KONSTIPASI
DEFINISI
Sejumlah definisi berbeda dari konstipasi telah digunakan di studi klinik. Beberapa
definisi yang digunakan termasuk : kurang dari tiga kali defekasi per minggu untuk
wanita dan lima untuk pria meski mengkonsumsi diet residu tinggi atau periode >3 hari
tanpa pergerakan intestinal; straining at stool >25% of the time dan/atau dua atau kurang
defekasi per minggu; or straining at defecation and less than one stool daily with
minimal effort. Berbagai definisi ini menunjukkan sulitnya mengelompokkan masalah ini
PATOFISIOLOGI
Kehamilan
Konstipasi neurogenik
Trauma kepala
Tumor system saraf pusat
Stroke
Penyakit Parkinson
Konstipasi psikogenik
Kelainan psikiatri
Sifat intestinal yang lain dari biasanya
Opiate
Antikolinergis
Antihistamine
Antiparkinson (seperti, benztropine atau trihexyphenidyl)
Phenothiazine
Trisyclic antidepressant
Antacid yang mengandung kalsium carbonate atau aluminium hidroksida
Barium sulfat
Ca channel blocker
Clonidine
Diuretic (selain diuretic hemat kalium)
Ganglionik blocker
Preparat besi
Blocker otot (d-tubocurarine, suksinilkoline)
Polystyrene sodium sulfonate
Semua turunan opiate dihubungkan dengan konstipasi, tapi tingkatan efek inhibisi
intestinal tampaknya berbeda antar agen. Opiate yang diberikan oral tanpaknya
mempunyai efek inhibisi lebih besar dari agen yang diberikan parenteral; kodein oral
telah diketahui merupakan agen antmotilitas poten.
TAMPILAN KLINIK
PERAWATAN
PENDEKATAN UMUM UNTUK PERAWATN
Aspek terpenting pada terapi untuk konstipasi pada mayoritas pasien adalah
modifikasi diet untuk meningkatkan jumlah serat yang dikonsumsi. Pasien dinasihati
untuk menyertakan paling tidak 10 g serat pada diet harian mereka. Buahm sayuran,
dan sereal mempunyai kandungan serat paling tinggi.
Uji modifikasi diet dengan kandungan tinggi serat sebaiknya dilanjutkan sampai 1
bulan sebelum efeknya pada fungsi intestinal ditentukan.
Pasien harus diberitahu bahwa bisa terjadi pembesaran abdomen dan flatus pada
beberapa minggu pertama, terutama pada konsumsi tinggi bran.
TINDAKAN OPERASI
Mayoritas pasien dengan konstipasi terkait disfungsi lantai pelvic bisa mengambil
manfaat dari terapi biofeedback yang dipandu electromyogram.
TERAPI FARMAKOLOGI
Beberapa tipe laksatif akan dibahas pada bagian ini. Agen ini dibagi ke dalam tiga
kelas: (1) yang menyebabkan pelunakan feses dalam 1-3 hari (laksatif pembentuk
massa, docusate, dan lactulose); (2) yang menghasilkan feses lunak atau semifluid
dalam 6-12 jam (turunan diphenylmethane dan turunan anthraquinone); dan (3) yang
menyebabkan evakuasi air dalam 1-6 jam (carthatic saline, minyak jarak, dan
polyethylene glycol-larutan elektrolit lavage (lavage=membasuh kavitas pada tubuh).
Untuk kebanyakan pasien rawat jalan dengan konstipasi akut, penggunaan tidak
sering dari laksatif (penggunaan setiap kurang dari beberapa minggu) dari
kebanyakan produk laksatif bisa diterima; tetapi, sebelum digunakan laksaitf/carthatic
yang lebih poten, bisa dilakukan usaha yang lebih sederhana. Misalkan, konstipasi
akut bisa dikurangi dengan penggunaan tap-water enema atau suppositoria gliserin;
jika keduanya tidak efektif, bisa digunakan sorbitol oral, diphenylmethane dosis
rendah atau turunan anthraquinone, atau laksatif saline (seperti, susu magnesia).
Table 20-1
Jika perawatan laksatif diperlukan lebih dari satu minggu, pasien bisa dinasihati
untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mencoba mencari adakah penyebab
konstipasi yang membutuhkan perawatan dengan agen selain laksatif.
