Anda di halaman 1dari 16

7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Sibling
1. Pengertian Sibling

Dari kamus kedokteran Dorland dalam Suherni (2008), sibling


berarti anak-anak dari orang tua yang sama, baik laki-laki maupun
perempuan.
Sibling adalah perasaan tidak nyaman yang ada pada anak
berkaitan dengan kehadiran orang asing yang semula tidak ada
(dalam hal ini adalah saudara yang dilahirkan oleh ibunya yang
dianggap mengancam posisi anak sebelumnya, ditujukan dengan
perasaan iri hati) (Ranuh, 2005).
2. Fungsi Sibling
Saudara kandung menunjukkan kekuatan, saling melayani,
dan mengungkapkan perasaan secara timbal balik yang sering kali
tidak diungkapkan secara langsung ketika orang tua ada bersama
mereka Mereka melihat diri sendiri seperti pandangan saudara
kandungnya, merasa turut mengalami kehidupan melalui saudara
kandung

dan

mulai

mengembangkan

diri

terhadap

segala

kemungkinan yang bisa terjadi. Saudara kandung juga dapat menjadi


ujian atas sesuatu yang tidak ingin dialami, mereka sering
menggunakan satu sama lain sebagai perbandingan (Boyle, 2007).
Saudara kandung laki-laki dan perempuan biasanya saling
berbagi

barang-barang

atau

kepemilikan,

mengajarkan

suatu

keterampilan, saling membantu memecahkan masalah pada masa


kanak-kanak, memberikan dukungan satu sama lainnya untuk
mengahadapi orang tua. Saudara kandung belajar untuk saling
berbagi, bersaing dan berkompromi (Wong,et.al 2009).

3. Karakteristik Saudara Kandung


Karakteristik saudara kandung berdasarkan urutan kelahiran
antara lain (Wong et.al,2009) yaitu:
a. Anak Pertama
1) Lebih berorientasi pada pencapaian dan lebih dominan
2) Menerima hukuman fisik lebih banyak
3) Menunjukkan perilaku agresi terhadap saudara kandungnya
4) Mempunyai hati nurani yang kuat, lebih disiplin dan terarah
5) Secara sosial mudah cemas dan cepat merasa bersalah
6) Menunjukkan pencapaian intelektual yang tinggi
7) Merupakan subyek yang lebih menjadi harapan orang tua
8) Membuat rencana lebih baik dan mengalami frustasi yang
lebih sedikit
b. Anak Tengah
1) Lebih dituntut untuk mengerjakan pekerjaan rumah
2) Jarang dipuji
3) Menerima kekurangan waktu untuk bersama orang tua
4) Belajar untuk berkompromi dan beradaptasi dalam keluarga
5) Kurang terstimulasi terhadap keberhasilan
6) Lebih sulit dicirikan karena keberagaman kedudukan dalam
keluarga
c. Anak Bungsu
1) Ketergantungan lebih kecil daripada anak pertama
2) Ketegangan lebih sedikit, lebih bersifat kasih dan bersifat baik
3) Cenderung untuk meniru kelompoknya daripada orang tuanya
4) Lebih fleksibel dalam berpikir
5) Lebih sedikit tuntutan untuk mengerjakan pekerjaan rumah
d. Anak Tunggal
1) Menyerupai anak pertama
2) Lebih dewasa dan sopan
3) Mengalami banyak penekanan dari orang tua untuk berhasil

4) Memperlihatkan kehebatannya dalam berbicara


B. Konsep Sibling Rivalry
1. Pengertian
Kamus kedokteran Dorland (Suherni, 2008): sibling (anglosaxon sib dan ling bentuk kecil) anak-anak dari orang tua yang
sama, seorang saudara laki-laki atu perempuan. Disebut juga sib.
Rivalry keadaan kompetisi atau antagonisme. Sibling rivalry adalah
kompetisi antara saudara kandung untuk mendapatkan cinta kasih,
afeksi dan perhatian dari satu kedua orang tuanya, atau untuk
mendapatkan pengakuan atau suatu yang lebih.
Sibling rivalry adalah kecemburuan, persaingan

