PENDAHULUAN
Laringitis merupakan peradangan yang terjadi pada pita suara (laring)yang dapat
menyebabkan suara parau. Pada peradangan ini seluruh mukosa laring hiperemis dan
menebal, kadang-kadang pada pemeriksaan patologik terdapat metaplasi skuamosa.
Laringitis ialah pembengkakan dari membran mukosa laring. Pembengkakan ini melibatkan
pita suara yang memicu terjadinya suara parau hingga hilangnya suara. Laringitis kronik
adalah proses inflamasi pada mukosa pita suara dan laring yang terjadi dalam jangka waktu
lama. Infeksi pada laring dapat dibagi menjadi laringitis akut dan laringitis kronis, infeksi
maupun non infeksi, inflamasi lokal maupun sistemik yang melibatkan laring. Laringitis
akut biasanya terjadi mendadak dan berlangsung dalam kurun waktu kurang dari 7 hari dan
biasanya muncul dengan gejala yang lebih dominan seperti gangguan pernafasan dan
demam. Laringitis kronis biasanya terjadi bertahap dan telah bermanifestasi beberapa
minggu. Dalam referrat ini akan dibahas lebih lanjut mengenai laringitis kronis dan upaya
penanganannya.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1ANATOMI
Laring berada di depan dan sejajar dengan vetebre cervical 4 sampai 6, bagian
atasnya yang akan melanjutkan ke faring berbentuk seperti bentuk limas segitiga dan
bagian bawahnya yang akan melanjutkan ke trakea berbentuk seperti sirkular.
Tulang rawan yang menyusun laring adalah kartilago tiroid, krikoid, aritenoid,
kornikulata, kuneiform, dan epiglotis.Kartilago tiroid,merupakan tulang rawan laring
yang terbesar, terdiri dari dua laminayang bersatu di bagian depan dan mengembang ke
arah belakang. Tulang rawan iniberbentuk seperti kapal, bagian depannya mengalami
penonjolan membentuk adams apple dan di dalam tulang rawan ini terdapat pita
suara, dihubungkan dengan kartilago krikoid oleh ligamentum krikotiroid.
Kartilago krikoid terbentuk dari kartilago hialin yang berada tepat dibawah
kartilago tiroid berbentuk seperti cincin signet, pada orang dewasa kartilago krikoid
terletak setinggi dengan vetebra C6 sampai C7 dan pada anak-anak setinggi vetebra C3
sampai C4.Kartilago aritenoid mempunyai ukuran yang lebih kecil, bertanggung jawab
untuk membuka dan menutup laring, berbentuk seperti piramid, terdapat 2 buah
(sepasang) yang terletak dekat permukaan belakang laring dan membentuk sendi
dengan kartilago krikoid, sendi ini disebut artikulasi krikoaritenoid
Sepasang kartilago kornikulata atau bisa disebut kartilago santorini melekat pada
kartilago aritenoid di daerah apeks dan berada di dalam lipatan ariepiglotik.Sepasang
kartilago kuneiformis atau bisa disebut kartilago wrisberg terdapat di dalam lipatan
ariepiglotik , kartilago kornikulata dan kuneiformis berperan dalam rigiditas dari lipatan
ariepiglotik. Sedangkan kartilago tritisea terletak di dalam ligamentum hiotiroid lateral.
Gambar Laring2.1
Epiglotis merupakan Cartilago yang berbentuk daun dan menonjol keatas
dibelakang
dasar lidah.Epiglottis
ini
melekat
pada
bagian
belakang
kartilago
Batas atas rongga laring (cavum laryngis) ialah aditus laring, batas bawahnya ialah
bidang yang melalui pinggir bawah kartilago krikoid. Batas depannya ialah permukaan
belakang epiglottis, tuberkulum epiglotic, ligamentum tiroepiglotic, sudut antara kedua
belah lamina kartilago tiroid dan arkus kartilago krikoid. Batas lateralnya ialah membran
kuadranagularis, kartilago aritenoid, konus elasticus, dan arkus kartilago krikoid,
sedangkan batas belakangnya ialah M.aritenoid transverses dan lamina kartilago krikoid.
Dengan adanya lipatan mukosa pada ligamentum vocale dan ligamentum
ventrikulare, maka terbentuklah plika vocalis (pita suara asli) dan plica ventrikularis (pita
suara palsu).
Bidang antara plica vocalis kiri dan kanan, disebut rima glottis, sedangkan antara
kedua plica ventrikularis disebut rima vestibuli.
Plica vocalis dan plica ventrikularis membagi rongga laring dalam tiga bagian, yaitu
vestibulum laring , glotic dan subglotic.