Untuk pasien manula, atau dengan konstipasi kronik, laksatif pembentuk massa
tetap menjadi pilihan pertama perawatan, tapi penggunaan laksatif yang lebih poten
bisa dibutuhkan lebih sering. Agen yang bisa digunakan termasuk diphenylmethane
dan turunan anthraquinone, susu magnesia (suspensi magnesium hidroksida), dan
lactulose.
Pada pasien rumah sakit tanpa penyakit saluran cerna, konstipasi bisa terkiat
dengan penggunaan anastesi dan/atau substan opiate. Laksatif oral atau rectal bisa
digunakan. Untuk merangsang pergerakan intestinal, tap-water enema atau
supositoria gliserin dianjurkan, atau susu magnesia.
Agen surfaktan ini, docusate dengan berbagai bentuk garamnya, bekerja dengan
pencampuran material larut air dan larut minyak pada saluran cerna. Agen ini bisa
meningkatkan sekresi air dan elektrolit pada intestinal kecl dan besar.
Laksatif emolien tidak efektif untuk mengatasi konstipasi tapi digunakan terutama
untuk mencegah konstipasi. Agen ini bisa berguna pada kondisi dimana menahan
defekasi sebaiknya dihindari, seperti setelah penyembuhan dari infark myocardia,
dengan penyakit perianal akut, atau setelah operasi rectal.
Agen ini tidak efektif untuk pencegahan jika factor penyebab utama (seperti,
penggunaan opiate, gangguan patologis, kurangnya fiber pada diet) tidak diatasi
terlebih dahulu.
Lubrikan
Minyak mineral adalah satu-satunya laksatif lubrikan yang digunakan secara rutin
dan bekerja dengan menutupi feses sehingga lebih mudah keluar. Lubrikan
menginhibit absorpsi kolon dari air, sehingga meningkatkan berat feses dan
mengurangi waktu transit di kolon.
Umumnya, efeknya pada fungsi intestinal baru terlihat setelah 2 atau 3 hari.
Minyak mineral berguna pada situasi yang serupa untuk penggunaan docusate:
untuk mempertahankan feses yang lunak dan menghindari straining untuk periode
relative singkat (beberapa hari sampai 2 minggu).
Minyak mineral bisa diabsorbsi ke sistemik dan menyebabkan reaksi benda asing
pada jaringan limfoid. Juga, pada pasien lemah atau selalu berbaring, minyak mineral
bisa diaspirasi, menyebabkan pneumonia limfoid.
Lactulosa dan Sorbitol
Dua agen yang umum digunakan dari kelas ini adalah bisacodyl dan
phenolphthalein.
Dosis agen ini agar bekerja efektif variasinya besar sekali antar individu. Dosis
yang tidak berefek pada satu pasien bisa menyebabkan kram berlebihan dan evakuasi
cairan pada pasien lain.
Agen dari kelas ini adalah cascara sagrada, sennosida, dan casanthrol. Efeknya
terbatas pada kolon, dan bisa terjadi stimulasi pada pleksus Auerbach.
Carthatic saline terdiri dari in yang relative sulit diserap seperti magnesium,
sulfat, fosfat, dan citrate, yang menghasilkan kerjanya terutama dengan aksi osmotic
untuk mempertahankan cairan di saluran cerna.
Agen ini sebaiknya digunakan terutama untuk evakuasi cairan akut pada
intestinal, yang diperlukan sebelum pemeriksaan untuk diagnosa, setelah keracunan,
dan bersamaan dengan anthelmintic untuk menghilangkan parasit.
Agen ini biasanya diberikan sebagai supositoria 3 g dan aksinya berupa aksi
osmotic pada rectum. Seperti kebanyakan agen supositoria lain, mula kerjanya
biasanya kurang dari 30 menit.
Gliserin dianggap sebagai laksatif yang sangat aman, meski terkadang bisa
menyebabkan iritasi rectal. Penggunaan dalam interval bisa diterima terutama pada
anak-anak.
Polyethylene Glycol-Electrolyte Lavage Solution
Empat liter cairan ini diberikan selama 3 jam untuk mendapatkan evakuasi cairan
total dari saluran cerna. Larutan ini tidak dianjurkan untuk penggunaan rutin, dan
sebaiknya dihindari untuk pasien dengan obstruksi intestinal.
Agen Lain
Tap water enema bisa digunakan untuk mengatasi konstipasi sederhana.
Pemberian 200 ml air dengan enema pada dewasa sering memberikan hasil
berupa pergerakan intestinal dalam satu setengah jam. Soapsuds (semacam
sabun???) tidak lagi dianjurkan penggunaannya untuk enema karena bisa
menyebabkan proctitis atau colitis.