09 - 207gangguan Respirasi Pada Penyakit Saraf PDF
09 - 207gangguan Respirasi Pada Penyakit Saraf PDF
ABSTRAK
Banyak penyakit saraf yang dapat menjadi progresif sehingga mengganggu fungsi respirasi. Gangguan akibat penyakit saraf dapat mengenai
pusat pernapasan, otot inspirasi/ekspirasi, dan otot saluran napas atas. Walaupun penyakit saraf memiliki banyak penyebab dan perjalanan klinis
yang berbeda, pada kebanyakan kasus komplikasi respirasi merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas. Sering kali gejala awal
gangguan respirasi hanya berupa gangguan tidur, dan desaturasi nokturnal. Pemeriksaan fungsi respirasi dengan spirometri memperlihatkan
gambaran restriktif dengan kapasitas total paru yang cukup baik. Penatalaksanaan dengan kombinasi bantuan inspirasi dan ekspirasi, disertai
penatalaksanaan sekresi oral, latihan pernapasan, dan terapi medis. Penatalaksanaan yang baik dapat memperpanjang ketahanan hidup, memperbaiki kualitas hidup, meningkatkan fungsi kognitif, menurunkan kejadian pneumonia dan perawatan rumah sakit.
Kata kunci: respirasi, pneumonia, penyakit saraf
ABSTRACT
Many neurologic diseases can progress to the point where they compromise respiratory function. Respiratory disorders caused by neurological
diseases are not limited to pulmonary disorders, but can involve central respiratory control, inspiratory/expiratory muscles, and upper airway
muscles. Although the diseases have variable causes and clinical courses, in many cases it is a respiratory complication that is the cause of death
or other serious adverse event. Often the first signs are sleep disturbances and nocturnal desaturation. Pulmonary function testing reveals a
restrictive pattern on spirometry with preserved total lung capacity. Management includes support of inspiratory and expiratory function,
management of oral secretions, respiratory muscle training, and medical therapy. Good management can prolong survival, improve quality
of life, enhance cognitive function, reduce pneumonia and hospitalization rates. Michael Setiawan. Respiratory Problems in Neurological
Diseases.
Key words: respiration, pneumonia, neurological diseases
PENDAHULUAN
Beberapa penyakit saraf, misalnya penyakit
Parkinson, stroke, dan sklerosis multipel
dapat menyebabkan komplikasi pada paru.
Gangguan paru biasanya baru muncul
pada fase akhir penyakit neuromuskular,
sedangkan gangguan respirasi dapat
muncul pada awitan beberapa penyakit
saraf; dapat berupa gangguan tidur, dan
desaturasi nokturnal.1 Sesak napas saat
aktivitas fisik (exertional dyspnea) yang
merupakan gejala awal pada kebanyakan
gangguan respirasi sering tidak dijumpai
pada penyakit saraf, karena gangguan
saraf menghambat mobilitas pasien.2
Walaupun cukup banyak penyakit saraf
menyebabkan gangguan respirasi, prinsip
penatalaksanaannya sama.1 Pada makalah
ini akan dibahas fisiologi, patofisiologi,
evaluasi klinis, pemeriksaan fungsi paru, dan
penatalaksanaan gangguan respirasi pada
penyakit saraf.
Alamat korespondensi
FISIOLOGI
Peranan Susunan Saraf dalam Kontrol
Pernapasan
Pernapasan memiliki ritme yang teratur. Ritme
pernapasan dihasilkan dari pusat pernapasan
yang terletak di pons dan medula oblongata
(pneumotaxic center). Kebanyakan inti sel saraf
yang terletak di medula oblongata memiliki
akson yang berjalan menuju medula spinalis,
bersinaps dengan interneuron atau motor
neuron yang terletak di regio servikal, torakal
dan lumbal. Inti sel saraf spinal yang menerima
input dari medula oblongata membentuk saraf
tepi, keluar dari medula spinalis, menginervasi
otot inspirasi dan otot ekspirasi.3
Kontraksi otot inspirasi akan menimbulkan
tekanan negatif, menyebabkan terjadinya
aliran udara dari luar masuk ke dalam paru.
