Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

Laringitis merupakan peradangan yang terjadi pada pita suara (laring)yang dapat
menyebabkan suara parau. Pada peradangan ini seluruh mukosa laring hiperemis dan
menebal, kadang-kadang pada pemeriksaan patologik terdapat metaplasi skuamosa.
Laringitis ialah pembengkakan dari membran mukosa laring. Pembengkakan ini melibatkan
pita suara yang memicu terjadinya suara parau hingga hilangnya suara. Laringitis kronik
adalah proses inflamasi pada mukosa pita suara dan laring yang terjadi dalam jangka waktu
lama. Infeksi pada laring dapat dibagi menjadi laringitis akut dan laringitis kronis, infeksi
maupun non infeksi, inflamasi lokal maupun sistemik yang melibatkan laring. Laringitis
akut biasanya terjadi mendadak dan berlangsung dalam kurun waktu kurang dari 7 hari dan
biasanya muncul dengan gejala yang lebih dominan seperti gangguan pernafasan dan
demam. Laringitis kronis biasanya terjadi bertahap dan telah bermanifestasi beberapa
minggu. Dalam referrat ini akan dibahas lebih lanjut mengenai laringitis kronis dan upaya
penanganannya.

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1ANATOMI
Laring berada di depan dan sejajar dengan vetebre cervical 4 sampai 6, bagian
atasnya yang akan melanjutkan ke faring berbentuk seperti bentuk limas segitiga dan
bagian bawahnya yang akan melanjutkan ke trakea berbentuk seperti sirkular.

Gambar 2.1.1 Laring


Laring dibentuk oleh sebuah tulang yaitu tulang hioid di bagian atas dan beberapa
tulang rawan. Tulang hioid berbentuk seperti huruf U, yang permukaan atasnya
dihubungkan dengan lidah, mandibula, dan tengkorak oleh tendon dan otot-otot. Saat
menelan, konstraksi otot-otot (M.sternohioid dan M.Tirohioid) ini akan menyebabkan
laring tertarik ke atas, sedangkan bila laring diam, maka otot-otot ini bekerja untuk
membantu menggerakan lidah.

Tulang rawan yang menyusun laring adalah kartilago tiroid, krikoid, aritenoid,
kornikulata, kuneiform, dan epiglotis.Kartilago tiroid,merupakan tulang rawan laring
yang terbesar, terdiri dari dua laminayang bersatu di bagian depan dan mengembang ke
arah belakang. Tulang rawan iniberbentuk seperti kapal, bagian depannya mengalami
penonjolan membentuk adams apple dan di dalam tulang rawan ini terdapat pita
suara, dihubungkan dengan kartilago krikoid oleh ligamentum krikotiroid.
Kartilago krikoid terbentuk dari kartilago hialin yang berada tepat dibawah
kartilago tiroid berbentuk seperti cincin signet, pada orang dewasa kartilago krikoid
terletak setinggi dengan vetebra C6 sampai C7 dan pada anak-anak setinggi vetebra C3
sampai C4.Kartilago aritenoid mempunyai ukuran yang lebih kecil, bertanggung jawab
untuk membuka dan menutup laring, berbentuk seperti piramid, terdapat 2 buah
(sepasang) yang terletak dekat permukaan belakang laring dan membentuk sendi
dengan kartilago krikoid, sendi ini disebut artikulasi krikoaritenoid
Sepasang kartilago kornikulata atau bisa disebut kartilago santorini melekat pada
kartilago aritenoid di daerah apeks dan berada di dalam lipatan ariepiglotik.Sepasang
kartilago kuneiformis atau bisa disebut kartilago wrisberg terdapat di dalam lipatan
ariepiglotik , kartilago kornikulata dan kuneiformis berperan dalam rigiditas dari lipatan
ariepiglotik. Sedangkan kartilago tritisea terletak di dalam ligamentum hiotiroid lateral.

