak di bawah area diafragma disebut saluran
grastrointestinal. Sedangkan pengertian dari fisiologi pencernaan itu
sendiri adalah mempelajari fungsi atau kerja system pencernaan dalam
keadaan normal.
2. Fungsi Sistem Pencernaan
Fungsi utama dari sistem ini adalah untuk menyediakan makanan, air,
dan elektrolit bagi tubuh dari nutrient yang dicerna sehingga siap
diabsorpsi. Pencernaan berlangsung secara mekanik dan kimia, dan
meliputi proses berikut:
a. Ingesti adalah masuknya makanan ke dalam mulut.
Pemotongan dan penggilingan makanan dilakukan secara mekanik
oleh gigi. Makanan kemudian bercampur dengan saliva sebelum
ditelan(menelan).
b. Peristalsik adalah gelombang kontraksi otot polos involunter yang
menggerakkan makanan tertelan melalui saluran pencernaan.
c. Digesti adalah hidrolisis kimia (penguraian) molekul besar menjadi
molekul kecil sehingga absorpsi dapat berlangsung.
Dinding saluran terusun dari 4 lapisan jaringan dasar dari lumen (rongga
sentral) ke arah luar. Komponen lapisan pada setiap regio bervariasi sesuai
fungsi
Mukosa (membran mukosa) tersusun dari tiga lapisan.
4
dan
memperlebar
lumen
saluran.
Kontraksi
ini
Peritoneum,
mesenterium,
dan
omentum
abdominopelvis
adalah
tubuh manusia
dan terdiri
dari
2 lapisan
yang
shock.
Hepar
merupakan
organ
penting
untuk
g. Usus Besar
Begitu materi dalam saluran pencernaan masuk ke usus besar,
sebagian nutrient telah dicerna dan di absorpsi dan hanya menyisakan
zat-zat yang tidak tercerna. Usus besar tidak memiliki vili, plicae
cilculares (lipatan sirkular) dan diameternya lebih lebar, panjangnya
lebih pendek, dan daya renggangnya lebih besar disbandingkan usus
halus. Usus besar terdiri dari sekum (kantong tertutup yang
menggantung di bawah area katup ileosekal), kolon (kolon asenden,
kolon tranversa, kolon desenden), rectum (bagian saluran dengan
panjang 12-13cm, yang berakhir pada saluran anal dan membuka ke
eksterior di anus.
Usus besar berfungsi diantaranya adalah:
1) Usus besar mengabsorpsi 80% sampai 90% air dan elektrolit dari
kimus yang tersisa dan mengubah kimus dari cairan menjadi massa
semi padat.
2) Usus besar hanya memproduksi mucus. Sekresinya tidak
mengandung enzim atau hormon pencernaan.
3) Sejumlah bakteri dalam kolon mampu mencerna sejumlah kecil
selulosa dan memproduksi sedikit kalori nutrient bagi tubuh dalam
11
12
berfungsi:
menguraikan
disakarida
menjadi
monosakarida.
2) Erepsinogen, Berfungsi: erepsin yang belum aktif yang akan diubah
menjadi erepsin. Erepsin mengubah pepton menjadi asam amino.
3) Hormon Sekretin, Berfungsi: merangsang kelenjar pankreas
mengeluarkan senyawa kimia yang dihasilkan ke usus halus.
4) Hormon CCK (Kolesis Tokinin), Berfungsi: merangsang hati untuk
mengeluarkan cairang empedu ke dalam usus halus.
5) Enzim dan hormon pencernaan pankreas
6) Bikarbonat, Berfungsi: menetralkan suasana asam dari makanan yang
berasal dari lambung.
7) Enterokinase, Berfungsi: mengaktifkan erepsinogen menjadi erepsin
serta mengaktifkan tripsinogen menjadi tripsin tripsin mengubah
pepton menjadi asam amino.
8) Amilase, Berfungsi: mengubah amilum menjadi disakarida.
9) Lipase, Berfungsi: mencerna Lemak menjadi asam lemak dan gliserol.
