Anda di halaman 1dari 6

Take Home Exam Inteligent of Disaster

Dosen: Mayjen TNI (Purn) Dr. dr. Heridadi, M.Sc

Nama

: Eka Varin Rasfianty

NIM

: 1 2015 0203 011

Prodi

: Manajemen Bencana untuk Keamanan Nasional


UPAYA MITIGASI DAN PENCEGAHAN BENCANA CHEMICAL,

BIOLOGICAL, RADIOLOGICAL, DAN NUCLEAR (CBRN) DI INDONESIA


I. PENDAHULUAN
Indonesia sebagai negara kepulauan yang secara geografis terletak di
daerah khatulistiwa, di antara Benua Asia dan Australia serta di antara
Samudera Pasifik dan Hindia, berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik
utama dunia merupakan wilayah teritorial yang sangat rawan terhadap bencana
alam. Disamping kekayaan alam yang berlimpah, jumlah penduduk yang besar
dengan penyebaran yang tidak merata, pengaturan tata ruang yang belum
tertib, masalah penyimpangan pemanfaatan kekayaan alam, keanekaragaman
suku, agama, adat, budaya, golongan pengaruh globalisasi serta permasalahan
sosial lainnya yang sangat komplek mengakibatkan wilayah Negara Indonesia
menjadi wilayah yang memiliki potensi rawan bencana, baik bencana alam
maupun ulah manusia. Kondisi rawan bencana ini menimbulkan berbagai jenis
ancaman yang berimplikasi pada pertahanan negara baik secara fisik maupun
non fisik. Jenis ancaman yang mungkin timbul adalah ancaman militer,
nonmiliter dan hibrida yang pada umumnya merupakan ancaman nyata dan
belum nyata. Ancaman nyata merupakan ancaman yang sedang dan pasti
dihadapi, seperti terorisme dan radikalisme; separatis dan pemberontakan
bersenjata; bencana alam dan wabah penyakit; pelanggaran wilayah,
perompakan dan pencurian sumber daya alam; siber dan spionase; peredaran
narkotika;

serta

ancaman-ancaman

lainnya

yang

dapat

mengganggu

kepentingan nasional. Sedangkan ancaman belum nyata yaitu konflik terbuka


(perang konvensional) berupa ancaman hibrida yang merupakan ancaman
yang bersifat campuran antara keterpaduan ancaman militer dan nonmiliter,
kombinasi antara ancaman konvensional, asimetrik, teroris dan cyber warfare,
1

Take Home Exam Inteligent of Disaster


Dosen: Mayjen TNI (Purn) Dr. dr. Heridadi, M.Sc

serta kriminal yang beragam dan dinamis. Juga dapat berupa keterpaduan
serangan antara penggunaan senjata kimia, biologi, nuklir dan bahan peledak
(Chemical, Biological, Radiological, and Nuclear atau disingkat CBRN) dan
perang informasi (Permenhan No.19 Tahun 2015).
Jenis ancaman harus dapat diantisipasi melalui kebijakan pertahanan
negara yang fleksibel dan adaptif yang proses penyiapannya tetap mengacu
pada visi dan misi pemerintah. Pencegahan dan mitigasi masuknya ancaman
tersebut harus sedini mungkin dilakukan, karena ancaman ini dapat
menghancurkan negara secara perlahan dan pastinya menyerang generasi
muda sebagai alat penghancurnya.
Oleh karena itu untuk menghindari terjadinya perang konvensional ini,
maka tulisan ini diharapkan dapat memberikan diskripsi bentuk upaya
pencegahan dan mitigasi yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
bencana CBRN di Indonesia.
II. PEMBAHASAN
Kejadian bencana berdampak pada keselamatan masyarakat. Dalam
Buku Putih Pertahanan Indonesia (2008), disebutkan bahwa bencana alam
merupakan

salah

satu

bentuk

ancaman

nirmiliter

yaitu

dari

dimensi

keselamatan umum karena memiliki dampak yang dapat mengancam


keselamatan masyarakat, baik keselamatan jiwa maupun harta benda.
Ancaman nirmiliter adalah ancaman yang menggunakan faktor-faktor nirmiliter
yang dinilai mempunyai kemampuan yang membahayakan kedaulatan negara,
keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa. Ancaman
nirmiliter dapat berdimensi ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, teknologi
dan informasi, serta keselamatan umum. Ancaman untuk perkembangan
sekarang ini bukanlah berupa perang fisik yang hanya mengandalkan tenaga,
tetapi

sifat

dan

karakteristik

perang

telah

bergeser

seiring

dengan

perkembangan teknologi yaitu berupa perang asimetris, perang hibrida dan


perang proxy yang bertujuan menghancurkan musuh melalui penyebaran
bencana CBRN.
Hal ini dapat dilihat pada perkembangan lingkungan strategis pada
2

Take Home Exam Inteligent of Disaster


Dosen: Mayjen TNI (Purn) Dr. dr. Heridadi, M.Sc

tingkat global, regional maupun nasional yang dalam kehidupan sehari-hari,


banyak manusia yang tergantung pada proses kimia dan kekuatan nuklir dan
banyak yang tumpah dan bocor sejalan dengan terpaparnya bahan

kimia

berbahaya dari agen dan nuklir yang terlarut. Hal ini akan berpotensi
membahayakan korban yang tidak bersalah. Banyak individu, kelompok dan
pemerintah yang siap menggunakan senjata biologis dan kimia sebagai alat
untuk melakukan tindakan terorisme, untuk mencapai tujuan politik mereka,
meskipun internasional telah melarang penggunaan senjata tersebut. Namun
perkembangan tersebut merupakan imbas dari dinamika potensi ancaman dan
peluang yang patut menjadi atensi kita dalam menentukan rencana antisipatif
dan preventif. Rencana antisipatif dan preventif ini berupa pencegahan dan
mitigasi yang termaktub dalam manajemen risiko bencana.
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghadapi bencana
CBRN adalah (Mei, Dewi et al., 2014):
1.