Gambar Laring2.1
Epiglotis merupakan Cartilago yang berbentuk daun dan menonjol keatas
dibelakang

dasar lidah.Epiglottis

ini

melekat

pada

bagian

belakang

kartilago

thyroidea.Plica aryepiglottica, berjalan kebelakang dari bagian samping epiglottis


menujucartilago arytenoidea, membentuk batas jalan masuk laring.
Membrana mukosa di Laring sebagian besar dilapisi oleh epitel respiratorius,
terdiridari sel-sel silinder yang bersilia. Plica vocalis dilapisi oleh epitel skuamosa.
Plica vocalis adalah dua lembar membrana mukosa tipis yang terletak di atas
ligamenturn vocale, dua pita fibrosa yang teregang di antara bagian dalam kartilago
thyroidea di bagian depan dan cartilago arytenoidea di bagian belakang.Plica vocalis
palsu adalah dua lipatan membrana mukosa tepat di atas plica vocalissejati. Bagian ini
tidak terlibat dalarn produksi suara.

Gambar pita suara 2.1


Pada laring terdapat 2 buah sendi, yaitu artikulasi krikotiroid dan artikulasi
krikoaritenoid.Ligamentum yang membentuk susunan laring adalah ligamentum
seratokrikoid (anterior, lateral, dan posterior ), ligamentum krikotiroid medial,
ligamentum

krikotiroid posterior, ligamentum kornikulofaringeal, ligamentum

hiotoroid lateral, ligamentum hiotiroid media, ligamentum hioepiglotica, ligamentum


ventricularis , ligamentum vocale yang menghubungkan kartilagoaritenoid dengan
kartilago tiroid dan ligamentum tiroepiglotica.
Gerakan laring dilaksanakan oleh kelompok otot-otot ekstrinsik dan otot-otot
instrinsik, otot-otot ekstrinsik terutama bekerja pada laring secara keseluruhan,
sedangkan otot-otot instrinsik menyebabkan gerakan bagian-bagian laring sendiri.Otototot ekstrinsik laring ada yang terletak diatas tulanghyoid (suprahioid), dan ada yang
terletak dibawah tulang hyoid (infrahioid). Otot ekstrinsik yang supra hyoid ialah M.
Digastricus, M.Geniohioid, M.Stylohioid, dan M.Milohioid. Otot yang infrahioid
ialahM.sternohioid dan M.Tirohioid.Otot-otot ekstrinsik laring yang suprahioid
berfungsi menarik laring kebawah, sedangkan yang infrahioid menarik laring
keatas.Otot-otot intrinsik laring ialah M. Krikoaritenoid lateral. M.Tiroepiglotica,
5

M.vocalis,M. Tiroaritenoid, M.Ariepiglotica, dan M.Krikotiroid. Otot-otot ini terletak di


bagian lateral laring.Otot-otot intrinsik laring yang terletak di bagian posterior, ialah
M.aritenoid transversum, M.Ariteniod obliq dan M.Krioaritenoid posterior.

Gambar otot pada laring 2.1

2.2 Rongga laring

Batas atas rongga laring (cavum laryngis) ialah aditus laring, batas bawahnya ialah
bidang yang melalui pinggir bawah kartilago krikoid. Batas depannya ialah permukaan
belakang epiglottis, tuberkulum epiglotic, ligamentum tiroepiglotic, sudut antara kedua
belah lamina kartilago tiroid dan arkus kartilago krikoid. Batas lateralnya ialah membran
kuadranagularis, kartilago aritenoid, konus elasticus, dan arkus kartilago krikoid,
sedangkan batas belakangnya ialah M.aritenoid transverses dan lamina kartilago krikoid.
Dengan adanya lipatan mukosa pada ligamentum vocale dan ligamentum
ventrikulare, maka terbentuklah plika vocalis (pita suara asli) dan plica ventrikularis (pita
suara palsu).
Bidang antara plica vocalis kiri dan kanan, disebut rima glottis, sedangkan antara
kedua plica ventrikularis disebut rima vestibuli.
Plica vocalis dan plica ventrikularis membagi rongga laring dalam tiga bagian, yaitu
vestibulum laring , glotic dan subglotic.
Vestibulum laring ialah rongga laring yang terdapat diatas plica ventrikularis. Daerah
ini disebut supraglotic.Antara plica vocalis dan pita ventrikularis, pada tiap sisinya
disebut ventriculus laring morgagni.
Rima glottis terdiri dari dua bagian, yaitu bagian intermembran dan bagian
interkartilago. Bagian intermembran ialah ruang antara kedua plica vocalis, dan terletak
dibagian anterior, sedangkan bagian interkartilago terletak antara kedua puncak kartilago
aritenoid, dan terletak di bagian posterioir.Daerah subglotic adalah rongga laring yang
terletak di bawah pita suara (plicavocalis).