dan

pertengkaran di antara kakak dan adik. Masalah ini sering dimulai


setelah kelahiran anak kedua. Sibling rivalry biasanya terjadi pada
anak-anak dan dapat menyebabkan frustasi dan stress pada orang
tua (Boyle, 2007).
2. Tingkatan Sibling Rivalry

a. Kecemburuan
Menurut (Akbar et.al 2001).Rasa cemburu adalah reaksi
normal terhadap kehilangan kasih sayang yang nyata,
dibayangkan, atau ancaman kehilangan kasih saying. Rasa
cemburu timbul dari kemarahan yang menimbulkan sikap
jengkel dan ditunjukkan kepada orang lain. Pola rasa cemburu
seringkali berasal dari rasa takut yang dikombinasikan dengan
rasa marah. Orang yang cemburu merasa tidak tentram dalam
hubungannya

dengan

orang

yang

dicintai

dan

takut

kehilangan status alam hubungan kasih sayang itu. Situasi


yang menimbulkan rasa cemburu selalu merupakan situasi
sosial. Ada tiga sumber utama yang menimbulkan rasa
cemburu dan kadar penting masing-masing sumber bervariasi
menurut tingkat umur yaitu:

1) rasa cemburu pada masa kanak-kanak

10

Umumnya ditimbulkan di rumah (kondisi yang ada


dilingkungan rumah). Karena bayi yang baru lahir
membutuhkan perhatian yang ekstra dari ibunya, maka
nak yang lebih tua merasa terabaikan. Perasaan ini
menimbulkan perasaan sakit hati atau iri kepada adiknya.
2) Situasi sosial
sekolah juga memiliki pengaruh terhadap kecemburuan
yang timbul pada anak. Kecemburuan yang didapat di
rumah seringkali dibawa ke lingkungan sekolah, sehingga
anak akan memperhatikan setiap anak dan guru yang
dilihatnya disekolah sebagai ancaman bagi keamanan
mereka.
3) Situasi dimana anak merasa ditelantarkan
Dalam hal kepemilikan benda-benda seperti yang dimiliki
anak lain membuat mereka cemburu kepada anak itu.
Rasa cemburu ini berasal dari rasa iri, yaitu keadaan
marah dan kesalahan hati yang ditunjukkan kepada orang
yang memiliki benda yang anak inginkan. Dengan
demikian rasa iri adalah rasa ketamakan.
b. Persaingan
Persaingan antara anak adalah hal biasa dalam sebuah
keluarga. Apalagi jika sang anak baru mendapat saingan
dengan lahirnya si adik. Namun jika tidak diminimalisir, akan
menjadi bom waktu yang akan meledak menjadi perseteruan
yang tidak sehat. Karena itu mencegah lebih baik daripada
mengobati.(Ahmadi,2000)
Menurut Ahmadi (2000) masalah persaingan dengan
saudara kandung dapat dicegah dengan beberapa cara,
diantaranya :
1) Persiapkan anak anda sebelum adik bayinya lahir.
Katakan kepada anak apa yang akan terjadi dalam
kehidupan sehari-hari setelah si adik lahir nanti. Ini akan

11

memberikan pengertian bahwa si kakak diharapkan untuk


membantu

(tidak

menjadi

orang

kedua)

dan

memposisikan si kakak pada bagian penting untuk


mengasihi saudaranya dan memenuhi kebutuhannya,
sama seperti anda.
2) Tetapkan sasaran persahabatan yang nyata
Orang tua tidak bisa mengharap si kakak

akan

memperlakukan adik yang baru lahir dengan lemah


lembut. Karena walau bagaimanapun ia masih seorang
anak yang mempunyai keinginan dan kebutuhan yang
harus dipenuhi. Tunjukkan secara spesifik dalam memuji
anak ketika mereka bermain bersama-sama dengan
manis. Katakan bahwa anda menyukai cara anak
bersahabat serta jelaskan bahwa bermain bersama itu
sangat menyenangkan.
3) Rencanakan waktu untuk bersama dengan tiap-tiap anak
Sebanyak apapun anak anda, rencanakan waktu khusus
untuk tiap-tiap anak. Misalnya saat memandikan, jalanjalan ataupun pergi ke toko. Hal ini akan membantu orang
tua untuk memusatkan perhatiannya pada satu orang
anak saja dan pada kebutuhannya, sehingga orang tua
dapat mengetahui perasaan dan masalah yang sedang
dipikirkannya dan langsung mengambil tindakan yang
dirasa perlu. Hal ini akan membuat si anak merasa
diperhatikan.
4) Lakukan permainan dan berikan alternatif.

