Karena tingginya prevalensi TB di Indonesia, maka tes tuberculin pada orang dewasa
tidak memiliki makna lagi. Pada anak, sulit untuk mendapatkan BTA, sehingga diagnosis TB
pada anak didapatkan melalui gambaran klinik, radiologi dan uji tuberculin.
Pemeriksaan fisik terdiri dari beberapa hal yaitu secara umum terlebih dahulu yang terdiri
dari keadaam umum pasien, kesadaran, status gizi, dan tanda-tanda vital. Tanda-tanda vital
terdiri dari tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi pernafasan serta suhu.
Lalu pemeriksaan spesifik terdiri dari inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Pada
inspeksi bisa kita periksa kulit (warna kulit, keadaan kulit, lesi-lesi kulit, dll), thorax (bentuk
thorax, pernafasan, simetris/tidak, keadaan thorax, ada benjolan/tidak, dll), abdomen (bentuk
abdomen, adakah lesi, ada benjolan/tidak, dll), mulut (warna bibir, luka/tidak, bercak-bercak,
apakah ada pembesaran KGB,dll). Lalu palpasi dapat dilakukan untuk melihat apakah ada massa
atau rasa nyeri, lihat gerakan pernafasannya bagimana, simetris atau tidak pada sisi kanan dan
kirinya. Selanjutnya, perkusi dan auskultasi untuk mendengar suara nafas pokok (vesicular,
bronkovesikular, bronchial, dan trakeal).
Pemeriksaan Penunjang pada Kasus TB
1. Pemeriksaan dahak mikroskopis3
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk meneggakan diagnosis, menilai keberhasilan
pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak untuk penegakkan
diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam
waktu 2 hari kunjungan yang berurutan berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS).
S (sewaktu) = dahak dikumpulkan pada saat suspect TB datang berkunjung
pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk
bangun tidur. Pot dahak dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas.
S (sewaktu) = dahak dikumpulkan pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi.
2. Pemeriksaan biakan
Peran biakan dan identifikasi M.tuberkulosis pada pengendalian TB adalah untuk
menegakkan diagnosis TB pada pasien tertentu, yaitu:
Pasien TB ekstra paru
Pasien TB BTA negatif
Pasien anak
3
Alasan munculnya atau meningkatnya kasus beban TB global antara lain disebabkan sebagai
berikut:
1. Kemiskinan pada berbagai penduduk, tidak hanya pada negara yang sedang berkembang
2.
3.
4.
5.
6.
Laporan terbaru WHO 2008, menunjukkan setiap tahun diperkiraan adanya 9,2 juta kasus TB
baru (139/100.000 penduduk), 4,1juta diantaranya (44%) adalah pasien dengan BTA positif dan
0,7juta pasien TB yang juga terinfeksi virus HIV (8%). Lima negara penyumbang kauas terbesar
TB di dunia adalah India, China, Indonesia, Afrika Selatan, dan Nigeria.
Indonesia adalah negeri dengan prevalensi TB ke-3 tertinggi di dunia setelah India dan
China. Pada tahun 1998 diperkirakan TB di China, India dan Indonesia berturut-turut 1.828.000,
1.414.000, dan 591.000. perkiraan kejadian BTA, sputum yang positif di Indonesia adalah
266.000 tahun 1998. Berdasarkan survey kesehatan rumah tangga 1985 dan survey kesehatan
nasional 2001, TB menempati rangking nomor 3 sebagai kematian tertinggi di Indonesia.
Prevalensi nasional terakhir TB paru diperkirakan 0,24%. Sampai sekarang angka kejadian TB d
Indonesia relative relaps dari angka pandemic infeksi HIV karena masih relative rendahnya
infeksi HIV, tapi hal ini mungkin akan berubah dimasa datang melihat semakin meningkatnya
laporan infeksi HIV dari tahun ke tahun.2
TB pada orang dewasa
Pada orang dewasa, 2/3 kasus terjadi pada orang laki-laki, tetapi ada sedikit dominasi
tuberkulosis pada wanita di masa anak-anak. Frekuensi TB pada orang tua populasi pada orang
kulit putih di Amerika Serikat.
TB pada anak-anak
Laporan TB anak jarang didapatkan. Diperkirakan jumlah kasus TB anak per tahun
adalah 5% sampai 6% dari total kasus TB. TB menyerang anak-anak pada sekitar umur dibawah
6
5 tahun. Sedangkan kisaran 5-14 tahun mempunyai frekuensi penyakit TB yang rendah. Kasus
tersering adalah kasus dimana anak-anak yang terpajan dengan orang dewasa yang menderita TB
atau yang beresiko tinggi.2,3
Cara Penularan Penyakit
Pada zaman sekarang ini, wawasan mengenai diagnosis, gejala dan pengobatan TBC
sebagai sesuatu penyakit infeksi menular teruslah berkembang. Sejalan dengan itu, maka perlu
dipelajari faktor-faktor penentu tang saling berinteraksi sesuai dengan tahapan perjalanan
alamiah.
kuman di udara.