2.3 Persyarafan
7

Laring dipersarafi oleh cabang-cabang nervus vagus, yaitu n.laringeus superior dan
laringeus inferior (recurrent). Kedua saraf ini merupakan campuran saraf motorik dan
sensorik. Nervus laryngeus superior mempersarafi m.krikotiroid, sehingga memberikan
sensasi pada mukosa laring dibawah pita suara. Saraf ini mula-mula terletak diatas
m.konstriktor faring medial, disebelah medial a.karotis interna, kemudian menuju ke
kornu mayor tulang hyoid dan setelah menerima hubungan dengan ganglion servikal
superior, membagi diri dalam 2 cabang, yaitu ramus eksternus dan ramus internus.
Ramus eksternus berjalan pada permukaan luar m.konstriktor faring inferior dan
menuju ke m.krikotiroid, sedangkan ramus internus tertutup oleh m.tirohioid terletak
disebelah medial a.tiroid superior, menembus membran hiotiroid, dan bersama-sama
dengan a.laringeus superior menuju ke mukosa laring.
Nervus laringeusinferior merupakan lanjutan dari n.rekuren setelah saraf itu
memberikan cabangnya menjadi ramus kardia inferior. Nervus rekuren merupakan
lanjutan dari n.vagus.
Nervus rekuren kanan akan menyilang a.subklavia kanan dibawahnya, sedangkan
n.rekuren kiri akan menyilang aorta. Nervus laringis inferior berjalan diantara cabangcabang arteri tiroid inferior, dan melalui permukaan mediodorsal kelenjar tiroid akan
sampai pada permukaan medial m.krikofaring. Disebelah posterior dari sendi
krikoaritenoid, saraf ini bercabang dua menjadi ramus anterior dan ramus posterior,
Ramus anterior akan mempersarafi otot-otot intrinsik laring bagian lateral, sedangkan
ramus posterior mempersyarafi otot-otot intrinsik laring superior dan mengadakan
anstomosis dengan n.laringitis superior ramus internus.

Gambar persarafan laring 2.3


2.4

Pendarahan
Pendarahan untuk laring terdiri dari 2 cabang yaitu a.laringitis superior dan

a.laringitis inferior.
Arteri laryngeus superior merupakan cabang dari a.tiroid superior. Arteri laryngitis
superior berjalan agak mendatar melewati bagian belakang membran tirohioid bersamasama dengan cabang internus dari n.laringis superior kemudian menembus membran ini
untuk berjalan kebawah di submokosa dari dinding lateral dan lantai dari sinus piriformis,
untuk memperdarahi mukosa dan otot-otot laring.
Arteri laringeus interior merupakan cabang dari a.tiriod inferior dan bersama-sama
dengan n.laringis inferior berjalan ke belakang sendi krikotiroid, masuk laring melalui
daerah pinggir bawah dari m.konstriktor faring inferior. Di dalam arteri itu bercabangcabang memperdarahi mukosa dan otot serta beranastomosis dengan a.laringis superior.