Kedalaman dan frekuensi pernapasan sangat
penting karena komponen pernapasan
ini akan membantu mempertahankan
email: ms922000@yahoo.com
589
TINJAUAN PUSTAKA
N.XII
Otot
saluran
napas
atas
Kemoreseptor
sentral (medula
oblongata)
N.IX
N.X
Otot
polos
jalan
napas
Kemoreseptor
perifer
(Carotid bodies)
Neuron
Respirasi
Medula oblongata
(rhythm generator)
Formasio
retikularis
PO2
Ion H+
Motor neuron
respirasi medula
spinalis
Stimulus
sensorik
(nyeri)
Sistem limbik
Otot
Pernapasan
Reseptor
otot
Emosi (fore
brain)
Ventilasi
paru
590
PATOFISIOLOGI
Kontrol Respirasi Sentral
Gangguan kontrol respirasi sentral mungkin
memiliki peranan langsung pada gangguan
respirasi akibat penyakit saraf pusat, misalnya
pada stroke, sklerosis multipel, atau penyakit
Parkinson.
Central periodic breathing (CPB), termasuk
pernapasan Cheyne-Stokes dan central sleep
apnea (CSA) ditemukan pada penderita
stroke.5-7 Pernapasan Cheyne-Stokes adalah
suatu pola pernapasan yang amplitudonya
mula-mula naik kemudian turun bergantian
TINJAUAN PUSTAKA
pernapasan yang abnormal akibat paresis
diafragma,
hiperventilasi
paroksismal,
pernapasan apneustik (ditandai dengan
terhentinya napas sebentar setelah inspirasi).
Perubahan pola napas tergantung dari lokasi
lesi di otak.1
Pada pasien-pasien penyakit Parkinson
dapat terjadi gangguan kontrol pernapasan
berupa pernapasan disritmik, central apnea,
pernapasan Cheyne-Stokes, pernapasan
klaster,
pernapasan
apneustik,
dan
hipoventilasi sentral. Gangguan pernapasan
lebih sering dijumpai pada penyakit
Parkinson yang disertai dengan gangguan
autonom.9
Gangguan Otot Pernapasan
Gejala gangguan paru biasanya terjadi
belakangan pada penyakit neurologis, dan
sering dipresipitasi oleh demam dan infeksi.
Hal ini menyebabkan kebutuhan ventilasi
meningkat dan melemahkan otot pernapasan,
atau terkadang malah dapat menyebabkan
eksaserbasi penyakit saraf, misalnya pada
sklerosis multipel.1
Pada saat awal, otak beradaptasi terhadap
gangguan otot respirasi dan mempertahankan
kadar oksigen serta karbon dioksida dengan
cara meningkatkan output respirasi sehingga
frekuensi napas meningkat. Bila penyakit
makin berat, respon adaptasi sentral dapat
berupa timbulnya hipoventilasi untuk
menghindari periode dispnea dan kelelahan.
Kapasitas vital yang rendah, gangguan
aliran jalan napas, dan gangguan menghela
napas (sigh) juga berperan dalam timbulnya
atelektasis dan hipoksemia, yang akhirnya
makin meningkatkan kebutuhan ventilasi.
Perkembangan berikutnya terjadi kelelahan
otot pernapasan, memburuknya ventilasi
alveolar, dan asidemia.
Kelemahan Otot Ekspirasi dan Otot
Bulbar
Walaupun ekspirasi kebanyakan merupakan
proses pasif, otot-otot ekspirasi diperlukan
untuk membersihkan jalan napas dari sekret,
misalnya dengan cara batuk. Pada beberapa
penyakit saraf, terjadi kelemahan otot bulbar
(dipersarafi oleh saraf kranial IX,X,XII), otot
pengunyah (N. V) dan otot laring (dipersarafi
radiks C1). Walaupun tidak berperan langsung
dalam respirasi, otot-otot ini berfungsi untuk
bicara, menelan dan proteksi saluran napas.
591
TINJAUAN PUSTAKA
Tabel 1 Perjalanan Klinis dan Gangguan Respirasi Pada Beberapa Penyakit Saraf 1
Penyakit saraf dan lokasinya
Perjalanan klinis
Sklerosis multipel
Berulang
Penyakit Parkinson
Progresif lambat
Permanen
Medula Spinalis
Trauma
Motor Neuron
Sindrom Postpolio
Amyotrophic Lateral Sclerosis
Progresif
Reversibel lambat
Miastenia Gravis
Reversibel
Botulisme
Reversibel lambat
Progresif
Polimiositis/ dermatomiositis
Variabel
Saraf Motorik
Sindrom Guillain-Barre
Neuromuscular Junction
Otot
592
TINJAUAN PUSTAKA
nilainya 20 cm H2O mengindikasikan tubuh
tidak sanggup mempertahankan tekanan
parsial CO2 (Pa CO2) yang normal. Pemeriksaan
fungsi paru sebaiknya dilakukan tiap 2 jam
untuk pasien miastenia gravis, dan tiap 4-6
jam untuk pasien sindrom Guillain-Barre.1
Ventilasi invasif perlu dipertimbangkan
pada pasien yang gagal, atau tidak dapat
mentoleransi, atau terdapat kontraindikasi
dengan metode non invasif. Tindakan
ventilasi invasif permanen dengan tindakan
trakeostomi perlu mempertimbangkan sikap
caregiver, diagnosis, dan prognosis penyakit
yang mendasarinya.