Lingkungan nonfisik meliputi sosial, budaya, ekonomi dan politik.
Lingkungan sosial masyarakat berpengaruh pada tingkat pengetahuan
sikap dan praktek masyarakat dalam bidang kesehatan. Kemampuan
ekonomi masyarakat biasanya tercermin dari kondisi lingkungan
wanita
Puncak sedang pada usia lanjut
Interaksi terutama terjadi akibat masuknya Agent ke dalam saluran respirasi dan
pencernaan Host. Contohnya Mycobacterium melewati barrier plasenta, kemudian
berdominasi sepanjang hidup individu, sehingga tidak selalu berarti penyakit klinis.
Infeksi berikut seluruhnya bergantung pada pengaruh interaksi dari Agent, Host dan
Lingkungan. Penderita TB dengan BTA positif merupakan sumber terjadinya penularan.
Ketika batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara ke dalam bentuk
droplet (percikan dahak).5 Droplet yang mengandung kuman boleh bertahan di udara
pada suhu kamar selama beberapa jam. Jika droplet tersebut terhirup ke dalam saluran
pernafasan, maka orang tersebbut akan terinfeksi. Selama kuman tersebut masuk dalam
tubuh melalui saluran pernafasan, ia dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya.
1. Demam
Serangan demam pertama dapat sembuh kembali, tetapi kadang-kadang panas badan bisa
mancapai 40-41C. Demam biasanya menyerupai demam influenza sehingga penderita
biasanya tidak pernah terbebas dari serangan demam influenza
2. Batuk
Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk biasanya dialami 4 minggu dan
bahkan berbulan-bulan. Sifat batuk dimulai dari batuk non-produktif, yang selanjutnya
akan berlanjutke batuk produktif sebagai upaya membuang ekskresi peradangan berupa
dahak atau sputum, yang biasanya bersifat purulen. Keadaan ini biasanya akan berlanjut
sampai ke batuk darah. Kebanyakan batuk darah pada tuberkulosis terjadi pada kavitas,
tetapi bisa juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.
3. Sesak nafas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak nafas. Sesak nafas akan
ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana infiltrasinya sudah meliputi bagian
paru-paru.
4. Nyeri dada
Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan
pleuritis.
5. Malaise
Tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering ditemukan berupa
anoreksia, tidak ada nafsu makan, berat badan makin kurus (BB menurun), sakit kepala,
meriang, nyeri otot dan berkeringat malam. Gejala malaise ini makin lama makin berat
dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur. Malaise ini juga disertai dengan rasa tidak
enak badan, tidak fit, lemah, lesu, pegal-pegal, nafsu makan dan berat badan yang terusmenerus berkurang.
10
disini merupakan tumbuhnya Five Star Doctor, yang merupakan profil dokter ideal yang
memiliki kemampuan untuk melakukan serangkaian pelayanan kesehatan untuk memenuhi
kualitas, kebutuhan, efektifitas biaya dan persamaan dalam dunia kesehatan.
1. Care Provider
Dalam memberikan pelayanan medis, seorang dokter hendaknya memperlakukan pasien
secara holistic, memandang individu sebagai bagian integral dari keluarga dan komunitas,
memberikan pelayanan yang bermutu, menyeluruh, berkelanjutan dan manusiawi, serta
dilandasi hubungan jangka panjang dan saling percaya.
2. Decision Maker
Seorang dokter diharapkan memiliki kemampuan memilih teknologi, penerapan
teknologi penunjang secara etik dan cost effectiveness.
3. Communicator
Seorang dokter dimana pun ia berada dan bertugas hendaknya mampu mempromosikan
gaya hidup sehat, mampu memberikan penjelasan dan edukasi yang efektif, dan mampu
memberdayakan individu dan kelompok untuk dapat tetap sehat.
4. Community Leader
Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, seorang dokter hendaknya dapat
menempatkan dirinya sehingga mendapatkan kepercayaan masyarakat, mampu
menemukan kebutuhan kesehatan bersama individu serta masyarakat, dan mampu
melaksanakan program sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
5. Manager
Dalam hal majerial, seorang dokter hendaknya mampu bekerja sama secara harmonis
dengan individu dan organisasi di luar dan di dalam lingkup pelayanan kesehatan,
sehingga dapat memenuhi kebutuhan pasien dan komunitas serta mampu memanfatkan
data-data kesehatan secara tepat dan berhasil.