Pada daerah setinggi membran krikotiroid a.tiroid superior juga memberikan cabang
yang berjalan mendatar sepanjang membrane itu sampai mendekati tiroid. Kadang-kadang
arteri ini mengirimkan cabang yang kecil melalui membran krikotiroid untuk mengadakan
anastomosis dengan a.laringeus superior.
Vena laringeus superior dan vena laringeus inferior letaknya sejajar dengan a.laringis
superior dan inferior dan kemudian bergabung dengan vena tiroid superior dan inferior.
2.5

Pembuluh Limfe
Pembuluh limfa untuk laring banyak, kecuali di daerah lipatan vocal. Disini

mukosanya tipis dan melekat erat dengan ligamentum vokale. Di daerah lipatan vocal
pembuluh limfa dibagi dalam golongan superior dan inferior.
Pembuluh eferen dari golongan superior berjalan lewat lantai sinus piriformis dan
a.laringeus superior, kemudian ke atas, dan bergabung dengan kelenjar dari bagian
superior rantai servikal dalam. Pembuluh eferen dari golongan inferior berjalan kebawah
dengan a.laringeus inferior dan bergabung dengan kelenjar servikal dalam, dan beberapa
dintaranya menjalar sampai sejauh kelenjar supraklavikular.

10

Gambar kelenjar limfe 2.5


2.6 FISIOLOGI
Laring berfungsi untuk proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi, menelan, emosi serta
fonasi.
Fungsi laring untuk proteksi ialah untuk mencegah makanan dan benda asing masuk
kedalam trakea, dengan jalan menutup aditus laring dan rima glotis secara bersamaan.
Terjadi penutupan aditus laring ialah akibat karena pengangkatan laring ke atas akibat
kontraksi otot-otot ekstrinsik laring. Dalam hal ini kartilogo aritenoid bergerak ke depan
akibat kontraksi m.tiro-aritenoid dan m.aritenoid. Selanjutnya m.ariepiglotika berfungsi
sebagai sfingter.
Penutupan rima glotis terjadi karena adduksi plika vokalis. Kartilago arritenoid
kiri dan kanan mendekat karena aduksi otot-otot intrinsik.
Selain itu dengan reflex batuk, benda asing yang telah masuk ke dalam trakea dapat
dibatukkan ke luar. Demikian juga dengan bantuan batuk, sekret yang berasal dari paru
dapat dikeluarkan.
Fungsi respirasi dan laring ialah dengan mengatur besar kecilnya rima glottis. Bila
m.krikoaritenoid posterior berkontraksi akan menyebabkan prosesus vokalis kartilago
aritenoid bergerak ke lateral, sehingga rima glottis terbuka.
Dengan terjadinya perubahan tekanan udara di dalam traktus trakeo-bronkial akan
dapat mempengaruhi sirkulasi darah dari alveolus, sehingga mempengaruhi sirkulasi
darah tubuh. Dengan demikian laring berfungsi juga sebagai alat pengatur sirkulasi
darah.

11

Fungsi laring dalam membantu proses menelan ialah dengan 3 mekanisme, yaitu
gerakan laring bagian bawah ke atas, menutup aditus laring dan mendorong bolus
makanan turun ke hipofaring dan tidak mungkin masuk kedalam laring.
Laring juga mempunyai fungsi untuk mengekspresikan emosi seperti berteriak,
mengeluh, menangis dan lain-lain.
Fungsi laring yang lain ialah untuk fonasi, dengan membuat suara serta menentukan
tinggi rendahnya nada. Tinggi rendahnya nada diatur oleh peregangan plica vokalis.
Bila plica vokalis dalam aduksi, maka m.krikotiroid akan merotasikan kartilago tiroid
kebawah dan kedepan, menjauhi kartilago aritenoid. Pada saat yang bersamaan
m.krikoaritenoid posterior akan menahan atau menarik kartilago aritenoid ke belakang.
Plika vokalis kini dalam keadaan yang efektif untuk berkontraksi. Sebaliknya kontraksi
m. Krikoaritenoid akan mendorong kartilago aritenoid ke depan, sehingga plika vokalis
akan mengendor. Kontraksi serta mengendornya plika vokalis akan menentukan tinggi
rendahnya nada.
2.7 DEFINISI