Bantuan Fungsi Ekspirasi
Penggunaan
alat
untuk
membantu
pembersihan
sekret
dikombinasikan
dengan alat bantu inspirasi secara signifikan
menurunkan angka rawat inap akibat
komplikasi respirasi serta memperpanjang
ketahanan hidup. Bantuan ekspirasi berupa
alat suction, serta teknik bantuan batuk
(assisted cough) manual atau dengan alat.1
Penatalaksanaan Sekresi Oral
Masalah tambahan pasien dengan gejala
bulbar adalah produksi saliva yang berlebih,
saliva menetes keluar, dan ketidakmampuan
mengeluarkan sekret. Obat yang dapat
digunakan adalah golongan anti-kolinergik,
DAFTAR PUSTAKA
1.
Aboussouan LS. Respiratory disorders in neurologic diseases. Cleve Clin J Med. 2005;72:511-20.
2.
Polkey MI, Lyall RA,Moxham J, Leigh PN. Respiratory aspects of neurological disease. J Neurol Neurosurg Psychiatry. 1999;66:5-15.
3.
Mateika JH. Control of breathing [Internet]. 2007 [cited 2013 Apr 1]. Availbale from: http://www.med.wayne.edu/physiology/facultyprofile/mateika/Organization of the Respiratory
Control System 2007.pdf.
4.
5.
Rowat AM, Wardlaw JM, Dennis MS. Abnormal breathing patterns in stroke: Relationship with location of acute stroke lesion and prior cerebrovascular disease. J Neurol Neurosurg
6.
Nopmaneejumruslers C, Kaneko Y, Hajek V, Zivanovic V, Bradley TD. Cheyne-stokes respiration in stroke relationship to hypocapnia and occult cardiac dysfunction. J Respir Crit Care Med.
7.
Siccoli MM, Valko PO, Hermann, DM, Bassetti, CL. Central periodic breathing in 74 patients with acute ischemic stroke - neurogenic versus cardiogenic factors. Journal of Neurology.
Psychiatry. 2007;78:277-9.
2005;171:1048-52.
2008;255(11):1687-92.
8.
Howard RS, Wiles CM, Hirsch NP, Loh L, Spencer GT, Newsom-Davis J. Respiratory involvement in multiple sclerosis. Brain. 1992;115:479-94.
9.
Brown LK. Respiratory dysfunction in Parkinsons disease. Clin Chest Med. 1994;15:715-27.
10. Aboussouan LS, Khan SU, Meeker DP, Stelmach K, Mitsumoto H. Effect of noninvasive positive-pressure ventilation on survival in amyotrophic lateral sclerosis. Ann Intern Med.
1997;127:450-3.
11. Gomez-Merino E, Bach JR. Duchenne muscular dystrophy: Prolongation of life by noninvasive ventilation and mechanically assisted coughing. Am J Phys Med Rehabil. 2002;81:411-5.
12. Kleopa KA, Sherman M, Neal B, Romano GJ, Heiman-Patterson T. Bipap improves survival and rate of pulmonary function decline in patients with ALS. J Neurol Sci. 1999;164:82-8.
13. Rao S, Wilson DB, Brooks RC, Sproule BJ. Acute effects of nebulization of N-acetylcysteine on pulmonary mechanics and gas exchange. Am Rev Respir Dis. 1970;102:17-22.
14. Gosselink R, Kovacs L, Ketelaer P, Carton H, Decramer M. Respiratory muscle weakness and respiratory muscle training in severely disabled multiple sclerosis patients. Arch Phys Med
Rehabil. 2000;81:747-51.
15. Moxham J. Aminophylline and the respiratory muscles: an alternative view. Clin Chest Med. 1988;9:325-36.
593