Vestibulum laring ialah rongga laring yang terdapat diatas plica ventrikularis. Daerah
ini disebut supraglotic.Antara plica vocalis dan pita ventrikularis, pada tiap sisinya
disebut ventriculus laring morgagni.
Rima glottis terdiri dari dua bagian, yaitu bagian intermembran dan bagian
interkartilago. Bagian intermembran ialah ruang antara kedua plica vocalis, dan terletak
dibagian anterior, sedangkan bagian interkartilago terletak antara kedua puncak kartilago
aritenoid, dan terletak di bagian posterioir.Daerah subglotic adalah rongga laring yang
terletak di bawah pita suara (plicavocalis).
2.3 Persyarafan
7
Laring dipersarafi oleh cabang-cabang nervus vagus, yaitu n.laringeus superior dan
laringeus inferior (recurrent). Kedua saraf ini merupakan campuran saraf motorik dan
sensorik. Nervus laryngeus superior mempersarafi m.krikotiroid, sehingga memberikan
sensasi pada mukosa laring dibawah pita suara. Saraf ini mula-mula terletak diatas
m.konstriktor faring medial, disebelah medial a.karotis interna, kemudian menuju ke
kornu mayor tulang hyoid dan setelah menerima hubungan dengan ganglion servikal
superior, membagi diri dalam 2 cabang, yaitu ramus eksternus dan ramus internus.
Ramus eksternus berjalan pada permukaan luar m.konstriktor faring inferior dan
menuju ke m.krikotiroid, sedangkan ramus internus tertutup oleh m.tirohioid terletak
disebelah medial a.tiroid superior, menembus membran hiotiroid, dan bersama-sama
dengan a.laringeus superior menuju ke mukosa laring.
Nervus laringeusinferior merupakan lanjutan dari n.rekuren setelah saraf itu
memberikan cabangnya menjadi ramus kardia inferior. Nervus rekuren merupakan
lanjutan dari n.vagus.
Nervus rekuren kanan akan menyilang a.subklavia kanan dibawahnya, sedangkan
n.rekuren kiri akan menyilang aorta. Nervus laringis inferior berjalan diantara cabangcabang arteri tiroid inferior, dan melalui permukaan mediodorsal kelenjar tiroid akan
sampai pada permukaan medial m.krikofaring. Disebelah posterior dari sendi
krikoaritenoid, saraf ini bercabang dua menjadi ramus anterior dan ramus posterior,
Ramus anterior akan mempersarafi otot-otot intrinsik laring bagian lateral, sedangkan
ramus posterior mempersyarafi otot-otot intrinsik laring superior dan mengadakan
anstomosis dengan n.laringitis superior ramus internus.
Pendarahan
Pendarahan untuk laring terdiri dari 2 cabang yaitu a.laringitis superior dan
a.laringitis inferior.
Arteri laryngeus superior merupakan cabang dari a.tiroid superior. Arteri laryngitis
superior berjalan agak mendatar melewati bagian belakang membran tirohioid bersamasama dengan cabang internus dari n.laringis superior kemudian menembus membran ini
untuk berjalan kebawah di submokosa dari dinding lateral dan lantai dari sinus piriformis,
untuk memperdarahi mukosa dan otot-otot laring.
Arteri laringeus interior merupakan cabang dari a.tiriod inferior dan bersama-sama
dengan n.laringis inferior berjalan ke belakang sendi krikotiroid, masuk laring melalui
daerah pinggir bawah dari m.konstriktor faring inferior. Di dalam arteri itu bercabangcabang memperdarahi mukosa dan otot serta beranastomosis dengan a.laringis superior.
Pada daerah setinggi membran krikotiroid a.tiroid superior juga memberikan cabang
yang berjalan mendatar sepanjang membrane itu sampai mendekati tiroid. Kadang-kadang
arteri ini mengirimkan cabang yang kecil melalui membran krikotiroid untuk mengadakan
anastomosis dengan a.laringeus superior.
Vena laringeus superior dan vena laringeus inferior letaknya sejajar dengan a.laringis
superior dan inferior dan kemudian bergabung dengan vena tiroid superior dan inferior.
2.5
Pembuluh Limfe
Pembuluh limfa untuk laring banyak, kecuali di daerah lipatan vocal. Disini
mukosanya tipis dan melekat erat dengan ligamentum vokale. Di daerah lipatan vocal
pembuluh limfa dibagi dalam golongan superior dan inferior.
Pembuluh eferen dari golongan superior berjalan lewat lantai sinus piriformis dan
a.laringeus superior, kemudian ke atas, dan bergabung dengan kelenjar dari bagian
superior rantai servikal dalam. Pembuluh eferen dari golongan inferior berjalan kebawah
dengan a.laringeus inferior dan bergabung dengan kelenjar servikal dalam, dan beberapa
dintaranya menjalar sampai sejauh kelenjar supraklavikular.