Laringitis akut adalah radang akut laring yang disebabkan oleh virus dan bakteri
yang berlangsung kurang dari 3 minggu dan pada umumnya disebabkan oleh infeksi
virus influenza (tipe A dan B), parainfluenza (tipe 1,2,3), rhinovirusdan adenovirus.
Penyebab lain adalah Haemofilus influenzae, Branhamellacatarrhalis, Streptococcus
pyogenes, Staphylococcus aureus dan Streptococcuspneumoniae.

2.8ETIOLOGI

12

1. Laringitis akut ini dapat terjadi dari kelanjutan infeksi saluran nafas seperti
influenza atau

common cold. infeksi virus influenza (tipe A dan B),

parainfluenza (tipe 1,2,3), rhinovirus dan adenovirus. Penyebab lain adalah


Haemofilus influenzae, Branhamella catarrhalis, Streptococcuspyogenes,
Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumoniae.
2.Penyakit ini dapat terjadi karena perubahan musim / cuaca
3.Pemakaian suara yang berlebihan
4. Trauma
5. Bahan kimia
6.Merokok dan minum-minum alkohol
7. Alergi
2.9PATOFISIOLOGI

Hampir semua penyebab inflamasi ini adalah virus. Invasi bakteri mungkin
sekunder. Laringitis biasanya disertai rinitis atau nasofaringitis. Awitan infeksi mungkin
berkaitan dengan pemajanan terhadap perubahan suhu mendadak, defisiensi diet,
malnutrisi, dan tidak ada immunitas. Laringitis umum terjadi pada musim dingin dan
mudah ditularkan. Ini terjadi seiring dengan menurunnya daya tahan tubuh dari host serta
prevalensi virus yang meningkat. Laringitis ini biasanya didahului oleh faringitis dan
infeksi saluran nafas bagian atas lainnya. Hal ini akan mengakibatkan iritasi mukosa
saluran nafas atas dan merangsang kelenjar mucus untuk memproduksi mucus secara
berlebihan sehingga menyumbat saluran nafas. Kondisi tersebut akan merangsang
terjadinya batuk hebat yang bisa menyebabkan iritasi pada laring. Dan memacu
terjadinya inflamasi pada laring tersebut. Inflamasi ini akan menyebabkan nyeri akibat
pengeluaran mediator kimia darah yang jika berlebihan akan merangsang,peningkatan
suhu tubuh.
13

2.10 GEJALA KLINIS


1.

Gejala lokal seperti suara parau dimana digambarkan pasien sebagai suarayang
kasar atau suara yang susah keluar atau suara dengan nada lebih rendah dari
suara yang biasa / normal dimana terjadi gangguan getaran serta ketegangan
dalam pendekatan kedua pita suara kiri dan kanan sehingga menimbulkan
suara menjada parau bahkan sampai tidak bersuara sama sekali (afoni).

2. Sesak nafas dan stridor


3. Nyeri tenggorokan seperti nyeri ketika menalan atau berbicara.
4. Gejala radang umum seperti demam, malaise
5. Batuk kering yang lama kelamaan disertai dengan dahak kental
6. Gejala commmon cold seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga
sulitmenelan, sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk dan
demam dengan temperatur yang tidak mengalami peningkatan dari 38 derajat
celsius.
7. Gejala influenza seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit
menelan,sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk, peningkatan
suhu yang sangat berarti yakni lebih dari 38 derajat celsius, dan adanya rasa
lemah,lemas yang disertai dengan nyeri diseluruh tubuh .
8. Pada pemeriksaan fisik akan tampak mukasa laring yang hiperemis,

membengkak terutama dibagian atas dan bawah pita suara dan juga didapatkan
tanda radang akut dihidung atau sinus paranasal atau paru
9.