10) Kimotripsin, Berfungsi: mengubah peptone menjadi asam amino.
11) Nuklease, Berfungsi: munguraikan nukleotida menjadi nukleosida dan
gugus prospat.
12) Hormon insulin, Berfungsi: menurunkan kadar gula dalam darah
sampai menjadi kadar normal.
13) Hormon Glukagon: menaikkan kadar gula darah sampai menjadi kadar
normal.
Konsituen
Sumber sel
Fungsi utama
13
Asam
hidroklorida
Faktor
intrinsik
Pepsinogen
Chief cell
Mukus
Sel-sel mukus
Bikarbonat
Kelenjar pilorus
Sel-sel
epitel Proteksi mukosa lambung
Gastrin
permukaan
Sel-sel
G
antrum pilorik)
dalam lambung dan bagian eksokrin asinus pankreas
Somatostatin Sel-sel D (di seluruh Supresi sekresi asam
mukosa lambung)
j. Gastrin
Gastrin diproduksi di dinding lambung. Distimulus dan disekresikan
oleh sel-sel dalam lambung untuk produksi makanan dalam lambung,
dan merangsang produksi asam hidroklorat oleh sel parietal lambung
dan meningkatkan pergerakan dari dinding lambung. HCl dalam
lambung bertanggungjawab untuk mengaktifkan enzim pencernaan
terpenting di lumbung, pepsin. Pengaruh hormon ini dalam mengatur
pencernaan sebagai perangsang sekresi terus-menerus getah lambung
dan pengaruhnya kuat untuk mempermudah pengosongan lambung.
Enterogastron (sekretin)
Dihasilkan oleh usus halus yang dipicu oleh kehadiran asam pada usus
12 jari. Hormon ini merangsang pankreas untuk menyekresikan enzim
pencernaan termasuk ion bikarbonat umtuk menetralkan asam. Ion
bikarbonat merupakan buffer dari tingkat keasaman bubur makanan
(chyme) yang memasuki usus halus dari lambung.Hal ini penting
karena enzim-enzim yang diperlukan untuk pencernaan di usus halus
tidak dapat bekerja dalam lingkungan asam. Pengaruh hormon ini
dalam
proses
pencernaan
yaitu
merangsang
pankreas
untuk
duodenum. Pengaruhnya
menghambat
peristalsis
menyaring
dan
menghancurkan
mikroorganisme
15
untuk
trauma
abdomen
merupakan
cedera
yang
17
18
19
21
lanjut.Penegakan
diagnosis
dengan
menggunakan
CT
infeksi
masuk
dalam
tubuh
sehingga
setelah
22
tanda-tanda
yang
mendukung,
perlu
dilakukan
pembedahan segera.
5. Patofisiologi
Jika terjadi trauma penetrasi atau non penetrasi kemungkinan terjadi
perdarahan intra abdomen yang serius, pasien akan memperlihatkan tandatanda iritasi yang disertai penurunan hitung sel darah merah yang akhirnya
gambaran klasik syok hemoragik. Bila suatu organ viseral mengalami
perforasi, maka tanda-tanda perforasi, tanda-tanda iritasi peritoneum cepat
tampak.
Tanda-tanda dalam trauma abdomen tersebut meliputi nyeri tekan,
nyeri spontan, nyeri lepas dan distensi abdomen tanpa bising usus bila
terjadi peritonitis umum. Bila syok telah lanjut pasien akan mengalami
takikardia dan peningkatan suhu tubuh, juga terdapat leukositosis.
Biasanya tanda-tanda peritonitis mungkin belum tampak .pada fase awal
perforasi kecil hanya tanda-tanda tidak khas yang muncul. Bila terdapat
kecurigaan bahwa rongga abdomen, maka operasi harus dilakukan.