10
11
Fungsi laring dalam membantu proses menelan ialah dengan 3 mekanisme, yaitu
gerakan laring bagian bawah ke atas, menutup aditus laring dan mendorong bolus
makanan turun ke hipofaring dan tidak mungkin masuk kedalam laring.
Laring juga mempunyai fungsi untuk mengekspresikan emosi seperti berteriak,
mengeluh, menangis dan lain-lain.
Fungsi laring yang lain ialah untuk fonasi, dengan membuat suara serta menentukan
tinggi rendahnya nada. Tinggi rendahnya nada diatur oleh peregangan plica vokalis.
Bila plica vokalis dalam aduksi, maka m.krikotiroid akan merotasikan kartilago tiroid
kebawah dan kedepan, menjauhi kartilago aritenoid. Pada saat yang bersamaan
m.krikoaritenoid posterior akan menahan atau menarik kartilago aritenoid ke belakang.
Plika vokalis kini dalam keadaan yang efektif untuk berkontraksi. Sebaliknya kontraksi
m. Krikoaritenoid akan mendorong kartilago aritenoid ke depan, sehingga plika vokalis
akan mengendor. Kontraksi serta mengendornya plika vokalis akan menentukan tinggi
rendahnya nada.
2.7 DEFINISI
Laringitis akut adalah radang akut laring yang disebabkan oleh virus dan bakteri
yang berlangsung kurang dari 3 minggu dan pada umumnya disebabkan oleh infeksi
virus influenza (tipe A dan B), parainfluenza (tipe 1,2,3), rhinovirusdan adenovirus.
Penyebab lain adalah Haemofilus influenzae, Branhamellacatarrhalis, Streptococcus
pyogenes, Staphylococcus aureus dan Streptococcuspneumoniae.
2.8ETIOLOGI
12
1. Laringitis akut ini dapat terjadi dari kelanjutan infeksi saluran nafas seperti
influenza atau
Hampir semua penyebab inflamasi ini adalah virus. Invasi bakteri mungkin
sekunder. Laringitis biasanya disertai rinitis atau nasofaringitis. Awitan infeksi mungkin
berkaitan dengan pemajanan terhadap perubahan suhu mendadak, defisiensi diet,
malnutrisi, dan tidak ada immunitas. Laringitis umum terjadi pada musim dingin dan
mudah ditularkan. Ini terjadi seiring dengan menurunnya daya tahan tubuh dari host serta
prevalensi virus yang meningkat. Laringitis ini biasanya didahului oleh faringitis dan
infeksi saluran nafas bagian atas lainnya. Hal ini akan mengakibatkan iritasi mukosa
saluran nafas atas dan merangsang kelenjar mucus untuk memproduksi mucus secara
berlebihan sehingga menyumbat saluran nafas. Kondisi tersebut akan merangsang
terjadinya batuk hebat yang bisa menyebabkan iritasi pada laring. Dan memacu
terjadinya inflamasi pada laring tersebut. Inflamasi ini akan menyebabkan nyeri akibat
pengeluaran mediator kimia darah yang jika berlebihan akan merangsang,peningkatan
suhu tubuh.
13
Gejala lokal seperti suara parau dimana digambarkan pasien sebagai suarayang
kasar atau suara yang susah keluar atau suara dengan nada lebih rendah dari
suara yang biasa / normal dimana terjadi gangguan getaran serta ketegangan
dalam pendekatan kedua pita suara kiri dan kanan sehingga menimbulkan
suara menjada parau bahkan sampai tidak bersuara sama sekali (afoni).
membengkak terutama dibagian atas dan bawah pita suara dan juga didapatkan
tanda radang akut dihidung atau sinus paranasal atau paru
9.
Obstruksi jalan nafas apabila ada udem laring diikuti udem subglotis yang
terjadi dalam beberapa jam dan biasanya sering terjadi pada anak berupa anak
menjadi gelisah, air hunger, sesak semakin bertambah berat, pemeriksaan fisik
14
1.
2.
2.12
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik danpemeriksaan
penunjang.
2.13
2.14
PENATALAKSANAAN
Umumnya penderita penyakit ini tidak perlu masuk rumah sakit, namunada indikasi
15
2.15 KOMPLIKASI
Laringitis Kronik
2.16 PROGNOSIS
Prognosis untuk penderita laringitis akut ini umumnya baik dan pemulihannya selama
satu minggu. Namun pada anak khususnya pada usia 1-3 tahun penyakit ini dapat
menyebabkan udem laring dan udem subglotis sehingga dapat menimbulkan obstruksi jalan
nafas dan bila hal ini terjadi dapat dilakukan pemasangan endotrakeal atau trakeostomiatik.