Obstruksi jalan nafas apabila ada udem laring diikuti udem subglotis yang
terjadi dalam beberapa jam dan biasanya sering terjadi pada anak berupa anak
menjadi gelisah, air hunger, sesak semakin bertambah berat, pemeriksaan fisik

14

akan ditemukan retraksi suprasternal dan epigastrium yang dapat menyebabkan


keadaan darurat medik yang dapat mengancam.

2.11 PEMERIKSAAN PENUNJANG

1.

Foto rontgen leher AP : bisa tampak pembengkakan jaringan subglotis (Steeple


sign). Tanda ini ditemukan pada 50% kasus.

2.

Pemeriksaan laboratorium : gambaran darah dapat normal. Jika disertai infeksi


sekunder, leukosit dapat meningkat.

3. Pada pemeriksaan laringoskopi indirek akan ditemukan mukosa laring yang


sangat sembab, hiperemis dan tanpa membran serta tampak pembengkakan
subglotis yaitu pembengkakan jaringan ikat pada konus elastikus yang akan
tampak dibawah pita suara.

2.12

DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik danpemeriksaan
penunjang.

2.13

DIAGNOSA BANDING 2,12


1. Benda asing pada laring
2. Faringitis
3. Bronkiolitis
4. Bronkitis
5. Pnemonia

2.14

PENATALAKSANAAN
Umumnya penderita penyakit ini tidak perlu masuk rumah sakit, namunada indikasi

masuk rumah sakit apabila :

15

Usia penderita dibawah 3 tahun


Tampak toksik, sianosis, dehidrasi atau axhausted
Diagnosis penderita masih belum jelas
Perawatan dirumah kurang memadai
Terapi :
1. Istirahat berbicara dan bersuara selama 2-3 hari
2. Jika pasien sesak dapat diberikan O2 2 l/ menit
3. Istirahat
4. Menghirup uap hangat dan dapat ditetesi minyak atsiri / minyak mint bila ada
muncul sumbatan dihidung atau penggunaan larutan garam fisiologis (saline 0,9
%) yang dikemas dalam bentuk semprotan hidung atau nasalspray.
5. Medikamentosa : Parasetamol atau ibuprofen / antipiretik jika pasien adademam,
bila ada gejala pain killer dapat diberikan obat anti nyeri analgetik, hidung
tersumbat dapat diberikan dekongestan nasal seperti fenilpropanolamin (PPA),
efedrin, pseudoefedrin, napasolin dapat diberikan dalam bentuk oral ataupun
spray.Pemberian antibiotika yangadekuat yakni : ampisilin 100 mg/kgBB/hari,
intravena, terbagi 4 dosis atau kloramfenikol : 50 mg/kgBB/hari, intra vena,
terbagi dalam 4 dosis atau sefalosporin generasi 3 (cefotaksim atau ceftriakson)
lalu dapat diberikan kortikosteroid intravena berupa deksametason dengan dosis
0,5 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3 dosis, diberikan selama 1-2 hari.
6. Pengisapan lendir dari tenggorok atau laring, bila penatalaksanaan initidak berhasil
maka dapat dilakukan endotrakeal atau trakeostomi bilasudah terjadi obstruksi
jalan nafas.
7. Pencegahan : Jangan merokok, hindari asap rokok karena rokok akan membuat
tenggorokan kering dan mengakibatkan iritasi pada pita suara, minum banyak air
karena cairan akan membantu menjaga agar lendir yang terdapat pada
16

tenggorokan tidak terlalu banyak dan mudah untuk dibersihkan, batasi


penggunaan alkohol dan kafein untuk mencegah tenggorokan kering. jangan
berdehem untuk membersihkan tenggorokan karena berdehem akan menyebabkan
terjadinya vibrasi abnormal pada pita suara, meningkatkan pembengkakan dan
berdehem juga akan menyebabkan tenggorokan memproduksi lebih banyak lendir.