Jika anak-anak mulai menunjukkan sikap persaingan dan


akan menjurus kepada perkelahian, orang tua bisa
memberikan alternatif. Beri pilihan kepada anak. Jika anak
bisa

bermain

bersama

dan

saling

berbagi,

maka

permainan boleh dilanjutkan. Akan tetapi jika saling


berebut dan bertangkar, maka mereka harus siap untuk
dikucilkan. Biarkan anak yang memutuskan sehingga

12

mereka akan belajar untuk mengendalikan kehidupan


mereka sendiri dan siap menerima konsekuensi dari apa
yang telah mereka putuskan.
5) Tidak memberi reaksi terhadap pengaduan
Untuk memperkuat posisinya di mata orang tua, anakanak seringkali saling mengadukan satu sama lain. Oleh
karena

itu,

orang

tua

harus

bijak

dengan

tidak

memperdulikan pengaduan tersebut. Ini dimaksudkan


agar tidak ada permainan kekuasaan satu anak terhadap
anak yang lainnya.
Namun adakalanya, orangtuanyalah yang meminta si
sulung (misalnya) memberitahukan kepadanya tentang
apa yang dilakukan si adik. Maksudnya mungkin baik,
yaitu agar si adik tidak melakukan tindakan berbahaya.
Tapi dengan begitu, berarti secara tidak sadar kita telah
membiasakan anak-anak untuk mengadukan saudaranya.
c. Pertengkaran
menurut wardani (2009 )Percekcokan yang terjadi antar
saudara

kandung

terkadang

membuat

salah

satunya

menangis sehingga bisa memicu amarah dari orangtua.


Terkadang orang tua bisa menjadi lepas kendali dan
memarahi salah satu atau keduanya. Hal ini tentu saja tidak
akan menyelesaikan masalah yang terjadi diantara keduanya.
Pertengkaran antar saudara kandung biasanya
disebabkan

oleh

berbagai

faktor

seperti

kecemburuan,

kebencian satu sama lain atau daya saing saat berada di


rumah. Penyebab pertengkaran ini bisa karena kakak yang
merasa lebih berkuasa dan berhak untuk mengatur kendali,
atau si adik yang terlalu sensitif dan manja. Namun ada juga
yang disebabkan salah satu merasa tidak adil dalam
mendapatkan kasih sayang dari kedua orangtuanya.

13

Beberapa hal yang bisa dilakukan oleh orangtua untuk


mengatasi pertengkaran anak-anaknya sesama saudara
kandung, yaitu:
1) Jangan menyelesaikan masalah secara langsung (to the
point), anak-anak terutama remaja membutuhkan waktu
untuk menemukan resolusi bagi dirinya sendiri.
2) Jika salah satu anak ada yang merajuk (manja) setelah
bertengkar, maka biarkan saja dan dengarkan segala
keluh kesahnya.
3) Cobalah untuk meluangkan waktu bersama dengan setiap
anak

secara

sendiri-sendiri,

hal

ini

akan

sangat

bermanfaat bagi orangtua untuk bisa mengenal lebih jauh


karakteristik dari setiap anaknya.
4) Membuat beberapa peraturan yang telah disepakati
bersama-sama untuk menghindari pertengkaran.
5) Memberi penghargaan atau pujian jika anak-anaknya bisa
melalui beberapa harinya tanpa bertengkar.
3. Reaksi Anak Yang Mengalami Sibling Rivalry
Di kalangan anak yang seusianya, reaksi sibling rivalry lebih
beraneka ragam. Ada yang dimunculkan secara langsung dan ada
pula yang dimunculkan secara tidak langsung. Reaksi yang
dimunculkan

secara

langsung

dan

berwujud

agresif

yang

mengarah ke arah fisik berupa seperti menggigit, memukul,


mencakar, melukai dan menendang atau usaha yang dapat
diterima secara sosial untuk mengalahkan saingannya. Sedangkan
reaksi tidak langsung bersifat lebih halus sehingga sukar untuk
dikenali, biasanya anak tersebut dapat mengungkap rasa itu
secara terbuka dan halus dengan perilaku seperti anak kecil,
mengompol, pura-pura sakit, menangis, dan menjadi nakal