6. Patoflow diagram (terlampir)
7. Manisfestasi Klinis
a. Tanda dan gejala pada kasus trauma abdomen, meliputi:
1) nyeri tekan diatas daerah abdomen,
2) distensi abdomen,
3) deman anorexia,
4) mual dan muntah,
5) takikardi,
6) peningkatan suhu tubuh dan
7) nyeri spontan.
b. Pada trauma non penetrasi (tumpul):
25
ultrasound
digunakan
untuk
mengidentifikasi
4area
26
Indikasi pemeriksaan:
1) Trauma non-penetrasi atau trauma penetrasi
2) Setiap pasien yang dicurigai cedera oleh benda tumpul
Keterbatasan pemeriksaan meliputi: perawakan tubuh (obesitas),
cedera tanpa hemoperitoneum (30-40% dari cedera abdomen),
cedera retroperitoneal, difragma, usus).
5) Jarum
gauge-16
digunakan
untuk
menyambungkan
tidak stabil
Hemodinamik pasien stabil diantaranya adalah tidak mungkin
untuk memperoleh tanda-tanda yang dapat dikategorikan
trauma tumpul pada abdomen dan tidak ada pemeriksaan Ctscan yang tersedia. Pemeriksaan ini mencakup pasien yang
tidak sadar atau mabuk atau memiliki cedera tulang belakang.
Indikasi pemeriksaan :
1) Terdapat massa di bagian abdomen
2) Penurunan secara terus menerus pada jumlah hemoglobin atau
hematocrit
29
3)
4)
5)
6)
7)
8)
Tanda peritonitis
Peningkatan tanda tenderness, kekakuan
Perforasi peritoneal
Tanda positif pada hasil peritoneal lavage
Cairan pada retroperitoneal
Shok hemoragik yang tidak bisa dijelaskan
Kontraindikasi pemeriksaan:
1) Diagnostic lavage peritoneal tidak diperlukan untuk pasien yang
akan langsung menjalani tindakan pembedahan (laparatomi,
misalnya pada kasus trauma tembus)
2) Prosedur ini tidak dianjurkan untuk anak-anak
3) Distensi pada vesika urinaria. Vesika urinaria perlu dikosongkan
(dengan pemasangan volley kateter) dan bagian abdomen yang
dekompresi atau dihilangkan tekanan udara(dengan NGT atau
suction)
4) Kehamilan
5) Hematoma pada dinding abdomen
6) Scars pada abdomen akibat tindakan pembedahan terdahulu
d. Angiogram
Berguna untuk mengidentikasi cedera vascular signikan yang
dapat ditangani dengan embolisasi di ruang radiologi intervensi.
Berguna untuk manajemen cedera limpa dan hati yang nonoperatif
tempat setiap ekstravasasi aktif dapat dikendalikan melalui embolisasi.
Pada pasien yang hemodinamikanya tidak stabil untuk mengontrol
cederal vaskular dapat dilakukan embolisasi.
9. Komplikasi
a. Trombosis Vena
30
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Emboli Pulmonar
Stress Ulserasi dan perdarahan
Pneumonia
Atelektasis
Syok sepsis
Usus: obstruksi usus, peritonitis, sepsis, nekrotik usus, dan syok.
Ginjal: Gagal ginjal akut (GGA)
Syok Hipovolemik.
mengakji
status
33
abdomen.
Tindakan
selanjutnya
akan
dilakukan
prosedur
laparotomy.
Kontra indikasi dilakukan Diagnostic Peritoneal Lavage(DPL),
antam lain;
(7) Hamil
(8) Pernah operasi abdominal
(9) Operator tidak berpengalaman
(10) Bila hasilnya tidak akan merubah penatalaksanaan\
2) Penanganan awal trauma Penetrasi (Trauma tajam)
a) Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda tajam
lainnya) tidak boleh dicabut kecuali dengan adanya tim medis.