2.15 KOMPLIKASI
Laringitis Kronik
2.16 PROGNOSIS
Prognosis untuk penderita laringitis akut ini umumnya baik dan pemulihannya selama
satu minggu. Namun pada anak khususnya pada usia 1-3 tahun penyakit ini dapat
menyebabkan udem laring dan udem subglotis sehingga dapat menimbulkan obstruksi jalan
nafas dan bila hal ini terjadi dapat dilakukan pemasangan endotrakeal atau trakeostomiatik.

17

BAB III

DAFTAR PUSTAKA
1. Roezin A. Sistem Aliran Limfa Leher.Dalam:Soepardi EA. Buku
Ajar llmuKesehatan Telinga HidungTenggorok Kepala & Leher.Edisi ke-6. Jakarta.
Balai Penerbit FKUI . 2007. h. 174-177.
2. Cohen James . Anatomi dan Fisiologi laring. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Edisi
ke-6. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran.EGC. 1997. h. 369-376
3. Lee KJ. Essential Otolaryngology. Head and Neck Surgery, 6th ed. Appleton &
Lange Stamfort,Connecticut P.
4. Hermani B, Abdurrachman H, Cahyono A. Kelainan Laring.Dalam: Soepardi
EA. Buku Ajar llmuKesehatan Telinga HidungTenggorok Kepala & Leher.Edisi ke6. Jakarta. Balai Penerbit FKUI . 2007.h. 237-242
5. Berlliti S, Omidi M. Chronic Laryngitis, Infectious or Allergic. Didapatkan dari url :
http://www.emedicine.com/ent/topics354.htm. Diunduh pada tanggal 20 Agustus
2011.
6. Di unduh pada tanggal 20 Agustus 2011 dari :
http://www.beliefnet.com/healthandhealing/getcontent.aspx?cid=11713
18

7. Lalwani AK : Current Diagnosis & Treatment in Otolaryngology Head & Neck


Surgery, 2nd Edition. New York:The McGraw-Hill.2007.
8. Dhillon, R.S. ,East C.A.. Ear, Nose, and Throat and Head and Neck Surgery. 2nd
Edition. Churcill Livingstone. 2000. Hal. 56-68
9. Brandwein-Gensler, Majorie. Laryngeal Pathology. In:Van De Water Thomas R. ,
Staecker H. Otolaryngology Clinical review. New York:Thieme. 2008. Hal. 574-591
10. Diunduh pada tanggal 20 Agustus 2011 dari :
http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/09/laringitis/

11. Diunduh pada tanggal 20 Agustus 2011 dari :


http://academic.kellogg.edu/herbrandsonc/bio201_mckinley/Respiratory
%20System.htm

12. Diunduh pada tanggal 20 Agustus 2011 dari :


http://hendri6780.blogspot.com/2010/10/laringitis-akut.html

13. Diunduh pada tanggal 20 Agustus 2011 dari : http://www.ent-consultantmanchester.co.uk/node/3

14. Diunduh pada tanggal 20 Agustus 2011 dari :


http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/imagepages/19721.htm

15. Banovetz JD.Gangguan Laring Jinak. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Edisi ke-6.
Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran.EGC. 1997. h. 378-396

19

BAB IV
LAPORAN KASUS
Pasien Rawat Jalan Poli THT-KL RSUD Datu Beru Takengon

Identitas Pasien
Nama

: SNU

Umur

: 39 Th

Jenis Kelamin : LK
Pekerjaan

: Wiraswasta

Alamat

: Kebayakan

MRS

: 24 - 02 - 2016

No. RM

: 123016

Anamnesis

Keluhan Utama

: Batuk
20

R. Penyakit Sekarang : Os datang dengan keluhan batuk dan suara serak


sejak 2 minggu yang lalu.