14

(perilaku yang biasa dilakukan adiknya) serta berpura-pura


menyayangi adiknya.(Hurlock, 1999).
4.

Peran Orang Tua Dalam Menghadapi Sibling Rivalry Pada


Anak
Menurut Milman & Schaeffer (1998), ada beberapa peran
orang tua untuk menghindari sibling rivalry pada anak antara lain :
a. Memberikan cinta dan perhatian yang adil kepada anak
b. Mempersiapkan anak yang lebih tua terhadap kelahiran adik
baru
c. Protes anak terhadap kesalahan orang tua
d. Memberikan hukuman sesuai dengan kesalahan anak
e. Melakukan aktivitas keluarga bersama-sama dan melibatkan
semua anak.
f. Tidak membandingkan antara anak satu sama lain.
g. Membiarkan anak menjadi diri pribadi mereka sendiri.
h. Menyukai bakat dan keberhasilan anak-anak Anda.
i. Membuat anak-anak mampu bekerja sama daripada bersaing
antara satu sama lain.
j. Memberikan perhatian setiap waktu atau pola lain ketika konflik
biasa terjadi.
k. Mengajarkan anak-anak Anda cara-cara positif untuk
mendapatkan perhatian dari satu sama lain.
l. Bersikap adil sangat penting, tetapi disesuaikan dengan
kebutuhan anak. Sehingga adil bagi anak satu dengan yang
lain berbeda.
m. Meyakinkan setiap anak mendapatkan waktu yang cukup dan
kebebasan mereka sendiri.
n. Orang tua tidak perlu langsung campur tangan kecuali saat
tanda-tanda akan kekerasan fisik.
o. Orang tua harus dapat berperan memberikan otoritas kepada
anak-anak, bukan untuk anak-anak.

5. Peran tenaga kesehatan dalam mengatasi sibling rivalry Pada

Anak
a. Membantu menciptakan terjadinya ikatan antara ibu dan bayi
dalam jam pertama pasca kelahiran.
b. Memberikan dorongan pada ibu dan keluarga untuk
memberikan respon positif tentang bayinya, baik melalui sikap
maupun ucapan dan tindakan.

15

C. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Sibling


rivalry
Hubungan saudara kandung sangat bervariasi pada berbagai
kebudayaan. Namun beberapa faktor tertentu dapat membuat
hubungan persaudaraan memiliki makna besar. Ukuran keluarga lebih
kecil, usia harapan hidup yang lebih panjang, perceraian dan
pernikahan kembali, ibu yang bekerja dan berbagai bentuk kurangnya
hubungan orang tua-anak menyebabkan hubungan di antara saudara
kandung menjadi lebih dekat dan lebih bergantung antara satu sama
lainnya (Wong et.al, 2009).
1. Sikap Orang Tua
Pada keluarga dimana orang tua melindungi secara
berlebihan anak-anaknya akan menumbuhkan ketergantungan
yang berlebihan, kurangnya rasa percaya diri dan frustasi. Pada
keluarga kecil, orang tua mampu mencurahkan waktu dan
perhatian yang cukup pada tiap anak (Hurlock, 1999).
Hasil penelitian Naseef (2003), 75% anak mengaku cemburu
pada saudara kandungnya yang diberikan perhatian khusus.
Seperti saudaranya yang menderita kelainan, atau cacat, maka
orang tua akan memberikan perhatian penuh pada anak tersebut
dan mereka memandang hal tersebut sebagai suatu penelantaran
diri mereka sendiri oleh orang tuanya.
Hubungan antara saudara kandung akan terus baik ketika
mereka percaya bahwa orang tua tidak bersikap memihak pada
salah satu di antara mereka, Sewaktu orang tua memberikan
perlakuan yang tidak sama pada salah satu anak, maka akan
timbul konflik. Mengistimewakan salah satu anak, maka anak
lainnya akan merasa tersisihkan dan memunculkan sibling rivalry
(Kail, 2001).
2. Perbedaan jenis kelamin
Anak laki-laki dan perempuan bereaksi sangat berbeda
terhadap saudara laki-laki dan perempuannya. Misalnya, dalam
kombinasi perempuan-perempuan, terdapat lebih banyak iri hati