Tujuan pelayanan dokter keluarag secara umum dibagi atas 2 macam, yakni:
1. Tujuan umum
Tujuan umum pelayanan dokter keluarga pada dasarnya adalah sama dengan tujuan
pelayanan kesehatan secara keseluruhan, yakni terwujudnya keadaan sehat bagi setiap
anggota keluarganya.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus pelayanan dokter keluarga erat hubungannya dengan sejarah
perkembangan dokter keluarga di satu pihak serta ciri-ciri pelayanan dokter keluarga di
pihak lain. Tujuan khusus yang dimaksud adalah terpenuhinya kebutuhan keluarga akan
pelayanan kedokteran yang efektif dan efisien.2
Karakteristik Dokter Keluarga menurut IDI, adalah:7
1. Memandang pasien sebagai individu, bagian dari keluarga dan masyarakat
2. Pelayanan menyeluruh dan maksimal
13
Materi penyuluhan:
Cara penularan:
tersebut
Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB, di tentukan oleh konsentrasi
percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
Resiko penularan:
14
Resiko penularan tergantung tingkat pajanan dengan percikan dahak. Pasien TB paru
dengan BTA positif memberikan kemungkinan resiko penularan lebih besar dari pasien
ARTI sebesar 1%, berarti 10 orang diantara 1000 penduduk terinfeksi setiap tahun.
ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3%.
Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberculin negatif menjadi positif. Resiko
lingkungan
Pengotrolan faktor predisposisi, yang mengacu pada pencegahan dan pengobatan
diabetes, malnutrisi, sakit kronis dan mental.
Contohnya :
15
rumah.
Meningkatkan daya tahan pejamu seperti meningkatkan status gizi individu,
seperti apa, imunisasi BCG serta pengobatan segera untuk penderita TB paru.
2. Pencegahan Sekunder
Dengan diagnosis dan pengobatan secara dini sebagai dasar pengontrolan kasus
TB yang timbul dengan 3 komponen utama yaitu Agent, Host, dan lingkungan. Kontrol
pasien dengan deteksi dini penting untuk kesuksesan aplikasi modern kemoterapi
spesifik, walau terasa berat baik dari segi financial, materi maupun tenaga. Langkah
kontrol kejadian kontak adalah untuk memutuskan rantai infeksi TB, dengan imunisasi
TB negatif dan Chemoprophylaxis pada TB positif. Kontrol lingkungan dengan
membatasi penyebaran penyakit, desinfeksi dan cermat mengungkapkan investigasi
epidemiologi, sehingga ditemukan bahwa kontaminasi lingkunagn memegang peranan
penting terhadap epidemiologi TB.
Pencegahan sekunder atau pencegahan tingkat kedua yang meliputi diagnosis dini
dan pencegahan yang cepat untuk mencegah meluasnya penyakit, untuk mencegah proses
penyakit lebih lanjut serta mencegah terjadinya komplikasi. Sasaran pencegahan ini
ditujukan kepada mereka yang menderita atau dianggap menderita (suspect) atau yang
terancam akan menderita TB (masa tunas).6
Contohnya:
16
Pemberian Obat Anti Tuberkulosis (OAT) pada penderita TB paru sesuai dengan
3. Pencegahan Tersier
Rehabilitasi merupakan tingkatan terpenting pengontrolan TB. Dimulai dengan
diagnosis kasus berupa trauma yang menyebabkan usaha penyesuaian diri secara psikis,
rehabilitasi penghibur selama fase akut dan hospitalisasi awal pasien, kemudian
rehabilitas pekerjaan yang tergantung situasi individu. Selain itu, tindakan pencegahan
sebaiknya dilakukan untuk mengurangi perbedaan pengetahuan tentang TB, yaitu dengan
jalan sebagai berikut:
Perkembangan media
Metode solusi problem keresistensian obat
Perkembangan obat bakterisidal baru
Perencanaan yang baik dan investigasi epidemiologi TB yang terkontrol
Pencegahan tersier atau pencegahan tingkat ketiga dengan tujuan mencegah jangan
sampai mengalami kelainan permanen, mencegah bertambah parahnya suatu penyakit atau
mencegah kematian. Dapat juga dilakukan rehabilitasi untuk mencegah efek fisik, psikologis dan
sosial.6
Ketentuan Persyaratan Kesehatan Rumah Tinggal7
1. Bahan-bahan bangunan tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat yang dapat
membahayakan kesehatan
2. Komponen dan penataan ruangan
Lantai kedap air dan mudah dibersihkan
Dinding rumah memiliki ventilasi, di kamar mandi dan kamar cuci kedap air dan
mudah dibersihkan
Langit-langit rumah mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan
17
Ruang ditata dengan fungsi dan peruntukannya. Dapur harus memiliki sarana
pembuangan asap
3. Pencahayaan
Pencahayaan alam dan atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi
seluruh ruangan dengan intensitas penerangan dan tidak menyilaukan mata. Sinar
matahari ini sangat penting karena dapat emmbunuh bakteri-bakteri pathogen di rumah,
misalnya basil TB, karena itu rumah yang sehat harus memiliki jalan masuk cahaya yang
cukup. Bila sinar matahari dapat masuk ke dalam rumah serta sirkulasi udara diatur maka
resiko penularan antar penghuni akan sangat berkurang.