17
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
1. Roezin A. Sistem Aliran Limfa Leher.Dalam:Soepardi EA. Buku
Ajar llmuKesehatan Telinga HidungTenggorok Kepala & Leher.Edisi ke-6. Jakarta.
Balai Penerbit FKUI . 2007. h. 174-177.
2. Cohen James . Anatomi dan Fisiologi laring. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Edisi
ke-6. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran.EGC. 1997. h. 369-376
3. Lee KJ. Essential Otolaryngology. Head and Neck Surgery, 6th ed. Appleton &
Lange Stamfort,Connecticut P.
4. Hermani B, Abdurrachman H, Cahyono A. Kelainan Laring.Dalam: Soepardi
EA. Buku Ajar llmuKesehatan Telinga HidungTenggorok Kepala & Leher.Edisi ke6. Jakarta. Balai Penerbit FKUI . 2007.h. 237-242
5. Berlliti S, Omidi M. Chronic Laryngitis, Infectious or Allergic. Didapatkan dari url :
http://www.emedicine.com/ent/topics354.htm. Diunduh pada tanggal 20 Agustus
2011.
6. Di unduh pada tanggal 20 Agustus 2011 dari :
http://www.beliefnet.com/healthandhealing/getcontent.aspx?cid=11713
18
15. Banovetz JD.Gangguan Laring Jinak. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Edisi ke-6.
Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran.EGC. 1997. h. 378-396
19
BAB IV
LAPORAN KASUS
Pasien Rawat Jalan Poli THT-KL RSUD Datu Beru Takengon
Identitas Pasien
Nama
: SNU
Umur
: 39 Th
Jenis Kelamin : LK
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
: Kebayakan
MRS
: 24 - 02 - 2016
No. RM
: 123016
Anamnesis
Keluhan Utama
: Batuk
20
R. Penyakit Dahulu
R. Penyakit Keluarga : -
R. Pengobatan
:-
:-
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum Pasien
: Compos mentis
Status Lokalis:
Telinga
Aurikula
Preaurikula
Retroaurikula
Palpasi
MAE
Membran Tymphani
Telinga kanan
Edema(-), Hiperemis (-)
Massa(-)
Edema(-), Hiperemis (-)
Massa(-), Fistiula (-), Abses
(-)
Edema(-), Hiperemis (-)
Massa(-), Fistiula (-), Abses
(-)
Nyeri pergerakan aurikula
(-), Nyeri tekan tragus (-)
Edema(-), Hiperemis (-),
Sekret (-), furunkel (-)
Intak,
Berwarna
putih,
refleks cahaya redup.
Telinga Kiri
Edema(-), Hiperemis (-)
Massa(-)
Edema(-), Hiperemis (-)
Massa(-), Fistiula (-), Abses
(-)
Edema(-), Hiperemis (-)
Massa(-), Fistiula (-), Abses
(-)
Nyeri pergerakan aurikula
(-), Nyeri tekan tragus (-)
Edema(-), Hiperemis (-),
Sekret (-), furunkel (-)
Intak,
Berwarna
putih,
refleks cahaya redup.
21
Hidung
Rinoskopi Anterior
Hidung luar
Cavum Nasi
Septum Nasi
Konka Inferior
Keterangan
Hiperemis(+), Edema (-)
T1-T1
Merah
Positif
Abses (-)
Odem
Diagnosis
Laringitis Akut
Penatalaksanaan
Medikamentosa
Cefixime 2 x100 mg
Metyl Prednisolon 2 x 4 mg
Edukasi
CHECK UP
Tanggal 24 02 -2015
S :- Batuk
- Suara Serak
O : V.cord Oedem
A : Laringitis Akut
P: -
Cefixime 2x 100 mg
Metyl Prednisolon
Tanggal 04 Maret 2015
S : Ingus kental sebelah kiri hidung
O : PND (+)
A : Sinusitis
P : RJ. SPN sinusitis Kronik
Tanggal 29 Maret 2016
S : Suara Serak sejak 2 Bulan
O : V.cord Kiri Oedem
A : Laringitis Akut
P : Levofloxasim 1 x 50 mg
Metyl Prednisolon 2 x 4 mg
Lansoprazol 3 x C II
Tanggal 5 April 2016
S : Suara Serak
O : V.cord Kiri Oedem
23
A : Laringitis Akut
P : Levofloxasim 1 x 50 mg
Metyl Prednisolon 2 x 4 mg
Lansoprazol 3 x C II
Tanggal 14 april 2016
S : Suara Serak
O : V.cord Kiri Oedem
A : Laringitis akut
P : Cefixim 2 x 100 mg
Meloxicam 2 x 1
Glyceryl Guaiacolat 3 x 100 mg
Lansoprazol 1 x 1
24