Penanganannya bila terjadi luka rusuk cukup dengan melilirkan
dengan kain kassa pada daerah antara pisau untuk memfiksasi
pisau sehingga tidak memperparah luka
b) Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ tersebut
tidak dianjurkan dimasukkan kembali kedalam tubuh, kemudian
organ yang keluar dari dalam tersebut dibalut kain bersih dan
lembab atau bila ada verban steril yang dibasahi dengan larutan
salin.
c) Monitor dalam pemasangan infus, untuk penggantian cairan cepat
d) Perhatikan kejadian syok setelah respon awal terhadap transfuse;
hal ini sering merupakan tanda perdarahan internal
e) Aspirasi lambung dengan selang NGT
f) Imobilisasi pasien
g) Tidak dianjurkan memberi makan dan minum untuk mencegah
meningkatnya peristaltic usus dan muntah
h) Berikan profilaksis tetanus sesuai ketentuan
i) Berikan antibiotic spekrum luas sesuai ketentuan untuk mencegah
infeksi
j) Siapkan pasien pada tindakan pembedahan jika ditemukan tanda
syok,
kehilangan
darah,
udara
bebas
di
diafragma,
34
(1) Luka tusuk dengan syok, bising usus hilang, prolapse isi usus,
darah dalam lambung, buli-buli/ rectum, udara bebas
intraperitoneal, parasintesis abdomen/ lavage peritoneal positif,
pad ekplorasi luka menembus peritoneum
(2) Luka tembak
(3) Trauma tumpul dengan; syok, darah dalam lambung, bulibuli/rectum udara bebas intrapetoneal, parasintesis abdomen/
lavase peritoneal positif
3) Pemeriksaan awal pada Trauma penetrasi
Bila ada dugaan bahwa ada luka tembus dinding abdomen, seorang
ahli bedah yang berpengalaman akan memeriksa lukanya secara lokal
untuk menentukan dalamnya luka.
Pemeriksaan ini sangat berguna bila ada luka masuk dan luka
keluar yang berdekatan.
a) Skrinning pemeriksaan rontgen
Foto rontgen torak tegak berguna
untuk
menyingkirkan
35
Pemeriksaan ini sangat berguna bila ada luka masuk dan luka
keluar yang berdekatan.
a) Skrinning pemeriksaan rontgen
Foto rontgen torak tegak berguna untuk menyingkirkan
kemungkinan hemo atau pneumotoraks atau untuk menemukan
adanya udara intraperitonium. Serta rontgen abdomen sambil
tidur (supine) untuk menentukan jalan peluru atau adanya udara
retroperitoneum.
b) IVP atau Urogram Excretory dan CT Scanning
Ini di lakukan untuk mengetahui jenis cedera ginjal yang ada.
c) Uretrografi.
Di lakukan untuk mengetauhi adanya rupture uretra.
d) Sistografi
Ini digunakan untuk mengetauhi ada tidaknya cedera pada
kandung kencing, contohnya pada : fraktur pelvis
2) Trauma Non-Penetrasi
Penanganan pada trauma benda tumpul di rumah sakit :
a) Pengambilan contoh darah dan urine
Darah di ambil dari salah satu vena permukaan untuk
pemeriksaan laboratorium rutin, dan juga untuk pemeriksaan
laboratorium khusus seperti pemeriksaan darah lengkap,
potasium, glukosa, amilase.
b) Pemeriksaan rontgen
Pemeriksaan rongten servikal lateral, toraks anteroposterior dan
pelvis adalah pemeriksaan yang harus di lakukan pada
penderita dengan multi trauma, mungkin berguna untuk
mengetahui udara ekstraluminal di retroperitoneum atau udara
bebas di bawah diafragma, yang keduanya memerlukan
laparotomi segera.
c) Study kontras urologi dan gastrointestinal
Dilakukan pada cedera yang meliputi daerah duodenum, kolon
ascendens atau decendens dan dubur (Hudak & Gallo, 2001).
36
lakukan
pemeriksaan
status
respirasi
korban
38
belakang
leher
dari
berisiko
rendah,
peringatan,
gas
darah
arteri
jika
pasien
Panggul)
Digunakan
Untuk
Mengidentifikasi
Cairan
permukaan
posterior.