R. Penyakit Dahulu

R. Penyakit Keluarga : -

R. Pengobatan

:-

:-

Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum Pasien

: Compos mentis

Status Lokalis:
Telinga
Aurikula
Preaurikula

Retroaurikula

Palpasi
MAE
Membran Tymphani

Telinga kanan
Edema(-), Hiperemis (-)
Massa(-)
Edema(-), Hiperemis (-)
Massa(-), Fistiula (-), Abses
(-)
Edema(-), Hiperemis (-)
Massa(-), Fistiula (-), Abses
(-)
Nyeri pergerakan aurikula
(-), Nyeri tekan tragus (-)
Edema(-), Hiperemis (-),
Sekret (-), furunkel (-)
Intak,
Berwarna
putih,
refleks cahaya redup.

Telinga Kiri
Edema(-), Hiperemis (-)
Massa(-)
Edema(-), Hiperemis (-)
Massa(-), Fistiula (-), Abses
(-)
Edema(-), Hiperemis (-)
Massa(-), Fistiula (-), Abses
(-)
Nyeri pergerakan aurikula
(-), Nyeri tekan tragus (-)
Edema(-), Hiperemis (-),
Sekret (-), furunkel (-)
Intak,
Berwarna
putih,
refleks cahaya redup.
21

Hidung
Rinoskopi Anterior
Hidung luar
Cavum Nasi
Septum Nasi
Konka Inferior

Cavum Nasi Kanan


Massa (-), Kelainan bentuk
(-)
Hiperemis (-), Sekret(-)
Deviasi (-), Dislokasi (-)
Hipertropi(-), Hiperemi (-)

Cavum Nasi Kiri


Massa (-), Kelainan bentuk
(-)
Hiperemis (-), Sekret(-)
Deviasi (-), Dislokasi (-)
Hipertropi(-), Hiperemi (-)

Mulut Dan Orofaring


Mukosa
Tonsil
Dinding faring
Post Nasal Drip
Gusi
V.cord

Keterangan
Hiperemis(+), Edema (-)
T1-T1
Merah
Positif
Abses (-)
Odem

Pembesaran kelenjar Limfe: (-)

Diagnosis
Laringitis Akut

Penatalaksanaan
Medikamentosa

Cefixime 2 x100 mg

Metyl Prednisolon 2 x 4 mg

Edukasi

Tidak boleh merokok

Jangan makan berminyak


22

CHECK UP
Tanggal 24 02 -2015
S :- Batuk
- Suara Serak
O : V.cord Oedem
A : Laringitis Akut
P: -

Cefixime 2x 100 mg

Metyl Prednisolon
Tanggal 04 Maret 2015
S : Ingus kental sebelah kiri hidung
O : PND (+)
A : Sinusitis
P : RJ. SPN sinusitis Kronik
Tanggal 29 Maret 2016
S : Suara Serak sejak 2 Bulan
O : V.cord Kiri Oedem
A : Laringitis Akut
P : Levofloxasim 1 x 50 mg
Metyl Prednisolon 2 x 4 mg
Lansoprazol 3 x C II
Tanggal 5 April 2016
S : Suara Serak
O : V.cord Kiri Oedem
23

A : Laringitis Akut
P : Levofloxasim 1 x 50 mg
Metyl Prednisolon 2 x 4 mg
Lansoprazol 3 x C II
Tanggal 14 april 2016
S : Suara Serak
O : V.cord Kiri Oedem
A : Laringitis akut
P : Cefixim 2 x 100 mg
Meloxicam 2 x 1
Glyceryl Guaiacolat 3 x 100 mg
Lansoprazol 1 x 1

Tanggal 21 April 2016


S : Suara Masih Serak
O : v.cord Kiri oedem
A : Laringitis Akut
P : Cefixim 2 x 100 mg
Meloxicam 2 x 1
Glyceryl Guaiacolat 3 x 100 mg
Lansoprazol 1 x 1

24

Anda mungkin juga menyukai