16

daripada dalam kombinasi laki-perempuan atau laki-laki. Seorang


kakak perempuan kemungkinan lebih cerewet dan suka mengatur
terhadap adik perempuannya daripada adik lakinya. Anak laki-laki
lebih banyak berkelahi dengan kakak laki-laki daripada dengan
kakak perempuannya, untuk sebagian karena orang tua tidak
akan membiarkan agresivitas yang berlebihan terhadap kakak
perempuan. Selama usia yang pada akhir masa kanak-kanak,
antagonisme antar jenis kelamin yang sering berkembang dalam
yang menyebar ke rumah, dan menimbulkan konflik-konflik yang
tidak ada habis habisnya antara kakak laki-laki dan kakak
perempuan.
Hubungan antar saudara kedua jenis biasanya mencapai
titik terendah pada saat ini. Hal ini sering dapat mempunyai
pengaruh yang sangat buruk pada hubungan keluarga, terutama
bila orang tua turut campur dan berusaha mengakhiri perperangan
antar anak (Judarwanto,2005)
3. Perbedaan usia
Anak yang berjenis kelamin yang sama dan jarak usia yang
berdekatan dengan saudaranya dapat merasa cemburu dan
mengembangkan rasa benci terhadap saudaranya. Hal ini dapat
menjadi

faktor

penyebab

terjadinya

sibling

rivalry

(Puspitasari,2003)
Perasaan sibling rivalry biasanya terjadi antara dua anak
atau lebih yang usianya berdekatan. Sibling rivalry biasanya lebih
lazim terjadi ketika jarak usia anak antara 1-3 tahun. Sibling rivalry
akan lebih terlihat ketika umur mereka 3-5 tahun dan terjadi lagi
pada umur 8-12 tahun pada umumnya. Selain itu sibling rivalry
lebih sering terjadi pada anak yang berjenis kelamin sama dan
khususnya perempuan , Saudara kandung yang jarak usianya
hanya dua tahun atau kurang akan memiliki kemampuan dan
keterampilan yang hampir sama dan mempunyai kesamaan minat

17

yang

lebih

banyak

sehingga

mereka

dapat

berbagi

jika

dibandingkan dengan saudara yang jarak usianya cukup jauh.


Sama halnya dengan jenis kelamin, mempunyai pengaruh
terhadap hubungan saudara kandung. Anak perempuan lebih
suka menempatkan dirinya sebagai penolong serta positif
terhadap saudaranya dibandingkan anak laki-laki. Peraturan atau
tugas yang diberikan orang tua kepada anak, membuat anak
merasa ada perbedaan antara anak yang satu dengan yang
lainnya. Adakalanya tradisi mengalah yang diterapkan orang tua
kepada anak yang usianya lebih besar membuat dirinya merasa
dinomor duakan oleh orang tuanya, namun adakalanya jenis
kelamin membuat anak merasa dibedakan karena pembagian
tugas yang berbeda. (Milman & Schaefer, 1998).
4. Jumlah Saudara
Jumlah

saudara

yang

kecil

cenderung

menghasilkan

hubungan yang lebih banyak perselisihan daripada jumlah


saudara yang besar. Untuk itu terdapat dua alasan. Pertama, bila
hanya ada dua atau tiga anak dalam keluarga, mereka lebih
sering

bersama dari

perbedaan

usia

pada

juga

jika

mungkin

jumlahnya
sekali

besar. Karena

kecil,

orang

tua

mengharapkan mereka bermain dan melakukan berbagai hal


bersama-sama. Kedua, bila ada banyak anak, disiplin cenderung
otoriter. Bahkan bila ada antagonisme dan permusuhan, ekspresi
terbuka perasaan ini dikendalikan dengan ketat. Pengawasan
orang

tua

yang

santai,

permisif

terhadap

perilaku

anak,

memungkinkan antagonisme dan permusuhan ini dinyatakan


dengan terbuka, sehingga tercipta suasana yang diwarnai
perselisihan.(Judarwanto,2005)

D. Konsep Anak Usia Prasekolah


1. Pengertian Anak Prasekolah

18

Anak usia prasekolah adalah anak yang berusia 3-6 tahun.