Sementara
42
harus
dianggap
torakoabdominal
sampai
terbukti
sebaliknya.
h) Observasi adanya eviserasi yang juga dapat terjadi di bagian
samping atau posterior. Segera tutupi usus yang terekspos dengan
kasa yang telah direndam salin agar tetap lembap sampai
pembedahan
i) Stabilkan benda yang menusuk untuk rnencegah kerusakan lebih
lanjut atau perdarahan
j) Pasang slang lambung oral (nasogastrik jika tidak ada cedera wajah
atau kepala) untuk dekompresi lambung dan mencegah aspirasi
1) Jika pasien mulai muntah dengan atau tanpa slang lambung,
miringkan pasien ke kanan
2) Jika pasien masih berada di atas papan, miringkan papan ke
kanan
k) Observasi perineum untuk adanya perdarahan, luka terbuka
1) Jika terdapat luka terbuka, fraktur pelvis terbuka harus
dipertimbangkan
2) Observasi meatus
urinaria
untuk
adanya
perdarahan
suprapubic
Observasi skrotum dan penis untuk adanya cedera eksternal
Identikasi memar perineum, terutama dengan pola kupu-kupu
Observasi adanya darah yang mengucur dari rectum
Idenfikasi keluhan nyeri pasien, catat lokasi, jenis, radiasi,
b) Tidak adanya bising usus dapat disebabkan oleh ileus akibat cedera
multisistem atau akibat cedera abdomen (tanda nonspesik),
ataupun diakibatkan oleh iritasi pada peritoneum
c) Auskultasi bising usus yang terdengar di dada rnerupakan tanda
adanya cedera diafragma dengan herniasi
d) Dengarkan adanya kebisingan di atas aorta abdomen dan arteri ginjal
e) Auskultasi di atas lambung setelah pemasangan slang lambung.
Setelah posisi dipastikan, pasang alat pengisap dengan intermiten
rendah
f) Auskultasi di atas area epigastrik setelah pemasangan slang
endotrakeal untuk memastikan bahwa penempatannya tidak berada
di esofagus
3) Perkusi
a) Perkusi juga sulit untuk didengarkan di ruang trauma
b) Bunyi tumpul mengindikasikan adanya organ padat di bawahnya
atau hemoperitoneum
c) Resonansi di atas abdomen menunjukkan adanya dilatasi lambung;
pasang slang lambung untuk dekompresi jika belum dilakukan;
periksa penempatan slang tersebut jika bunyi resonan tetap ada
setelah slang terpasang
d) Daerah timpani lain
yang
terjadi
saat
diperkusi
dapat
44
bidang
Hilangnya
denyut
ekstremitas
bawah.
Dapat
merangsang
pelepasan
mediator
inflamasi
seperti
total)
untuk
mencegah
malnutrisi
serta
48
pada
organ
yang
menyebabkan
kerusakan
fungsi
d. Manifestasi klinis
Adanya peradangan yang mana keadaan syok yag progresif
melibatkan aktivasi sistemik respon.
e. Penatalaksanaan
Perbaikan hemodinamik-preload
komposisi
mendekati
komposisi
cairan
tubuh,
pemberian
volume
besar
dapat
50
menjalani
pembedahan
mayor.
Kejadian
asidosis
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Trauma adalah cedera fisik dan psikis, kekerasan yang mengakibatkan
cedera (Musliha, 2010). Trauma abdomen adalah terjadinya kerusakan pada
organ abdomen yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi
gangguan metabolism, kelainan imunologi dan gangguan faal berbagai organ.
Trauma abdomen merupakan cedera yang mengenai bagian abdomen yang
dapat terjadi secara terbuka (penetrating trauma) dan tertutup (blunt trauma)
(Newberry, 2005).
Dalam pebuatan makalah ini juga penulis menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah masih terdapat banyak kesalahan, kekurangan serta
kejanggalan baik dalam penulisan maupun dalam pengonsepan materi. Untuk
itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
51
kedepan lebih baik dan penulis berharap kepada semua pmbaca mahasiswa
khususnya, untuk lebih ditingkatkan dalam pembuatan makalah yang akan
datang.
52