Identifikasi dan pengenalan secara pasti terhadap sumber bahaya atau


ancaman. Hal ini meliputi inventarisasi dan pemetaan lokasi bahan-bahan
berbahaya serta karakteristiknya, pemetaan rute transportasinya, peta
zonasi daerah rawan bahaya pencemaran jika terjadi kecelakaan industri,
serta pemetaan jalur transportasi yang rawan kecelakaan berdasarkan
catatan kejadian pada masa lalu

2.

Kontrol terhadap kejadian alam yang mengakibatkan atau berpotensi


mengakibatkan pemicu sumber bahaya bencana. Salah satu contohnya
adalah meledaknya reaktor nuklir di Fukushima Jepang dipicu oleh adanya
gempa dahsyat yang mengguncang diikuti dengan adanya bencana
tsunami yang juga memperparah kerusakan pembangkit nuklir yang ada,
sehingga keadaan kejadian alam haruslah menjadi pertimbangan serius
karena berpotensi menimbulkan gangguan mendadak pada sistem
teknologi

3.

Pemantauan penggunaan teknologi yang berpotensi menjadi sumber


bahaya atau ancaman. Adanya lembaga-lembaga pemerintah maupun
dunia yang melakukan pematauan terhadap penggunaan teknologi

4.

Gejala dan peringatan dini merupakan hal yang sangat penting untuk
3

Take Home Exam Inteligent of Disaster


Dosen: Mayjen TNI (Purn) Dr. dr. Heridadi, M.Sc

diketahui terkait dengan kemungkinan adanya bencana CBRN yang dapat


terjadi dalam waktu yang sangat cepat atau tiba-tiba
5. Desain bangunan atau industri harus dilengkapi dengan sistem monitoring
dan sistem peringatan akan adanya bahaya CBRN
6.

Menanamkan nilai-nilai asli Indonesia berupa kearifan lokal masyarakat


Indonesia yang saling gotong royong, tolong menolong, kebersamaan,
memperlihatkan kemajemukan dalam bermasyarakat juga berpegang teguh
pada sila-sila dalam dasar negara Pancasila yang merupakan pedoman
ampuh yang tak lekang oleh waktu dan jaman

7.

Menerapkan hukum bagi setiap ketidaktertiban dan ketidaktentraman


masyarakat
Pembangunan wilayah pertahanan dikoodinasikan dengan K/L terkait

dan Pemda yang diselenggarakan dengan berbasis tata ruang dengan


memberdayakan data dan informasi geospasial. Pembangunan wilayah
pertahanan dimaksudkan untuk memperkuat sistem pertahanan negara yang
mampu menghadapi ancaman, dan menunjang keamanan kawasan perbatasan
negara, wilayah maritim, wilayah daratan dan wilayah dirgantara termasuk
mitigasi bencana (Permenhan RI No.19 tahun 2015). Pembangunan tersebut
diselenggarakan secara terintegrasi antara unsur pemerintah dan Pemerintah
Daerah melalui penataan ruang wilayah nasional/daerah dengan tata ruang
wilayah pertahanan untuk mewujudkan ruang pertahanan yang tangguh.
Selain itu mitigasi bencana juga dapat dilakukan melalui:
1.

Menyiapkan fasilitas analitik dan perlindungan untuk melakukan pengecekan


dan screening pada kendaraan maupun manusia yang melalui lintasan darat
untuk mendeteksi bahan-bahan yang mengandung kimiawi, biologis,
radiologis dan nuklir

2.

Memberikan imunisasi dan vaksin berupa anti virus dan antibiotik sebagai
penangkal terinfeksinya CBRN

3.

Membutuhkan penelitian lebih lanjut mengenai alat, metode dan infrastruktur

4.

Melakukan sosialisasi tentang kesiapan deteksi dini, diagnosis, tindakan


pengobatan dan dekontaminasi
4

Take Home Exam Inteligent of Disaster


Dosen: Mayjen TNI (Purn) Dr. dr. Heridadi, M.Sc

III. KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. CBRN merupakan singkatan dari kimia, biologi, radiologi dan nuklir. CBRN
biasa digunakan oleh lawan sebagai senjata gangguan missal yang
menyebabkan teror, sejumlah korban dan melumpuhkan ketahanan suatu
bangsa
2. Pencegahan dan mitigasi bencana CBRN adalah serangkaian prosedur
yang melibatkan berbagai cara dalam mengambil langkah-langkah
pertahanan melawan serangan yang menggunakan agensia biologi, kimia
dan nuklir
Saran yang dapat penulis berikan adalah ancaman yang akan dihadapi
oleh bangsa Indonesia untuk jaman sekarang ini adalah bukan berupa
ancaman fisik melainkan ancaman dalam bentuk bencana CBRN yang
melumpuhkan pertahanan dan ketahanan bangsa secara perlahan namun
mematikan. Oleh karena itu disarankan kepada pemerintah agar segera
mensosialisasikan bentuk-bentuk pertahanan untuk menghadapi bencana
CBRN kepada masyarakat, sehingga masyarakat dapat mencegah masuknya
bencana tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Pertahanan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Pertahanan RI
Nomor 19 Tahun 2015 tentang Kebijakan Penyelenggaraan Pertahanan
Negara Tahun 2015-2019.
Kementerian Pertahanan Republik Indonesia. (2008). Buku Putih Pertahanan
Indonesia
Mei, Dewi, et al., (2014). Makalah Manajemen Bencana dan KLB Bencana
Nuklir. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. Surabaya.
Indonesia
5

Anda mungkin juga menyukai