Periode prasekolah adalah periode dimana berasal dari waktu anakanak dapat bergerak sendiri sampai mereka masuk sekolah, dicirikan
dengan aktivitas yang tinggi dan penemuan-penemuan. Saat ini
merupakan saat perkembangan fisik dan kepribadian yang besar.
Anak-anak pada masa ini membutuhkan bahasa dan hubungan
sosial yang lebih luas, mempelajari standar peran, memperoleh
kontrol dan penguasaan diri (Wong et.al, 2009)
Anak usia

prasekolah

mempunyai

ciri

khusus

yaitu

mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan yang cepat.


Pertumbuhan jasmani yang terjadi pada seorang anak biasanya
diikuti dengan perubahan atau perkembangan dari segi berpikir,
bicara, berperasaan, bertingkah laku dan lainnya. Perkembangan
yang dialami anak merupakan rangkaian perubahan yang teratur dari
satu tahap ke tahap berikutnya (Soetjiningsih, 1995).
2. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Prasekolah
Dua hal yang paling penting dan yang harus dilihat dari setiap
fase hidup, termasuk fase prasekolah, yaitu pertumbuhan dan
perkembangannya.
a. Pertumbuhan Anak Usia Prasekolah
Menurut Yusuf (2000), pertumbuhan pada anak usia prasekolah
antara lain adalah :
1) Anak prasekolah umumnya aktif. Mereka telah memiliki
penguasaan atau kontrol terhadap tubuhnya dan sangat
menyukai kegiatan yang dilakukan sendiri.
2) Setelah anak melakukan berbagai kegiatan anak membutuhkan
istirahat yang cukup, seringkali anak tidak menyadari bahwa
mereka harus beristirahat cukup. Jadwal aktivitas yang tenang
diperlukan anak.

19

3) Otot-otot besar pada anak prasekolah lebih berkembang


daripada jari dan tangan. Oleh karena itu anak belum terampil,
dan belum bisa melakukan kegiatan yang rumit seperti
mengikat tali sepatu.
4) Tulang tengkorak yang melindungi otak anak masih lunak.
Hendaknya hati-hati bila anak berkelahi dengan temantemannya, sebaiknya dilerai dan dijelaskan pada mereka
tentang bahayanya.
b. Perkembangan Anak Usia Prasekolah
Menurut Nelson (2000), antara usia 3-6 tahun tantangantantangan perkembangan dari periode sebelumnya diakhiri dalam
keadaan lingkungan sosial yang luas dan dibentuk kembali oleh
pertambahan bahasa yang unik. Ketegangan antara pertumbuhan
perasaan otonomi anak dan keterbatasan internal maupun
eksternal,

menentukan

pusat

dinamis

usia

prasekolah.

Ketegangan ini dipengaruhi oleh dan selanjutnya mempengaruhi


perkembangan dibanyak bidang.
Perkembangan-perkembangan yang terjadi pada anak usia
prasekolah antara lain perkembangan fisik (bahasa, kognisi dan
permainan) dan perkembangan emosi. Menurut Hurlock (1999),
pada masa prasekolah, anak memiliki tahap-tahap perkembangan
sebagai berikut :
1) Perkembangan psikososial
Pada tahap prasekolah anak memiliki keinginan untuk
belajar dan bekerjasama dengan orang lain, Anak prasekolah
mengalami suatu krisis perkembangan. Anak berkembang
secara

fisik

maupun

kemampuan

intelektual

serta

berkembangnya rasa percaya diri untuk melakukan sesuatu.


pada tahap ini super ego menjadi berkembang. Anak belajar
benar salah, baik buruk. Tahap ini sangat baik untuk

20

mengenalkan pada anak dan perilaku yang boleh dan tidak


boleh dilakukan.
2) Perkembangan Emosional
Pada tahap ini jenis emosi yang berkembang adalah takut
dan merasa terancam oleh suatu objek yang dianggap
membahayakan, cemas terhadap objek yang tak ada, marah,
cemburu, dan ingin tahu. Keingintahuan ini menyebabkan anak
mencoba sesuatu hal yang baru dan menarik bagi anak.