4. Kualitas udara
Suhu ruangan nyaman, antara 18-30C
Kelembaban udara antara 40-70%
5. Ventilasi
Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya oksigen di dalam rumah, disamping
itu kurangnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara naik dimana anntinya ini
akan menjadi media yang baik untuk pertumbuhan bakteri pathogen/ bakteri penyebab
penyakit, misalnya kuman TB. Ventilasi mempunyai banyak fungsi yakni untuk menjaga
agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar, membebaskan udara di ruangan
dari bakteri-bakteri, terutama bakteri pathogen, karena di situ selalu terjadi aliran udara
yang terus menerus, serta menjaga agar ruangan kamar tidur selalu tetap di dalam
kelembaban yang optimum.
6. Penyediaan air
Tersedia sarana air bersih dengan kapasitas minimal 60liter per orang setiap hari
Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih
7. Pembuangan limbah
8. Kepadatan hunian kamar tidur
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya, artinya luas
lantai bangunan rumah tersebut harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya agar tidak
menyebabkan overload. Hal ini tidak sehat, sebab disamping menyebabkan kurangnya
konsumsi oksigen juga bila salah satu anggota keluarga ada yang terkena penyakit
infeksi, akan mudah menular kepada anggota keluarga yang lain.
Pengobatan Penderita
Pengobatan TBC kriteria I (tidak pernah terinfeksi, ada riwayat kontak, tidak menderita
TBC) dan II (terinfeksi TBC/test tuberculin (+), tetapi tidak menderita TBC (gejala TBC tidak
18
ada, radiologi tidak mendukung dan bakteriologi negatif) memerlukan pencegahan dengan
pemberian INH 5-10mg/kgBB/hari.
Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok, yaitu:
1. Obat primer : INH (isoniazid), rifampisin, etambutol, stepromisin, pirazinamid.
Memperlihatkan efektivitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih dapat ditolerir,
sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan obat-obatan ini.
2. Obat sekunder : Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin, Kapreomisin dan
Kanamisin.
Dosis Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
Obat
Dosis Harian
Dosis 2x/minggu
Dosis 3x/minggu
INH
Rifampisin
Pirazinamid
Ethambutol
Streptomisin
(mg/kgBB/hari)
5-15 (maks 300mg)
10-20 (maks 600mg)
15-40 (maks 2gr)
15-25 (maks 2,5gr)
15-40 (maks 1gr)
(mg/kgBB/hari)
15-40 (maks 900mg)
10-20 (maks 600mg)
50-70 (maks 4gr)
50 (maks 2,5gr)
25-40 (maks 1,5gr)
(mg/kgBB/hari)
15-40 (maks 900mg)
15-20 (maks 600mg)
15-30 (maks 3gr)
15-25 (maks 2,5gr)
25-40 (maks 1,5gr)
19
hari selama
2 bulan pertama,
kemudian
20
Strategi DOTS pertama kali diperkenalkan pada tahun 1996 dan telah diimplementasikan
dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat. Sampai dengan tahun 2001, 98% dari populasi
penduduk dapat mengakses pelayanan DOTS di Puskesmas. Strategi ini sebagai pengawasan
langsung menelan obat jangka pendek oleh pengawas pengobatan setiap hari.
Indonesia adalah negara dengan high burden, dan sedang memeperluas strategi DOTS
dengan cepat, karenanya baseline drug susceptibility data (DST) akan menjadi alat pemantau dan
indicator program yang amat penting. Akibat kurang baiknya penanganan pengobatan penderita
TBC dan lemahnya implementasi strategi DOTS. Penderita yang mengidap BTA yang resisten
terhadap OAT akan menyebarkan infeksi TBC dengan kuman yang bersifat MDR (Multi-Drugs
Resistant).
Kesimpulan
Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium
Tuberculosis yang paling utama menyerang paru-paru. Meningkatnya angka penderita
tuberkulosis disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya karakteristik demografi keluarga,
sosial-ekonomi, pengetahuan mengenai TB, cara merawat anggota keluarga yang menderita
tuberkulosis. Pendekatan dokter keluarga dapat membantu pasien dalam menangani dan
mencegah terjadinya suatu penyakit. Pencegahan dan pengobatan tuberculosis wajib
dilaksanakan sebaik mungkin untuk mengurangi angka kejadian bersamaan dengan partisipasi
penduduk baik yang sehat maupun yang sudah terinfeksi.
Daftar Pustaka
21
22