3) Perkembangan Bahasa
Pada tahap ini bahasa lebih detail, mampu mengartikan
perintah sederhana, bicara sendiri dan mampu deskripsi
sederhana

dan

lawan

kata.

Perkembagan

bahasanya

memungkinkan anak belajar mengatakan keinginannya dengan


jelas.
Adanya hambatan dalam perkembangan bahasa akan
membuat anak merasa tidak diterima oleh teman-temannya,
anak menjadi minder, tidak percaya diri dan tidak memiliki
keberanian untuk berbuat. Kondisi ini dapat mempengaruhi
perkembangan kepribadian anak di kemudian hari. Sebagai alat
komunikasi, bahasa merupakan sarana yang sangat penting
dalam kehidupan anak. Di samping itu bahasa juga merupakan
alat untuk menyatakan pikiran dan perasaan kepada orang lain
yang sekaligus berfungsi untuk memahami pikiran dan
perasaan orang lain. Selain dari itu, bahasa juga merupakan
pintu gerbang ilmu pengetahuan, dengan berbahasa anak
dapat berkomunikasi dengan sesama (Syaodih, 2008)
4) Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial tidak terlihat jelas, dengan aktif
anak akan bersosialisasi dengan teman sebaya mengenai

21

aturan dan sedikit demi sedikit tunduk pada aturan yang ada.
Pada tahap ini juga berkembang kesadaran sosial anak yang
meliputi sikap simpati atau sikap kepedulian terhadapa
kesejahteraan orang lain.
5) Perkembangan Bermain
Bermain memiliki nilai-nilai yang sangat berharga bagi
anak,

diantaranya

rasa

senang,

mengembangkan

sikap

percaya diri, tanggung jawab dan kooperatif, mengembangkan


fantasi, kreativitas dan mengenal aturan.

6) Perkembangan Kepribadian
Pada tahap ini anak suka menyebutkan namanya ketika
berbicara dengan orang lain. Perkembangan kepribadian
seorang anak juga ditentukan oleh pola asuh, lingkungan
sibling, pregroup, dan lain-lain.
7) Perkembangan Kognitif
Kognitif sering diartikan sebagai kecerdasan atau berpikir.
Kognitif

adalah

pengertian

luas

mengenai

berfikir

dan

mengamati, jadi merupakan tingkah laku yang mengakibatkan


orang memperoleh pengetahuan atau yang dibutuhkan untuk
menggunakan
menunjukkan

pengetahuan.
perkembangan

Perkembangan
dari

cara

berpikir

kognitif
anak.

Kemampuan anak untuk mengkoordinasikan berbagai cara pikir


untuk menyelesaikan berbagai masalah dapat dipergunakan
sebagai tolak ukur kecerdasan (Santrock, 2007)
c. Tugas Perkembangan Anak Prasekolah
Menurut Hurlock (1999), tugas-tugas perkembangan anak
usia prasekolah adalah sebagai berikut:

22

1) Mempelajari ketrampilan fisik yang diperlukan untuk permainan


yang umum
2) Membangun sikap yang sehat mengenal diri sendiri sebagai
mahluk yang sedang tumbuh
3) Belajar menyesuaikan diri dengan teman seusianya
4) Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang
tepat
5) Mengembangkan

keterampilan-keterampilan

dasar

untuk

membaca, menulis dan berhitung


6) Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk
kehidupan sehari-hari
7) Mengembangkan hati nurani, pengertian moral dan tingkatan
nilai
8) Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial
dan lembaga-lembaga
9) Mencapai kebebasan pribadi

Anda mungkin juga menyukai